Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali dari jati
diri dan nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Dengan
berbagai kajian ternyata didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara sila
tersebut sebagai sebuah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dikarenakan antar
sila tersebut saling menjiwai satu dengan yang lain. Ini dengan sendirinya menjadi
ciri khas dari semua kegiatan serta aktivitas desah nafas dan jatuh bangunnya
perjalanan sejarah bangsa yang telah melewati masa-masa sulit dari jaman penjajahan
sampai pada saat mengisi kemerdekaan.

Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan
sudah asing dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa
dan ada apa dengan kita sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami
pasang surut masalah negara ini belum bisa mengoptimalkan tentang pengamalan
nilai-nilai Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat ini dengan jaman yang disepakati
dengan nama Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk mengembalikan
tata negara ini dari penyelewengan-penyelewengan sebelumnya.

Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan
menghilangkan dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis
yang berkepanjangan di segala bidang kehidupan, serta menata kembali ke arah
kondisi yang lebih baik atas system ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah
hancur, menuju Indonesia baru. Pada masa sekarang arah tujuan reformasi kini tidak
jelas untungnya walaupun secara birokratis, rezim orde baru telah tumbang namun,
mentalitas orde baru masih nampak disana-sini. Sedangkan pancasila adalah sebagai
ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari penggabungan dari nilai-nilai
luhur yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah ideologi
politik, Pancasila bisa bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat, tetapi bisa
pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya. Hal itu tergantung pada daya tahan
ideologi tersebut. Ideologi akan mampu bertahan dalam menghadapi perubahan
masyarakat bila mempunyai tiga dimensi. Ketiga dimensi antara lain sebagai berikut
meliputi : Idealisme, Realita, Fleksibilitas. Maka dari

itu pancasila sebagai ideologi haruslah mempunyai dimensibilitas agar substansi-


substansi pokok yang dikandungnya tidak lekang dimakan waktu. Pada masa
reformasi yang dimulai dari tahun 1998 hingga masa sekarang, orang-orang mulai
menanyakan revelansi dari pancasila untuk menjawab segala tantangan zaman
terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang ini. Maka Pancaila menurut saya
mutlak masih diperlukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan Pancasila pada masa era reformasi?
2. Apa arti Pancasila sebagai paradigm reformasi?
3. Bagaimana Pancasila dapat berperan sebagai paradigma reformasi dalam
bidang hokum, politik, dan ekonomi?
1.3 Tujuan
1. Arti Pancasila sebagai paradigma reformasi
2. Mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma reformasi dalam bidang
hokum, politik, dan ekonomi.
1.4 Manfaat
Menambah wawasan pembaca mengenai Pancasila yang ditinjau dari aspek peran
Pancasila sebagai paradigma reformasi dalam bidang hokum, politik, dan
ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Pancasila Pada Masa Reformasi

Terlepas dari kenyataan yang ada, gerakan reformasi sebagai upaya


memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia ini harus dibayar mahal, terutama yang
berkaitan dengan dampak politik, ekonomi, sosial, dan terutama kemanusiaan. Para
elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini guna meraih
kekuasaan sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi perbenturan
kepentingan politik. Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi
kemanusiaan yang sangat memilukan. Banyaknya korban jiwa dari anak-anak bangsa
dan rakyat kecil yang tidak berdosa merupakan dampak dari benturan kepentingan
politik. Tragedi “amuk masa” di Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, serta daerah-daerah lainnya merupakan
bukti mahalnya sebuah perubahan. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, nampak sekali
bahwa bangsa Indonesia sudah berada di ambang krisis degradasi moral dan ancaman
disintegrasi.

Kondisi sosial politik ini diperburuk oleh kondisi ekonomi yang tidak
berpihak kepada kepentingan rakyat. Sektor riil sudah tidak berdaya sebagaimana
dapat dilihat dari banyaknya perusahaan maupun perbankan yang gulung tikar dan
dengan sendirinya akan diikuti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Jumlah
pengangguran yang tinggi terus bertambah seiring dengan PHK sejumlah tenaga kerja
potensial. Masyarakat kecil benar-benar menjerit karena tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini diperparah dengan naiknya harga bahan
bakar minyak (BBM) dan listrik, serta harga bahan kebutuhan pokok lainnya. Upaya
pemerintah untuk mengurangi beban masyarakat dengan menyediakan dana
sosial belum dapat dikatakan efektif karena masih banyak terjadi penyimpangan
dalam proses penyalurannya. Ironisnya kalangan elite politik dan pelaku politik
seakan tidak peduli den bergaming akan jeritan kemanusiaan tersebut.

Di balik keterpurukan tersebut, bangsa Indonesia masih memiliki suatu


keyakinan bahwa krisis multidimensional itu dapat ditangani sehingga kehidupan
masyarakat akan menjadi lebih baik. Apakah yang dasar keyakinan tersebut? Ada
beberapa kenyataan yang dapat menjadi landasan bagi bangsa Indonesia dalam
memperbaiki kehidupannya, seperti: (1) adanya nilai-nilai luhur yang berakar pada
pandangan hidup bangsa Indonesia; (2) adanya kekayaan yang belum dikelola secara
optimal; (3) adanya kemauan politik untuk memberantas korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN).

2.2 Arti Pancasila sebagai paradigma reformasi

Reformasi bergulir di Indonesia dengan di motori oleh mahasiswa dan tokoh-


tokoh bangsa ini yang merasa bahwa krisis yang melanda negara ini di awali dari
krisis ekonomi ternyata telah membawa kita pada krisis yang lebih besar seperti krisis
politik, kepemimpinan dan akhirnya pada suksesi atau pergantian kepemimpinan
secara nasional. Tentu telah banyak korban yang berguguran dalam proses reformasi
tersebut semisal contoh mahasiswa trisakti yang menjadi korban dalam tragedi
semanggi I-II, kerusuhan masa yang anakis dan rutal dengan melakukan penjarahan,
pemerkosaan, pengerusakan fasilitas-fasilitas umum di Jakarta, Solo, Medan, dan
kota-kota lain di Indonesia. Semangat dan jiwa reformasi yang digulirkan menjadi
kacau dan tidak tentu arah dan justru malah menodai nilai dan tujuannya sendiri.
Tentu ini menjadi tanda tanya besar ketika semangat untuk meluruskan dan
mengembalikan tatanan negara ini menjadi lebih baik justru di lapangan kita temui
hal yang kontraproduktif.

Salah satu tujuan reformasi dibidang politik dan hukum adalah mengembalikan
UUD 1945 dan pancasila sebagai falsafah dasar kehidupan bangsa dan negara. Kita
dapat mengetahui dengan seksama bahwa dalam pelaksanaan UUD 1945 dan
pancasila dalam masa orma dan orba terjadi deviasia/ penyimpangan oleh oknum-
oknum penyelenggara pemerintah. Sehingga dalam pelaksanaan berpolitik dan
berpemerintahan hanya menjadi senjata dan dalil pembenaran dari semua tujuan
penguasa untuk melanggengkan dan menikmati kekuasaan sehingga muncul
pemerintahan yang lalu seperti otoliter obsolud, terpimpin dan kolusi untuk korupsi
dan nepotisme dalam kekuasaan.

Kekuasaan penuh dan perilaku birokrasi yang sistematis membuat apa yang
mereka lakukan seolah selalu benar dan tidak ada penyimpangan dari nilai dan norma
yang terkandung dalam pancasila. Butuh waktu dan sebuah generasi yang solid untuk
dapat menempatkan kembali roh dan semangat pancasilaisme terutama pada generasi
yang sekarang ini. Lebih lagi jumlah materi dan pedoman tentang pancasila sudah
sangat jauh terkurang baik dimasyarakat umum maupun lembaga – lembaga
pendidikan yang sebenarnya mempunyai peranan penting dan vital dalam
menanamkan doktrin ideologi pancasila serta nilai – nilai yang terkandung untuk
dapat di amalkan dalam kehidupan sehari – hari.

Satu kata kunci yang sekarang menjadi asing sudah luntur dari kita sebagai
bangsa adalah pancasila sebagai ideologi NKRI. Dapat kita ketahui bersama dari
uraian dan penjabaran Pancasila dalam strategi Politik Nasional, Ali Murtopo. CSIS,
1947 Hal 173 dapat kita ambil garis besar sebagai berikut :
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa , mengandung pengertian bahwa
negara adalah berdasar dan percaya pada Tuhan Yang Maha Esa dengan
kewajiban setiap warganya mengakui adanya Tuhan.
2. Sila kedua, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, mengandung pengertian dan
pengakuan akan penghargaan terhadap sesama manusia lepas dari asal usul,
keyakinan, ras, serta pandangan politik adalah sama.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, mengandung arti sesuai dengan pernyataan
kemerdekaan bangsa di maknakan sebagai pengertian kesatuan dan bangsa ini
adalah satu dengan mengatasi paham perseorangan dan golongan dalam satu
NKRI.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin olah Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan, mengandung arti bahwa demokrasi bangsa
Indonesia bukan demokrasi yang menitikberatkan pada kepentingan individu,
namun pada pelaksanaan demokrasi pancasila yang mengikutsertakan semua
golongan dengan jalan musyawarah untuk mufakat.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung arti
bahwa golongan kemasyarakatan harus disusun sedemikian rupa sehingga
tidak ada golongan yang menekan golongan lain dan mendapat perlakuan
yangadidalam bekerja, hidup tertib, tentram dan layak.

Bila kita bangga sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai jati diri sebagai
bangsa maka kita harus berpedoman pada nilai – nilai dasar yang harus kita pegang
teguh bersama. Terlebih lagi pada saat ini kita hidup di jaman reformasi yang
seharusnya justru kita mengembalikan nilai–nilai dasar negara kita.

Nilai – nilai dasar tersebut adalah :


a. Pancasila sebagai landasan dan falsafah hidup bangsa yang tumbuh dari dasar
bumi indonesia.
b. Tujuan NKRI, tentu negara ini punya tujuan yang tidak boleh digoyah dan
wajib untuk tetap diamankan sebagaimana dapat kita lihat dalam pembukaan
UUD 45 yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c. Bineka tunggal ika, adalah semangat untuk mengakomodasi peredaan dan
kemajemukan bangsa tetap dalam kerangka NKRI dan justru sebagai sebuah
khasanah serta aset nasional memperkukuh integrasi bangsa.
d. Reformasi, semangat untuk tetap mereformasi dengan sifat untuk
menyempurnakan dari kekurangan bangsa serta dengan konsep, agenda yang
jelas didukung kerja keras semua komponen bangsa untuk memajukan dan
memberikan sumbangsih serta semangat untuk rela berkorban demi bangsa
ini.

Arti Pancasila sebagai paradigma reformasi adalah Indonesia ingin mengadakan


suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi
terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat
kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis
yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.

Pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan kearah


sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang
selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang, baik pada masa orde
lama maupun orde baru. Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian
reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas dan merupakan
arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Reformasi itu harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan
bagi bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma
reformasi total tersebut.

Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila Arti Reformasi secara etimologis


berasal dari katar efor m ation dengan akar katar eform yang artinya “make or
become better by removing or putting right what is bad or wrong”. Secara harfiah
reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau
menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau
bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.

Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu
penyimpanganpenyimpangan.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka
structural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang
lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, serta kehidupan keagamaan.

Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki
aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi
rakyat. Dalam mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata
kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat.

2.3 Mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma reformasi dalam bidang


hukum, politik, dan ekonomi

2.3.1 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum.


Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah
satu subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum. Produk
hukum baik materi maupun penegaknya dirasakan semakin menjauh dari nilai-
nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan.Kerusakan atas subsistem hukum
yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya, politik, ekonomi dan
bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata
kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.
Pancasila sebagai sumber nilai perubahan hokum karena fungsi regulative
Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif sebagai produk yang adil
ataukah tidak adil. Sebagaistaatfundamentalnorm, Pancasila merupakan pangkal
tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia termasuk
UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu hukum disebut sebagai
sumber dari segala peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Dasar Yuridis Reformasi Hukum di Indonesia adalah UUD 1945 yang


beberapa pasalnya dalam praktek penyelenggaraan Negara bersifat multi
interpretable (penafsiran ganda), dan memberikan porsi kekuasaan yang sangat
besar kepada presiden (executive heavy). Akibatnya memberikan kontribusi atas
terjadinya krisis politik serta mandulnya fungsi hukum dalam negara RI.
Berdasarkan isi yang terkandung dalam Penjelasan UUD 1945, Pembukaan
UUD 1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal
UUD 1945 secara normatif. Pokok-pokok pikiran tersebut merupakan suasana
kebatinan dari UUD dan merupakan cita-cita hukum yang menguasai baik
hukum dasar tertulis (UUD 1945) maupun hukum dasar tidak tertulis
(Convensi).

Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai
sebagai landasan operasionalnya. Reformasi pada dasarnya untuk
mengembalikan hakikat dan fungsi negara pada tujuan semula yaitu melindungi
seluruh bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Negara pada hakikatnya
secara formal harus melindungi hak-hak warganya terutama hak kodrat sebagai
suatu hak asasi yang merupakan karunia Tuhan YME. Oleh karena itu
pelanggaran terhadap hak asasi manusia adalah sebagai pengingkaran terhadap
dasar filosofis negara misalnya pembungkaman demokrasi, penculikan,
pembatasan berpendapat berserikat, berunjuk rasa dan lain sebagainya.
Pelaksanaan hukum pada masa reformasi harus benar-benar dapat
mewujudkan negara demokrasi dengan suatu supremasi hukum. Artinya
pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas terwujudnya
keadilan (sila V) dalam suatu negara yaitu keseimbangan antara hak dan
kewajiban bagi setiap warga negara tidak memandang pangkat, jabatan,
golongan, etnisitas maupun agama. Setiap warga negara bersamaan
kedudukannya di muka hukum dan pemerintah (pasal 27 UUD 1945). Jaminan
atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara dalam hidup bersama dalam
suatu negara yang meliputi seluruh unsur keadilan baik keadilan distributif,
keadilan komulatif, serta keadilan legal.

2.3.2 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik.

Arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa cakrawala baru


dalam system politik dan pemerintahan di Indonesia yang cenderung bersifat
stagnan. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi dipandang sebagai suatu
langkah baru menuju terciptanya Indonesia baru di masa depan dengan dasar -
dasar efisiensi dan demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Secara
internal, tuntutan reformasi muncul akibat terjadinya peningkatan berbagai aspek
kehidupan masyarakat yang ditandai oleh meningkatnya tingkat pendidikan
masyarakat, terbukanya berbagai isolasi serta akses informasi yang mudah
diperoleh. Kondisi ini telah menyebabkan masyarakat semakin kritis dalam
mencermati pengelolaan kekuasaan Negara yang dianggap telah menyimpang.

Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam


Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan
Rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Jika dikaitkan dengan makna alinea II tentang cita-cita negara dan


kemerdekaan yaitu demokrasi (bebas, bersatu, berdaulat, adil dan makmur).
Dasar politik ini menunjukkan kepada kita bahwa bentuk dan bangunan
kehidupan masyarakat yang bersatu (sila III), demokrasi (sila IV), berkeadilan
dan berkemakmuran (sila V) serta negara yang memiliki dasar-dasar moral
ketuhanan dan kemanusiaan. Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung
dalam Pancasila sebagai fondasi bangunan negara yang dikehendaki oleh para
pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana
kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tersebut terkandung dalam Pancasila maka
kedaulatan tertinggi Negara adalah di tangan rakyat. Rakyat adalah asal mula
kekuasaan negara, oleh karena itu paradigma ini harus merupakan dasar pijakan
dalam reformasi. Atas dasar inilah maka pertimbangan realistik sebagai unsur
yang sangat penting yaitu dinamika kehidupan masyarakat, aspirasi serta
tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang untuk menjamin tumbuh
berkembangnya demokrasi di Negara Indonesia. Dengan sendirinya kesemuanya
ini harus diletakkan dalam kerangka nilai- nilai yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri sebagai filsafat hidupnya yaitu nilai-nilai Pancasila.

2.3.3 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi.

Kebijaksanaan yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada


pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh
bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil
orang bahkan penguasa. Pada era ekonomi global dewasa ini dalam
kenyataannya tidak mampu bertahan. Krisis ekonomi yang terjadi di dunia dan
melanda Indonesia mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga
kepailitan yang diderita oleh para pengusaha harus ditanggung oleh rakyat.

Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada


masa krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis
pada usaha rakyat. Oleh karena itu subsidi yang luar biasa banyaknya pada
kebijaksanaan masa orde baru hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang yaitu
sekelompok konglomerat, sedangkan bilamana mengalami kebangkrutan seperti
saat ini rakyatlah yang banyak dirugikan. Oleh karena itu rekapitalisasi
pengusaha pada masa krisis dewasa ini sama halnya dengan rakyat banyak
membantu pengusaha yang sedang terpuruk. Sementara untuk mengembalikan
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, maka pemerintah harus secara
konsisten menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum pemerintah masa
orde baru yang melakukan pelanggaran.

Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang


berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang
mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut:

1. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan,

yaitu dilakukan dengan program“social safety net” yang popular dengan program
Jaring Pengaman Sosial (JPS).Sementara untuk mengembalikan kepercayaan
rakyat terhadap pemerintah, maka pemerintah harus secara konsisten
menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum pemerintah masa orde baru
yang melakukan pelanggaran. Hal ini akan memberikan kepercayaan dan
kepastian usaha.
2. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi.
Upaya ini dilakukan dengan menciptakan kondisi kepastian usaha, yaitu dengan
diwujudkan perlindungan hukum serta undang-undang persaingan yang sehat.
Untuk itu pembenahan dan penyehatan dalam sektor perbankan menjadi prioritas
utama, karena perbankan merupakan jantung perekonomian.
3. Transformasi struktur,
yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan sistem untuk
mendorong percepatan perubahan structural (structural transformation).
Transformasi struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional
ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari
ekonomi subsistem ke ekonomi pasar, dari ketergantungan kepada kemandirian,
dari orientasi dalam negeri ke orientasi ekspor.

Dengan sendirinya intervensi birokrat pemerintahan yang ikut dalam


proses ekonomi melalui monopoli demi kepentingan pribadi harus segera
diakhiri. Dengan sistem ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya
terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan
dirasakan oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan
ekonomi.
BAB III

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Bahwa pancasila sebagai dasar falsafah dan pandangan hidup serta sumber
dari semua sumber hukum adalah warisan hukum yang digali dari nilai
budaya, adat serta kepribadian bangsa.
2. Tidak ada yang salah dalam pancasila hanya saja penjabaran pelaksanaan
pada masa pemerintahan sebelumnya hanya menjadi topeng dan kedok
pembenaran kekuasaan saja.
3. Pada masa reformasi ini sesuai dengan maknanya maka tidak salah dan tepat
bila kita harus kembali pada nlai-nilai pancasila yang telah sekian lama
menjadi asing dan jauh dari kehidupan kita sebagai bangsa.
4. Pengamalan nilai pancasila harus seiring dengan semangat reformasi dalam
perubahan menuju tatanan masyarakat yang madani adalah menjadi tonggak
sejarah dimana keberhasilan reformasi justru pada keberhasilan
mengembalikan kemurnian dan keutuhan serta kekuatan pancasilaisme
disetiap warga negara Indonesia.

4.2 Saran
1. Untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan bagi segenap komponen bangsa
diperlukan perhatian dan penanganan pihak-pihak terkait secara integrative.
Untuk itu, perlu diwujudkan adanya suatu wadah atau lembaga yang akan
menangani masalah Wawasan Kebangsaan serta perlunya buku pedoman
nasional yang dapat digunakan baik melalui pendidikan formal maupun
nonformal.
2. Peran para elit pemerintah, elit politik dan tokoh masyarakat LSM serta media
massa sangat diperlukan untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan. Untuk
itu para tokoh tersebut harus mempunyai komitmen untuk selalu
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan dengan mengeyampingkan pemikiran sempit yang
menguntungkan hanya sekelompok orang.
3. Perlunya pengamalan Pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
melalui penataran atau sertifikasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4), di
seluruh lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, agar lebih
tertanam rasa cinta tanah air, bangsa dan negara bahkan selalu siap dalam
usaha bela negara.
4. Perlunya penyelengaran di seluruh elemen masyarakat tentang pembinaan
dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi
paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan, di setiap
Kabupaten atau Kota dengan melibatkan instansi terkait secara bertahap dan
berlanjut.
Daftar Pustaka

Samad Riyanto , Bibit. Orasi Ilmiah. Optimalisasi Upaya Pencegahan
Korupsi Dalam Praktek Administrasi Negara. (Naskah dalam wisuda Program
Magister ke-7 dan Program Sarjana S1 ke-46 STIA LAN RI). Jakarta : 2009.

Buku Kewarganegaraan. Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara.


Penerbit Yudhistira. Jakarta. 2005.

Joko , Siswanto. 2006. ABC PANCASILA. Yogyakarta: Badan Penerbitan


Filsafat UGM

P. J. Suwarno, 2008, Pancasila budaya bangsa Indonesia, penerbit Kanisius.

Hisyam, Muhammad, 2003, Krisis masa kini dan orde Baru, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai