Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PENDIDIKAN PANCASILA

CRITICAL JOURNAL REVIEW


M.K PENDIDIKAN
PANCASILA
PRODI S1 PTIK-FT

Skor Nilai:

Disusun Oleh :

Lilis Syahfitri 5191151008

Juniartri Rezki Lahagu 5193151017

Kelas : PTIK Reg-B’ 19

Dosen Pengampu:

Surya Dharma, S.Pd., M.Pd


NIP: 196010141985031001

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat Allah SWT karena karunia-Nya lah saya dapat
menyelesaikan tugas Critical Journal Review ini. Walaupun masih penuh dengan
kekurangan, penulis senantiasa memohon kepada-Nya agar laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin…

Kami selaku penulis juga sangat bersyukur dapat menyelesaikan tugas Critical
Journal Review ini dengan tepat waktu. Dikarenakan tugas ini termasuk tugas wajib yang
harus diselesaikan setiap mahasiswa dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila. Tak lupa
pula rasa terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu/mendukung agar
terbentuknya laporan ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan tugas ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Namun, laporan ini memang masih penuh kekurangan,
agar kiranya pembaca dapat memberi kritik dan saran yang dapat membuat penulis bisa
lebih baik lagi selanjutnya. Terima kasih serta rasa syukur kepada Allah SWT yang telah
menganugerahi kemampuan dan kesempatan bagi kami sebagai penulis.

Medan, Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1. Rasionalisasi Pentingmya Critical Journal Review...................................................................1


1.2. Tujuan Penulisan Critical Journal Review................................................................................1
1.3. Manfaat Penulisan Critical Journal Review..............................................................................1

BAB II RINGKASAN JURNAL...............................................................................................................2

1. Jurnal Utama............................................................................................................................2
2. Jurnal Pembanding................................................................................................................10

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................................19

3.1. Kekebihan Jurnal.......................................................................................................................19


3.2. Kekurangan Jurnal....................................................................................................................19

BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................20

4.1 Kesimpulan.................................................................................................................................20
4.2 Saran............................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Rasionalisasi Pentingmya Critical Journal Review


Critical Journal Review (CJR) merupakan salah satu tugas dalam setiap mata kuliah yang
mana mahasiswa dituntut untuk mengkritisi dan mengulas isi jurnal/artikel yang sudah ada.
Penulisan Critical Journal Review juga sering membantu kita dalam berfikir mengenai
informasi yang kita baca dari sebuah jurnal maupun artikel. Dalam mengkritik sebuah
jurnal/artikel, kita juga memerlukan ulasan yang tepat dan logis agar bisa diterima banyak
orang. Bukan hanya sekedar mengkritik saja dan tanpa ulasan apapun. Jadi, dengan Critical
Journal Review ini kita akan lebih cakap lagi dalam memilah suatu informasi yang kita
dapat.

1.2. Tujuan Penulisan Critical Journal Review


1. Mengkritisi jurnal artikel yang dibaca dengan ulasan yang tepat
2. Dapat melatih cara berpikir agar lebih kritis dan logis dalam mencari
informasi/pengetahuan dari suatu jurnal/artikel.
3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jurnal/artikel.
4. Mengulas isi sebuah jurnal
5. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam jurnal.

1.3. Manfaat Penulisan Critical Journal Review


1. Melatih kita menjadi lebih rajin membaca.
2. Menambah ilmu pengetahuan dengan membaca terutama dalam Nilai-nilai
Pancasila.
3. Menambah pengalaman dalam menulis laporan, sehingga menjadi terbiasa dan
akan lebih baik lagi hasilnya.
4. Menjadi orang yang lebih kritis dalam menanggapi suatu informasi dan masalah.
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidkan Pancasila.

1
BAB II

RINGKASAN JURNAL

2.1 Jurnal Utama

1. Indentitas Jurnal Utama


 Judul Jurnal : Filosofi, Pancasila, Dan Teknologi Modern
 Nama Jurnal : -
 Penulis : Gabrielia Febrianty Shofiana
 Terbitan : Volume 29, Nomor 2 , Mei – Agustus 2014
 Halaman : 10
 ISSN :-

2. Ringkasan Jurnal Utama

Abstrak Ideologi suatu negara merupakan jantung dari suatu negara


yang melandasi setiap tindakan ataupun kebijakan yang
timbul dalam negara tersebut. Ideologi tersebut bersifat statis
tak dapat berubah dan dapat menyesuaikan dengan segala
kondisi dan zaman. Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia hendaknya mampu menerapkan hal tersebut
khususnya di era modernisasi ini, sehingga nilai-nilai yang
dikandung dalam ideologi tersebut tidak hanya sebatas nilai-
nilai tanpa makna belaka, namun lebih dari itu nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi tersebut mampu menjadi filter
sosial budaya bagi masyarakat Indonesia supaya rakyat
Indonesia ini tidak kehilangan jatidiri sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang mempunyai nilai-nilai luhur yang
2
hendaknya menjadi bagian dari setiap rakyat Indonesia
sebagai bagian dari entitas bangsa yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan Setiap negara tidak bisa lepas dari ideologinya. Itu mengacu
pada identitas nasional. Profesor Lowenstein mengatakan
bahwa Ideologi adalah suatu harmonisasi dan kombinasi dari
pola pikir dan keyakinan, atau pola pikir yang berubah
menjadi keyakinan, mencerahkan sikap manusia tentang
kehidupan dan penampilan dalam masyarakat yang
memberikan solusi tentang kepemimpinan dan berusaha
menyeimbangkannya sesuai dengan pola pikir. dan
keyakinan. Ideologi dapat dirumuskan sebagai pengetahuan
dan nilai yang secara keseluruhan menjadi dasar bagi
seseorang untuk memahami dan memutuskan sikap dasarnya,
dan karenanya dapat menilai mana yang baik atau buruk. Ada
hubungan dialektik antara ideologi dan fakta kehidupan dalam
masyarakat, oleh karena itu terjadi interaksi yang memaksa
ideologi, lebih realistis, dan masyarakat menyetujui idealitas.
Ideologi adalah jiwa negara. Jiwa inilah yang menjadi
landasan dan tujuan dari pembentukan negara itu sendiri. Di
Indonesia tujuan bernegara adalah: ''selanjutnya, untuk
membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap rakyat Indonesia dan segenap kemerdekaan dan tanah
yang diperjuangkan, serta untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, untuk mendidik kehidupan masyarakat dan
berpartisipasi menuju pembentukan tatanan dunia berdasarkan
kebebasan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ''. Ideologi

3
sebagai harmonisasi dan kombinasi dari pola pikir dan
keyakinan, memberikan beberapa fungsi yang memberikan
struktur kognitif dimana segala pengetahuan yang dapat
menjadi dasar untuk memahami dan menafsirkan dunia dan
yang terjadi di dalamnya. Orientasi dasar dengan membuka
segala ilmu yang memberi makna dan menunjukkan tujuan
dalam kehidupan manusia. Norma-norma yang menjadi dasar
dan garis besar perilaku seseorang. Sebagai panduan
seseorang untuk menemukan jati dirinya. Kekuatan yang
dapat mendorong dan memaksa seseorang untuk melakukan
aktivitas dan mencapai tujuannya. Pendidikan bagi seseorang
atau masyarakat untuk memahami dan mengkaji sikapnya
sesuai dengan orientasi dan norma yang terkandung dalam
ideologi.
Modernisasi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Ini
bisa memberi efek baik tetapi juga efek negatif. Modernisasi
secara tidak terarah merusak identitas nasional suatu negara.
Hal ini disebabkan oleh perpaduan budaya multinasional yang
menyebar ke seluruh dunia. Sejak ditemukan internet, efeknya
akan berkembang pesat. Terkadang ideologi suatu negara
tampak seperti gaya lama.
Di Indonesia, Pancasila adalah jati diri bangsa. Nilai-nilai
Pancasila kekinian baru diketahui oleh masyarakat Indonesia
pertama kali dalam pidato Ir. Soekarno, mantan Presiden
Republik Indonesia. Di dalamnya terkandung lima nilai moral
yang disebut juga “ sila ”.Kelima nilai moral yang dijabarkan
dalam Pancasilais yang merupakan cerminan Jati Diri Bangsa
4
sebagai martabat yang melekat pada diri setiap rakyat Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila berfungsi sebagai
cita-cita hukum bangsa Indonesia, yang meliputi hukum dasar
negara baik tertulis maupun tidak tertulis seperti konsep,
pemikiran, indera, dan gagasan hukum yang ingin diterapkan
oleh masyarakat. Dengan demikian, setiap hukum yang akan
dibuat dan dibentuk dapat disesuaikan dengan cita-cita dan
harapan masyarakat.Sebagai ideologi, Pancasila dipaksa
untuk tetap teguh pada karakternya untuk menjaga jati diri
bangsa. Ini bisa dilakukan dengan dua cara, dari dalam dan
luar. Dari dalam, Pancasila adalah dasar yang harus dipegang
oleh setiap orang. Dari luar, Pancasila tidak boleh
mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai
yang dimilikinya, dalam hal ini nilai-nilai yang bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila dapat muncul. dari budaya
campuran dalam modernisasi. Maka itu harus menjadi sesuatu
yang perlu ditulis dan dianalisis sebagai bukti bahwa
Pancasila sebagai ideologi dan identitas bangsa tidak dapat
dipengaruhi oleh modernisasi dan tetap selaras dengan
modernisasi itu sendiri.
Hasil Dan Modernisasi dipicu oleh kekuatan teknologi. Itu adalah
Pembahasan sesuatu yang tidak dapat kita hindari, kita harus menerima
sebagai bagian dari globalisasi. Bill Clinton dalam pidatonya
mengatakan bahwa globalisasi bukanlah pilihan kebijakan, itu
fakta. Globalisasi terutama didorong oleh kekuatan teknologi
oleh transportasi yang lebih cepat dan lebih murah, oleh
komunikasi baru, oleh semakin tidak berbobotnya

5
perekonomian kita - layanan keuangan, telekomunikasi,
hiburan, dan e-commerce yang menjadi bagian dari
perdagangan global yang semakin meningkat, itu juga
didorong oleh nilai-nilai umum kebebasan, demokrasi dan
keinginan untuk berbagi apa yang dunia tawarkan.
6Kemajuan teknologi dimulai dari awal abad dua puluh. Sejak
ditemukannya mesin uap pertama kali oleh James Watt,
memberikan pengaruh yang sangat besar pada proses
produksi yang menggantikan sumber daya manusia menjadi
sumber daya mekanik. Pada awalnya, keadaan ini tidak dapat
diterima oleh masyarakat sehingga menimbulkan banyak
pengangguran. Selanjutnya kita bisa menikmati kemajuan
teknologi dalam kehidupan kita sehari-hari. Kami dapat
memperoleh informasi secara instan dari seluruh dunia.
Transportasi menjadi lebih mudah berkat kemajuan teknologi
sebagai efek modernisasi.
Filsuf tertentu juga berasumsi bahwa orang memiliki "rasa
nilai" (analog dengan penglihatan, indra pendengaran, dll.).
Seseorang menggunakan matanya untuk melihat bahwa ada
sesuatu yang merah dll. Secara logis, seseorang menggunakan
pengertian nilai untuk melihat bahwa suatu tindakan, dll.
Memiliki properti nilai non-alami seperti kebaikan. Namun,
teori tentang arti nilai kontroversial. Properti-nilai adalah unik
dalam hal ini bahwa mereka hanya menyebabkan satu hasil
tunggal, yaitu mempengaruhi rasa nilai, dan dengan demikian
tidak dapat dikonfirmasi dengan cara lain. Jika seseorang buta
nilai, yaitu, tidak memiliki rasa nilai, dia tidak dapat belajar
6
sama sekali bahwa suatu tindakan, dll. Itu baik. Situasinya
lebih buruk daripada kasus kebutaan biasa. Orang buta dapat
menggunakan instrumen fisik untuk mempelajari warna apa
yang dimiliki suatu benda, tetapi orang yang buta nilai tidak
memiliki akses ke indikator nilai apa pun.
Ideologi memegang peranan penting dalam proses dan
menjaga integritas nasional khususnya di Indonesia sebagai
negara berkembang. Aturan itu bergantung pada kualitas yang
dapat dilihat dan diukur dengan tiga dimensi; Yakni
kemampuan merefleksikan realitas yang hidup dalam
masyarakatnya, idealisme yang terkandung di dalamnya, dan
fleksibilitas terhadap perubahan yang terjadi di sekitar kita.
Dari ketiga dimensi tersebut dapat diketahui apakah ideologi
dapat mempertahankan relevansinya atau tidak, yaitu
keseimbangan sebagai tempat penggabungan konsensus
antara beberapa kelompok. Krisis ideologi akan terjadi jika
keseimbangannya hilang. Jika itu benar-benar terjadi maka
keutuhan bangsa dan persatuan berada dalam bahaya.
Menurut Alfian, ada tiga dimensi yang bisa menjadi dasar
untuk mengukur kualitas sebuah ideologi; Yakni kemampuan
merefleksikan realitas yang hidup dalam masyarakatnya,
idealisme yang terkandung di dalamnya, dan fleksibilitas
terhadap perubahan yang terjadi di sekitar kita. Meskipun
dimensi-dimensi tersebut dapat diamati satu per satu, namun
sebenarnya selalu terhubung satu sama lain. Sebuah ideologi
bisa mengalami krisis jika satu atau dua atau semua dari
dimensi ini menunjukkan kelemahannya. Dari penjelasannya,
7
sebagian besar krisis ideologi dilihat dari fleksibilitasnya.
ancasila sebagai ideologi dapat menjadikan kita bersatu secara
politik, mewakili dan memurnikan kepentingan apapun,
mengandung pluralisme agama, dan menjamin kebebasan
berkeyakinan. Namun kini di era dimana teknologi
berkembang pesat diikuti oleh ideologi asing yang masuk ke
Indonesia, hal ini juga membawa perubahan budaya
Indonesia. Tylordefinied budaya sebagai
keseluruhankompleksyang mengandung ilmu, kepercayaan,
seni, norma, hukum, dan adat istiadat yang dimiliki oleh
manusia sebagai bagian dari masyarakat.
Ada beberapa pendapat yang tidak setuju tentang Pancasila
sebagai ideologi mereka, namun hingga saat ini Pancasila
masih tetap eksis sebagai ideologi negara Republik Indonesia.
Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh adanya integrasi
budaya antar masyarakat antar bangsa. Integrasi budaya
adalah adaptasi antara dua budaya atau lebih yang terkait
dengan ciri budaya masing-masing yang berbeda atau
bertentangan, sehingga dapat mewujudkan budaya yang
harmonis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara difusi, dimana
budaya baru diserap ke dalam budaya yang bertentangan
dengan ciri budaya tradisional lainnya. Konflik dapat
diselesaikan dengan modifikasi dan koordinasi dari ciri
budaya baru dan budaya lama. Itu disebut integrasi sosial.
Pendapat yang dikemukakan dalam makalah ini mengacu
pada Pancasila sebagai dasar negara serta ideologi negara dan
jati diri bangsa. Pancasila adalah bentuk mutlak yang tidak
8
dapat diubah dengan alasan dan makna apapun. Ilmuwan
politik cenderung menggambarkan ideologi sebagai
seperangkat prinsip yang komprehensif dan koheren yang
mengatur kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, dan
menggunakan definisi ini akan mengakibatkan pengingkaran
Pancasila sebagai ideologi, dan itu adalah tugas kita sebagai
generasi muda dan juga warga negara yang baik agar
Pancasila selalu terpantul dalam kehidupan kita sehari-hari
tanpa terkecuali. Lagi pula untuk memastikan bahwa segala
sesuatunya akan berjalan dengan lancar kita harus
memastikan untuk merumuskan dan menafsirkan Pancasila
secara mendetail dan canggih namun sedemikian rupa yang
sederhana agar Pancasila mudah dipahami dan
diimplementasikan.
Kesimpulan Secara mendasar Pancasila memuat tiga ciri utama, yaitu
konsisten, koherensi, dan korespondensi. Konsisten berasal
dari bahasa latin konsistensi yang artinya berdiri bersama,
juga berarti keserasian, keserasian, dan hubungan logika. Jadi
sila haruslah kesatuan yangterpadu. Koheren berasal dari
bahasa latin cohaerere yang artinya lekatsatudengan yang lain.
Sebuah sila harus dihubungkan dengan sila lain. Koresponden
berasal dari istilah com artinya bersama dan responden berarti
menjawab. Praktiknya harus sesuai dengan teori dan fakta
harus sesuai dengan ideologi. Oleh karena itu, Pancasila tetap
bisa eksis dalam modernisasi yang diakibatkan oleh pengaruh
teknologi. Karena konsistensi, koherensi, dan korespondensi
Pancasila itu sendiri membuat Pancasila tetap bertahan dan

9
akan bertahan selamanya. Efek modernisasi tidak akan
merusak Pancasila sebagai identitas nasional Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Di sisi lain, Pancasila harus menjadi
dasar dari setiap ketentuan di Indonesia tentang era
modernisasi. Jika orang Indonesia beranggapan bahwa
Pancasila tidak bisa diterapkan di era modern ini, bukan
berarti pancasila tidak bisa bertahan, melainkan orang-orang
yang kurang pengetahuan dan kemampuan
mengimplementasikan Pancasila.

2.2 Jurnal Pembanding

1. Identitas Jurnal Pembanding


 Judul Jurnal : Membangun Karakter Melalui Nilai Pancasila Untuk Negara
Yang Berdaulat
 Nama Jurnal : Humaniora
 Penulis : Nikodemus Thomas Martoredjo
 Terbitan : Volume 7 Nomor 1 Januari 2016: 116-121
 Halaman :6
 ISSN :-

2. Ringkasan Jurnal Pembanding

Abstrak Pembangunan karakter menjadi prioritas untuk melihat


situasi dan kondisi bangsa yang mengalami degradasi
penghayatan dan penerapan nilai-nilai luhur Pancasila.
Penanaman nilai-nilai Pancasila secara kreatif hendaknya
diimplementasikan dalam berbagai proses pembelajaran
baik formal maupun informal. Nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila tidak hanya sebagai semboyan,
tetapi juga menjadi pedoman dalam menghadapi segala
tantangan dan ancaman bangsa. Tujuan penelitian ini

10
adalah untuk memperkuat ketahanan diri sebagai bangsa.
Dengan ketahanan yang demikian, maka kedaulatan
sebagai bangsa yang besar dapat ditegakkan. Metode yang
digunakan dalam penulisan artikel ini adalah dengan
pendekatan studi literatur. Hasil penelitian ini adalah jika
nilai-nilai Pancasila (das sollen) menjadi realitas keseharian
(das Sein), maka dengan sendirinya dapat membangun
ketahanan yang baik. Apapun tantangan atau ancaman yang
dihadapi akan diselesaikan dengan baik dan bahkan bisa
menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih baik.
Pendahuluan Seiring berjalannya waktu, Indonesia telah banyak
mengalami perubahan sejak kemerdekaannya.
Pembangunan fisik secara aktif dilakukan dengan
pembangunan bertahap dan berkelanjutan. Semua sumber
daya berusaha untuk mendukung perkembangan itu. Di
beberapa titik, krisis melanda hampir seluruh bidang
kehidupan bangsa ini. Pembangunan berkelanjutan tidak
cukup kuat untuk membendung perkembangan zaman
tanpa kompromi. Ketahanan yang dimiliki sendiri tidak
cukup kuat untuk menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan. (Soedarsono, 1999).Berbagai
rentetan peristiwa yang membelit bangsa ini
mengakibatkan cita-cita kebebasan seakan di luar
jangkauan. Hal yang menjadi perhatian adalah
permasalahan tersebut tidak didominasi oleh faktor dari
luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri sebagai bangsa.
Kondisi yang tidak kondusif untuk membangun ketahanan
diri sebagai bangsa yang besar seringkali muncul karena
pemikiran sektoral, terfragmentasi, partisan, egois yang
kuat, ketidakjujuran, mengabaikan kepentingan publik dan
nasional, fanatisme buta, merendahkan hukum, dan
sebagainya. (Wibowo, 2014). Perjuangan akan semakin
berat karena lawan tidak lagi di luar tapi di dalam, seperti
yang dikatakan para founding fathers bangsa ini.Masalah
ini tidak mudah diatasi dan dicari solusinya. Itu akan selalu
muncul pro dan kontra, yang akan mulai mengurai benang
kusut. Namun, salah satu langkah konkrit yang bisa
dilakukan dengan melakukan perbaikan pada sumber daya
manusianya. Aspek karakter sebagai bagian dari sumber
daya manusia merupakan bagian yang penting untuk
11
dikembangkan sebagai upaya mewujudkan cita-cita
menjadi bangsa yang berdaulat dan sejahtera sebagaimana
yang diamanatkan dalam UUD 1945 (Kawan Pustaka,
2004). Oleh karena itu, menanamkan nilai Pancasila yang
merupakan warisan dan telah ditetapkan sebagai landasan
dan cara hidup negara ini harus dijaga dan dilestarikan
dalam praktik kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah
pedoman bangsa ini menuju cita-citanya.Dari tulisan ini
diharapkan masalah ini dapat dikaji lebih mendalam untuk
pengembangan pembangunan karakter bangsa. Karakter
yang baik adalah kekuatan untuk menghadapi segala
tantangan dan ancaman yang dapat merongrong upaya
pencapaian tujuan dan cita-cita yang telah ditetapkan
sebelumnya. Era modern yang terus berkembang
memberikan tantangan dan harapan yang harus dijalani
dengan rasa optimis dan percaya diri. Oleh karena itu
perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa menjadi
suatu kebutuhan (Tilaar, 2012).
Metode Penelitian ini menggunakan penelitian pustaka untuk
mengembangkan topik yang dibahas. Studi pustaka
merupakan metode yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dan berkaitan
dengan topik. Penelitian ini menggunakan bahan yang
bukan berasal dari sumber pertama sebagai sarana untuk
memperoleh data dan informasi. Informasi tersebut
diperoleh dan ditinjau dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan ilmiah, skripsi dan disertasi, peraturan
perundang-undangan, anggaran dasar, buku tahunan,
ensiklopedia, kamus dan sumber lain baik cetak maupun
elektronik (Sarwono 2006).Dalam melakukan tinjauan
pustaka, peneliti berusaha mendapatkan gambaran dan
informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan topik yang
dibahas. Dalam studi pustaka, penggunaan bahan bacaan
yang relevan dan tersedia untuk mengembangkan topik.
Hasil studi pustaka kemudian dituangkan dalam uraian dan
ditambahkan refleksi untuk memperdalam materi. Dan
disimpulkan pula untuk memperkaya materi yang ada.
Hasil Dan Pengembangan potensi individu harus komprehensif.
Pembahasan Pengembangan karakter sebagai bagian dari pengembangan
diri merupakan bagian integral dari potensi kecerdasan
12
yang dimiliki oleh anak bangsa ini. Namun terkadang
aspek kecerdasan dianggap lebih penting daripada aspek
afektif. Keberhasilan dalam belajar dinilai dari seberapa
banyak pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar,
bukan bagaimana kerja keras dalam berbisnis melalui
proses yang panjang sebagai bagian dari pembelajaran
secara aktif. Dari sisi ini terlihat urgensi untuk menengok
kembali upaya pembentukan karakter yang diharapkan
mampu menciptakan sumberdaya yang unggul.
Pelaksanaan pembinaan karakter ini dapat dilakukan dalam
segala bentuk kegiatan pembelajaran baik pendidikan
formal maupun informal. Dalam pendidikan formal,
pengembangan karakter dilaksanakan pada kondisi
pendidikan formal yang ada, satuannya berdasarkan
kurikulum dengan ragam materi pembelajaran, metode dan
asesori alat. Kurikulum satuan disusun dan dikembangkan
berdasarkan prinsip integritas dan transparansi. Materi
kurikulum menjadi isi proses pembelajaran dengan
berbagai unsur pendukung yang relatif transformatif.
Sedangkan materi pembelajaran untuk semua komponen
kurikulum umumnya disusun, dijabarkan dan diberi nuansa
yang mengacu pada arah nilai-nilai luhur. Semua ini akan
mengarah pada pembentukan dan pengembangan karakter
dengan menggunakan sumber belajar yang kaya dan
beragam.
Di bagian lain, pelaksanaan pengembangan karakter juga
terjadi pada pendidikan nonformal dan informal.
Pengembangan karakter di jalur formal tidak cukup
memberi makna, jika tidak didukung jalur nonformal dan
informal. Saluran-saluran ini adalah jalan untuk
pengembangan karakter ideal. Oleh karena itu, penting
untuk menyamakan standar pendidikan jalur formal dan
informal. Meskipun pengembangan karakter formal dapat
lebih diintensifkan, namun jalur nonformal bisa lebih luas.
Hal ini dimungkinkan karena sumber dan bidang
nonformal dapat lebih bervariasi, langsung, nyata dan
dinamis progresif.Pada jalur informal, keluarga dan
masyarakat bisa menjadi lahan subur untuk menumbuhkan
karakter yang diharapkan. Keluarga adalah pusat
pendidikan karakter. Perkembangan karakter menjadi nyata
13
dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari yang sederhana
hingga hubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Dalam
jalur informal tersebut, pengembangan dimensi perwujudan
karakter menjadi nyata karena jalur formal dan informal
harus dipadukan dalam pengembangan dan penerapan
karakter tersebut. Untuk pengembangan karakter yang
lebih dan pemahaman yang intensif, ketiga jalur ini dapat
saling bekerjasama dan saling selaras (Prayitno, 2011).
Inti dari Pancasila sebagai nilai menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan aktualisasi
dengan praktek dalam kenyataan. Prinsip dasar yang
terkandung di dalamnya merepresentasikan cita-cita dan
harapan yang diidam-idamkan oleh masyarakat yang
tinggal di dalamnya dan akan terwujud secara kongkrit
dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip dasar telah berubah
dalam tatanan sosial dan kehidupan berbangsa.Melalui
pendidikan karakter baik formal maupun nonformal
diupayakan internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pikiran,
hati dan perilaku masing-masing individu. Pada akhirnya
diharapkan akan tercipta individu-individu yang
berwawasan kuat yang didukung oleh nilai-nilai Pancasila,
seperti yang mulia bermartabat dan terhormat. Demikianlah
membentuk kebesaran peradaban Indonesia melalui
perwujudan prinsip-prinsip apapun Pancasila ( Sudarsa,
2011).
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ( Percaya pada Tuhan
Yang Maha Esa) memiliki nilai yang mencakup dan
menjiwai empat lainnya sila. Nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya merupakan pengakuan dan keyakinan bangsa
Indonesia akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
nilai tersebut, Indonesia menyatakan bahwa mereka adalah
bangsa yang religius. Nilai ketuhanan juga menyiratkan
pengakuan atas kebebasan berkeyakinan dan mengamalkan
ajaran agama dengan baik, menghormati kebebasan
beragama tanpa paksaan dan diskriminasi atas dasar agama.
Kepercayaan pada kemahakuasaan Tuhan mendorong
untuk selalu berjuang demi kebaikan dan mempromosikan
kehidupan religius yang dewasa.
Sila Kedua adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
( Kemanusiaan yang adil dan beradab) mengandung nilai
14
yang terkait dengan kesadaran akan sikap dan perilaku
yang sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama.
Setiap manusia menjunjung tinggi martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab. Dalam kehidupan
berbangsa harus mewujudkan penghargaan tertinggi hak
asasi manusia sebagai hak fundamental. Nilai-nilai
kemanusiaan yang beradab merupakan perwujudan nilai-
nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang beradab dan
bermoral dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan
sesama dan dengan bangsa.
Sila Ketiga adalah Persatuan Indonesia ( Persatuan
Indonesia) mengandung arti upaya menuju persatuan dalam
keteguhan hati rakyat untuk menumbuhkan rasa
nasionalisme di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sila
ini mengakui dan menghargai penuh kebhinekaan bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang hidup
bersama di antara beberapa unsur yang membentuknya,
seperti suku, agama, ras, golongan, dan kelompok budaya.
Sila Keempat adalah Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan /
Perwakilan ( Demokrasi yang dipandu oleh kearifan batin
dalam kebulatan suara yang timbul dari musyawarah antar
perwakilan) mengandung nilai bahwa Indonesia diatur dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat melalui musyawarah
melalui lembaga perwakilan. Rakyat merupakan subyek
pendukung utama dalam penyelenggaraan negara.
Kepentingan rakyat menjadi prioritas yang perlu
diperhatikan. Oleh karena itu, dimungkinkan adanya
kebebasan yang bertanggung jawab untuk kepentingan
lebih banyak orang.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
( Keadilan sosial bagi semua rakyat Indonesia)
mengandung makna sebagai dasar untuk mencapai tujuan
masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera lahir batin.
Ajaran ini akan menekankan keadilan sosial dalam hidup
bersama sebagai tujuan bersama. Nilai-nilai keadilan harus
menjadi dasar dan harus dipegang teguh dalam pengejaran
memimpikan kemakmuran bagi seluruh warga negara serta
menjadi wujud perlindungan bagi seluruh warga negara
dan seluruh wilayah termasuk dalam wilayah negara
15
Indonesia. Artinya keharmonisan dan keseimbangan dalam
hidup menjadi sangat penting. Kepedulian terhadap sesama
dan lingkungan menjadi bentuk keadilan. Sekaligus sebagai
dasar interaksi antar bangsa yang ingin menciptakan
perdamaian sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Keadaan yang berubah dengan cepat membutuhkan
keuletan tidak hanya terkait dengan keamanan fisik, tetapi
juga tangguh secara mental, ulet dan kreatif. Faktor
eksternal terkait kemajuan teknologi dan kasus arus
globalisasi yang dahsyat harus diubah menjadi peluang
untuk lebih meningkatkan jati diri sebagai bangsa. Setiap
elemen bangsa harus mampu membangun ketahanan
dengan memanfaatkan seluruh aspek kehidupan secara
optimal untuk menciptakan kondisi dinamis yang menjadi
kekuatannya.Ketahanan ini perlu terus ditingkatkan secara
komprehensif dan terintegrasi. Pancasilatidak sekedar
sebagai sebuah konsep tetapi menjadi semangat untuk
bersama-sama dijalankan menuju tujuan yang telah
ditetapkan. Pemahaman dan peradaban ketahanan ini
diakui dan diinternalisasikan oleh semua lapisan
masyarakat dan setiap individu di Indonesia. Oleh karena
itu, hal ini tidak hanya diterapkan di kalangan pimpinan,
tetapi juga di antara semua pihak yang terlibat yang dapat
merasakan dan membantu menciptakan perlawanan
tersebutSetiap orang, siapapun dan apapun posisinya harus
mampu menghayati dan mewujudkan konsep keamanan
nasional. Para pemimpin diharapkan memberi contoh
sebagai panutan terlebih dahulu yang akan diikuti oleh
semua orang. Ciri-ciri yang dapat disebut sebagai pribadi
yang kuat dan tahan banting adalah beriman dan bertakwa
kepada Tuhan, percaya diri dan berpegang pada prinsip,
mandiri dan bebas dari ketergantungan pada orang lain,
berjiwa dinamis, kreatif dan ulet, memiliki visi dan
prioritas kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Manusia dengan personal resiliensi yang kuat akan tumbuh
menjadi pribadi yang kuat dan siap menghadapi segala
tantangan dengan pikiran kreatif dan pantang menyerah,
namun tidak berpuas diri.
Kesimpulan Globalisasi semakin melanda setiap sisi kehidupan modern
saat ini. Situasi ini harus menjadi hal yang dapat
16
memberikan dampak positif. Indonesia sebagai bangsa
yang besar harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk
lebih maju dalam mencapai tujuannya. Ini hanya mungkin
terjadi jika ada kesiapan mental untuk menghadapi situasi
tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri, satu-satunya
tindakan yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan
generasi yang lebih baik untuk mendapatkan ketahanan dan
kemampuan yang tinggi dalam beradaptasi dengan era
modern. Hal ini menjadi perhatian semua pihak untuk
merefleksikan, melihat, dan menyadari tuntutan yang tinggi
dan sulit. Kita sebagai bangsa tidak boleh terlena dan tidak
sadar akan situasi yang bisa menjadi penghalang yang
merongrong upaya pencapaian cita-cita luhur. Salah satu
prioritas penting adalah membangun karakter yang
berkualitas. Tanggung jawab pengembangan karakter ini
tidak hanya pada individu, tetapi juga pada semua pihak
dalam masyarakat dan kenegaraan. Lembaga pendidikan
bisa menjadi jalan untuk pengembangan karakter yang
baik.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kelebihan Jurnal


Sesungguhnya kedua jurnal ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
namun mahasiswa dituntut untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari masing –
masing jurnal, sebagai berikut:

1. Jurnal Utama
Jurnal ini membahas tentang pancasila dan teknologi mkdern, jurnal ini sangat bagus
dan sangat disarankan untuk generasi 4.0 dan dijaman saat ini sangat jarang yang
mengaitkan pancasila dan teknologi saat ini, maka dari itu jurnal ini unggul dalam
tema dan dalam segi isi jurnal tidak membosankan dan juga singkat dan jelas.
2. Jurnal Pembanding

17
Jurnal ini memiliki kelebihan dimana pembaca diajak untuk membangun karakter
melalui nilai pancasila, sangat bagus jurnal ini sebagai referensi seorang pengajar,
bahasa jurnal ini juga mudah dipahami.

3.2. Kekurangan Jurnal


1. Jurnal Utama
Jurnal ini hampir tidak memiliki kekurangan sama sekali, tetapi dikarenakan jurnal ini
internasional maka harus diterjemahkan dulu ke bahasa indonesia. Dan juga bahasa
jurnal ini sangat baku sehingga pembaca kurang memahami isi juranl ini.

2. Jurnal Pembanding
Jurnal ini juga hampir sempurna tetapi dikarenakan jurnal ini internasional maka
harus diterjemahkan dulu ke bahasa indonesia.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pancasila tetap bisa eksis dalam modernisasi yang diakibatkan oleh pengaruh teknologi.
Karena konsistensi, koherensi, dan korespondensi Pancasila itu sendiri membuat Pancasila tetap
bertahan dan akan bertahan selamanya. Efek modernisasi tidak akan merusak Pancasila sebagai
identitas nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, satu-satunya
tindakan yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan generasi yang lebih baik untuk
mendapatkan ketahanan dan kemampuan yang tinggi dalam beradaptasi dengan era modern.

18
Hal ini menjadi perhatian semua pihak untuk merefleksikan, melihat, dan menyadari
tuntutan yang tinggi dan sulit. Kita sebagai bangsa tidak boleh terlena dan tidak sadar akan
situasi yang bisa menjadi penghalang yang merongrong upaya pencapaian cita-cita luhur. Salah
satu prioritas penting adalah membangun karakter yang berkualitas. Tanggung jawab
pengembangan karakter ini tidak hanya pada individu, tetapi juga pada semua pihak dalam
masyarakat dan kenegaraan. Lembaga pendidikan bisa menjadi jalan untuk pengembangan
karakter yang baik.

4.2 Saran

Kami sebagai penyusun, memiliki harapan agar Pancasila harus menjadi dasar dari setiap
ketentuan di Indonesia tentang era modernisasi dan jika Pancasila tidak bisa diterapkan di era
modern ini, bukan berarti pancasila tidak bisa bertahan, melainkan orang-orang yang kurang
pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikan Pancasila.

Apabila ada kesalahan kami dalam menyampaikan /mereview jurnal ini kami mohon kritik dan
saran yang membangun untuk kami agar kedepannya akan lebih baik lagi dalam membuat
laporan. Baik itu dalam segi bahasa ataupun dalam segi penulisan tata letak yang kami buat.
Dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, kami sangat berharap saran dan kritik
dari pembaca agar kami bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai