Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

DOSEN PEMBIMBING
Muh. Ivan Nur Iva, S.Sos, M.Si

OLEH :
Sri Alya Rahma
M21221070

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua negara di dunia ini pasti memiliki landasan atau dasar yang kita kenal dengan
Ideologi. Karena ideologi merupakan dasar atau ide atau cita-cita negara untuk lebih maju
dan berkembang. Presiden dalam memimpin bangsa Indonesia tidak dapat mengandalkan visi
dan misinya sendiri untuk mencapai cita-cita bangsa, oleh karena itu harus memiliki landasan
atau landasan yang dapat dijadikan tolak ukur. Ideologi negara Indonesia adalah Pancasila,
Pancasila bukan ideologi negara untuk beberapa atau daerah tertentu tetapi bersifat
komprehensif, terkadang perbedaan pendapat dalam menafsirkan dasar negara menyebabkan
perselisihan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pancasila sebagai ideologi?
2. Jelaskan makna pancasila sebagai ideologi!
3. Jelaskan kedudukan dan posisi pancasila sebagai ideologi!
4. Jelaskan nilai pancasila sebagai ideologi!
5. Apa saja kasus yang terjadi yang menunjukkan pancasila sebagai ideologi belum
terimplementasikan dengan baik?
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian pancasila sebagai ideologi
2. Mendeskripsikan makna pancasila sebagai ideologi
3. Mendeskripsikan kedudukan dan posisi pancasila sebagai ideologi
4. Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai ideologi
5. Mendeskripsikan kasus yang terjadi menunjukkan pancasila sebagai ideologi yang
belum terimplementasikan dengan baik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pengertian Pancasila sebagai 'ideologi negara' adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sebagai cita-cita normatif dalam penyelenggaraan negara. Secara garis besar
pengertian Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia merupakan visi atau arah pelaksanaan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yaitu terwujudnya kehidupan yang
menjunjung tinggi ketuhanan, nilai-nilai kemanusiaan, kesadaran persatuan, demokrasi. , dan
menjunjung tinggi nilai keadilan. Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-
cita negara dan sarana pemersatu masyarakat perlu diwujudkan secara konkret dan dapat
diterapkan secara operasional, sehingga tidak hanya dijadikan semboyan belaka. Dalam
Ketetapan MPR disebutkan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk implementasi yang
konsisten dalam kehidupan bernegara. Peran dan fungsi Pancasila di era sekarang ini masih
relevan karena Pancasila mencakup aspek-aspek dasar. Selain itu, Pancasila juga merupakan
alat untuk keamanan dan kemakmuran bersama rakyat Indonesia. Hanya saja pelaksanaannya
yang sebenarnya belum terlaksana dengan baik karena keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Indonesia belum terwujud hingga saat ini. Pancasila juga merupakan kepribadian
seluruh rakyat Indonesia. Namun, nilai-nilai luhur tersebut telah memudar, tergerus oleh
perilaku yang hanya mementingkan aspek ekonomi dari gaya hidup global yang buruk.
Pada awalnya, konsep Pancasila dapat dipahami sebagai landasan bersama bagi
berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia. Pancasila merupakan tawaran
yang dapat menjembatani perbedaan ideologi di antara anggota BPUPKI. Pancasila
dimaksudkan oleh Soekarno pada waktu itu, yaitu sebagai asas bersama sehingga dengan asas
tersebut semua golongan di Indonesia dapat bersatu dan menerima asas tersebut. Menurut
Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi Pancasila sebagai ideologi negara.
Pancasila sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokrasi bagi semua golongan di
Indonesia. Perkembangan doktrinal Pancasila telah mengubahnya dari fungsi awal Pancasila
sebagai landasan bersama ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai dengan rumusan pertama
yang dikemukakan oleh Soekarno 5 menjadi ideologi komprehensif yang integral. Ideologi
Pancasila merupakan ideologi yang khas, berbeda dengan ideologi lainnya. Mengingat sangat
pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, maka kita harus terus berjuang dan menjaga,
melestarikan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
agar tujuan 3 dan Pancasila dapat terpenuhi, sehingga akan terwujud menjadi ketahanan
identitas nasional.
B. Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makna ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan,
dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena pada hakikatnya Pancasila merupakan
ideologi tersendiri yang merupakan bukti nyata penerapan jati diri bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, tidak diragukan lagi bahwa Pancasila benar-benar merupakan ideologi yang
disahkan untuk diterapkan dan ditetapkan oleh bangsa Indonesia sebagai Ideologi Nasional
bagi bangsa Indonesia. Hal ini mengandung pengertian bahwa ideologi Pancasila tidak hanya
terfokus pada golongan tertentu saja, tetapi ideologi bagi seluruh bangsa Indonesia. Ideologi
mampu menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa dan untuk apa mereka menjadi satu
bangsa dan mendirikan negara. Sejalan dengan itu ideologi merupakan landasan dan sekaligus
tujuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai ideologi nasional,
Pancasila mengandung semua ciri yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Besarnya
pentingnya Pancasila sebagai dasar negara memberikan makna yang sangat mendalam bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 (UUD) pada alinea keempat, dengan jelas menyatakan pengertian Pancasila sebagai dasar
negara: “Maka daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. seluruh tanah air
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, Kemerdekaan Nasional Indonesia disusun dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Indonesia yang dibentuk dalam suatu Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdaulat oleh rakyat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan dengan mewujudkan keadilan sosial untuk seluruh
rakyat Indonesia.
Setelah memahami pengertian ideologi, perlu kita ketahui bahwa Pancasila sebagai
ideologi nasional bangsa Indonesia juga memiliki pengertian sebagai berikut:
• Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cita-cita yang ingin dicapai
sebagai pedoman hidup dalam penyelenggaraan negara.
• Pancasila disepakati bersama dan dijadikan asas yang dipegang teguh dan menjadi
sarana pemersatu bangsa Indonesia. Kedua pengertian di atas menunjukkan bahwa
Pancasila merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan bernegara di Indonesia.
Jika suatu daerah di Indonesia memiliki kebijakan yang tidak berdasarkan Pancasila,
maka otomatis aturan tersebut tidak berlaku.

C. Kedudukan dan Posisi Pancasila sebagai Ideologi Negara


Kedudukan dan kedudukan Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan dasar negara, ideologi, pandangan dan falsafah hidup berbangsa. Hal ini menjadi
pedoman dalam proses penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dalam rangka mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kebenaran nilai-nilai
Pancasila yang diyakini selama ini merupakan nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa
dan memiliki nilai-nilai dasar yang diakui secara universal, dan tidak akan berubah sesuai
dengan dinamika zaman.
Hingga saat ini kehidupan masyarakat Indonesia diwarnai oleh nilai-nilai agama yang
kuat sebagai landasan moral, serta sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan
sesuai dengan keragaman budaya yang dimilikinya. Hakikat manusia sangat dihormati dan
ditempatkan sebagai Ciptaan Tuhan. Dengan kemajemukannya, bangsa Indonesia memiliki
kekayaan budaya yang sangat heterogen. Winataputra (2012) berpendapat bahwa nilai-nilai
dalam Pancasila harus menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dia menyatakan bahwa sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, berisi pengakuan
eksplisit tentang keberadaan Tuhan sebagai sumber Pencipta serta menunjukkan hubungan
hakiki antara yang diciptakan dan yang diciptakan. Dalam hubungan dan relasi sosial dilakukan
upaya untuk saling menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan kepercayaan, serta
kebebasan memeluk agama, bukan untuk memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang
lain.
Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, memiliki makna bahwa sikap dan
tindakan manusia sesuai dengan fitrah fitrah manusia yang santun dan nilai-nilai moral. Dengan
demikian, setiap manusia dan warga negara Indonesia harus mengakui persamaan hak dan
kewajiban, saling mencintai, peduli, tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia, merupakan perwujudan nasionalisme Indonesia yang
dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan (J, 2011) (Mubyarto) (Muchtarom, 2012), artinya warga negara
Indonesia diharapkan berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung makna
bahwa keadilan berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materiil maupun
spiritual.
Muladi (2006) berpandangan bahwa dalam kehidupan bernegara, apa yang disebut
dengan proklamasi kemerdekaan, pembukaan UUD, ideologi dan konstitusi pelengkap selalu
menjadi landasan dalam mengendalikan kehidupan bernegara. Pancasila secara keseluruhan
harus dilihat sebagai “pedoman nasional”, sebagai “standar, norma, dan prinsip nasional” yang
juga mencakup “hak asasi dan tanggung jawab manusia”. Jika Pancasila disepakati sebagai
Ideologi Negara, maka Alfian (1981), berpendapat bahwa sebagai ideologi harus dilihat
sebagai sistem nilai yang komprehensif dan mendalam tentang kebenaran dan keadilan dalam
hidup bersama dalam masyarakat. Ideologi mencerminkan tatanan nilai yang paling mendasar
dari sistem nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, ideologi menjadi acuan bagi perkembangan nilai-nilai di Indonesia.
Selanjutnya Alfian (1981) merumuskan dimensi ideologis, yaitu:
(1) dimensi realitas, (2) dimensi idealis, (3) dimensi fleksibel. Dalam pemahaman Alfian,
sebuah ideologi harus memiliki tiga dimensi tersebut. Ideologi memiliki ruang lingkup yang
luas, yang dapat mencakup berbagai kepentingan dan dinamika sosial karena ideologi
merupakan seperangkat nilai, gagasan atau norma, dan keyakinan seseorang atau sekelompok
orang. Jadi ideologi merupakan acuan bagi seseorang atau kelompok dalam menyikapi suatu
masalah dan dalam bertindak. Selain sebagai ideologi, Pancasila juga merupakan falsafah
negara Indonesia. Pancasila menganut asas kerukunan dan persamaan, baik dalam kehidupan
manusia sebagai pribadi maupun dalam hubungan manusia dengan masyarakat. Ketika
menyimak Sila Kelima Pancasila tentang Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
Arvie Johan (2011) berpendapat bahwa keadilan sosial mencakup memelihara kepentingan
umum negara sebagai negara, kepentingan bersama warga negara, kepentingan bersama dan
kepentingan khusus. kepentingan individu warga negara. , keluarga, suku dan setiap kelompok
warga. Dalam perspektif ini, dapat dipelajari bahwa Pancasila sebagai ideologi berbeda dengan
filsafat. Pancasila sebagai ideologi memang mengandung nilai-nilai filosofis dan pengetahuan,
tetapi bertindak sebagai keyakinan normatif. Di sisi lain, Pancasila sebagai filsafat merupakan
rangkaian ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang realitas kehidupan,
termasuk realitas kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam pandangan filsafat,
pemikiran reflektif yang harus ditanggapi tidak bersifat dogmatis, dan memerlukan sikap kritis
yang rasional. Oleh karena itu, Pancasila sebagai falsafah Negara harus selalu terbuka terhadap
kritik dan tidak bersifat eksklusif.
D. Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila yang dikutip oleh
Soejadi adalah:
1. Sila dalam Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terdapat
nilai-nilai agama, antara lain:
a. Keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu
dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Yang Maha Esa, Maha Pengasih,
Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sebagainya;
b. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu menjelaskan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam sila kemanusiaan yang adil dan
beradab terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang meliputi:
a. Pengakuan harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajibannya;
b. Perlakuan yang adil dan beradab terhadap sesama manusia, terhadap diri sendiri,
lingkungan dan terhadap Tuhan;
c. Manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya memiliki daya cipta, rasa,
karsa dan keyakinan.
3. Persatuan Indonesia. Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa
yang meliputi:
a. Pengakuan atas keragaman suku bangsa (etnik), agama, adat istiadat, adat istiadat,
dan budaya;
b. Pengakuan atas kesatuan bangsa dan wilayah Indonesia serta kewajiban
mempertahankan dan menjunjung tinggi (patriotisme);
c. Cinta dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara Indonesia (nasionalisme).
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan. Dalam Sila Kerakakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Perusyawaratan Perwakilan terdapat nilai-nilai kerakyatan yang meliputi:
a. Negara adalah untuk kepentingan semua orang;
b. Kedaulatan ada di tangan rakyat;
c. masyarakat Indonesia sebagai warga negara dan warga negara mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;
d. kepemimpinan populer adalah kebijaksanaan berdasarkan akal sehat;
e. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakil rakyat.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, nilai-nilai keadilan sosial
meliputi:
a. Perlakuan yang adil dalam segala bidang kehidupan, terutama dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial budaya;
b. Perwujudan keadilan sosial meliputi seluruh rakyat Indonesia;
c. Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
d. Menghormati hak milik orang lain;
e. cita-cita masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual bagi seluruh
rakyat Indonesia;
f. Cinta kemajuan dan perkembangan. Dari kelima sila tersebut dapat kita lihat bahwa
cita-cita luhur bangsa Indonesia telah terwujud dalam Pancasila. Dan juga Pancasila
dapat menjadi pedoman bagi generasi penerus untuk meneruskan cita-cita para
founding fathers Indonesia. Hal ini penting mengingat banyaknya pengaruh dari negara
asing yang masuk ke Indonesia. Bangsa Indonesia harus memiliki pandangan hidup
yang jelas. Dan pandangan itu akan memudahkan kita untuk tetap berada di jalur yang
benar sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa (founding fathers) dan tidak
terpengaruh oleh pengaruh negara lain.
E. Kasus yang Menunjukkan Pancasila Sebagai Ideologi yang Belum
Terimplementasikan
Berdasarkan pengalaman sejarah, dapat diketahui bahwa upaya penerapan Pancasila
telah dilakukan sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno, yang terbagi menjadi tiga, yaitu
(a) tahapan perjuangan 1945-1949, (b) pemerintahan RIS , dan (c) tahapan setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. upaya nyata untuk melaksanakan Pancasila sebagaimana tertuang dalam
UU No. 4 Tahun 1959 tentang Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, pasal 3
dan 4 yang secara tegas menyatakan bahwa bidang pendidikan dan pengajaran adalah untuk
mewujudkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun,
indoktrinasi Pancasila secara de facto terencana dan sistematis tidak dapat terwujud karena
kendala politik, ekonomi dan keamanan.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, implementasi Pancasila gencar dilakukan
dengan Penataran P4 dengan tujuan agar setiap warga negara dapat memahami hak dan
kewajibannya sehingga dapat berperilaku dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Secara kelembagaan, kebijakan tersebut juga ditempuh melalui
pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, dengan kurikulum yang memuat
materi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk hidup bernegara berdasarkan
Pancasila. Selanjutnya paradigma yang dianut adalah untuk menciptakan stabilitas politik yang
dinamis, namun paradigma dan kebijakan yang diperkenalkan tidak sesuai dengan semangat
Pancasila. Bahkan Pancasila dimaknai dalam kaitannya dengan kepentingan kekuasaan
pemerintahan yang terpusat dan otoriter. Akhirnya periode ini tidak mencapai hasil yang
optimal karena metode dan materi yang tidak sesuai, serta tenaga pendidik dan pengajar yang
tidak profesional.
Di era pasca reformasi, pemahaman dan pengamalan Pancasila mengalami berbagai
kendala yang berat dan tidak terduga, yang berujung pada ancaman disintegrasi bangsa dan
penurunan kualitas hidup serta harkat dan martabat bangsa. Pembangunan yang sangat
memprihatinkan ini terutama disebabkan oleh dinamika politik yang menyalahgunakan
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dengan menafikan nilai-nilai luhur demi
kepentingan kekuasaan.
Perilaku politik para pemegang kekuasaan yang mengingkari Pancasila pada akhirnya
berdampak pada kerentanan elemen bangsa di bawahnya untuk melaksanakan Pancasila secara
murni dan konsisten.
Bahkan di lingkungan perguruan tinggi, Pancasila tidak lagi diajarkan. Selanjutnya,
tantangan lain yang dihadapi adalah munculnya ego daerah dan primordialisme yang sempit.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Pancasila seolah-olah tidak lagi memiliki kekuatan untuk
dijadikan sebagai paradigma dan batasan pembenaran dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam perkembangannya, gerakan reformasi yang memang sangat dibutuhkan,
seolah terhuyung-huyung dari derasnya arus euforia kebebasan.
Sehingga sebagian masyarakat seolah lepas kendali dan terjerumus ke dalam perilaku
anarkis, muncul berbagai konflik sosial yang tidak terselesaikan, bahkan di berbagai daerah
terdapat gerakan-gerakan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan
NKRI. Republik Indonesia. Bangsa Indonesia terus dilanda krisis multidimensi di segala aspek
kehidupan, sehingga mengakibatkan krisis moral yang berujung pada demoralisasi.
Mencermati pengalaman sejarah perjuangan bangsa dan dalam kaitannya dengan
perspektif ilmu pengetahuan khususnya teori fungsionalisme struktural, Indonesia sebagai
negara yang majemuk sangat membutuhkan nilai-nilai bersama yang dapat dijadikan sebagai
nilai-nilai integratif, common denominator, dan identitas. bangsa (identitas nasional) dan
sekaligus nilai-nilai yang baik dan mampu diwujudkan (nilai-nilai ideal).
Nilai-nilai bersama ini diharapkan dapat diterima, dipahami, dan dihayati. Dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan oleh
setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar dapat berperan dalam membangun
stabilitas dan komunitas politik, sehingga perlu diinternalisasikan agar dapat hidup melalui
pendidikan kewarganegaraan. Implementasi Pancasila melalui pendidikan kewarganegaraan
diperlukan untuk pembangunan manusia seutuhnya di masa depan karena Pancasila
mengandung nilai-nilai penting tentang dasar negara, ideologi dan falsafah hidup bangsa.
PENUTUP
Perbedaan pemahaman negara hukum di Indonesia dengan negara hukum lain (negara barat)
disebabkan oleh perbedaan ideologi, sosial, budaya dengan negara lain (negara barat). Tentu
saja faktor-faktor tersebut memberikan warna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Konsep negara
hukum barat, baik rechtsstaat maupun rule of law, lahir karena adanya perjuangan sosial
melawan absolutisme yang dilakukan oleh raja-raja saat itu. Sementara itu, negara hukum
Indonesia tidak lahir karena perjuangan sosial melawan absolutisme seperti yang terjadi dalam
rechtsstaat negara dan supremasi hukum. Negara hukum Indonesia lahir dengan semangat yang
berbeda, bukan semangat untuk menentang absolutisme raja-raja, melainkan karena dorongan
dari seluruh elemen bangsa Indonesia untuk merdeka dari penjajahan yang dilakukan oleh
Belanda. Berbeda dengan negara hukum lainnya, baik rechtsstaat maupun negara hukum,
negara hukum Indonesia adalah negara hukum yang menganut nilai-nilai Pancasila. Sehingga
Indonesia dapat dikatakan sebagai Negara Hukum Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

J, K. (2011). "Politik Bermartabat, Meluruskan Reformasi Indonesia". Jurnal Analisis CSIS, 526-544.
Mubyarto. (n.d.). Ideologi Pancasila dalam Kehidupan Ekonomi Pancasila sebagai Ideologi dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat Bernegara dan Berbangsa. Jakarta: BP 7 Pusat.
Muchtarom, M. (2012). Strategi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Inovasi Pembelajaran Pkn
Berorientasi Civic Knowledge, Civic Disposition, dan Civic Skill di Perguruan Tinggi. Jurnal
Pkn Progresif Vol. 7 No. 2.
Muladi. (2006). Pancasila sebagai Margin of Appreciation dalam Hukum yang Hidup di Indonesia.
dalam Ahmad Gunawan dan Mu’ammar Ramadhan . Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ronto. (2012). Membangun Kedaulatan Bangsa Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila: Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Kawasan Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (3T). Yogyakarta: Kumpulan
Makalah Call For Papper Kongrers Pancasila VII.
Sutaryo. (2013). Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai