Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

REVOLUSI MENTAL DAN PANCASILA SEBAGAI


DASAR DAN NILAI PENGEMBANGAN ILMU

DOSEN :

ROY FACHRABY GINTING

KELOMPOK 3

KETUA : PANJES SINAGA / 140407032

SEKRETARIS : BERLIANA DESY MANIK / 150407054

BENDAHARA : GRACE NATALIA KARINA / 150407046

ANGGOTA : RORI ANDIKA GULTOM / 150407050

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga saat ini masih memberikan
nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan
judul Revolusi Mental dan Pancasila sebagai Dasar dan Nilai Pengembangan Ilmu tepat pada waktunya.
Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam makalah ini membahas tentang pengertian Revolusi Mental, pengertian Pancasila, pengertian
Revolusi Mental sebagai dasar dan nilai pengembangan ilmu, serta pengertian Pancasila sebagai dasar dan
nilai pengembangan ilmu. Penulis juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kelompok kami dan
khususnya kepada pembaca sekalian.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan
kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Medan, 28 September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penyusunan .......................................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Revolusi Mental dan Pancasila sebagai Dasar dan Nilai Pengembangan Ilmu ............................... 6
2.2 Tujuan Revolusi Mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai pengembangan ilmu ................. 10
2.3 Revolusi Mental yang Berasaskan Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan
Bernegara

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................................................. `13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia tidak terlepas dari dasar
Negara yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Bangsa Indonesia
telah menemukan jati dirinya, yang didalamya tersimpul cirri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda
dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana
namun mendalam.

Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-
nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan
intelektual kampus untuk mengkaji, memahami, dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah,
yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan
nilai-nilai yang dimilikinya sendiri untuk menunjang adanya revolusi mental pada Intelektual kampus yang
sesuai dengan tujuan dan kaidah Pancasila itu sendiri khususnya pada jaman sekarang dimana kondisi
bangsa Indonesia sangat memprihatikan terutama dari segi mental dan karakter. Intelektual kampus yaitu
mahasiswa yang selalu berupaya untuk mendapat ilmu yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat
dan bangsa Indonesia, itulah mengapa kita harus memahami hubungan antara revolusi mental dan Pancasila
sebagai dasar dan pengembangan ilmu di era pendidikan saat ini.

Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang mahasiswa juga harus berusaha untuk dapat
mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang atau pedoman yang dapat digunakan dalam
mengembangkan ilmu, tetapi sebagai mahasiswa dan warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu
mengembangkan ilmu serta memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai
dasarnya sehingga sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

Kondisi moralitas bangsa Indonesia saat ini sudah melonggar. Sesuatu yang dulu dianggap tabu, sekarang
menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-
tempat spesial dan menikmati narkoba menjadi tren dunia modern yang sulit ditanggulangi. Globalisasi
menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, positif maupun negatif. Banyak manusia terlena
dengan menuruti semua keinginannya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan lingkungan kondusif.

4
Pengaruh globalisasi telah mengakar dan merubah pola pikir, tingkah laku, pola hidup dan sikap bangsa
Indonesia, khususnya generasi muda saat ini. Tak mengejutkan jika di zaman sekarang degradasi moral
menjamur dimana-mana, termasuk di kalangan generasi muda. Lunturnya semangat kebangsaan para
pemuda pemudi di tanah air dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak yang belum bisa
memaknai upacara bendera atau upacara hari besar nasional secara utuh. Pasti ada satu atau dua bahkan
tiga yang ngobrol sendiri atau sibuk dengan kegiatan masing masing. Peringatan hari besar nasional seperti
Sumpah Pemuda, hanya dimaknai secara seremonial dan hiburan saja tanpa memperhatikan apakah
nilainilai nasionalisme itu benar-benar tertanam pada diri pemuda atau tidak. Inilah indikasi dari krisis
nasionalisme

Akhirnya, karakter bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam tren budaya
yang kebarat baratan. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan hilang dari karakteristik
mereka. Inilah yang menyebabkan dekadensi moral serta hilangnya kreativitas dan produktivitas bangsa.
Sebab, ketika karakter suatu bangsa rapuh maka semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetensi yang
kekat akan mengendur, dan mudah dikalahkan oleh semangat konsumerisme, hedonisme, dan lain-lain.
Maka untuk memperbaiki kembali karakter dan moral bangsa yang beradat, beragama, dan berbudaya, perlu
diajarkan dan diterapkan Revolusi mental yang berasaskan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Revolusi mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai pengembangan ilmu?
2. Apa tujuan Revolusi mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai pengembangan ilmu?
3. Bagaimana Revolusi mental yang berasaskan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Hubungan antara Revolusi Mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai
pengembangan ilmu.
2. Untuk mengetahui tujuan penerapan Revolusi Mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai
pengembangan ilmu.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Revolusi mental yang berasaskan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
4. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Revolusi Mental dan Pancasila sebagai Dasar dan Nilai Pengembangan Ilmu.
A. Revolusi Mental sebagai Dasar dan Nilai Pengembangan Ilmu.

Revolusi adalah sebuah perubahan dalam waktu yang singkat. Menurut Aristoteles, revolusi dibagi menjadi
2 macam. Pertama, perubahan total dari suatu system ke system yang berbeda. Dan yang kedua, modifikasi
sistem yang sudah ada. Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun tahun silam, dengan berbagai
macam situasi dan kondisi dalam metode, durasi dan ideology motivasi yang berbeda -beda. Revolusi
tersebut menghasilkan perubahan perubahan dalam budaya, ekonomi, dan social politik.

Sedangkan kata mental atau istilah panjangnya mentalitas adalah sebuah cara berpikir atau konsep
pemikiran manusia untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Mental merupakan kata lain dari pikiran.
Sehingga, mentalitas dapat dikatakan sebagai cara berpikir tentang suatu hal.

Cara seseorang berpikir ini dipengaruhi oleh pengalaman, hasil belajar, dan atau lingkungan juga dapat
mempegaruhi pola piker tersebut. Dari makna makna kata di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
pengertian revolusi mental adalah perubahan cara berpikir dalam waktu singkat untuk merespon,bertindak
dan bekerja.

Melalui teori relativitas Einstein paradigm kebenaran ilmu sekarang sudah berubah dari paradigm lama
yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah.
Paradigma sekarang ilmu bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun
ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis, logis dan empiris. Dalam
perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya
ilmuwan dituntut mencari alternatif-alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian eksperimen,
baik mengenai aspekontologis epistemologis, maupun ontologis.

Karena setiap pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) dapat
dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan (context of justification) maupun
berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana ilmu itu ditemukan/dikembangkan (context of discovery)

Pengertian Revolusi Mental sebagai Dasar dan Nilai pengembangan ilmu adalah suatu cara berpikir untuk
merespon, bertindak, dalam proses pembelajaran yang ingin selalu membangun teori rasional, sistematis
dan tidak stagnan pada periode tertentu. Hal ini dimaksudkan agar selalu ada pengembangan cara berpikir
kaum intelektual dalam menerjang era globalisasi yang sudah di depan mata.

6
Pada hakekatnya revolusi mental adalah merubah nilai_nilai (values), keyakinan (belief), pola pikir
(mindset), . Dilakukan dengan reformasi budaya dan reformasi struktur (mengubah kebiasan dan
rutinitas) secara berkelanjutan. Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat baik
pemerintah atau rakyat dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai-nilai strategi yang
diperlukan oleh Bangsa dan Negara sehingga dapat memenangkan persaingan di era globalisasi.
Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan
dan kemoderenan, sehingga menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa
lain di duniaMendengar kata revolusi mental bukanlah hal yang baru bagi bangsa Indonesia, karena
sebelumnya presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno telah mencetuskan ini. Namun, belakangan ini
kata revolusi mental tengah hangat menjadi topik pembicaraan. Karena kata revolusi mental ini
menjadi jargon atau program pemerintahan presiden Jokowi yang tertuang dalam Nawa Cita poin ke
delapan (8) yang berbunyi Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang
menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa,
nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum
pendidikan Indonesia.

B. Pancasila Sebagai Dasar dan Nilai Pengembangan Ilmu.

Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada
hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia.Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi aspek
akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohani manusia dalam hubungan dengan intelektualitas,
rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia
mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh Tuhan yang Maha
Esa. Oleh karena itu tujuan essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek
pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai.

Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi
kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada
moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu
kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika pengembangan Iptek.

Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu:

7
a. Harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan iptek dan
menetapkan tujuannya.
b. Memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang senantiasa dilandasi oleh nilai mental kepribadian dan moral
manusia. Nilai-nilai kualitatif dan normatif secara kategoris harus terkandung dalam ajaran filsafat.
Kualitas dan identitas nilai mental dan kepribadian manusia senantiasa berhubungan dengan nilai
filsafat dan atau agama.

Kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari sistem keilmuan dan pengembangannya. Fungsi
mental dan moral kepribadian manusia dalam implemantasi iptek merupakan kriteria yang signifikan suatu
keilmuan. Keilmuan harus berorientasi praktis untu kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag dianut
epistomologis Pancasila prinsip kebenaran eksistensial dalam rangka mewujudkan harmoni maksimal yang
sesuai taraf-taraf fisiokismis, biotik, psikis, dan human dalam rangka acuan norma ontologis transedental.
Dengan pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap
berbagai aliran filsafat dunia (Dimyati, 2006).

Bagi Pancasila ilmu pengetahuan itu berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan, dan beradilan.

Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi moral, etika serta nilai-
nilai religious. Dengan perkataan lain ilmu pengetahuan harus dilandasi etika ilmiah dan yang paling
penting dalam etika ilmiah adalah menyangkut hidup mati orang banyak, masa depan, hak-hak manusia
dan lingkungan hidup. Adapun hakekat pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang ilmu adalah
sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan dasar atau landasan bahwa pembangunan Iptek tidak
hanya memikirkan apa yang ditemukan atau diciptakan, tetapi juga harus mempertimbangkan maksud
dan akibat bagi manusia dan lingkungannya. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan. Sila ini
menempatkan manusia dialam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan sebagai bagian sistematik
dari alam yang diolahnya.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap memberikan landasan bahwa pembngunan Iptek harus
bersifat beradap dan diabadikan untuk peningkatan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu,
pembangunan Iptek harus didasarkan kepada tujuan dasarnya untuk mewujudkan kesejahteraan
manusia serta peningkatan harkat dan martabat manusia.
3. Sila persatuan Indonesia memberikan arahan bahwa pembangunan iptek hendaknya dapat
mengembangkan nasionalisme, kebesaran bangsa dan keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan
mendasari pembangunan iptek secara demokratis. Artinya, setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan

8
untuk mengembangkan Iptek. Selain itu dalam pembangunan Iptek, setiap ilmuwan harus
menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus ,memiliki sikap terbuka, artinya terbuka
untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan teori lainnya.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pembangunan
iptek haruslah menjaga keseimbngan keadilan dalam kehidupan kemabusiaan, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya.

C. Hubungan Revolusi mental dan Pancasila sebagai Dasar dan Nilai Pengembangan Ilmu

Revolusi Mental yang didasari oleh Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sangat sejalan
untuk menunjang keduanya sebagai dasar dan nilai pengembangan ilmu. Revolusi Mental mengubah cara
pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia
menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa bangsa lain di dunia. Karena
pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia maka perlu
mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar pengembangan ilmu dan
teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan manusia.

Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian dasar nilai menggambarkan
Pancasila suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu. Dalam konteks Pancasila sebagai dasar
nilai mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu
pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau an
unfinished journey.

Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai
Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis,
mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu
keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka
diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.

Strategi menanamkan nilai-nilai revolusi mental yang sesuai dengan nilai pancasila kepada mahasiswa
harus dilakukan secara sistematis, logis, dialogis, dan interaktif, dimulai dari pra mahasiswa, saat
mahasiswa, dan pasca mahasiswa, yang akan diuraikan sebagai berikut :

9
1. Pra Mahasiswa. Pada tahap ini, sebenarnya dapat dilakukan penanaman nilai-nilai revolusi mental baik
pada saat pelajar telah melaksanakan Ujian Nasional (UN) di sekolah dan pada saat mahasiswa
mengikuti orientasi pengenalan kampus (pada masa lalu disebut dengan Ospek). Pada saat pelajar
selesai melaksanakan UN, maka banyak waktu luang sehingga alangkah lebih baiknya dipergunakan
oleh pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) untuk menyelenggarakan kegiatan pembekalan,
sosialisasi, dan internalisasi nilai-nilai revolusi mental dengan penekanan pada wawasan kebangsaan
dan bela negara. Selanjutnya, ketika mahasiswa berada di perguruan tinggi, calon mahasiswa diberikan
semacam penataran wawasan kebangsaan dan bela negara yang waktunya cukup memadai, misalnya
2 hari untuk melakukan pemahaman / penghayatan / penjiwaan wawasan kebangsaan dan 2 hari untuk
pelatihan fisik / kesamaptaan / jasmani yang fokus pada bela negara.
2. Saat Mahasiswa. Pada tahap ini, sebenarnya dapat dilakukan penanaman nilai-nilai revolusi mental
saat mahasiswa mengikuti mata kuliah pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan. Dalam
mata kuliah dasar umum ini, setiap mahasiswa harus dibekali dengan nilai-nilai wawasan kebangsaan
dan bela negara yang tentunya mensyaratkan adanya modul, SAP, GBPP pendidikan pancasila dan
pendidikan kewarganegaraan yang mengarahkan nilai-nilai revolusi mental untuk meningkatkan
wawasan kebangsaan dan bela negara. Para dosen di kampus memegang peran penting dalam
menanamkan nilai-nilai revolusi mental secara nyata, kongkret, operasional, dengan bahasa lugas, dan
mudah dicerna oleh mahasiswa sehingga tidak membosankan, karena selama ini mahasiswa bosan
dengan pelajaran pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan oleh dosen
secara monoton, satu arah, dan dengan bahasa dewa-dewa sehingga sulit membumi (down to earth).
3. Pasca Mahasiswa. Pada tahap ini, sebenarnya dapat dilakukan penanaman nilai-nilai revolusi mental
setelah mahasiswa selesai melaksanakan perkuliahan dan ujian skripsi sehingga tinggal menunggu
wisuda. Sebelum mahasiswa melaksanakan prosesi wisuda maka diperlukan waktu satu hari untuk
menanamkan nilai-nilai revolusi mental yang berbasis pada wawasan kebangsaan dan bela negara
berupa pembekalan, sosialisasi maupun pelatihan wawasan kebangsaan dan bela negara, sehingga akan
menjadi bekal bagi para mahasiswa / calon wisudawan untuk terjun ke tengah masyarakat dan di dunia
kerjanya masing-masing. Harapannya, para mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai revolusi mental
dapat diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan kerjanya masing-masing ke depannya nanti.

2.2 Tujuan Revolusi Mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai pengembangan ilmu

Pemerintah Orde Baru bangkit dengan kebijakan yang memprioritaskan investasi material (material
investment). Kebijakan investasi manusia (human investment) lebih menekankan hal-hal yang bersifat
kuantitatif dengan memprioritaskan pemacuan pendidikan dasar lewat apa yang dikenal sebagai sekolah
inpres.

10
Investasi mental memang diberikan, tetapi bersifat permukaan. Penataran Pancasila digalakkan, tetapi
miskin kreativitas, terlalu menekankan dimensi kognitif (hafalan), serta kurang menyentuh aspek afektif
dan dorongan untuk bertindak. Akibatnya, di balik gebyar fisik modernitas kehidupan bangsa, mental
bangsa tetap terbelakang.

Orde Reformasi hadir sebagai kulminasi dari paradoks antara kemajuan material dan keterbelakangan
mental dengan segala krisis yang menyertainya. Setelah 14 tahun Reformasi tak kunjung mendekati janji-
janji kesejahteraan, keadilan, kepastian hukum, serta pemerintahan yang baik dan bersih, mestinya timbul
fajar budi kesadaran baru.

Bahwa perbudakan mental merupakan pangkal terdalam yang membuat kekayaan bangsa ini terus
dipersembahkan bagi seluas-luasnya kemakmuran asing dan bahwa mental yang terkorupsi (corrupted
mind) adalah akar tunjang dari merajalelanya praktik korupsi. Penjelasan tentang hal ini diberikan oleh
Plato. Menurut Plato, jiwa manusia terdiri dari tiga unsur: mental (mind), ambisi (spirit), dan selera
kesenangan (appetite). Kebaikan hidup tercapai manakala mental yang sehat memimpin atas ambisi dan
kesenangan.

Tujuan yang ingin disampaikan dalam Revolusi mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai
pengembangan ilmu yaitu sebagai berikut :

1. Mahasiswa Berdaulat Secara Politik. Artinya, diperlukan nilai-nilai kejuangan, kebangsaan,


nasionalisme, patriotisme, dan bela negara yang harus ditanamkan kepada semua mahasiswa Indonesia
agar supaya menjadi benteng dan filter dalam menghadapi nilai-nilai global yang berasal dari nilai-
nilai asing, seperti liberalisme-kapitalisme, sosialisme-komunisme, dan nilai-nilai fanatisme-
radikalisme-fundamentalisme agama. Melalui bingkai persatuan, kesatuan, dan keutuhan bangsa,
maka mahasiswa tidak akan mudah terkotak-kotak oleh kepentingan politik elit dalam politik praktis.
Hal ini dilakukan untuk menjaga, memelihara, dan mengamankan keyakinan mahasiswa yang
berdaulat dengan memegang teguh empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka
Tunggal Ika, NKRI).
2. Mahasiswa Berdikari Secara Ekonomi. Maknanya, diperlukan nilai-nilai inovasi, kreasi, dan invensi
(penemuan baru) yang harus ditanamkan kepada semua mahasiswa Indonesia agar supaya memiliki
daya saing, etos kerja, dan jiwa kewirausahaan bangsa untuk menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan unggul sehingga akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan
masyarakat, dan pembangunan nasional di tengah tantangan pasar bebas dan perdagangan bebas.
Penyiapan sumber daya manusia yang inovatif, kreatif dan enterprenuership akan menciptakan
mahasiswa yang berdikari.

11
3. Mahasiswa Berkeperibadian Secara Budaya. Maksudnya, diperlukan nilai-nilai toleransi, gotong
royong, tenggang rasa, humanis, protagonis, sopan, santun, dan simpatik yang harus ditanamkan
kepada semua mahasiswa Indonesia agar supaya memiliki jiwa, hati, mental, karakter, dan moral yang
baik, benar, unggul, manusiawi, beradab dan bermartabat sehingga akan mampu membentengi jati diri
dan identitas bangsa dari ancaman invidualisme, liberalisme, materialisme, hedonisme, dan
konsumerisme. Penyiapan mind set, culture set, pola pikir, dan cara pandang yang berbasis pada nilai-
nilai kearifan lokal yang dibingkai dalam semangat, rasa dan paham kebangsaan akan mampu
membentuk mahasiswa yang berkepribadian.

2.3. Revolusi Mental yang Berasaskan Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan
Bernegara
Terdapat tiga nilai revolusi mental yang sedang digalakkan Pemerintah, yakni :

1. Integritas (jujur, dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab)


2. Kerja Keras (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif)
3. Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, berorientasi pada kemaslahatan)

Strategi Internalisasi 3 Nilai Revolusi Mental meliputi :

a. Jalur birokrasi

Internalisasi 3 nilai revolusi mental pada Kementrian/Lembaga melalui:

1. Pembentukan tugas gugus dan pic


2. Tersusunnya program, kegiatan nyata berbasis nilai-nilai revolusi mental.
3. Menjadi contoh tauladan (role model)

b. Jalur swasta
1. Memperkuat kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
2. Inseftif pengurangan pajak bagi pengusaha Indonesia yang mengembangkan produk lokal
inovatif.
3. Instruksi presiden kepada pengusaha media untuk berkolaborasi mempromosikan revolusi mental.
4. Mengembangkan lembaga keuangan mikro di desa.
5. Mendukung inisiatif usaha menengah membuka pasar/sentral yang menjual produk lokal yang
inovatif, kreatif dan harga terjangkau.

12
c. Jalur kelompok masyarakat

1. Pembudayaan 3 nilai revolusi mental dalam kelompok masyarakat


2. Membangun role model
3. Aspirasi terhadap kelompok masyarakat
4. Keteladanan oleh tokoh

d. Jalur pendidikan

1. Memperkuat kurikulum pendidikan kewarganegaraan pada semua jenjang, jenis dan jalur
pendidikan untuk membangun integrasi, membentuk etos kerja keras dan semangat gotong
royong.
2. Menerapkan ekstra kurikuler revolusi mental di sekolah.
3. Meningkatkan sarana pendidikan yang merata.
4. Meningkatkan kompotensi guru dalam mendukung revolusi mental

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan lintas bidang revolusi mental, mencakup tiga pilar
utama, yaitu kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan kepribadian dalam kebudayaan. Berbagai
permasalahan yang terkait dengan tiga pilar utama tersebut harus diatasi terlebih dahulu, sehingga
pembentukan mental baru dapat terwujud.

Masalah terkait kedaulatan politik misalnya pelembagaan demokrasi belum terbangun dengan baik
sehingga rakyat belum sepenuhnya berdaulat secara politik. Kepatuhan dan penegakan hukum masih lemah
serta budaya hukum belum tumbuh secara optimal. Selain itu, birokrasi pemerintahan belum efsien dan
budaya pelayanan masih lemah.

Terkait kemandirian ekonomi, masih terlihat bahwa daya saing Indonesia masih rendah yang disebabkan
oleh praktik ekonomi yang kurang efsien dan produktivitas yang rendah. Di sisi lain, kedaulatan pangan
dan energi juga belum optimal.

Adapun masalah terkait kepribadian dalam kebudayaan yang dihadapi di antaranya belum optimalnya
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan kearifan lokal yang relevan
dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu, sikap kesetiakawanan dan kekeluargaan perlu diperkuat dalam
mengatasi masalah atau melaksanakan suatu hajat dalam kehidupan bermasyarakat.

Semua permasalahan tersebut harus diatasi melalui arah kebijakan dan strategi yang tepat. Dalam hal
kedaulatan politik misalnya, perlu peningkatan kualitas peran dan fungsi Lembaga lembaga demokrasi;
jaminan pemenuhan kebebasan sipil dan hak-hak politik rakyat, termasuk peningkatan peran organisasi

13
masyarakat sipil dan peningkatan keterwakilan perempuan dalam politik dan pengambilan keputusan
publik.
Upaya lain yakni dengan pemantapan iklim kondusif bagi terpeliharanya stabilitas sosial politik yang
ditandai dengan menurunnya konik sosial politik; peningkatan kepatuhan dan penegakan hukum serta
reformasi peradilan secara konsisten dan berintegritas; dan peningkatan kontribusi dan kualitas peran
kebijakan luar negeri Indonesia dalam berbagai forum internasional untuk mendukung pencapaian
kepentingan nasional didalam negeri.

Kemandirian ekonomi dibangun melalui penguatan nilai-nilai persaingan usaha yang sehat di kalangan
pelaku ekonomi, pemerintah dan masyarakat. Tak kalah penting adalah peningkatan kemandirian ekonomi
nasional melalui peningkatan penggunaan produk dalam negeri, pengelolaan energi dan pangan melalui
hilirisasi produk-produk pertanian (pangan) dan pengolahan minyak bumi dan hasil tambang, serta
pemberdayaan pelaku usaha kecil-menengah, ekonomi dan industri kreatif, ekonomi rakyat dan ekonomi
subsisten dengan meningkatkan pemerataan peluang dalam pengembangan ekonomi dan distribusi aset-
aset produktif yang adil. Pada saat yang sama diupayakan peningkatan pemanfaatan potensi laut dan
pariwisata bahari, serta peningkatan dan pengembangan iklim yang kondusif bagi inovasi melalui
peningkatan sistem logistik nasional dalam rangka distribusi bahan produksi dan konsumsi.

Sedangkan terkait kepribadian dalam kebudayaan, permasalahan diatasi melalui pengembangan karakter
dan jati diri bangsa yang tangguh, berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing dan dinamis, yang dilandasi
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berdasarkan Pancasila. Kesadaran masyarakat akan
kemajemukan yang menuntut setiap warga negara hidup rukun, toleran, gotong royong, dan menjaga
hubungan sosial yang harmonis juga harus ditingkatkan.

Di sisi lain, peningkatan pendidikan yang berkualitas untuk melahirkan manusia-manusia unggul, melalui
peningkatan kualitas lembaga pendidikan sebagai sarana dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan peningkatan peran keluarga sebagai basis utama dan pertama pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Dan tak ketinggalan perlu peningkatan kampanye publik melalui berbagai media (film,
sastra, iklan layanan masyarakat), untuk menumbuhkan etos, semangat berkarya, daya juang, sikap
antikorupsi, orientasi mencari ilmu, hidup toleran dan menjaga harmoni sosial di dalam masyarakat
majemuk.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang terumuskan dari proses akulturasi budaya
nusantara yang berlangsung berabad-abad. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi
bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara
tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Revolusi mental yang didasari Pancasila merupakan landasar dalam
proses berfikir dan berpengetahuan.

Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila yang berasal dari pemikiran hasil akulturasi budaya
nusantara. Sila-sila dalam Pancasila memliki keterkaitan atau berhubungan dan saling melandasi. Sila
pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan utama dari kempat sila lainnya. Hal ini
menjadikan Revolusi mental yang didasari Pancasila sebagai sistem yang saling terkait tak terpisahkan.

Pendidikan menjadi sangat strategis untuk merevolusi karakter bangsa. John Dewey seorang filsuf
pendidikan menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan adalah pembentuk kebijakan kewarganegaraan
(civic virtue) dan penciptaan manusia berkarakter. Pendidikan karakter menanamkan nilai-nilai menjadi
kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa tidak hanya paham (kognitif) tentang mana
yang baik dan salah, tetapi mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan mau melakukannya
(psikomorik). Karakter sangat erat kaitannya dengan personality (kepribadian), sehingga seseorang bisa
disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan perkataannya
dan kaidah moral.

Penguatan pendidikan karakter yang sedang digalakkan oleh pemerintah khususnya


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kurikulum 2013 menjadi sangat penting dan stretegis
untuk mendapat dukungan. Nilai-nilai karakter bangsa tidak hanya menjadi tanggungjawab guru PPKn dan
Agama melainkan seluruh mata pelajaran dapat mengintegrasikan penguatan nilai-nilai karakter
kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila. Pendidikan karakter dan pendidikan ilmu
pengetahuan seperti sains dan matematika satu kesatuan integral. Berfikir scientific dan analitis berbasis
dari karakter yang sehat dan kuat.

15
Pendidikan untuk merevolusi karakter bangsa tidak terlepas dari strategi pendidikan (kewargaan):
bagaimana menerapkan Pancasila menjadi cermin kehidupan bangsa sehari-hari. Kondisi kesejahteraan
masyaraat yang belum kunjung merata, korupsi yang seakan membudaya, menipisnya rasa toleransi,
pengingkaran terhadap perbedaan, keanekaragaman, dan rasa keadilan sosial yang belum terwujud, belum
menunjukkan karakter bangsa berlandaskan Pancasila. Pada titik inilah revolusi karakter bangsa perlu
dilakukan melalui pendidikan kebangsaan sebagai bagian dari kebudayaan dengan merevitalisasi system
nilai dalam Pancasila.

Revolusi mental merupakan investasi jangka panjang yang harus diperjuangkan mulai saat ini, hari ini,
detik ini. Gerakan ini bukanlah proyek, akan tetapi gerakan sosial yang bersifat partisispatif, yaitu
kolaborasi pemerintah, masyarakat sipil, sektor privat dan kalangan akademisi.

3.2 Saran

Indonesia sebagai bangsa yang masyarakatnya menganut ideologi Pancasila hendaknya dalam
mengembangkan maupun memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan harus sesuai dengan nilai nilai
yang terkandung didalamnya yang bertujuan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia

Revolusi mental hendaknya bukan jargon politik tetapi apa yang disebut sebagai a working nationalism
(nasionalisme yang bekerja). Nasionalisme ini akan berhadapan dengan mentalitas ketergantungan yang
selama ini masih melekat dalam diri para pemimpin bangsa Indonesia,

Revolusi mental dan Pancasila sebagai dasar dan nilai dalam pengembangan ilmu, harus selalu
berdampingan dan selaras agar tidak menimbulkan paradigma baru dalam bidang keilmuan yang semakin
kesini menganut nilai absolut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arjati, Novi Kristi. 2012. http://kristiarjati.blogspot.co.id. Pancasila Sebagai Landasan Pengembangan


Iptek: diakses 19 September 2015

Djudjun Djaenudin Supriadi, Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK


PENABUR Jakarta, dalam Jurnal Pendidikan Karakter, Nomor 10, Tahun
ke 7, Juni 2008, hlm. 35.
http://www.balairungpress.com

https://www.kominfo.go.id/content/detail/8219/revolusi-mental-menuju-bangsa-maju-dan-
beradab/0/kerja_nyata

Kaelan, 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta; Paradigma

Kaelan, 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta; Paradigma

Karakter-Nilai pada 28 Juli 2010 di Ruang Auditorium Sekolah Pascasarjana


Universitas Pendidikan Indonesia.
Purwanto, Hari. 2016. Revolusi Mental Dalam Pendidikan Yang Berkarakter. LPMP KALTIM.

Surapaty, Surya Chandra. 2016. Revolusi Mental Berbasis Pancasila Melalui Keluarga. KkkbN

17
Biografi

Berliana Desy Lestari Manik atau yang sering di panggil


dengan sebutan Ecy lahir pada 21 April 1997 bertempat di
Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, merupakan
satu satunya putri dari keluarga bapak Marihot Manik dan
ibu Martha Sianipar. Ecy merupakan putri bungsu yang
memiliki empat orang saudara laki laki.

Ia pertama kali masuk sekolah pada tahun 2003-2009 di


Sekolah Dasar Sw. HKBP Sidikalang, dari kelas 1 SD, Ecy
selalu mendapatkan peringkat 3 besar dan sering mengikuti
kejuaraan dalam cerdas cermat antar kecamatan. Kemudian
dia melanjut ke SMP Negeri 1 Sidikalang dan sempat menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Lalu dia melanjut
lagi ke SMA Negeri 1 Sidikalang, saat SMA dia pernah menjuarai lomba debat bahasa inggris namun gagal
di tingkat provinsi.

Dari kecil Ecy bercita-cita sebagai seorang dokter, akan tetapi cita cita itu harus kandas saat dia gagal dalam
jalur undangan, setelah gagal dari jalur undangan dia mencoba jalur lainnya untuk masuk ke Perguruan
Tinggi Negeri di Indonesia.Dia pernah di terima di Universitas Gajah Mada jurusan DIII Manajemen, dan
juga Universitas Padjajaran jurusan Manajemen Komunikasi . Namun pada akhirnya dia memantapkan
hatinya di Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

Kini dia sudah berada pada semester lima, dia termasuk mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi baik
akademis maupun non akademis. Dia selalu berharap agar kelak dapat berguna bagi nusa dan bangsa
terutama bagi keluarganya. Semoga harapannya untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri dalam
rangka melanjutkan pendidikannya dapat terwujud kelak sehingga ia mampu meraih impian dan segala asa
nya.
Panjes Sinaga lahir di desa Pangaribuan, kecamatan Siempat
Nempu Hulu, kabupaten Dairi pada tanggal 25 Desember
1995. Dia berasal dari keluarga petani sederhana. Ayahnya
bernama Lamasi Sinaga dan ibunya Mesra Ide Purba. Dia
memiliki satu orang kakak bernama Melina Sinaga dan dua
orang adik bernama Juliostri Sinaga dan Gomgom Yosafat
Sinaga.

Panjes Sinaga memulai masa pendidikan dasarnya di SDN


034804 Pangaribuan. Dia kemudian menempuh pendidikan
menengah pertama di SMPN 1 Siempat Nempu Hulu, masih
berlokasi yang sama dengan desa kelahirannya. Tamat SMP, dia memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan menengah atasnya ke kota, yaitu di SMAN 1 Sidikalang. Semasa SMA, dia mendapatkan
pengalaman yang cukup banyak dari kehidupan berkost di rumah keluarga. Pada tahun 2014, dia
menamatkan pendidikan SMAnya.

Sejak kecil, Panjes Sinaga telah bercita cita untuk dapat menapakkan kakinya di altar perguruan tinggi
negeri terkemuka. Walaupun kondisi keuangan keluarga tidak memadai, namun harapan Panjes tidak
pernah surut. Pada saat kelas XII akhir, dibuka pendaftaran bagi siswa yang ingin kuliah tetapi tidak punya
uang, yaitu Beasiswa Bidikmisi. Panjes Sinaga langsung mendaftarkan diri, dan memenuhi semua
persyaratan. Harapannya terkabulkan, lewat ujian SBMPTN 2014 Panjes Sinaga di terima sebagai
mahasiswa Bidikmisi di program studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
salah satu universitas impian semasa kecilnya. Sekarang, dia telah berada di semester tujuh, dan tetap aktif
sebagai mahasiswa, baik dari segi akademik maupun non akademik.

19
20

Anda mungkin juga menyukai