Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA DI ERA REFORMASI

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :
Dr. R. Andriadi Achmad, SS., M.IP

Disusun oleh :

Kayla Asyifa Rahmatya P17324423028


Sekar Ayu Farahita P17324423042
Rosalina P17324423038
Widiya Ningsih P17324423048
R Nurhalisa Putri P17324423034

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Makalah yang berjudul “Pancasila Era Reformasi”. Atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan
terima kasih kepada :

Dr. R. Andriadi Achmad, SS., M.IP Selaku dosen mata kuliah Kewarganegaraan
dan Pancasila, yang banyak memberikan materi pendukung, bimbingan, dan
masukan kepada kami.

Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Karawang, 01 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I ........................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1

BAB II ......................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN......................................................................................................... 2

2.1 Munculnya Masa Reformasi...........................................................................2

2.2 Pelaksanaan Pancasila Pada Masa Reformasi................................................4


2.3 Penerapan Pancasila Di Era Reformasi..........................................................7

2.4 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi.......................................................9

2.5 Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila.................................................10

2.6 Pancasila Sebagai Dasar Cita-Cita Reformasi.............................................11

2.7 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum.........................................11

2.8 Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum....................................11

2.9 Pancasila sebagai Yuridis Reformasi Hukum..............................................12

BAB III ........................................................................................................................ 13

PENUTUP................................................................................................................... 13
ii
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pancasila merupakan dasar dari Negara kita dimana Pancasila juga digunakan sebagai
alat pemersatu bangsa dimana Indonesia memiliki rakyat yang cukup banyak dengan budaya
yang dimiliki masing-masing dari rakyat tersebut. Sebagaimana pada awalnya nilai-nilai
pancasila dijadikan dasar Negara Indonesia pada era Orde Lama yang kala itu runtuh dan
kembali dimulai lagi oleh Presiden Soeharto pada era Orde Baru yang juga runtuh pada tahun
1998 yang sering kita kenal sebagai Reformasi.Serta bagaimana perkembangan nilai-nilai
pancasila yang diterapkan di era Reformasi saat ini.
Cukup ironis melihat banyak warga Negara Indonesia yang pada era reformasi ini
rasanya semakin lupa terhadap Pancasila bahkan terkadang merasa asing pada Pancasila itu
sendiri. Dapat kita lihat sekarang, di era Reformasi saat ini sangat tidak jelas, seperti tidak
memiliki arah khususnya dalam penerapan nilai-nilai pancasila di era Reformasi ini.Dimana
Pancasila adalah ideologi Negara kita yang berasal dari penggabungan nilai-nilai luhur yang
berasal dari akar budaya kehidupan bermasyarakat yang terasa mulai pudar dan
ditinggalkan,maka sebab itu Pancasila masih sangat diperlukan khususnya dalam hal
pembelajaran atau pendidikan sedari kecil maupun tingkat universitas,agar penerapan nilai-
nilai Pancasila tidak akan memudar dan hilang ditelan waktu karena adanya ketidakpedulian
dari petinggi negeri ini untuk menjaga identitas bangsanya atau ideologinya yaitu Pancasila.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis guna untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai Pancasila yang telah
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam bidang ekonomi, politik, dan hukum pada
era reformasi sekarang ini.

1.3 Landasan Teori


Bisa kita contohkan bagaimana konsistennya rakyat jepang yang sampai saat ini
menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur mereka yang menjadikan rakyatnya benar-benar
mencintai bangsanya sendiri sehingga mempunyai rasa tanggung jawab atas bangsa sendiri
dan mempunyai satu visi untuk membangun bangsa agar lebih maju.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2. Munculnya Masa Reformasi

Reformasi bergulir di Indonesia dengan dimotori oleh mahasiswa dan tokoh tokoh
bangsa ini yang merasa bahwa krisis yang melanda negara ini diawali dari krisis ekonomi
ternyata telah membawa kita pada krisis yang lebih besar seperti krisis politik,kepemimpinan
dan akhirnya pada suksesi atau pergantian kepemimpinan secara nasional.Tentu telah banyak
korban yang berguguran dalam proses reformasi tersebut semisal contoh mahasiswa trisakti
yang menjadi korban dalam tragedi semanggi I-II, kerusuhan massa yang anarkis dan brutal
dengan melakukan penjarahan, pemerkosaan, pengrusakan fasilitas-fasilitas umum di Jakarta,
solo, Medan, dan kota-kota lain di Indonesia.Semangat dan jiwa reformasi yang digulirkan
menjadi kacau dan tidak tentu arah dan justru malah menodai nilai dan tujuannya sendiri.Tentu
ini menjadi tanda tanya besar ketika semangat untuk meluruskan dan mengembalikan tatanan
negara ini menjadi lebih baik justru di lapangan kita temui hal yang kontraproduktif.

Salah satu tujuan reformasi dibidang politik dan hukum adalah mengembalikan UUD
1945 dan pancasila sebagai falsafah dasar kehidupan bangsa dan negara.Kita dapat mengetahui
dengan seksama bahwa dalam pelaksanaan UUD 1945 dan pancasila dalam masa orma dan
orba terjadi deviasi atau penyimpangan oleh oknum-oknum penyelenggara pemerintah.
Sehingga dalam pelaksanaan berpolitik dan berpemerintahan hanya menjadi senjata dan dalil
pembenaran dari semua tujuan penguasa untuk melanggengkan dan menikmati kekuasaan
sehingga muncul pemerintahan yang lalu seperti otoriter absolut, terpimpin dan kolusi untuk
korupsi dan nepotisme dalam kekuasaan. Ini tentu tidak mudah untuk membuat sebuah latar
balik dan mengembalikan semangat seperti awalnya kemerdekaan bangsa ini. Kekuasaan
penuh dan perilaku birokrasi yang sistematis membuat apa yang mereka lakukan seolah selalu
benar dan tidak ada penyimpangan dari nilai dan norma yang terkandung dalam pancasila.

Dulu setiap sekolah dan kelompok organisasi selalu diwajibkan untuk mengikuti
Penataran Pelaksanaan Pengamalan Pancasila dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan
tinggi, dari kelompok karang Taruna Desa sampai Pejabat negara. Secara lahirlah ini perlu
ditingkatkan dan memang itu semua sebagai cara memberikan pendoktrinisasi anak bangsa
untuk lebih mengerti dalam melaksanakan pancasila.Hanya saja satu materi dan doktrinisasi

2
yang harus dibuat lagi seperti yang dulu yang hanya untuk tujuan dan kepentingan penguasa
negara dengan single majority atau stabilitas nasional dalam arti semu.

Satu kata kunci yang sekarang menjadi asing sudah luntur dari kita sebagai bangsa
adalah pancasila sebagai ideologi NKRI. Dapat kita ketahui bersama dari uraian dan penjabaran
Pancasila dalam strategi Politik Nasional, Ali Murtopo. CSIS, 1947 Hal 173 dapat kita ambil
garis besar sebagai berikut :

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa negara adalah
berdasar dan percaya pada tuhan yang maha esa dengan kewajiban setiap warganya mengakui
adanya Tuhan.Sila kedua, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, mengandung pengertian dan
pengakuan akan penghargaan terhadap sesama manusia lepas dari asal usul, keyakinan, ras,
serta pandangan politik adalah sama.Sila ketiga, Persatuan Indonesia, mengandung arti sesuai
dengan pernyataan kemerdekaan bangsa dimaknakan sebagai pengertian kesatuan dan bangs
ini adalah satu dengan mengatasi paham perseorangan dan golongan dalam satu NKRI.

Bila kita bangga sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai jati diri sebagai bangsa
maka kita harus pandai menilai nilai-nilai dasar yang harus kita pegang teguh bersama.
Terlebih lagi pada saat ini kita hidup di zaman reformasi yang seharusnya justru kita
mengembalikan nilai-nilai dasar negara kita. Nilai-nilai dasar tersebut adalah Pancasila sebagai
landasan dan falsafah hidup bangsa yang tumbuh dari dasar bumi indonesia. Tidak ada yang
keliru dari pancasila yang di dalamnya termuat lima nilai dasar universal yaitu: believe in god,
nationalisme, internasionalisme, democracy, and social justice. Kelima dasar ini harus menjadi
paradigma baru yang ada dalam ruh hati yang paling dalam serta jangan pernah hilang kapan
pun, dimanapun, dan bagaimanapun.

Tujuan NKRI, bagai sebuah kapal tentu negara ini punya tujuan yang tidak boleh
digoyah dan wajib untuk tetap diamankan sebagaimana dapat kita lihat dalam pembukaan UUD
45 yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Bhineka
tunggal ika, adalah semangat untuk mengakomodasi perbedaan dan kemajemukan bangsa tetap
dalam kerangka NKRI dan justru sebagai sebuah khasanah serta aset nasional memperkukuh
integrasi bangsa.

3
Reformasi, semangat untuk tetap mereformasi dengan sifat untuk menyempurnakan
dari kekurangan bangsa serta dengan konsep, agenda yang jelas didukung kerja keras semua
komponen bangsa untuk memajukan dan memberikan sumbangsih serta semangat untuk rela
berkorban demi bangsa ini.Ada sebuah seni yang sederhana dalam kita memulai semangat
pengamalan nilai-nilai pancasila yakni tiga M seperti: mulai dari diri sendiri, adalah mimpi
bisa mengubah apapun dengan baik tanpa diawali perubahan pada diri kita sendiri,
memperbaiki diri sendiri berarti memulai segalanya.

2.2 Pelaksanaan Pancasila Pada Masa Reformasi

Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara
Kesatuan Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali dari jati
diri dan nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Dengan berbagai
kajian ternyata didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara sila tersebut sebagai sebuah
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dikarenakan antar sila tersebut saling menjiwai satu
dengan yang lain. Ini dengan sendirinya menjadi ciri khas dari semua kegiatan serta aktivitas
desah nafas dan jatuh bangunnya perjalanan sejarah bangsa yang telah melewati masa-masa
sulit dari jaman penjajahan sampai pada saat mengisi kemerdekaan.

Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan sudah
asing dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa dan ada apa
dengan kita sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami pasang surut masalah negeri
ini belum bisa mengoptimalkan tentang pengamalan nilai-nilai Pancasila tersebut. Terlebih lagi
saat ini dengan zaman yang disepakati dengan nama Era Reformasi yang terlahir dengan
semangat untuk mengembalikan tata negara ini dari penyelewengan-penyelewengan
sebelumnya.

Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan
menghilangkan dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis yang
berkepanjangan di segala bidang kehidupan, serta menata kembali ke arah kondisi yang lebih
baik atas sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah hancur, menuju Indonesia baru.
Pada masa sekarang arah tujuan reformasi kini tidak jelas juntrungnya walaupun secara

4
birokratis, rezim orde baru telah tumbang namun, mentalitas orde baru masih nampak disana -
sini.Sedangkan pancasila adalah sebagai ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari
penggabungan dari nilai-nilai luhur yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia.
Sebagai sebuah ideologi politik, Pancasila bisa bertahan dalam menghadapi perubahan
masyarakat, tetapi bisa pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya. Hal itu tergantung
pada daya tahan ideologi tersebut. Ideologi akan mampu bertahan dalam menghadapi
perubahan masyarakat bila mempunyai tiga dimensi. Ketiga dimensi antara lain sebagai berikut
meliputi:yaitu kadar atau kualitas idealisme yang terkandung di dalam ideologi atau nilai-nilai
dasarnya. Kualitas itu menentukan kemampuan ideologi dalam memberikan harapan kepada
berbagai masyarakat untuk mempunyai atau membina kehidupan bersama secara lebih baik
dan untuk membangun suatu masa depan yang lebih cerah.menunjuk pada kemampuan
ideologi untuk mencerminkan realita yang hidup dalam masyarakat dimana ia muncul untuk
pertama kalinya, paling kurang realita pada kelahirannya.awal yaitu kemampuan ideologi
dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau
perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi berarti ikut mewarnai proses perkembangan.
Sedangkan Menyesuaikan diri berarti bahwa masyarakat berhasil menemukan tafsiran tafsiran
terhadap nilai-nilai dasar dari ideologi sesuai dengan realita-realita baru yang muncul dan
mereka hadapi.Maka dari itu pancasila sebagai ideologi haruslah mempunyai dimensi bilitas
agar substansi-substansi pokok yang dikandungnya tidak lekang dimakan waktu.

Pada masa reformasi yang dimulai dari tahun 1998 hingga masa sekarang, orang orang
mulai menanyakan relevansi dari pancasila untuk menjawab segala tantangan zaman terlebih
lagi di era globalisasi seperti sekarang ini. Maka Pancasila menurut kami mutlak masih
diperlukan. Tampaknya kita perlu bercermin pada kehidupan bangsa-bangsa yang taat dan
konsisten terhadap ideologi yang diciptakannya. Bagaimana masyarakat Jepang masih
menjunjung tinggi semangat dan nilai-nilai restorasi Meiji, sehingga mereka selalu bekerja
keras dalam membangun harga diri bangsanya. Rakyat AS mengaplikasikan ideologi
kebebasan sebagai spirit masyarakat, sehingga terwujud kompetisi yang bangsanya.

Kondisi objektif negeri besar yang bernama Indonesia ini, sesungguhnya amat rentan.
Memang Indonesia adalah negara besar, berbeda dengan negara lain yang mana pun. Ini perlu
dimakan, bukan untuk menggalang rasa chauvinistis atau kesombongan, tetapi justru untuk
membangun kesadaran bertanggung jawab yang rendah hati bagi seluruh rakyatnya. Apabila
kita melihat negeri ini seperti Singapura, Taiwan, atau Korea Selatan, tanpa maksud

5
mengecilkan keberhasilan mereka, akibatnya bangsa ini bisa salah jalan dalam usaha mencari
terapi krisis multidimensi yang melilitnya. Indonesia besar bukan hanya dalam angka-angka
statistik,seperti jumlah penduduk.

Dalam situasi seperti ini, tepat kiranya apa yang disampaikan oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono X ketika membuka Seminar Nasional "Kapasitas Pancasila dalam Menghadapi Krisis
Multidimensi" bahwa pengamalan nilai nilai Pancasila sebagai semen perekat persatuan-
kesatuan bangsa menjadi teramat penting.Karena Pancasila Lah yang harus menjadi sumber
sekaligus landasan dan perspektif dari persatuan-kesatuan bangsa. Dengan landasan Pancasila
itu pula, maka usaha untuk lebih memperkokoh rasa persatuan-kesatuan bangsa memperoleh
landasan spiritual, moral dan etik, yang bersumber pada kepercayaan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sejalan dengan paham kebangsaan, kita juga menentang segala macam bentuk
eksploitasi, penindasan oleh satu bangsa terhadap bangsa lainnya, oleh satu golongan terhadap
golongan lain, dan oleh manusia terhadap manusia lain, bahkan oleh penguasa terhadap
rakyatnya. Sebab Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengajarkan untuk menghormati
harkat dan martabat manusia dan menjamin hak hak asasi manusia.

Semangat persatuan-kesatuan kita menentang segala bentuk separatisme, baik atas


dasar kedaerahan, agama maupun suku, sebab Sila Persatuan Indonesia memberikan tempat
pada kemajemukan dan sama sekali tidak menghilangkan perbedaan alamiah dan keragaman
budaya etnik. Oleh sebab tu, bangsa ini harus menentang perilaku membakar, menjarah,
menganiaya, memperkosa dan tindak kebrutalan lainnya yang mengarah ke anarkisme, serta
berdiri di depan memberantas KKN tanpa membeda-bedakan partai, golongan,agama, ras, atau
pun etnik. Semangat untuk tetap bersatu juga berakar pada asas Kedaulatan yang berada di
tangan Rakyat, serta menentang segala bentuk feodalisme dan kediktatoran oleh mayoritas
maupun minoritas. Karena kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan mendambakan
terwujudnya masyarakat yang demokratis, dan oleh karenanya, juga merupakan gerakan massa
yang demokratis.

6
2.3 Penerapan Pancasila Di Era Reformasi

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks


sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga
negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap
yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional
terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kredibilitasnya menjadi
diragukan, diperdebatkan,baik dalam politis maupun akademis. Semenjak ditetapkan sebagai
dasar negara, Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah
bangsa Indonesia memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara dalam
tiga tahap yaitu: tahap 1945-1968 sebagai tahap politis, tahap 1969 - 1994 sebagai tahap
pembangunan ekonomi, dan tahap 1995-2020 sebagai tahap repositioning Pancasila.1998
sampai sekarang reformasi.Hal ini patut dipahami, karena adanya perbedaan pendekatan, yaitu
dari segi politik dan dari segi hukum.

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai nilai pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan
dan elan vitalnya. Sebab utama nya sudah umum kita ketahui, karena rezim Orde Lama dan
Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan otoriter.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini,
Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari
penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte,
krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi
disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya,
yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih
konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut terdiskreditkan sebagai bagian dari

7
pengalaman masa lalu yang buruk. Sebagai suatu konsepsi politik Pancasila pernah dipakai
sebagai legitimasi ideologis dalam membenarkan negara Orde Baru dengan segala sepak
terjangnya. Sungguh suatu ironi sampai muncul kesan di masa lalu bahwa mengkritik
pemerintahan Orde Baru dianggap Anti Pancasila.

Jadi sulit untuk dielakkan jika sekarang ini muncul pendiskreditan atas
Pancasila.Pancasila ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran. Orang gampang untuk
berbicara Pancasila dan merasa tidak perlu untuk membicarakannya. Bahkan bisa jadi orang
yang berbicara Pancasila dianggap ingin kembali ke masa lalu. Anak muda menampakkan
kealpaan bahkan phobia-nya apabila berhubungan dengan Pancasila. Salah satunya
ditunjukkan dari pernyataan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M
Danial Nafis pada penutupan Kongres I GMPI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin, 3
Maret 2008 bahwa kaum muda yang diharapkan menjadi penerus kepemimpinan bangsa
ternyata abai dengan Pancasila. Pernyataan ini didasarkan pada hasil survey yang dilakukan
oleh aktivis gerakan nasionalis tersebut pada 2006 bahwa sebanyak 80 persen mahasiswa
memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.Sebanyak 15,5 persen
responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup dan hanya
4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan hidup
berbangsa dan bernegara.

Di sisi lain, rezim reformasi sekarang ini juga menampakkan diri untuk maluma
terhadap Pancasila. Jika kita simak kebijakan yang dikeluarkan ataupun berbagai pernyataan
dari pejabat negara, mereka tidak pernah lagi mengikutkan kata kata Pancasila. Hal ini jauh
berbeda dengan masa Orde Baru yang hampir setiap pernyataan pejabatnya menyertakan kata-
kata Pancasila Menarik sekali pertanyaan yang dikemukakan Peter Lewuk yaitu apakah Rezim
Reformasi ini masih memiliki konsistensi dan komitmen terhadap Pancasila? Dinyatakan
bahwa Rezim Reformasi tampaknya ogah dan alergi bicara tentang Pancasila. Mungkin Rezim
Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktekkan Pancasila. Rezim ini tidak ingin dinilai
melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua rezim sebelumnya yang
menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan. untuk melegitimasikan kelanggengan
otoritarianisme Orde Lama dan otoritarianisme Orde Baru Saat ini orang mulai sedikit demi
sedikit membicarakan kembali Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana publik.

Beberapa istilah baru diperkenalkan untuk melihat kembali Pancasila. Kuntowijoyo

8
memberikan pemahaman baru yang dinamakan radikalisasi Pancasila Sesungguhnya jika
dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak sepenuhnya benar. Pernyataan
tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa ini adalah dikeluarkana
ketetapan MPR No XVIII/MPR /1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No II / MPR /
1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang
Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara. Pada pasal 1 Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar
negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara. Dokumen kenegaraan lainnya adalah Peraturan Presiden No 7 tahun
2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009.

2.4 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan
berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat
yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang
demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah sumber nilai
yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini
diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang, baik pada masa orde lama maupun orde
baru. Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus memiliki
platform dan sumber nilai yang jelas dan merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II Pelita ketujuh bangsa
Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia
Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Sistem politik
dikembangkan ke arah sistem Birokratik Otoritarian dan suatu sistem Korporat.Sistem ini
ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan-keputusan
nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok militer,
kelompok cerdik cendekiawan dan kelompok pengusaha oligopolistik dan bekerjasama dengan
masyarakat bisnis internasional.

9
Dr. B.J. Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan
pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan
pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi
secara menyeluruh, terutama perubahan paket UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan
reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum.

2.5 Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Arti Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dengan akar kata reform
yang artinya "make or become better by removing or putting right what is bad or wrong".
Secara harfiah reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang
atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk
semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan
reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya penyimpangan


penyimpangan
2. Misalnya pada masa orde baru, asas kekeluargaan menjadi nepotisme.
kolusi,dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat UUD
1945.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia.
4. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu
kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka
reformasi.
5. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang
lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial.
budaya, serta kehidupan keagamaan.
6. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia
yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan
kesatuan bangsa.

10
2.6 Pancasila Sebagai Dasar Cita-Cita Reformasi

Menurut Hamengkubuwono X. gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka


perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideology sebab tanpa adanya suatu dasar
nilai yang jelas maka suatu reformasi akan mengarah pada suatu disintegrasi,
anarkisme,brutalisme pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia.
Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek
pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat.

2.7 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum

Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu subsistem
yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi maupun
penegaknya dirasakan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta
keadilan.

Kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang
misalnya, politik, ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu
reformasi, menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.
2.8 Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum

Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan
sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara disebut staats fundamental, di
Indonesia tidak lain adalah Pancasila. Hukum berfungsi sebagai pelayanan kebutuhan
masyarakat, maka hukum harus selalu diperbarui agar aktual atau sesuai dengan keadaan serta
kebutuhan masyarakat yang dilayani dan dalam pembaruan hukum yang terus menerus tersebut
Pancasila harus tetap sebagai kerangka berpikir, sumber norma, dan sumber nilai.

Sebagai cita-cita hukum, Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi
regulatif. Fungsi regulatif Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif sebagai produk
yang adil ataukah tidak adil. Sebagai
staat fundamental norm, Pancasila merupakan pangkal tolak derivasi dari tertib hukum di
Indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu hukum disebut

11
sebagai sumber dari segala peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Sumber hukum material yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi
suatu norma hukum.Jika terjadi ketidaksesuaian atau pertentangan satu norma hukum dengan
norma hukum lainnya yang secara hierarkis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai
sumbernya, berarti terjadi inkonstitusionalitas dan ketidak legalan dan karenanya norma
hukum yang lebih rendah itu batal demi hukum.

2.9 Dasar Yuridis Reformasi Hukum

Reformasi total sering disalah artikan sebagai dapat melakukan perubahan dalam bidang
apapun dengan jalan apapun. Jika demikian maka kita akan menjadi bangsa yang tidak beradab,
tidak berbudaya, masyarakat tanpa hukum, yang menurut Hobbes disebut keadaan "homo
homini lupus", manusia akan menjadi serigala manusia lainnya dan hukum yang berlaku adalah
hukum rimba.
UUD 1945 beberapa pasalnya dalam praktek penyelenggaraan Negara bersifat multi
interpretable (penafsiran ganda), dan memberikan porsi kekuasaan yang sangat besar kepada
presiden (executive heavy). Akibatnya memberikan kontribusi atas terjadinya krisis politik
serta mandulnya fungsi hukum dalam negara RI.

Berdasarkan isi yang terkandung dalam Penjelasan UUD 1945, Pembukaan UUD 1945
menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 secara
normatif. Pokok-pokok pikiran tersebut merupakan suasana kebatinan dari UUD dan
merupakan cita-cita hukum yang menguasai baik hukum dasar tertulis (UUD 1945) maupun
hukum dasar tidak tertulis (Convensi).

Selain itu dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap MPRS
No.XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan hukum yang
harus senantiasa bersumber pada nilai-nilai Pancasila dan secara eksplisit dirinci tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar falsafah dan pandangan hidup serta sumber dari semua sumber
hukum adalah warisan hukum yang digali dari nilai budaya, adat serta kepribadian bangsa.
tidak ada yang salah dalam pancasila hanya saja penjabaran pelaksanaan pada masa
pemerintahan sebelumnya hanya menjadi topeng dan kedok pembenaran kekuasaan saja.
Pada masa reformasi ini sesuai dengan maknanya maka tidak salah dan tepat bila kita harus
kembali pada nilai-nilai pancasila yang telah sekian lama menjadi asing dan jauh dari
kehidupan kita sebagai bangsa.
Pengamalan nilai pancasila harus seiring dengan semangat reformasi dalam perubahan
menuju tatanan masyarakat yang madani adalah menjadi tonggak sejarah dimana keberhasilan
reformasi justru pada keberhasilan mengembalikan kemurnian dan keutuhan serta kekuatan
pancasilaisme setiap warga negara Indonesia.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang dapat diberikan guna mewujudkan
upaya pembinaan masyarakat dalam menghayati dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila yang
meliputi paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan, antara lain:
a. Untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan bagi segenap komponen.bangsa
diperlukan perhatian dan penanganan pihak-pihak terkait secara integratif. Untuk itu,
perlu diwujudkan adanya suatu wadah atau lembaga yang akan menangani masalah
Wawasan Kebangsaan serta perlunya buku pedoman nasional yang dapat digunakan
baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

b. Peran para elit pemerintah, elit politik dan tokoh masyarakat LSM serta media massa
sangat diperlukan untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan. Untuk itu para tokoh
tersebut harus mempunyai komitmen untuk selalu mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara di atas.
c. kepentingan pribadi dan golongan dengan mengesampingkan pemikiran sempit yang
menguntungkan hanya sekelompok orang.

13
d. Perlunya pengamalan Pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui
penataran atau sertifikasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), di
seluruh lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal, agar lebih tertanam rasa
cinta tanah air, bangsa dan negara bahkan selalu siap dalam usaha bela negara.
e. Perlunya penyegaran di seluruh elemen masyarakat tentang pembinaan dalam
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi paham kebangsaan,
rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan, di setiap Kabupaten atau Kota dengan
melibatkan instansi terkait secara bertahap dan berlanjut.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/20/144131779/reformasi-indonesia-1998-latar-
belakang-tujuan-kronologi-dampak?page=all
https://www.imigrasi.go.id/id/profil-sejarah-era-reformasi/
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-masa-reformasi-di-indonesia
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6231100/latar-belakang-lahirnya-era-reformasi-
dan-tujuannya
https://grobogan.go.id/info/artikel/569-apakah-era-reformasi-hanya-memberi-harapan-semu
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/03/27/pancasila-sebagai-paradigma-reformasi

15

Anda mungkin juga menyukai