Anda di halaman 1dari 29

MENGAPA BANGSA INDONESIA

BERPANCASILA ?
10.46 | Diposkan oleh febrijatmiko , | 0 komentar

Indonesia adalah suatu negara dan setiap negara memerlukan landasan filosofis atau
suatu gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia
dan kehidupannya, baik secara individu, sosial, maupun dalam kehidupan bernegara. Gagasan
dasar ini sering kita sebut sebagai ideologi, ideologi sangat penting bagi suatu negara karena
ideologi mampu memberikan kejelasan identitas nasional, memberi inspirasi akan cita-cita dan
pendorong dalam tujuan masyarakatnya. Dengan ideologi yang jelas, suatu negara akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan masalah politik, ekonomi, sosial,
budaya dan hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Ideologi yang digunakan di Indonesia adalah Pancasila yang telah dirumuskan oleh
BPUPKI dan secara formal pada tanggal 18 Agustus1945 sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara Republik Indonesia. Sejak
saat itu hingga kini Pancasila masih kokoh menjadi ideologi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Indonesia menggunakan Pancasila sebagai dasar negara bukan tanpa alasan. Kesamaan
pemikiran merupakan alasan pertama, hal ini muncul karena persamaan sejarah. Indonesia
terlahir melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang mulai dari masa Kerajaan Kutai hingga

masa keemasan Kerajaan Majapahit serta munculnya kerajaan-kerajaan Islam. Kemudian


mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kondisi ini telah menimbulkan semangat
berbangsa yang satu, bertanah air satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Semangat ini akhirnya
menjadi latar belakang para pemimpin bangsa yang mewakili atas nama bangsa Indonesia
menentukan Pancasila sebagai ideologi bangsa sekaligus sebagai simbol nasionalisme.
Selain persamaan perbedaan juga merupakan salah satu alasan yang cukup mendasar.
Negara Indonesia yang secara geografis berbentuk kepulauan dengan ribuan pulau dan
masyarakatnya yang heterogen terdiri dari ratusan suku bangsa, adat, budaya juga agama yang
berbeda maka dari itu Pancasila dipilih sebagai ideologinya. Karena dalam Pancasila perbedaan
tetap dihargai tapi juga tetap dipersatukan.
Secara tidak langsung Pancasila merupakan perwujudan dari bangsa Indonesia itu sendiri
karena apa yang terkandung dalam Pancasila merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Nilai-nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan
nilai keadilan sebenarnya telah diamalkan bangsa Indonesia jauh sebelum pembahasan dan
pengesahan Pancasila sebagai dasar negara. Nilai tersebut diatas juga dapat untuk memaknai adat
istiadat, kebudayaan serta nilai religius dalam kehidupan sehari-hari bangsa indonesia. Sehingga
bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Pancasila.
Sila-sila yang terkandung dalam Pancasila memiliki peranan yang sama penting dan
saling melengkapi dalam kehidupan bernegara bangsa Indonesia. Sila Pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa mengukuhkan bahwa Indonesia bukanlah negara sosialis (komunis) ,sehingga dalam
segala tindakan dan perilaku selalu didasarkan pada rasa taat dan takut kepada Tuhan. Sila Kedua
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengharuskan kita untuk selalu menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan serta selalu bertindak adil dan berpikir selayaknya manusia yang beradab. Sila
Ketiga Persatuan Indonesia membimbing kita yang berbeda-beda ini untuk tetap bersatu, karena
dengan persatuanlah bangsa ini bisa kuat dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Sila
Keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan mengajak kita untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada dengan bijak
melalui jalan musyawarah, sila ini juga menetapkan bahwa negara Indonesia adalah negara
demokrasi. Sila Kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Indonesia mendidik kita untuk membantu
pemerataan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan hidup seluruh rakyat Indonesia
walaupun Indonesia bukanlah negara sosialis.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai suatu bangsa atau negara Indonesia harus
memiliki satu ideologi, dan ideologi yang sesuai untuk Indonesia adalah Pancasila. Karena
Pancasila mampu menampung semua persamaan aspirasi maupun perbedaan individu yang ada
di Indonesia, selain itu sebenarnya Pancasila juga sudah diamalkan sejak sejarah dimulai di
Indonesia .
http://febrijatmiko.blogspot.com/2012/10/mengapa-bangsa-indonesiaberpancasila.html

Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara


Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara tentu harus dipahami karena
pancasila merupakan salah satu elemen paling penting dalam negara kita ini.
Pancasila adalah suatu idoelogi yang dipegang erat bangsa Indonesia. istilah
Pancasila diperkenalkan oleh sosok Bung Karno saat sidang BPUPKI I .
Pancasila kemudian menjadi sebuah landasan berdirinya negara Indonesia.
Sebelum belejar lebih jauh sekilas adalah isi dari Pancasila yang merupakan
ideologi bangsa kita Indonesia

Isi Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Fungsi Umum Pancasila

1. Pancasila Sebagai Panduan Hidup Bangsa Indonesia


2. Pancasila Sebagai Sumber Segala Sumber Hukum
3. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur
4. Pancasila Sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia

Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara


Ini adalah topik yang akan dibahas lebih dalam lagi tentang Pancasila
sebagai dasar Negara. Telah kita pahami kalau saja Pancasila memilike peran
penting dan beberapanya telah dijabarkan diatas secara singkat.
Dan saya harap anda paham penjelasan singkat diatas.
Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara ialah Pancasila berperan
sebagai landasan dan dasar bagi pelaksanaan pemerintahan, membentukan
peraturan, dan mengatur penyelenggaraan negara.
Melihat dari makna pancasila sebagai dasar negara kita tentu dapat
menyimpulkan bahwa pancasila sangat berperan sebagai kacamata bagi
bangsa Indonesia dalam menilai kebijakan pemeritahan maupun segala
fenomena yang terjadi di masayrakat.
Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara
Seperti yang sudah dibahas tadi kalau saja Pancasila memegang peran
yang sangat penting. Berikut adalah beberapa fungsi dari Pancasila.
1. Pancasila Sebagai Pedoman Hidup
Disini Pancasila berperan sebagai dasar dari setiap pandangan di Indonesia
Pancasila haruslah menjadi sebuah pedoman dalam mengambil keputusan

2. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa


Pancasila haruslah menjadi jiwa dari bangsa Indonesia. Pancasila yang
merupakan jiwa bangsa harus terwujud dalam setiap lembaga maupun
organisasi dan insan yang ada di Indonesia
3. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa
Kepribadian bangsa Indonesia sangatlah penting dan juga menjadi identitas
bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila harus diam dalam diri tiap
pribadi bangsa Indonesia agar bisa membuat Pancasila sebagai Kepribadian
Bangsa.
4. Pancasila Sebagai Sumber Hukum
Panacasila menjadi sumber hukum dari segala hukum yang berlaku di
Indonesia. Atau dengan kata lain Pancasila sebagai dasar negara tidak boleh
ada satu pun peraturan yang bertentangan dengan Pancasila
5. Pancasila Sebagai Cita Cita Bangsa
Pancasila yang dibuat sebagai dasar negara juga dibuat untuk menjadi tujuan
negara dan cita cita bangsa. Kita sebagai bangsa Indonesia haruslah
mengidamkan sebuah negara yang punya Tuhan yang Esa punya rasa
kemanusiaan yang tinggi, bersatu serta solid, selalu bermusyawarah dan juga
munculnya keadilan sosial
http://tommysyatriadi.blogspot.com/2014/06/makna-pancasila-sebagaidasar-negara.html

Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka akan dijelaskan lebih
dalam lagi dalam artikel ini terutama bagi yang sedang mempelajari ideologi
Pancasila yang biasanya kita temukan dalam pelajaran kewarganegaraan.
Pancasila adalah dasar negara kita yang diberikan oleh Soekarno.
Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar negara Indonesia. Nama ini berasal
dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia yang diperkenalkan oleh Soekarno.

Ideologi Terbuka
Ideologi Terbuka adalah sebuah ideologi yang mampu tetap bertahan
dan mengikuti perkembangan zaman yang bersifat dinamis. Ideologi jenis ini
bisa "menempatkan"ajaran atau nilai nilainya walaupun zaman telah berubah
tanpa merubah nilai dasar dari ideologi itu sendiri.

Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Sudah dijelaskan diawal bahwa Pancasila adalah dasar dari negara kita
dan ideologi ini sangat penting perannya dalam kelangsungan negara kita.
Perlu kita ketahui Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka menerima dan menyesuaikan diri
terhadap perubahan perubahan yang terjadi di Indonesia dan dunia. Tetapi
dengan syarat bahwa tidak merubah nilai nilai dasar dari Pancasila itu sendiri.
Dengan begitu ideologi ini dapat kita terapkan dimasa yang akan datang.

Demikian adalah Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


http://tommysyatriadi.blogspot.com/2014/05/makna-pancasila-sebagaiideologi-terbuka.html

Makna lima sila dalam Pancasila akan dijelaskan pada artikel ini. Pancasila terdiri atas lima
asas moral yang relevan menjadi dasar negara RI. Dalam kedudukannya sebagai falsafah hidup
dan cita-cita moral, secara ringkas dapat dinyatakan bahwa:
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang
Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam
tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan
kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk mengakui dan
memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hakhak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan
hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
Makna lima sila dalam Pancasila untuk sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap
masyarakat untuk mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga
negara.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarahan/perwakilan; mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam
kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung bersama sesama
warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan masing-masing.
Makna lima sila dalam Pancasila untuk sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia; mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan
umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.
Etika Politik Kenegaraan
Dalam kedudukannya sebagai etika politik kenegaraan, ditegaskan bahwa makna lima sila
dalam Pancasila:

Sila pertama, negara wajib:


(1) Menjamin kemerdekaan setiap warga negara tanpa diskriminasi untuk beribadah menurut
agama dan kepercayaannya dengan menciptakan suasana yang baik.
(2) Memajukan toleransi dan kerukunan agama
(3) Menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kesejahteraan umum sebagai tanggung jawab
yang suci.
Sila Kedua, mewajibkan:
(1) Negara untuk mengakui dan memperlakukan semua warga sebagai manusia yang dikaruniai
martabat mulia dan hak-hak serta kewajiban kewajiban asasi
(2) Semua bangsa sebagai warga dunia bersama-sama membangun di dunia baru yang lebih baik
berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
Sila ketiga mewajibkan negara untuk membela dan mengembangkan Indonesia sebagai suatu
negara yang bersatu, memiliki solidaritas yang tinggi dan hidup rukun, membina dan menjunjung
tinggi kebudayaan dan kepribadian nasional, serta memperjuangkan kepentingan nasional.
Sila keempat mewajibkan negara untuk mengakui dan menghargai kedaulatan rakyat serta
mengusahakan agar rakyat melaksanakan kedaulatannya secara demokratis tanpa diskriminasi
melalui wakil-wakilnya. Negara wajib mendengarkan suara rakyat dan memperjuangkan
kepentingan seluruh rakyat.
Sila Kelima mewajibkan negara untuk:
(1) Mengikutsertakan seluruh rakyat dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
Membagi beban dan hasil usaha bersama secara proporsional di antara semua warha negara
dengan memperhatikan secara khusus mereka yang lemah kedudukannya agar tidak terjadi
ketidakadilan serta kewenang-wenangan dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah.
Semoga tulisan ini bermanfaat agar kita paham mengenai makna lima sila dalam
Pancasila. (DP)

auh panggang dari api! Inilah kira-kira peribahasa yang tepat, untuk menggambarkan bagaimana
penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
Lihatlah kenyataan di lapangan! Kekerasan antar agama, perilaku diskriminatif terhadap
minoritas, perampasan tanah rakyat, kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada rakyat,
penegakan hukum yang tebang pilih, termasuk korupsi yang kian merajalela di kalangan elite;
hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan nilainilai Pancasila.
Jika hal ini dibiarkan terus, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti, bangsa ini akan kolaps.
Maka sebelum hal itu terjadi, dan demi mewujudkan cita-cita mulia bangsa, maka pengamalan
Pancasila harus diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari.
Bagaimana menerapkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, inilah yang perlu
kita gumuli bersama. Bagaimana menurunkan gagasan yang luhur itu dalam kenyataan
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga ia tidak mengawang-awang seperti yang
dikeluhkan banyak orang saat ini. Bagaimana mendefinisikan Pancasila dalam keseharian,
sehingga ia sungguh benar menjadi roh penggerak hidup berbangsa dan bernegara.
Sadar ber-Pancasila
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam membumikan Pancasila adalah dengan membangun
kesadaran nasional, tentang betapa berharganya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Betapa agung dan luhurnya gagasan yang terkandung dalam Pancasila, sebagai
perekat yang beraneka ragam. Betapa besarnya peran Pancasila sebagai payung besar bagi lebih
dari 200 juta jiwa yang bermukim di Indonesia.
Gerakan sadar ber-Pancasila dapat digalakkan melalui berbagai macam cara dan bentuk. Melalui
institusi pendidikan yang memberi kesempatan kepada pelajar untuk berpikir kritis, ketimbang
indoktrinasi. Memperkuat diskusi-diskusi sebagai sarana dialog untuk meluaskan wawasan
tentang Pancasila sekaligus untuk mengantisipasi pemikiran-pemikiran dangkal mengenai
Pancasila. Melalui peran media yang mengangkat berita-berita positif mengenai praktek
pelaksanaan Pancasila, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk turut serta mengamalkan
Pancasila, dan sebagainya.

Yang paling penting adalah, bahwa praksis sadar ber-Pancasila itu sendiri, harus dimulai sejak
dini, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat terpatri erat dalam diri manusia Indonesia.
Komitmen ber-Pancasila
Kesadaran, mendahului komitmen! Membangun kesadaran adalah langkah awal. Maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam membumikan Pancasila adalah dengan membangun
komitmen untuk mengamalkan Pancasila.
Pancasila tidak menjelma dengan sendirinya! Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dari seluruh
masyarakat Indonesia untuk mengamalkannya, baik itu warga negara maupun penyelenggara
negara.
Penyelenggara negara harus berkomitmen menjadikan Pancasila sebagai acuan dalam
membangun bangsa. Pengelolaan Sumber Daya Alam, perlindungan terhadap tenaga kerja,
termasuk Sistem Pendidikan Nasional, hendaknya dijiwai oleh semangat Pancasila. Intinya,
rumusan kebijakan negara, haruslah merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai luhur
Pancasila.
Selain komitmen penyelenggara negara, maka komitmen warga negara juga tak kalah pentingnya
dalam membumikan toleransi. Warga negara harus aktif dalam menghidupi Pancasila dalam
hidup sehari-hari.
Semangat kearifan lokal Indonesia seperti saling menolong, menghargai perbedaan, hidup
bersama dalam keberagaman, hendaknya terus digalakkan. Semangat gotong royong, yang pada
dasarnya merupakan inti dari Pancasila, patut mewarnai kehidupan sehari-hari warga negara.
Jadi, penyelenggara negara dan warga negara harus sama-sama berkomitmen dalam berPancasila. Jangan terjebak dengan paradigma yang hanya memberatkan pada satu pihak. Lebih
baik menyinergikan komitmen penyelenggara negara dan warga negara dalam membumikan
Pancasila.
Teladan ber-Pancasila
Hal terakhir yang tak kalah pentingnya dalam membumikan Pancasila adalah teladan berPancasila. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Pancasila hanyalah sebatas wacana. Sebatas
perbincangan dalam rapat-rapat pemerintahan, pun dalam diskusi-diskusi intelektual. Pancasila
hanya sebatas retorika pemimpin, minus tindakan!
Dalam hal membumikan Pancasila, masyarakat butuh sosok yang dapat dijadikan panutan.
Masyarakat butuh pemimpin yang tidak sekadar lihai dalam mengumbar indahnya Pancasila, tapi
juga menjadi yang terdepan dalam menghidupi dan mengamalkan Pancasila.
Jika pemimpinnya menjadi teladan dalam ber-Pancasila, maka rakyat akan menirunya. Bukankah
rakyat akan melakukan apa yang dilakukan oleh pemimpinnya?

Membumikan Pancasila: Perjuangan Tiada Henti


Akhirnya, jika kita ingin membumikan Pancasila, maka perjuangan menjadi sebuah keniscayaan.
Dibutuhkan perjuangan yang tiada henti! Bukan perjuangan yang mudah, bisa jadi perjuangan
yang amat panjang dan melelahkan.
Dibutuhkan kejelian untuk menguraikan Pancasila dalam bentuk yang lebih operasional,
secara kreatif, adaptif, responsif dan kontekstual. Dibutuhkan cara-cara sederhana namun tetap
ampuh dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila secara lebih riil.
Perjuangan membumikan Pancasila, inilah yang dikumandangkan oleh Bung Karno ketika
mengumandangkan ide Pancasila di hadapan ratusan orang, 67 tahun yang lalu.
Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usuklkan itu menjadi
satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteti yang merdeka,
yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup
sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan keTuhanan yang luas dan sempurna, janganlah lupa dengan syarat untuk menyelenggarakannya,
ialah perjuangan, perjuangan, dan sekali lagi perjuangan!
Jadi, membumikan Pancasila? Mari kita perjuangkan bersama! Mulai dari diri sendiri, dan mulai
dari sekarang! Demi anak cucu kelak. Demi Indonesia yang lebih baik!.

PUAN SARI SIREGAR, Fasilitator Pendidikan Warga Institut Leimena dan penggiat Komunitas
28
http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumipancasila

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PRESPEKTIF WAHIDIYAH


BAB I
PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat negara republik Indonesia yang secara


resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum dalam
UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7
bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interprestasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan
tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi negara
pancasila. Dengan lain perkataan dalam kedudukan yang seperti ini pancasila
tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi
kepentingan politik penguasa pada saat itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya
untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar
negara Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan
sidang istimewea MPR tahun 1998 No. XVIII/MPR/1998 disertai dengan
pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan pancasila sebagai satu-

satunya asas bagi orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga


mencabut mandat MPR yang diberikan kepada presiden.[1]
Suatu bangsa harus memilki suatu dasar negara, sebab dasar negara
merupakan rambu dan acuan bagi arah suatu pemerintahan agar sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan. Sejalan dan sesuai dengan mukhadimah
UUD 1945

maka cita-cita

kemerdekaaan Indonesia adalah mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur yang berdasarkan pancasila. Dengan


demikian pancasila bukan saja sebagai dasar negara tetapi sekaligus juga
menjadi tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan dasar negara pancasila dan tujuan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan pancasila, maka pedoman atau cara-cara guna
mencapai tujuan tersebut juga harus berpancasila.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Inti Isi Sila-Sila Pancasila


Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai
yang

memiliki

perbedaan

antara

satu

dengan

yang

lainnya

namun

kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis[2].


Adapun teks pancasila berbunyi :
PANCASILA

1.

Ketuhanan Yang Maha Esa.

2.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

3.

Persatuan Indonesia.

4.

Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.

5.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan
menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa
terkandung

nilai

bahwa

negara

yang

didirikan

adalah

sebagai

pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.


Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggara negara,
politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundangundangan negara, kebebasan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikianlah

kiranya

nilai-nilai

etis

yang

terkandung

dalam

sila

ketuhanan yang maha esa yang dengan sendirinya sila pertama tersebut
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.[3]

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Bahwa manusia
Indonesia harus berlaku adil dan berperadaban segala perilakunya harus

dapat dipertanggungjawabkan didalam peradaban umat manusia.[4] Sila


kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis didasari dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila
berikutnya.

Dalam

sila

kedua

terkandung

nilai

bahwa

negara

harus

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang


beradab. Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa
dilandasi

oleh

moral

kemanusiaan

antara

lain

dalam

kehidupan

pemerintahan, dalam bidang IPOLEKSUSBUDHANKAM, serta dalam kehidupan


keagamaan. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa
hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus
berkodrat adil dalam hubungannya terhadap dirinya sendiri, terhadap
manusia yang lain, terhadap masyarakat bangsa dan negara, terhadap
lingkungannya, dan yang paling utama adalah adil terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam kemanusiaan yang
adil dan beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk tuhan yang maha esa, menjunjung tinggi hak-hak manusia,
menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras,
keturunan, status sosial maupun agama. Mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semene-mena terhadap
sesama manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (Darmodihardjo,
1996).[5]

3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga persatuan Indonesia sebagai manusia yang percaya dan
beriman akan keesaan tuhan yang maha esa harus mempunyai ikatan
persaudaraan yang manunggaling dengan sesama bangsa dan sesama umat
manusia.[6] Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan
suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Dalam sila persatuan Indonesia
terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat
manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen


yang membentuk negara yang berupa : suku, ras, kelompok, golongan
maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan adalah merupakan
bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang
membentuk negara. konsekuensinya negara adalah bineka ragam tetapi
satu, mengingatkan dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu
seloka Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan diruncingkan menjadi
konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan

yaitu

persatuan

dalam

kehidupan

bersama

untuk

mewujudkan tujuan bersama. Negara memberikan kebebasan kepada warga


negara untuk merealisasikan potensinya dalam kehidupan bersama karena
tujuan negara dirumuskan adalah untuk melindungi segenap warganya dan
seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan warganya serta dalam berhubungan dengan bangsa lain di dunia
untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.[7]

4.

Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perawakilan
Sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam

permusyawaratan perawakilan. Untuk mengatur tata kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diperlukan satu aturan political


will yang santun dan beradab dan dapat dipertanggung jawabkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.[8] Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
didasari oleh keempay sila lainnya, nilai filosofis yang terkandung didalamnya
adalah bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluh sosial. Sehingga dalam sila
kerakyatan terkandung nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila
kedua, yaitu (1) adanya kebebasan yang ahrus disertai dengan tanggung
jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap

tuhan

yang

maha

esa.

(2) menjunjung

tinggi

harkat

dan

martabat

kemanusiaan. (3)menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam


hidup bersama. (4) mengakui atas perbedaan individu, kelompok , ras, suku,
agama, karena perbedaan adalah meru[akan suatu bawaan kodrat manusia.
(5) mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu,
kelompok, ras, suku maupun agama. (6) mengarahkan perbedaan dalam satu
kerja

sama

kemanusiaan

yang

beradab.

(7)

menjunjung

tinggi

asas

musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab. (8) mewujudkan dan


mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan
bersama.
Demikianlah nilai-nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
yang selanjutnya nilai-nilai tersebut direalisasikan dan diterapkan dalam
kehidupan bernegara secara bersama-sama.[9]

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Atas dasar
keadilan dan kesejahteraan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Dengan produk hukum yang membawa kesejahteraan Indonesia
secara keseluruhan.[10] Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang
merupakan tujuan negara sebagai tujuan hidup bersama yaitu nilai keadilan
yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial) yang
didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia yang
lain, manusia dengan masyarakat, bangsa, dan negaranya serta hubungan
manusia dengan tuhannya. Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan
suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk
mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warga
negaranya serta melindungi seluruh warganya dan seluruh wilayahnya,
mencerdaskan seluruh warganya, begitu pula sebagai dasar dalam pergaulan
antar negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan

ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa dengan


berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian
abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).
Konsekuensinya niali-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup
bersama adalah meliputi: (1) keadilan distributif, yaitu suatu hubungan
keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang
wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk
kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama
yang didasarkan atas hak dan kewajiban. (2) keadilan legal (keadilan
bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap
negara dan dalam masalah ini pihka wargalah yang wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
negara. (3) keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga
satu dengan lainnya secara timbal balik.[11]

B.

Inti Ajaran Wahidiyah


Ajaran wahidiyah adalah suatu ajaran yang disusun oleh KH. Abdoel
Madjid Maroef, yang merupakan satu kesatuan dengan redaksi shalawat
wahidiyah. Ajaran wahidiyah ini didefinisikan dengan : bimbingan praktis
lahiriyah dan bathiniyah di dalam melaksanakan tuntunan Rasulullah Saw.,
meliputi bidang syariat dan bidang haqiqat, mencangkup peningkatan iman,
pelaksanaan Islam dan perwujudan ihsan, serta pembentukan moral/akhlaq.
[12]
Bimbingan tersebut terdiri dari lima rumusan, yaitu lillah-billah, lirrosulbirrosul, lighouts-bilghouts, yuti kulladzi haqqin haqqoh, dan taqdimul aham
fal aham tsummal anfa fal anfa. Di tambah dengan etika atau adab ketika
mengamalkan shalawat wahidiyah seperti hudhur (merasa hati berhadapan
dengan

Allah)

dan

istihdzar

(merasa

seperti

benar-benar

dihadapan

Rasulullah Saw.), tadallul (merasa sebagai makhluk yang paling rendah),


tazallum (merasa sebagai makhluk yang paling tersesat/aniaya), tadhim

(memuliakan) dan mahabbah (merasa cinta kepada Allah dan Rasulullah


Saw.).
1.

Lillah Billah
Lillah dipahami bahwa segala amal perbuatan baik berupa ibadah
kepada Tuhan maupun pekerjaan sehari-hari dan hubungan sosial dengan
masyarakat, asal tidak melanggar ketentuan agama dan undang-undang
yang berlaku, serta tidak merugikan supaya disertai niat semata-mata hanya
menjalankan perintah Allah. Sedang Billah diartikan dengan keharusan untuk
merasa

bahwa

pada

hakikatnya

segala

perbuatan

dan

gerak-gerik,

merupakan pemberian dari Allah, harus sadar dan yakin bahwa yang
menciptakan dan menitahkan segala sesuatu adalah Allah Tuhan Maha
Pencipta.[13]
Menarik dan penting dijelaskan setidaknya dua hal : pertama, bahwa
digunakannya kata agama bukan kata Islam, dalam ajaran ini menunjukkan
universalitas dan inklusifitas aliran keagamaan ini, dalam kuliah wahidiyah
dijelaskan bahwa ajaran wahidiyah bisa diamalkan dan diterapkan oleh
semua agama dan yang menentukan adalah usaha dan kemauan. Kedua,
adanya nuansa nasionalisme kebangsaan yang diusung ajaran ini yaitu
terdapatnya doa-doa khusus dalam redaksi shalawat wahidiyah yang
ditujukan untuk persatuan, kedamaian, dan kemakmuran bangsa. Doa-doa
tersebut antara lain berbunyi Yaa Allah, limpahkanlah berkah...untuk negara
ini, Yaa Tuhan kami, ampunilah segala dosa kami, permudahlah segala
urusan kami, bukakanlah hati dan jalan kami dan tunjukilah kami, pereratlah
persaudaran dan diantara kami...[14]
Kalimat ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seharusnya ada kesenantiasaan
hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sedikitpun negara dan bangsa
Indonesia tidak terlepas dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan pengertian lain,
segala yang ada di Indonesia termasuk bangsa Indonesia dengan segala
gerak geriknya lahir batin adalah ciptaan Allah. Tidak ada barang satupun
yang terjadi dengan sendirinya tanpa dicipta dan dipelihara Allah. Jadi segalagalanya adalah billah (sebab dengan Tuhan Yang Maha Esa), inilah yang kita

sadari, harus kita rasakan setiap saat dimanapun kita berada dan apapun
yang kita lakukan.[15]

2.

Lirrasul-Birrasul
Lirrasul-Birrasul diartikan dengan segala perbuatan apa saja asal tidak
bertentangan dengan risalah Islam dan tidak meugikan supaya dimaksudkan
mengikuti tauladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw. dan merasa
memperoleh jasa Nabi Muhammad Saw.. Ajaran ini menurut Moh. Ulumuddin
(syariah dan tasawuf lokal, hal 37), merupakan aktualisasi pengamal
terhadap rasa terima kasih (syukur) kepada Nabi Muhammad Saw. yang
diyakini telah berjasa membawa agama Islam dan tentunya sebagai
pembawa risalah petunjuk dari Tuhan. Begitu besar jasa yang telah di berikan
Nabi Muhammad Saw. sehingga menurut ajaran ini sangat dianjurkan agar
senantiasa mengenang Nabi.

3.

Lilghouts-bighouts
Lilghouts-Bighouts,

cara

penerapannya

sama

dengan

Lirrasul-

Birrasul yaitu dengan menambah niat mengkuti bimbingan ghouth hadzaz


zaman dan menyadari dan merasa bahwa ghouth hadzaz zaman senantiasa
memberikan bimbingan secara ruhani. Bisa dikatakan ajaran ini termasuk
penyempurnaan rasa syukur kepada Allah, disamping bersyukur kepada allah
kita harus bersyukur setidak-tidaknya mengerti siapa yang menjadi sebab
datangnya nimat tersebut, kalau tidak demikian adanya maka masih belum
bisa dikatakan syukur yang sesungguhnya.[16]
4.

Yuti kulla dzi haqqin haqqoh


Yuti kulla dzi haqqin haqqoh maksudnya adalah agar kita berusaha
mengisi

dan

memenuhi

segala

bidang

kewajiban,

mengutamakan

pemenuhan kewajiban disegala bidang dari pada menunut hak, baik


kewajiban

terhadap

Allah

dan

Rasul-Nya,

maupun

kewajiban

yang

berhubungan dengan masyarakat di segala bidang dan terhadap makhluk


pada umumnya.[17] Ajaran ini yang bersentuhan dengan masalah hak asasi
manusia, suatu hak harus diimbangi oleh kewajiban yang harus dilakukan,
seperti hak dan kewajiban warga negara dengan pemerintah atau dengan
negara, terhadap dirinya sendiri dan umumnya kepada orang lain.[18]
5.

Taqdimul aham fal aham tsmmal anfa fal anfa


Taqdimul aham fal aham tsmmal anfa fal anfa, jika ada persoalanpersoalan yang dihadapi dalam waktu yang bersamaan dan tidak mampu
untuk melaksanakannya secara bersamaaan maka didahulukan sesuatu yang
dianggap lebih penting (persoalan yang berhubungan dengan Allah dan
Rasulullah), jika sama-sama pentingnya, maka dipilih yang lebih besar
manfaatnya (bagi makhluk pada umumnya).[19]
Semua orang yang beragama, apapun agamanya, sama-sama dikaruniai
kemampuan oleh Allah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mengamalkan lillah
billah. Dalam arti bukan dalam suatu ritual kagamaan, melainkan dalam
keseragaman sikap hati manusia beragama atau manusia yang beriman
kepada Tuhan. Jadi, lillah billah seharusnya menjadi uniform bagi hati setiap
manusia yang menyatakan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi bangsa Indonesia yang mengakui dan menggunakan falsafah
pancasila sebagai pedoman atau tuntunan hidup, ajaran lillah billah juga bisa
diterapkan. Sila pertama dari pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia dituntut untuk bisa menerapkan ajaran
lillah billah, atau jika memakai istilah pancasila adalah untuk Tuhan Yang
Maha Esa dan sebab Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tersebut harus diterapkan
di dalam hati setiap bangsa Indonesia dalam sebagai langkah dan kegiatan
hidupnya.
Dalam prespektif wahidiyah, semua elemen bangsa Indonesia diberi
kemampuan dapat menerapkan ajaran ini. Semua lapisan masyarakat
dipandang

mampu

menerapkannya.

Penerapan

lillah

billah

tidak

membutuhkan syarat yang berat, tidak membutuhkan wawasan ilmiah rumit,

dan juga tidak memerlukan batasan umur, sudah dewasa atau belum
dewasa, semuanya diberi kemampuan oleh Allah Tuhan Yang Maha Pencipta.
Dalam hal ini, yang paling penting adalah adanya keamauan sebab siapa saja
yang mempunyai kemauan maka dia pasti akan diberi jalan petunjuk.[20]
Firman Allah :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benarbenar

akan

kami

tunjukkan

kepada

mereka

jalan-jalan

kami.

dan

Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.


(QS. Al-Ankabut 29: 69).
Adapun ajaran-ajaran yang telah tersebut diatas, secara otomatis akan
terlaksana jika dalam menjalani kehidupannya, semua elemen masyarakat
mengamalkannya karena jika sudah diawali dengan suatu kebaikan maka
akan berbuah kebaikan pula.
Menurut penulis, jika melihat pengertian-pengertian diatas maka dapat
dipahami bahwa pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia sekaligus
merupakan tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia, pancasila yang
terdiri dari lima sila yang saling berkaitan satu sama lainnya itu tidak dapat di
pisah-pisahkan walaupun mempunyai makna yang berbeda satu sama
lainnya, yang merupakan pencerminan dari sikap dan karakter bangsa
Indonesia sendiri. Dalam pancasila yang mengandung makna-makna yang
luhur yang bermuara bagi bangsa dan negara indonesia sendiri serta
umumnya seluruh masyarakat di dunia. Jika pancasila dikaitkan dengan
ajaran-ajaran yang ada dalam wahidiyah, maka bisa dikatakan pancasila
merupakan perwujudan daripada ajaran-ajaran yang ada dalam wahidiyah
yang telah dibimbingkan oleh muallifnya, walaupun pancasila sudah ada lebih
dahulu. Jadi bisa dikatakan isi dari pancasila sudah tercakup dalam ajaran
wahidiyah dan diperjelas lagi sebagaimana susunan redaksi yang ada dalam
lembaran shalawat wahidiyah. Disamping itu pula, wahidiyah mengajarkan
kepada

para

pengamalnya

khususnya

dan

kepada

semua

lapisan

masyarakat dari golongan manapun dengan tidak pandang bulu, khususnya


lagi bagi masyarakat Indonesia semuanya agar selalu berpegang pada

pancasila dan mengajak untuk selalu berusaha mengamalkan daripada isi


yang terkandung dalam pancasila itu sendiri, terlebih lagi mengamalkan
ajaran yang telah dibimbingkan oleh muallifnya untuk senantiasa bermunajat
mendekatkan diri kepada Allah dan mendoakan bagi kesejahteraan umat
umumnya masyarakat jamial alamin agar cepat-cepat segera kembali ke
jalan Allah wa Rasulihi Shollallahu Alaihi Wasallam.

BAB III
PENUTUP

Dalam negara pancasila seperti Indonesia, sila pertama yang berbunyi


Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjiwai kepada sila-sila yang lainnya
diperlukan suatu kesanggupan moral yang kuat bagi masyarakat Indonesia
untuk mengaplikasikan pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan
sehari-hari,

sehingga

terwujudlah

suatu

tatanan

masyarakat

yang

berkarakter dan berkepribadian yang pancasilais. Dan tampillah seorang KH.


Abdoel Madjid Maroef dengan amalan sholawat wahidiyah beserta ajaranajarannya yang mencakup isi dari pancasila karena memang ajaran
wahidiyah merupakan ajaran Islam, yang senantiasa berusaha untuk
mengamalkan dan menjadi suri tauladan bagi masyarakat yang berpancasila
dan masyarakat pancasila yang wahidiyah.
http://arifabaz.blogspot.com/

Persoalan yang paling mendasar hubungan antara negara dan warga negara adalah masalah hak
dan kewajiban. Negara demikian pula warga negara samasama memiliki hak dan kewajiban
masing-masing. Sesungguhnya dua hal ini saling terkait, karena berbicara hak negara itu berarti
berbicara tentang kewajiban warga negara, demikian pula sebaliknya berbicara kewajiban negara
adalah berbicara tentang hak warga negara. Kesadaran akan hak dan kewajiban sangatlah
penting, seseorang yang semestinya memiliki hak namun ia tidak menyadarinya, maka akan
membuka peluang bagi pihak lain untuk menyimpangkannya. Demikian pula ketidaksadaran
seseorang akan kewajibannya akan membuat hak yang semestinya didapatkan orang lain menjadi
dilanggar atau diabaikan. Pada artikel ini akan dibahas pengertian hak dan kewajiban, hak dan
kewajiban negara dan warga negara menurut UUD 1945, serta pelaksanaan hak dan kewajiban
negara dan warga negara di negara Pancasila.
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak
seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para
pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang
pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk
memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak

dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang
berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang
pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah
tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini
tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini.
Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai
saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya
untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa
hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah
untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada
kehidupan yang lebih baik dan maju, yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan
seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat
kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.
Hak dan Kewajiban Warga negara :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang

- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan :
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap orang
wajib menghormati hak asai manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
Suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang hendak
dilaksanakan, untuk melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar pelaksanaan bisa berjalan
sesuai dengan harapan maka perlu ada institusi yang mengawal pelaksanaan tersebut. Dengan
demikian ada tiga hal penting dalam pelaksanaan hak dan kewajiban ini. Pertama, Pancasila
perlu dimengerti secara tepat dan benar baik dari pengertian, sejarah, konsep, prinsip dan nilainilai yang terkandung di dalamnya. Tanpa mengerti hal-hal yang mendasar ini amat sulit
Pancasila untuk diamalkan. Selain daripada itu, Pancasila akan cepat memudar dan dilupakan
kembali. Kekuatan akar pemahaman ini amat penting untuk menopang batang, ranting, daun dan
buah yang akan tumbuh di atasnya. Banyak hal yang terjadi ketika semangat untuk mengamalkan
Pancasila sangat tinggi namun tidak didasari oleh pemahaman konsep dasar yang kuat, bukan
hanya mudah memudar, namun juga akan kehilangan arah, seakanakan sudah melaksanakan
Pancasila padahal yang dilaksanakan bukan Pancasila, bahkan bertentangan dengan Pancasila.
Hal ini amat mudah dilihat dalam praktek perekonomian dan perpolitikan Indonesia saat ini yang
tanpa sadar sudah mengekor pada sistem kapitalis-neoliberalis dan perpolitikan yang
bernapaskan individualis bukan kolektifis. Kedua, pedoman pelaksanaan. Semestinya kita tidak
perlu malu mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Orde Baru yang berusaha
membuat Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4). Pedoman ini sangat diperlukan
agar negara dan warganegara mengerti apa yang musti dilakukan, apa tujuannya dan bagaimana
strategi mencapai tujuan tersebut. Manakala tidak ada pedoman pelaksanaan, maka setiap orang
berusaha membuat pedoman sendiri-sendiri sehingga terjadi absurditas (kebingungan).
Banyaknya kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan P4 perlu dievaluasi untuk diperbaiki.
Contoh kelemahan utama dalam pelaksanaan P4 adalah bahwa pedoman tersebut bersifat kaku,
tertutup dan doktriner, hanya pemerintah yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan
Pancasila, sehingga tidak ada ruang yang cukup untuk diskusi dan terbukanya konsep-konsep
baru. Kelemahan tersebut harus diperbaiki tidak kemudian dibuang sama sekali. Ketiga, perlunya
lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila. Lembaga ini bertugas antara lain
memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mensosialisasikan Pancasila. Membuka
ruang-ruang dialog agar tumbuh kesadaran ber-Pancasila baik di kalangan elit politik, pers,
anggota legislatif, eksekutif, yudikatif, dan masyarakat luas. Yang tak kalah penting adalah ikut
memberi masukan kepada lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan membuat
kebijakan serta ikut mengevaluasi setiap kebijakan yang dilakukan agar terjamin tidak
bertentangan dengan Pancasila. Dalam konteks pelaksanaan hak dan kewajiban, maka tiga hal
penting sebagaimana disebut di atas juga perlu ada, yaitu perlu mengerti prinsipprinsip dasar hak
dan kewajiban negara dan warga negara, terdapat pedoman pelaksanaannya dan ada lembaga
yang mengawalnya. Tiga hal ini tentu tidak berdiri sendiri khusus terkait dengan hak dan
kewajiban negara dan warga negara, namun merupakan kesatuan gerak besar revitalisasi

Pancasila dalam semua bidang kehidupan. Pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga
negara dalam negara Pancasila adalah sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 seperti
tergambar dalam klasifikasi di atas. Namun demikian, selain melihat klasifikasi tersebut perlu
juga memahami konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam pelaksanaan hak asasi manusia.
http://safitrikusumaningtyas23-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail76656-PKn-Hak%20dan%20Kewajiban%20Warga%20Negara%20dalam
%20Negara%20Pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai