Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA

Disusun Oleh :

1. Kang Roni
2. Robert
3. Rita Bilung
4. Yustinus Yanrry Sihite
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.

Kami Berharap semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, walaupun masih banyak kekurangan di dalam makalah ini, kami meminta saran
dan kritik dari para pembaca, sehingga sehingga kami bisa memperbaiki makalah ini agar
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...............................................................................................  
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ........

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................


A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................  


A.  Pengertian Pancasila ......................................................................................... 
B.  Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi Negara Republik Indonesia ..................……
1.      Pancasila sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia ......................................................... 
2.      Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia .................................... … 
3.      Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara ............................................................ …... 
4.      Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia ..................... … 

BAB III PENUTUP ..........................................................................................


A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pancasila merupakan warisan bangsa dari para pendahulu kita yang wajib kita  jaga  dan 
kita  terapkan  pada  kehidupan  bangsa  saat  ini.  Pancasila  yang digali  dan  dirumuskan  para 
pendiri  bangsa  adalah  sebuah  rasionalitas  kita sebagai bangsa yang majemuk, multi agama,
multi bahasa, multi budaya, dan multi ras yang tergambar dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika
agar menjadi bangsa yang bersatu, adil dan makmur.
Kedudukan  dan  fungsi  pancasila  sangat  penting  karena  segala  tingkah laku  dan 
tindakan  warga  negara  Indonesia  di  atur  oleh  Pancasila  sebagai pemersatu  bangsa. 
Sebagai  warga  Indonesia  kita  harus  paham  makna-makna Pancasila,  fungsi-fungsi 
Pancasila  dan  tindakan  yang  mencerminkan  nilai Pancasila. Oleh karena itu, setiap warga
negara sangat berperan penting dalam pengamalan  Pancasila. 
Dengan  kita  memperjuangkan  norma-norma  yang terkandung,  bangsa  Indonesia 
pasti  akan  menjadi  bangsa  yang  bersatu, berdaulat,  adil  dan  makmur  sesuai  dengan 
semboyan  Bhineka  Tunggal  Ika walaupun  Indonesia  terdiri  dari  berbagai  macam  agama, 
suku,adat  dan budaya.
Dengan  kita  menganut  dari  makna  yang  terkandung  dalam  Pancasila kehidupan 
bangsa  Indonesia  akan  menjadi  bangsa  yang  bermoral  tinggi, berkeadilan  dan  persatuan 
bangsa  akan  terjaga.  Di  dalamnya  terdapat  isi  dan arti  yaitu  unsur-unsur  pembentuk 
Pancasila  berisi  tentang  pentunjuk berperilaku sehari-hari dan juga mengatur dari hukum yang
berlaku di negara Indonesia.
Sebagai  warga  negara  yang  baik,  hendaknya  kita  lebih  mengenal  dasar negara kita
yaitu Pancasila secara lebih dalam dan menyeluruh, agar kita dapat lebih menghargai dan
menjunjung tinggi dasar negara kita tersebut.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan Pancasila?
2.      Apa  saja  kedudukan  dan  fungsi  Pancasila  bagi  Negara  Republik Indonesia?

C.    TUJUAN PENULISAN


1.      Untuk mengetahui arti dan makna Pancasila.
2.      Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Pancasila bagi Negara Republik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pancasila


Secara  etimologis,  Pancasila  berasal  dari  bahasa  sansekerta  yang  terdiri dari kata Panca
dan Syila, Panca artinya lima dan syila artinya  alas atau dasar. Jadi Pancasila artinya lima dasar
(aturan) yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Secara   terminologis,   istilah   Pancasila   dipergunakan   oleh Ir.Soekarno  yang 
dicetuskan  dalam  pidatonya  didepan  sidang  BPUPKI (Dokuritsu Ziumbi Tyoosakai) pada
tanggal 1 Juni 1945.
Pancasila  adalah  dasar  Negara  Indonesia  yang  merupakan  identitas Negara Indonesia
dan tidak dimiliki oleh negara lain.

B.       Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi Negara Republik Indonesia


Terdapat berbagai macam pengertian kedudukan dan fungsi Pancasila yang masing-masing
harus dipahami sesuai dengan konteksnya.
Adapun beberapa kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai berikut:
1.      Pancasila sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia
Jatidiri adalah suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian rupa
sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas yang lain. 
Pancasila sebagai pembentuk karakter bangsa yang bersifat integralistik bukan berasal
dari luar tetapi dari budaya bangsa indonesia sendiri yang kemudian terkristalisasi sebagai
Ideologi Pancasila yang merupakan jatidiri bangsa yang membedakan dengan bangsa lain. 
Dengan memiliki Pancasila sebagai jatidiri bangsa dan menerapkan secara konsisten,
bangsa indonesia tidak akan mudah terombang-ambing oleh gejolak yang menerpanya. Ia
memiliki harga diri, dan kepercayaan diri, sehingga tidak mudah tergiur oleh rayuan yang
menyesatkan. Dari uraian tersebut jelas bahwa jatidiri sangat diperlukan bagi bangsa dalam
mencapai sukses dalam membawa dirinya.
Yang dimaksud jati diri bangsa adalah pandangan hidup yang berkembang didalam
masyarakat yang menjadi kesepakatan bersama, berisi konsep, prinsip, dan nilai dasar yang
diangkat menjadi dasar negara sebagai landasan statis, ideologi nasional, dan sebagai landasan
dinamis bagi bangsa yang bersangkutan dalam menghadapi segala permasalahan menuju cita-
citanya.
Pancasila menjadi jati diri bangsa Indonesia mengandung arti bahwa Pancasila menjadi
ciri khas bangsa Indonesia yang tidak ditemukan pada bangsa lain. Oleh karena itu bangsa
Indonesia berkewajiban mempertahankan kemurnian Pancasila ditengah gencarnya arus
globalisasi. Selain itu, Pancasila tidak hanya dijadikan pedoman bangsa, namun harus diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, agar tetap tegak berdiri dalam wadah NKRI
2.      Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Pancasila merupakan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pada pembahasan kali ini,
kita akan berusaha mempelajari bagaimanakah peran Pancasila sebagai ideologi bangsa serta
negara yang dapat memunculkan suatu interpretasi baru untuk tumbuh dan berkembang,
membentuk peraturan intelektual bagi kehidupan masyarakat Indonesia, dan masih banyak lagi
peran Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai awalan, banyak yang
menyebutkan bahwa ideologi Pancasila dapat membuka jalan bagi lahirnya interpretasi baru dan
hal ini benar adanya.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa mereka yang melahirkan ideologi ini dulu secara
jujur mengakui keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka untuk mampu memberikan
pengertian dan analisa final yang dapat secara terus menerus. Mereka tampaknya mengakui
bahwa visi mereka tak mampu menjangkau perkembangan apa yang akan terjadi di kemudian
hari. Dengan memberikan peluang tersebut, berarti mereka memberikan kesempatan bagi
generasi baru untuk memperbaiki atau menyempurnakannya, karena ideologi dituntut harus
mempunyai fleksibilitas yaitu membuka dirinya untuk diinterpretasikan kembali dari waktu ke
waktu sesuai dengan proses perkembangan dan kemajuan masyarakat.
Apa Itu Ideologi?
Secara etimologis, istilah ideologi berasal dari kata Yunani yaitu ‘idea’ yang berarti pemikiran,
gagasan dan konsep keyakinan serta ‘logos’ yang berarti pengetahuan. Dengan demikian, konsep
ideologi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang gagasan, konsep keyakinan atau
pemikiran. Ideologi dapat dibedakan menjadi dua jenis:
Pertama, ideologi doktriner. Ideologi ini bersifat ketat dan mengandung ajaran-ajaran yang
disusun secara jelas dan sistematis, serta diindoktrinasikan pada komunitasnya dengan
pengawasan ketat dalam rangka pelaksanaan ideologi dan seringkali dimonopoli oleh rezim yang
berkuasa. Dalam hal ini, berarti pemimpin suatu negara memiliki kendali penuh dan kekuasaan
dalam pelaksanaan negara beserta ideologi yang dianut. Kedudukan pemimpin negara seolah
berada di atas kedudukan ideologi dan sistem pemerintahan akan bersifat otoriter.
Kedua, ideologi pragmatis. Ideologi ini bersifat tidak ketat dan mengandung ajaran-ajaran yang
tidak disusun secara rinci, tidak diindoktrinasikan, serta tidak memiliki pengawasan yang ketat
dalam pelaksanaannya (Emile Durkheim dalam George Simpson, New York, Free Press,
1964.54).
Dalam pengertian lain, Alfian mendefinisikan ideologi sebagai akumulasi nilai-nilai yang
dianggap baik dan benar tentang tujuan yang ingin dicapai masyarakat, sekaligus menjadi
pedoman dan cita-cita pengatur perilaku masyarakat dalam berbagai kehidupan. Karenanya,
ideologi berfungsi menjadi tujuan dan cita-cita bersama masyarakat, serta menjadi pedoman dan
alat ukur perilaku dalam hubungannya dengan kebijakan negara serta sebagai pemersatu
masyarakat karena menjadi prosedur penyelesaian konflik yang muncul dalam masyarakat
tersebut. (Alfian, Idiologi, Idealisme dan Integrasi Nasional, Prisma, 8-8-1976).

Implikasi Logis Pancasila Sebagai Ideologi


Sejak dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi bangsa, secara eksplisit maupun implisit
Pancasila mengandung konsekuensi logis bagi seluruh organ-organ dan masyarakat yang
hidup tumbuh berkembang dalam Negara Indonesia merdeka untuk menyandarkan
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat atas dasar Pancasila. Ideologi
Pancasila juga memberikan sandaran bagi lalu lintas kehidupan umat manusia di
Indonesia.
Suatu ideologi yang dibuat harus berorientasi pada kehidupan masyarakat, mengapa? Hal
ini dikarenakan dalam setiap proses pergaulan, apalagi dalam terminologi bangsa yang plural dan
heterogen seperti Indonesia haruslah dibutuhkan suatu ‘aturan main’ yang tentunya disepakati
bersama untuk memberikan arahan agar setiap konflik pluralitas dan heterogenitas yang mungkin
muncul akan dapat terminimalisir, serta bagaimana nilai-nilai dalam ideologi tersebut
mengkonstruk struktur sosial yang mempunyai visi kebangsaan yang sama meski berawal dari
keragaman (kepentingan). Namun demikian, bukan berarti kehidupan masyarakat semata-mata
merupakan manifestasi ideologi. Sebab, selalu saja dialektika yang berkesinambungan antara
ideologi dengan kenyataan kehidupan masyarakatnya akan menentukan kualitas dari ideologi
tersebut.
Relasi Ideologi dengan Realitas Sosial
Setelah berbicara panjang lebar dan mengenali suatu ideologi, lantas apakah korelasi
logis antara sebuah ideologi (dalam hal ini adalah Pancasila) dengan kenyataan kehidupan
masyarakat? Sebuah ideologi bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan lepas dari kenyataan
hidup masyarakat, namun ideologi adalah sebuah produk atau hasil dari kebudayaan masyarakat.
Dan karenanya, dalam artian tertentu merupakan manifestasi sosial dari keinginan luhur
masyarakat. Artinya, perumusan suatu ideologi Pancasila seharusnya dimaknai dari adanya
keinginan untuk mewujudkan suatu struktur dan konstruk masyarakat yang diidealisasikan sesuai
dengan keadaannya.
Pada hakikatnya sebuah ideologi tidak lain merupakan sebuah refleksi manusia atas
kemampuannya dalam mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maksud kalimat
tersebut adalah bahwa antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi sebuah hubungan
dialektis yang menimbulkan kelangsungan pengaruh hubungan timbal balik yang terwujud dalam
sebuah interaksi. Dengan demikian, ideologi mencerminkan cara berpikir dan bertata kehidupan
masyarakat serta membentuk masyarakat menuju cita-cita yang telah diharapkan bersama
sehingga ideologi seharusnya tidak hanya dianggap sebagai pengetahuan teoritis saja, namun
lebih merupakan sesuatu yang dihayati menjadi sebuah keyakinan.
Adakah Kritik Terhadap Pancasila Sebagai Sebuah Ideologi?
Dalam perjalanannya, Pancasila memang kerap kali mendapatkan kritik dari masyarakat dengan
melayangkan tuntutan-tuntutan yang bersifat memperdebatkan ‘keabsahan’ Pancasila sebagai
sebuah ideologi Indonesia. Seperti munculnya gagasan diberlakukannya federalisme dalam
sistem kenegaraan Indonesia, fenomena munculnya kembali partai-partai politik, organisasi
massa dan organisasi kepemudaan yang memakai asas di luar Pancasila dalam menjalankan
aktivitas administrasi dan organisasinya. Berbagai bentuk penyelewengan atas Pancasila tidak
harus dimaknai sebagai sebuah alasan untuk menggantikan ideologi suatu negara.
Penyelewengan adalah bukti ketidakseriusan pengelola negara dalam menjalankan Pancasila
secara murni dan konsekuen. Itulah sebabnya, agar berbagai penyelewengan atas Pancasila dapat
diminimalisir, maka sudah saatnya Pancasila didudukkan kembali menjadi ideologi terbuka yang
harus terus menerus disempurnakan sehingga pada akhirnya selalu ‘up to date’ untuk menjawab
persoalan yang timbul di negara Indonesia.
Kekuatan Pancasila Sebagai Sebuah Ideologi
Kekuatan ideologi Pancasila dapat diukur dari tiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi
dan saling memperkuat. Ketiga dimensi tersebut adalah:
(1)   Dimensi Realitas, dimana sebuah ideologi mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakatnya.
(2)   Dimensi Idealitas, dimana suatu ideologi harus mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui idealisme atau cita-
cita yang terkandung dalam ideologi, suatu masyarakat akan mampu mengetahui ke mana
mereka ingin membangun kehidupan bersama.
(3)   Dimensi Fleksibilitas, dimana sebuah ideologi harus memiliki keluwesan yang memungkinkan
dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran baru yang relevan tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
Berdasar pada ketiga dimensi tersebut, Pancasila jelas memenuhi standar realitas, idealitas
dan fleksibilitas, karena dinamika internal yang terkandung dalam sifatnya sebagai ideologi
terbuka. Secara ideal-konseptual, Pancasila adalah ideologi yang kuat, tangguh, kenyal dan
bermutu tinggi. Dinamika internal yang terkandung dalam suatu ideologi biasanya
mempermantap, mempermapan dan memperkuat relevansi ideologi tersebut dalam
masyarakatnya.
Namun hal tersebut tetap bergantung pada kehadiran beberapa faktor di dalamnya yaitu:
kualitas nilai dasar yang terkandung dalam ideologi tersebut; persepsi, sikap, dan tingkah laku
masyarakat terhadapnya; kemampuan masyarakat dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran
baru yang relevan terhadap ideologinya; serta menyangkut seberapa jauh nilai-nilai yang
terkandung di dalam ideologi tersebut membudaya dan diamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan berbagai dimensinya.
Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa
Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal 28 Mei 1945 hingga 1
Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato pembukaannya selaku ketua
BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai dasar negara apa
yang akan dibentuk untuk Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan paling dominan
sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945 dan memunculkan sejumlah pembicara yang mengajukan gagasan
mereka mengenai dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan gagasannya
mengenai dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul “Lahirnya Pancasila”. Menurut
Drs. Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan
tajam antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki dasar
negara sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya dimenangkan kelompok yang menginginkan
Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni
1945.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam Jakarta
diganti dan menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan Soekarno dan
Mohammad Hatta dan terus berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai
Carol Gluck mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak meributkan
masalah ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada perkembangan perumusan
Pancasia sejak 1 Juni sampai 18 Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami
perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan
dan disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi antara kelompok yang
memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan dasar negara
Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh
PPKI berkembang menjadi kompromi antara kaum nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam
hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering dibicarakan oleh
kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan lagi merupakan
kompromi atau titik temu bagi semua ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan
sebagai senjata ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam
yang kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam terhadap
pemerintah pusat. Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku
Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
untuk kembali pada UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan
pemerintahannya dinamai dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang diharapkan. Periode
labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena dianggap ikut andil
dalam pemberontakan regional berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan
partai politik yang ada serta mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena
mereka menentang konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila.
Soekarno juga menganjurkan sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang berarti
persatuan antara nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis dan ideologis yang
saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat labil sampai pada akhirnya
melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa rezim baru
adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto mengambil Pancasila
sebagai dasar negara dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi
kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata tidak semakin membuat stabilitas negara
berjalan dengan baik, tetapi justru struktur politik labil yang semakin mengedepan dikarenakan
Soeharto seringkali mengulang pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk
melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang
menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai adanya jaman baru
bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari Orde Baru yang dianggap
menindas dengan konfrimitas ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk membentuk
masyarakat sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas
kendalinya masyarakat seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar dan konflik
berkepanjangan. Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada
masa Orde Lama, Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan perekonomian secara
mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini cenderung mengaburkan dan
menguburkan makna substansial Pancasila dan berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah
mitos, selalu dipahami secara politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai
dasar Pancasila menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia.
Seperti Apakah Reaktualisasi Ideologi Pancasila?
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos yang
mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal setiap
elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip
dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi.
Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah
masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan
memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika
Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila berperan sebagai
payung hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga
mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah Pancasila
mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam
pemikirannya “The End of Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah
bangsa Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan bernegara,
yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam
keberagaman, demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang berkeadilan sosial.
Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi
mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan
Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan pengamalan para
pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat
doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat
fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan
keterbukaannya tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia serta Pancasila sebagai
ideologinya akan tetap bertahan dan tidak goyah meskipun dihantam badai globalisasi dan
modernisme. Sebagai generasi penerus, marilah kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar saling
berdampingan dan tetap utuh hingga anak cucu kita nantinya sebagai penerus kelangsungan
negara ini.
3.      Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (Philosofische Grondslag) dari negara, ideologi negara atau (Staatsidee). Dalam
pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
negara atau dengan kata lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan sumber
kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia beserta
seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintahan negara.
Dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber
dari segala sumber hukum yang antara lain sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan,
traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum.

4.      Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


 Bagi bangsa Indonesia adanya kesatuan asas kerokhanian, kesatuan pandangan hidup,
kesatuan ideologi adalah sangat penting dan bersifat sentral, karena suatu bangsa yang ingin
berdiri kokoh dan mengetahui ke arah mana tujuan bangsa itu ingin dicapai maka bangsa itu
harus memiliki satu pandangan hidup, ideologi maupun satu asas kerokhanian.
         Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang dengan sendirinya
memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda pula. Namun demikian bahwa
perbedaan itu harus disadari sebagai sesuatu yang memang senantiasa ada pada setiap manusia
(suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan dalam masalah ini bersifat biasa. Namun demikian
dengan adanya kesatuan asas kerokhanian yang kita miliki, maka perbedaan itu harus dibina ke
arah suatu kerjasama dalam memperoleh kebahagiaan bersama. Maka disinilah letak fungsi dan
kedudukan asas kerokhanian Pancasila sebagai asas persatuan, kesatuan dan asas kerjasama
bangsa Indonesia. Dalam masalah ini maka membina, membangkitkan, memperkuat dan
mengembangkan persatuan dalam suatu pertalian kebangsaan menjadi sangat penting artinya,
sehingga persatuan dan kesatuan tidak hanya bersifat statis namun harus bersifat dinamis.
Perbedaan-perbedaan itu tidaklah mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,
karena memiliki daya penarik ke arah kerjasama yang saling dapat diketemukan dalam suatu
perpaduan dan sintesa yang memperkaya masyarakat sebagai suatu bangsa.
         Pancasila sebagai dasar filsafat hidup bangsa sekaligus berfungsi sebagai pemersatu
bangsa Indonesia, yang dalam penghayatan Pancasila merupakan penghayatan material,
kemudian diwujudkan dalam pengamalan subjektif Pancasila.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Pancasila memiliki kedudukan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia dalam menata,
mengatur, serta menyelesaikan masalah-masalah sosial, kebangsaan dan kenegaraan termasuk
juga masalah hukum. Sebagai dasar filsafat, maka Pancasila merupakan sebagai pemersatu
bangsa dan negara Indonesia.
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang dengan sendirinya
memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda pula. Namun demikian bahwa
perbedaan itu harus disadari sebagai sesuatu yang memang senantiasa ada pada setiap manusia
(suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan dalam masalah ini bersifat biasa. Namun demikian
dengan adanya kesatuan asas kerokhanian yang kita miliki, maka perbedaan itu harus dibina ke
arah suatu kerjasama dalam memperoleh kebahagiaan bersama.

B. SARAN         
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
filsfat negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-
sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Selain itu kita
juga perlu lebih mendalami pemahaman tentang sila-sila dan fungsinya agar dalam tepat dalam
pengamalannya. Dengan demikian cita-cita dan tujuan-tujuan dari pancasila dapat terwujud
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121106212218AA6bcNq
http://muringkay.blogspot.com/2012/10/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa.html
http://klaussurinka.blogspot.com/2010/05/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa-dan.html
http://dotcom-internet.blogspot.com/2012/02/alasannya-bangsa-indonesia-mengangkat.html
http://sucirahmawati13.blogspot.com/2014/09/makalah-sila-sila-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai