PENTINGNYA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI DI
BIDANG SOSIAL BUDAYA
DI SUSUN OLEH : INDRA SETYANINGSIH (13103241065/PLB I B)
PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan di bidang sosial budaya tidak terlepas dari globalisasi. Globalisasi menuntut kita untuk mengikuti perkembangan jaman. Arti globalisasi sendiri menurut A.G. Mc Grew adalah globalisasi mengacu pada keseberagaman hubungan dan saling keterkaitan antara negara dan masyarakat yang membentuk sistem dunia modern. Globalisasi adalah proses di mana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain. Globalisasi berpengaruh pada kebudayaan dan sosial di dunia. Di bidang sosial gobalisasi memengaruhi kebiasaan dan cara hidup masyarakat. Masyarakat cenderung hidup konsumtif dan memilih sesuatu yang instan. Di bidang kebudayaan globalisasi memengaruhi kebudayaan suatu Negara, kebudayaan asli akan tergantikan dengan kebudayaan baru. Beberapa kasus di Indonesia yang berhubungan dengan kebudayaan di antaranya kasus reog ponorogo yang di klaim oleh Negara Malaysia. Hal ini menandakan bahwa Indonesia tidak sungguh-sungguh dalam melestarikan kebudayaan. Selain kasus reog ponorogo, ada kasus serupa yaitu kasus tari pendet yang berasal dari Bali. Tari pendet digunakan sebagai media promosi pariwisata di Malaysia. Selain kasus klaim, terjadi juga masalah sosial di Indonesia yaitu konflik sosial. Konflik di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. terjadi sedikitnya 618 konflik agraria di seluruh wilayah Negara Indonesia, dengan areal konflik seluas 2.399.314,49 hektar Berdasarkan paparan di atas Pancasila sebagai paradigma reformasi di bidang sosial budaya sangat diperlukan dalam melestarikan kebudayaan dan pembentukan masyarakat madani. Dengan adanya Pancasila sebagai paradigma reformasi di bidang sosial budaya, Indonesia dapat mempertahankan dan melestarikan kebudayaan serta mewujudkan masyarakat madani (civil society).
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengapa paradigma reformasi di bidang sosial budaya penting bagi Indonesia? 2. Apa pengertian Pancasila sebagai paradigma reformasi di bidang sosial budaya? 3. Bagaimana cara mewujudkan paradigma reformasi di bidang sosial budaya? C. TUJUAN Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu: 1. Mengetahui pentingnya Pancasila sebagai paradigma reformasi di bidang sosial budaya, 2. Mengetaui pengertian Pancasila sebagai paradigma reformasi di bidang sosial budaya, dan 3. Mengetahui cara mewujudkan paradigm reformasi di bidang sosial budaya.
D. METODOLOGI Dalam membuat makalah ini menggunakan metode kajian pustaka.
E. KAJIAN TEORI 1. Teori Paradigma Istilah paradigma tidak dapat lepas dari filsafat karena awalnya paradigma berkembang pada ilmu pengetahuan terutama ilmu filsafat. Menurut Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970:49). Pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan sumber hukum-hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam masalah yang populer istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,orientasi dasar, sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang sosial dan budaya. 2. Teori Reformasi Arti dari kata reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dengan akar kata reform yang secara semantik bermakna make or become better by removing or putting right what is bad or wrong (Oxford Advanced Learners Divitionary of Current English, 1980, dalam Wibisono, 1998:1). Secara harafiah reformasi berarti suatu gerakan untuk memformat ulang menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat (Riswanda, 1998). Dari pengertian reformasi di atas dapat saya simpulkan bahwa reformasi adalah merubah, menata ulang hal-hal yang kurang baik kea rah yang lebih baik, tetapi bukan berarti merubah suatu Negara. Munculnya krisis ekonomi di dunia menyebabkan adanya gerakan reformasi di Indonesia. Terlebih lagi pemerintahan pada masa orde baru hanya menambah kesengsaraan masyarakat saja. Para wakil-wakil rakyat yang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Oleh karena itu maka gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi, (Hamengkubuwono X, 1998 : 8).
BAB II
F. PEMBAHASAN Untuk mengatasi masalah sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia perlu adanya pemahaman terhadap paradigma dan reformasi. Terutama yang berkaitan dengan Pancasila sebagai paridigma reformasi. 1. Pengertian Paradigma di Bidang Sosial dan Budaya. Paradigma merupakan asumsi-asumsi sumber nilai, sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan, seperti yang dikatakan oleh Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution. Sumber nilai paradigma di Indonesia berarti Pancasila yang berkeTuhanan , berkemanusiaan, berkesatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan. Nilai yang terkandung dalam Pancasila bersumber dari nilai-nilai luhur yang sudah melekat sejak Indonesia belum ada. Bukan dari hasil pengambilan nilai dan dari Negara lain. Hal ini sudah jelas berarti nilai Pancasila harus diamalkan dan dilestarikan. Selain bersumber dari nilai luhur bangsa Indonesia, juga berumber dari kebudayaan yang sudah ada sejak dulu. Menurut Ki Hadjar Dewantara, Kultur atau kebudayaan itu siftanya bermacam-macam, akan tetapi oleh karena semuanya adalah buah adab, maka semua kebudayaan atau kultur selalu bersifat : tertib, indah, berfaedah, kuhur, memberi rasa damai, senagn, bahagia, dan sebagainya. Sifat-sifat itu terlihat di dalam kehidupan manusia-manusia yang beradab . (Ki Hadjar Dewantara, 1967). Kondisi di suatu Negara berbeda-beda sehingga memunculkan paradigma yag berbeda pula. Seperti yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki banyak pulau, ras, agama, dan kebudayaan atau bisa dikatakan masyarakat multikultural yang akan berakibat terjadinya konflik suku, ras, agama (SARA). Agar tidak terjadi disintegrasi bangsa dan konflik SARA maka diperlukan adanya pendidikan multikultural. Tujuan pendidikan multikultural adalah : a. pembentukan sebuah sikap menghormati dan menghargai nilai keragaman budaya, b. promosi kepercayaan pada nilai intrinsik tiap-tiap pribadi dan perhatian tak kunjung hilang terhadap kesejahteraan masyarakat yang lebih luas, c. pemgembangan kompetensi multikultural untuk berfungsi secara efektif dalam setting yang bervarasi secara kultural, d. fasilitasi keadilan pendidikan tanpa memperhatikan etnis, ras, gender, usia, atau kekhususan lain. (Young Pai, 1990). 2. Pengertian reformasi di bidang sosial budaya Secara harafiah reformasi berarti suatu gerakan untuk memformat ulang menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat (Riswanda, 1998). Reformasi denagan melakukan perubahan dalam perubahan dalam berbagai bidang atau yang sering disebut reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumber sendiri. Apakah mungkin reformasi total dewasa ini akan mengubah kehidupan bangsa yang tidak berketuhanan, tidak berkemanusiaan, tidak berpersatuan, tidak berkerakyatan, dan tidak berkeadilan. Oleh karena itu, reformasi perlu memiliki tujuan, dasar, cita- cita serta platform yang jelas bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma reformasi total. Dari hal tersebut maka diperlukan suatu gerakan reformasi. Gerakan reformasi memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Gerakan reformasi dilakukan karena banyak terjadi penyimpangan. Contohnya pada masa orde baru banyak terjadi kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme di kalangan pejabat yang tentunya melanggar UUD 1945. 2. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu. Jadi reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilai nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. 3. Gerakan reformasi akan mengembalikan Negara dalam system Negara yang demokratis yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sebagaimana terkandung dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Gerakan reformasi harus menunjng tinggi hak asasi manusia (HAM), bebas mengeluarkan pendapat, dan peradilan yang bebas penguasa. 4. Gerakan reformasi yang dilakukan harus mengarah pada keadaan yang lebih baik, perubahan yang dilakukan harus mampu membuat masyarakat lebih baik dan sejahter di bidang sosial, budaya, ekonomi, serta keagamaan. 5. Gerakan reformasi dilakukan berdasarkan atas azas ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam kenyataanya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia yaitu dampak politik, ekonomi, kemanusiaan, dan sosial serta budaya. Terutama masalah sosial budaya di Indonesia yang semakin marak terjadi, seperti reog ponorogo dan tari pendet yang diklaim Negara Malaysia. 3. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi di Bidang Sosial dan Budaya Seperti yang telah dibahas di depan reformasi berarti suatu gerakan untuk memformat ulang menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat (Riswanda, 1998). Dalam kehidupan sosial budaya di era globalisasi menuntut para warga untuk mampu mempertahankan integritas masyarakatnya masing- masing melalui : a. Pengembangan kehidupan yang bermakna (to develop a meaning life). b. Kemampuan untuk memuliakan kehidupan itu sendiri (ability to enable life). Jika di masyarakat tidak memilki kedua unsure di atas, maka masyarakat tersebut akan terjerumus ke dalam kehidupan masyarakat yang serba datar. Oleh karena itu dalam membangun jangan senantiasa ingin menjadi orang lain dan melupakan jati diri, sebagai pribadi, sebagai manusia yang bermartabat. Di dalam pengertian martabat manusia ada bebrapa aspek Sastrapratedja (2001). a. Martabat manusia (dignity of man) di letakkan pada kedudukannya sebagai subjek atau pribadi, yan mampu menetukan pilihan, menentukan tindakannya, dan dirinya sendiri (self-determination). b. Martabat manusia terletak pula pada sosialitasnya. Sosialitas manusia dewasa ini semakin luas cakupannya yang secara spasial semakin bersifat mondia, mengatasi batasan-batasan geografis, dan secara temporal kesadaran sosial mengatasi batasan masa kini. c. Martabat manusia adalah ketuhanannya. Manusia senatiasa meminta perlindungan dan permohonan pada Tuhan Yang Maha Esa. Selain karena globalisasi pada masa orde baru reformasi di bidang sosial budaya juga berkaitan dengan munculnya berbagai konflik di Indonesia yang semakin memperparah masa orde baru yang sudah tidak dipercaya oleh rakyat. Konflik yang terjadi dimasa orde baru diantaranya peristiwa Amuk Masa di Jakarta, Solo, Jawa Timur, Tangerang, dan Kalimantan. Serta timbulnya konflik SARA yang menimbulkan disintegrasi baangsa. Selain munculnya berbagai konflik, kondisi ekonomi Indonesia sangat terpuruk. Hal ini ditandai dengan tidak stabilnya perekonomian di Indonesia seperti maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di kalangan pemerintah, utang Negara semakin banyak, pengangguran semakin tinggi, PHK terjadi di mana-mana, dan pemerintahan semu. Hal-hal tersebut memunculkan suatu gerakan dari rakyat yaitu gerakan reformasi. Keberhasilan reformasi di awali dengan lengsernya presiden Soeharto dan digantikan dengan presiden BJ. Habibie yang diikuti dengan pembentukan kabinet reformasi pembangunan dan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum. Pancasila sebagai paradigma reformasi juga tidak lepas dengan cita-cita bangsa sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat. Reformasi berdasarkan pancasila berarti : 1. Reformasi yang berketuhanan Yang Maha Esa, bahwa reformasi harus berdasarkan nilai-nilai religious karena pada hakekatnya manusia adalah mahluk Tuhan yang selalu tunduk dan patuh terhadap Tuhan. Sehingga dalam melakukan perubahan harus mengarah pada ketuhanan. 2. Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, bahwa dalam melakukan perubahan harus didasarkan pada hak asasi manusia dan tidak adanya penganiayaan. Selain itu harus menunujung tunggi harkat dan martabat manusia. Reformasi menentan segala aspek eksploitasi, pemerintaha yang otoriter, serta penindasan. 3. Reformasi yang berdasarkan persatuan, bahwa reformasi berdasarkan nilai persatuan, adanya sikap saling menghargai, adanya gotong royong. Segala perubahan harus mampu menghindarkan dari sesuatu yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa seperti, konflik yang berhubungan dengan suku, agama, dan ras, 4. Reformasi yang berdsasarkan atas kerakyatan, bahwa segala perubahan harus memperhatikan aspirasi-aspirasi rakyat. Reformasi menghendaki Negara yang demokratis sehingga rakyatlah yang memegang kekuasaan penuh. Pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang menentang segala bentuk kediktatoran. 5. Reformasi yang berkeadilan, bahwa segala perubahan harus berdasarkan tuujuan Negara yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan bukan hanya untuk pribadi, bukan hanya untuk kalangan pejabat, tetapi untuk keadilan rakyat. Sehingga tercapainya tujuan dan cita-cita Negara. Dengan demikian, peran Pancasila sangat penting sebagai paradigma reformasi di bidang sosial dan budaya dalam mengatasi masalah sosial yang berkaitan dengan kebudayaan sekaligus yang berkaitan dengan terjadinya konflik sosial. 4. Faktor yang mendorong terjadinya paradigma reformasi di bidang sosial budaya Paradigma reformasi di bidang sosial budaya ditandai dengan munculnya gerakan reformasi pada masa orde baru. Gerakan ini muncul sebagai akibat pemerintahan pada masa orde baru sudah tidak dipercaya oleh rakyat karena pemerintahan mengandung korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Ada beberapa faktor yang dapat menyebeabkan terjadinya reformasi di bidang ssosial budaya yaitu: a. Banyak terjadi penyimpangan. Contohnya pada masa orde baru banyak terjadi kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme di kalangan pejabat yang tentunya melanggar UUD 1945. Oleh karena itu pemerintahan tidak lagi dipercaya oleh rakyat. b. Untuk mengembalikan kepada dasar nilai nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Reformasi bertujuan untuk merubah kea rah yang lebih baik, tetapi bukan berarti membubarkan suatu Negara. c. Untuk mengembalikan Negara dalam sistem Negara yang demokratis yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sebagaimana terkandung dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Demokrasi berarti rakyat bebas beraspirasi dengan menyuarakan pendapat mereka melaui demo. Namun dalam melakukan demo tetap memperhatikan aturan-aturan yang berlaku, tidak melakukan tindakan-tindakan yang anarkis.
5. Cara agar paradigma reformasi di bidang sosial budaya terwujud di Indonesia Dewasa ini masalah sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia semakin banyak. Hal tersebut menandakan bahwa pemerintah maupun rakyat kurang peduli terhadap kondisi Negara Indonesia. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut maka Negara Indonesia akan menjadi Negara yang tertinggal. Oleh karena itu, diperlukan cara agar dapat mengurangi terjadinya masalah sosial dan budaya serta untuk mewujudkan paradigma sosial budaya di Indonesia. Cara agar paradigma reformasi di bidang sosial budaya terwujud di Indonesia : a. Mengimpementasikan nilai-nilai Pancasila, sebagai warganegara yang baik maka dalam kehidupan sehari-hari harus mengimplementasikan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan satu dengan yang lain b. Menjaga dan melestarikan budaya Indonesia, beberapa kasus yang berkaitan dengan budaya Indonesia merupakan cerminan budaya Indonesia mulai hilang. Dengan kita mempelajari budaya Indonesia maka kita telah menjaga dan melestarikan budaya Indonesia. Sehingga budaya Indonesia tidak diklaim oleh Negara lain. c. Memiliki rasa nasonalisme yang tinggi, Negara Indonesia adalah Negara majemuk yang terdiri berbagai ras, suku, agama atau bisa dikatakan masyarakat multikultural. Namun, dengan kondisi tersebut bukan berarti masyarakat di Indonesia menjadi terpisah-pisah, tetapi Indonesia tetap bersatu dengan rasa nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak positif nasionalisme adalah bangsa Indonesia menjadi solid atau mempunyai rasa persatuan yang kuat, sedangkan dampak negatif dari nasionalisme adalah terjadinya chauvinisme yang tentunya akan mendorong terjadinya konflik sosial. d. Memiliki cita-cita berdasarkan nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai Pancasila adalah ada pada filsafat hidup bangsa Indonesia, dan sebagai bangsa maka akan senantiasa memliki perkembangan aspirasi sesuai dengan tuntutan jaman. Oleh karena itu Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu meyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. e. Memiliki sifat yang kritis dan aktif, pemerintahan tidak selalu benar maka diperlukan sifat yang kritis dan aktif. Tugas warganegara adalah mengkritisi pemerintahan suatu Negara dan aktif dalam menyuarakan suara rakyat. Aspirasi rakyat sangat diperlukan untuk perbaikan pemerintahan di Indonesia. Rakyat dapat menyuarakan suaranya melalui demo. Namun, di dalam melakukan demo harus memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Demo bukan berarti tindakan yang anarkis, tetapi demo harus teratur dan tertib.
BAB III
G. KESIMPULAN Pentingnya Pancasila sebagai paradigma reformasi di bidang sosial dan budaya berarti segala perubahan harus didasarkan pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sudah sejak dulu ada dan harus berdasarkan pada ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pancasila menentang segala sesuatu yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa serta menentang kediktatoran dan penganiyaan. Dalam melestarikan budaya bangsa sangat diperlukan peran Pancasila sebagai paradigma reformasi di bidang sosial dan budaya. Peran Pancasila dalam melestarikan budaya yaitu sebagai filter untuk budaya asing yang masuk di Indonesia. Dengan adanya filter budaya Indonesia tudak akan hilang dan budaya asing yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila akan menambah bervariasinya budaya Indonesia.
H. SARAN Makalah yang saya susun masih jauh dari kesempurnaan dan masih perlunya perbaikan. Oleh Karena itu, kritik dan saran oleh pembaca sangat saya perlukan dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang saya susun dapat menginspirasi pembaca untuk tetap memepertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila serta mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Kaelan. 2010. pendidikan pancasila. Yogyakarta: Paradigma. Rukmiyati, dkk. 2013. Pendidikan pancasila. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press. Indah, Sri W. 2013. Terjadi Peningkatan 618 Konflik Agraria Sepanjang Tahun 2012-2013. (online)http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=14&jd=Terjadi+Pen ingkatan+618+Konflik+Agraria+Sepanjang+Tahun+2012- 2013&dn=20130927180309, diakses 12 November Pukul 9.25 Am. Puwastuti, L. Andriani dkk. 2002. Pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta Press Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa dan Bernegara. (online) http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer- science-and-information/information-system-s1-1/pendidikan-pancasila/pancasila- sebagai-paradigma-kehidupan-dalam. di akses 4 Desember Pukul 9.21 Am .. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi. (online) http://indridjanarko.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Modul-Pancasila-7- Pancasila-Sebagai-Paradigma-Reformasi.pdf. diakses 4 Desember Pukul 9. 10 Am.