BERPANCASILA ?
10.46 | Diposkan oleh febrijatmiko , | 0 komentar
Indonesia adalah suatu negara dan setiap negara memerlukan landasan filosofis atau
suatu gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia
dan kehidupannya, baik secara individu, sosial, maupun dalam kehidupan bernegara. Gagasan
dasar ini sering kita sebut sebagai ideologi, ideologi sangat penting bagi suatu negara karena
ideologi mampu memberikan kejelasan identitas nasional, memberi inspirasi akan cita-cita dan
pendorong dalam tujuan masyarakatnya. Dengan ideologi yang jelas, suatu negara akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan masalah politik, ekonomi, sosial,
budaya dan hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Ideologi yang digunakan di Indonesia adalah Pancasila yang telah dirumuskan oleh
BPUPKI dan secara formal pada tanggal 18 Agustus1945 sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara Republik Indonesia. Sejak
saat itu hingga kini Pancasila masih kokoh menjadi ideologi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Indonesia menggunakan Pancasila sebagai dasar negara bukan tanpa alasan. Kesamaan
pemikiran merupakan alasan pertama, hal ini muncul karena persamaan sejarah. Indonesia
terlahir melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang mulai dari masa Kerajaan Kutai hingga
kemanusiaan serta selalu bertindak adil dan berpikir selayaknya manusia yang beradab. Sila
Ketiga Persatuan Indonesia membimbing kita yang berbeda-beda ini untuk tetap bersatu, karena
dengan persatuanlah bangsa ini bisa kuat dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Sila
Keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan mengajak kita untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada dengan bijak
melalui jalan musyawarah, sila ini juga menetapkan bahwa negara Indonesia adalah negara
demokrasi. Sila Kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Indonesia mendidik kita untuk membantu
pemerataan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan hidup seluruh rakyat Indonesia
walaupun Indonesia bukanlah negara sosialis.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai suatu bangsa atau negara Indonesia harus
memiliki satu ideologi, dan ideologi yang sesuai untuk Indonesia adalah Pancasila. Karena
Pancasila mampu menampung semua persamaan aspirasi maupun perbedaan individu yang ada
di Indonesia, selain itu sebenarnya Pancasila juga sudah diamalkan sejak sejarah dimulai di
Indonesia .
http://febrijatmiko.blogspot.com/2012/10/mengapa-bangsa-indonesiaberpancasila.html
Isi Pancasila
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Ideologi Terbuka
Ideologi Terbuka adalah sebuah ideologi yang mampu tetap bertahan
dan mengikuti perkembangan zaman yang bersifat dinamis. Ideologi jenis ini
bisa "menempatkan"ajaran atau nilai nilainya walaupun zaman telah berubah
tanpa merubah nilai dasar dari ideologi itu sendiri.
Makna lima sila dalam Pancasila akan dijelaskan pada artikel ini. Pancasila terdiri atas lima
asas moral yang relevan menjadi dasar negara RI. Dalam kedudukannya sebagai falsafah hidup
dan cita-cita moral, secara ringkas dapat dinyatakan bahwa:
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang
Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam
tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan
kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk mengakui dan
memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hakhak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan
hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
Makna lima sila dalam Pancasila untuk sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap
masyarakat untuk mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga
negara.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarahan/perwakilan; mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam
kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung bersama sesama
warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan masing-masing.
Makna lima sila dalam Pancasila untuk sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia; mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan
umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.
Etika Politik Kenegaraan
Dalam kedudukannya sebagai etika politik kenegaraan, ditegaskan bahwa makna lima sila
dalam Pancasila:
auh panggang dari api! Inilah kira-kira peribahasa yang tepat, untuk menggambarkan bagaimana
penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
Lihatlah kenyataan di lapangan! Kekerasan antar agama, perilaku diskriminatif terhadap
minoritas, perampasan tanah rakyat, kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada rakyat,
penegakan hukum yang tebang pilih, termasuk korupsi yang kian merajalela di kalangan elite;
hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan nilainilai Pancasila.
Jika hal ini dibiarkan terus, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti, bangsa ini akan kolaps.
Maka sebelum hal itu terjadi, dan demi mewujudkan cita-cita mulia bangsa, maka pengamalan
Pancasila harus diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari.
Bagaimana menerapkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, inilah yang perlu
kita gumuli bersama. Bagaimana menurunkan gagasan yang luhur itu dalam kenyataan
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga ia tidak mengawang-awang seperti yang
dikeluhkan banyak orang saat ini. Bagaimana mendefinisikan Pancasila dalam keseharian,
sehingga ia sungguh benar menjadi roh penggerak hidup berbangsa dan bernegara.
Sadar ber-Pancasila
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam membumikan Pancasila adalah dengan membangun
kesadaran nasional, tentang betapa berharganya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Betapa agung dan luhurnya gagasan yang terkandung dalam Pancasila, sebagai
perekat yang beraneka ragam. Betapa besarnya peran Pancasila sebagai payung besar bagi lebih
dari 200 juta jiwa yang bermukim di Indonesia.
Gerakan sadar ber-Pancasila dapat digalakkan melalui berbagai macam cara dan bentuk. Melalui
institusi pendidikan yang memberi kesempatan kepada pelajar untuk berpikir kritis, ketimbang
indoktrinasi. Memperkuat diskusi-diskusi sebagai sarana dialog untuk meluaskan wawasan
tentang Pancasila sekaligus untuk mengantisipasi pemikiran-pemikiran dangkal mengenai
Pancasila. Melalui peran media yang mengangkat berita-berita positif mengenai praktek
pelaksanaan Pancasila, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk turut serta mengamalkan
Pancasila, dan sebagainya.
Yang paling penting adalah, bahwa praksis sadar ber-Pancasila itu sendiri, harus dimulai sejak
dini, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat terpatri erat dalam diri manusia Indonesia.
Komitmen ber-Pancasila
Kesadaran, mendahului komitmen! Membangun kesadaran adalah langkah awal. Maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam membumikan Pancasila adalah dengan membangun
komitmen untuk mengamalkan Pancasila.
Pancasila tidak menjelma dengan sendirinya! Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dari seluruh
masyarakat Indonesia untuk mengamalkannya, baik itu warga negara maupun penyelenggara
negara.
Penyelenggara negara harus berkomitmen menjadikan Pancasila sebagai acuan dalam
membangun bangsa. Pengelolaan Sumber Daya Alam, perlindungan terhadap tenaga kerja,
termasuk Sistem Pendidikan Nasional, hendaknya dijiwai oleh semangat Pancasila. Intinya,
rumusan kebijakan negara, haruslah merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai luhur
Pancasila.
Selain komitmen penyelenggara negara, maka komitmen warga negara juga tak kalah pentingnya
dalam membumikan toleransi. Warga negara harus aktif dalam menghidupi Pancasila dalam
hidup sehari-hari.
Semangat kearifan lokal Indonesia seperti saling menolong, menghargai perbedaan, hidup
bersama dalam keberagaman, hendaknya terus digalakkan. Semangat gotong royong, yang pada
dasarnya merupakan inti dari Pancasila, patut mewarnai kehidupan sehari-hari warga negara.
Jadi, penyelenggara negara dan warga negara harus sama-sama berkomitmen dalam berPancasila. Jangan terjebak dengan paradigma yang hanya memberatkan pada satu pihak. Lebih
baik menyinergikan komitmen penyelenggara negara dan warga negara dalam membumikan
Pancasila.
Teladan ber-Pancasila
Hal terakhir yang tak kalah pentingnya dalam membumikan Pancasila adalah teladan berPancasila. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Pancasila hanyalah sebatas wacana. Sebatas
perbincangan dalam rapat-rapat pemerintahan, pun dalam diskusi-diskusi intelektual. Pancasila
hanya sebatas retorika pemimpin, minus tindakan!
Dalam hal membumikan Pancasila, masyarakat butuh sosok yang dapat dijadikan panutan.
Masyarakat butuh pemimpin yang tidak sekadar lihai dalam mengumbar indahnya Pancasila, tapi
juga menjadi yang terdepan dalam menghidupi dan mengamalkan Pancasila.
Jika pemimpinnya menjadi teladan dalam ber-Pancasila, maka rakyat akan menirunya. Bukankah
rakyat akan melakukan apa yang dilakukan oleh pemimpinnya?
PUAN SARI SIREGAR, Fasilitator Pendidikan Warga Institut Leimena dan penggiat Komunitas
28
http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumipancasila
maka cita-cita
BAB II
PEMBAHASAN
A.
memiliki
perbedaan
antara
satu
dengan
yang
lainnya
namun
1.
2.
3.
Persatuan Indonesia.
4.
5.
nilai
bahwa
negara
yang
didirikan
adalah
sebagai
kiranya
nilai-nilai
etis
yang
terkandung
dalam
sila
ketuhanan yang maha esa yang dengan sendirinya sila pertama tersebut
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.[3]
Dalam
sila
kedua
terkandung
nilai
bahwa
negara
harus
oleh
moral
kemanusiaan
antara
lain
dalam
kehidupan
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga persatuan Indonesia sebagai manusia yang percaya dan
beriman akan keesaan tuhan yang maha esa harus mempunyai ikatan
persaudaraan yang manunggaling dengan sesama bangsa dan sesama umat
manusia.[6] Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan
suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Dalam sila persatuan Indonesia
terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat
manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
yaitu
persatuan
dalam
kehidupan
bersama
untuk
4.
tuhan
yang
maha
esa.
(2) menjunjung
tinggi
harkat
dan
martabat
sama
kemanusiaan
yang
beradab.
(7)
menjunjung
tinggi
asas
B.
Allah)
dan
istihdzar
(merasa
seperti
benar-benar
dihadapan
Lillah Billah
Lillah dipahami bahwa segala amal perbuatan baik berupa ibadah
kepada Tuhan maupun pekerjaan sehari-hari dan hubungan sosial dengan
masyarakat, asal tidak melanggar ketentuan agama dan undang-undang
yang berlaku, serta tidak merugikan supaya disertai niat semata-mata hanya
menjalankan perintah Allah. Sedang Billah diartikan dengan keharusan untuk
merasa
bahwa
pada
hakikatnya
segala
perbuatan
dan
gerak-gerik,
merupakan pemberian dari Allah, harus sadar dan yakin bahwa yang
menciptakan dan menitahkan segala sesuatu adalah Allah Tuhan Maha
Pencipta.[13]
Menarik dan penting dijelaskan setidaknya dua hal : pertama, bahwa
digunakannya kata agama bukan kata Islam, dalam ajaran ini menunjukkan
universalitas dan inklusifitas aliran keagamaan ini, dalam kuliah wahidiyah
dijelaskan bahwa ajaran wahidiyah bisa diamalkan dan diterapkan oleh
semua agama dan yang menentukan adalah usaha dan kemauan. Kedua,
adanya nuansa nasionalisme kebangsaan yang diusung ajaran ini yaitu
terdapatnya doa-doa khusus dalam redaksi shalawat wahidiyah yang
ditujukan untuk persatuan, kedamaian, dan kemakmuran bangsa. Doa-doa
tersebut antara lain berbunyi Yaa Allah, limpahkanlah berkah...untuk negara
ini, Yaa Tuhan kami, ampunilah segala dosa kami, permudahlah segala
urusan kami, bukakanlah hati dan jalan kami dan tunjukilah kami, pereratlah
persaudaran dan diantara kami...[14]
Kalimat ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seharusnya ada kesenantiasaan
hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sedikitpun negara dan bangsa
Indonesia tidak terlepas dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan pengertian lain,
segala yang ada di Indonesia termasuk bangsa Indonesia dengan segala
gerak geriknya lahir batin adalah ciptaan Allah. Tidak ada barang satupun
yang terjadi dengan sendirinya tanpa dicipta dan dipelihara Allah. Jadi segalagalanya adalah billah (sebab dengan Tuhan Yang Maha Esa), inilah yang kita
sadari, harus kita rasakan setiap saat dimanapun kita berada dan apapun
yang kita lakukan.[15]
2.
Lirrasul-Birrasul
Lirrasul-Birrasul diartikan dengan segala perbuatan apa saja asal tidak
bertentangan dengan risalah Islam dan tidak meugikan supaya dimaksudkan
mengikuti tauladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw. dan merasa
memperoleh jasa Nabi Muhammad Saw.. Ajaran ini menurut Moh. Ulumuddin
(syariah dan tasawuf lokal, hal 37), merupakan aktualisasi pengamal
terhadap rasa terima kasih (syukur) kepada Nabi Muhammad Saw. yang
diyakini telah berjasa membawa agama Islam dan tentunya sebagai
pembawa risalah petunjuk dari Tuhan. Begitu besar jasa yang telah di berikan
Nabi Muhammad Saw. sehingga menurut ajaran ini sangat dianjurkan agar
senantiasa mengenang Nabi.
3.
Lilghouts-bighouts
Lilghouts-Bighouts,
cara
penerapannya
sama
dengan
Lirrasul-
dan
memenuhi
segala
bidang
kewajiban,
mengutamakan
terhadap
Allah
dan
Rasul-Nya,
maupun
kewajiban
yang
mampu
menerapkannya.
Penerapan
lillah
billah
tidak
dan juga tidak memerlukan batasan umur, sudah dewasa atau belum
dewasa, semuanya diberi kemampuan oleh Allah Tuhan Yang Maha Pencipta.
Dalam hal ini, yang paling penting adalah adanya keamauan sebab siapa saja
yang mempunyai kemauan maka dia pasti akan diberi jalan petunjuk.[20]
Firman Allah :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benarbenar
akan
kami
tunjukkan
kepada
mereka
jalan-jalan
kami.
dan
para
pengamalnya
khususnya
dan
kepada
semua
lapisan
BAB III
PENUTUP
sehingga
terwujudlah
suatu
tatanan
masyarakat
yang
Persoalan yang paling mendasar hubungan antara negara dan warga negara adalah masalah hak
dan kewajiban. Negara demikian pula warga negara samasama memiliki hak dan kewajiban
masing-masing. Sesungguhnya dua hal ini saling terkait, karena berbicara hak negara itu berarti
berbicara tentang kewajiban warga negara, demikian pula sebaliknya berbicara kewajiban negara
adalah berbicara tentang hak warga negara. Kesadaran akan hak dan kewajiban sangatlah
penting, seseorang yang semestinya memiliki hak namun ia tidak menyadarinya, maka akan
membuka peluang bagi pihak lain untuk menyimpangkannya. Demikian pula ketidaksadaran
seseorang akan kewajibannya akan membuat hak yang semestinya didapatkan orang lain menjadi
dilanggar atau diabaikan. Pada artikel ini akan dibahas pengertian hak dan kewajiban, hak dan
kewajiban negara dan warga negara menurut UUD 1945, serta pelaksanaan hak dan kewajiban
negara dan warga negara di negara Pancasila.
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak
seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para
pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang
pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk
memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang
berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang
pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah
tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini
tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini.
Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai
saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya
untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa
hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah
untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada
kehidupan yang lebih baik dan maju, yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan
seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat
kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.
Hak dan Kewajiban Warga negara :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan :
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap orang
wajib menghormati hak asai manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
Suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang hendak
dilaksanakan, untuk melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar pelaksanaan bisa berjalan
sesuai dengan harapan maka perlu ada institusi yang mengawal pelaksanaan tersebut. Dengan
demikian ada tiga hal penting dalam pelaksanaan hak dan kewajiban ini. Pertama, Pancasila
perlu dimengerti secara tepat dan benar baik dari pengertian, sejarah, konsep, prinsip dan nilainilai yang terkandung di dalamnya. Tanpa mengerti hal-hal yang mendasar ini amat sulit
Pancasila untuk diamalkan. Selain daripada itu, Pancasila akan cepat memudar dan dilupakan
kembali. Kekuatan akar pemahaman ini amat penting untuk menopang batang, ranting, daun dan
buah yang akan tumbuh di atasnya. Banyak hal yang terjadi ketika semangat untuk mengamalkan
Pancasila sangat tinggi namun tidak didasari oleh pemahaman konsep dasar yang kuat, bukan
hanya mudah memudar, namun juga akan kehilangan arah, seakanakan sudah melaksanakan
Pancasila padahal yang dilaksanakan bukan Pancasila, bahkan bertentangan dengan Pancasila.
Hal ini amat mudah dilihat dalam praktek perekonomian dan perpolitikan Indonesia saat ini yang
tanpa sadar sudah mengekor pada sistem kapitalis-neoliberalis dan perpolitikan yang
bernapaskan individualis bukan kolektifis. Kedua, pedoman pelaksanaan. Semestinya kita tidak
perlu malu mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Orde Baru yang berusaha
membuat Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4). Pedoman ini sangat diperlukan
agar negara dan warganegara mengerti apa yang musti dilakukan, apa tujuannya dan bagaimana
strategi mencapai tujuan tersebut. Manakala tidak ada pedoman pelaksanaan, maka setiap orang
berusaha membuat pedoman sendiri-sendiri sehingga terjadi absurditas (kebingungan).
Banyaknya kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan P4 perlu dievaluasi untuk diperbaiki.
Contoh kelemahan utama dalam pelaksanaan P4 adalah bahwa pedoman tersebut bersifat kaku,
tertutup dan doktriner, hanya pemerintah yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan
Pancasila, sehingga tidak ada ruang yang cukup untuk diskusi dan terbukanya konsep-konsep
baru. Kelemahan tersebut harus diperbaiki tidak kemudian dibuang sama sekali. Ketiga, perlunya
lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila. Lembaga ini bertugas antara lain
memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mensosialisasikan Pancasila. Membuka
ruang-ruang dialog agar tumbuh kesadaran ber-Pancasila baik di kalangan elit politik, pers,
anggota legislatif, eksekutif, yudikatif, dan masyarakat luas. Yang tak kalah penting adalah ikut
memberi masukan kepada lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan membuat
kebijakan serta ikut mengevaluasi setiap kebijakan yang dilakukan agar terjamin tidak
bertentangan dengan Pancasila. Dalam konteks pelaksanaan hak dan kewajiban, maka tiga hal
penting sebagaimana disebut di atas juga perlu ada, yaitu perlu mengerti prinsipprinsip dasar hak
dan kewajiban negara dan warga negara, terdapat pedoman pelaksanaannya dan ada lembaga
yang mengawalnya. Tiga hal ini tentu tidak berdiri sendiri khusus terkait dengan hak dan
kewajiban negara dan warga negara, namun merupakan kesatuan gerak besar revitalisasi
Pancasila dalam semua bidang kehidupan. Pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga
negara dalam negara Pancasila adalah sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 seperti
tergambar dalam klasifikasi di atas. Namun demikian, selain melihat klasifikasi tersebut perlu
juga memahami konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam pelaksanaan hak asasi manusia.
http://safitrikusumaningtyas23-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail76656-PKn-Hak%20dan%20Kewajiban%20Warga%20Negara%20dalam
%20Negara%20Pancasila.html