Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

KEHUTANAN BW-3205

Modul 1 : Pengenalan dan Pengamatan Mikroba dengan Mikroskop Cahaya

Oleh :

Muhammad Biharul Anwar | 11518055

Kelompok 7

Asisten:

Aslama Nuraulia |11517012

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

3 Februari 2021

Muhammad Biharul Anwar-11518055


MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

I. LATAR BELAKANG
Mikrobiologi merupakan studi yang mempelajari organisme mikroskopis seperti
bakteri, virus , archaeae, jamur, dan protozoa. Studi ini mencakup penelitian dasar
pada biokimia, fisiologi, biologi sel, ekologi, evolusi, aspek klinis mikroorganisme,
dan termasuk tanggapan penjamu terhadap agen mikroorganisme (Sumampouw,
2019). Organisme ini termasuk ke dalam organisme yang mampu beradaptasi dan
hidup di berbagai jenis lingkungan. Secara umum, mikroba merupakan organisme
yang sangat sederhana. Contoh dari mikroba bersel tunggal ialah bakteri, protozoa,
dan beberpa alga serta fungsi mikroskopik (Hafsan, S.Si., 2011). Beberapa contoh
mikroba yang akan di bahas pada praktikum kali ini diantaranya adalah Serratia
marcescens, Staphylococcus aureus, Saccharomyces cerevisiae, Aspergillus niger.
Bacillus subtilis, Sarcina lutea, Rhodotorulla rubra, dan Penicillium sp.
Mikroba menjadi pemegang peran utama dalam permulan kehidupan. Secara
umum mikroba berperan dalam pertumbuhan tanaman, pensuplai nutrisi, pensuplai
fitohormon dan pelarut unsur hara. Di bidang kehutanan mikroba sangat
dipertimbangkan dalam merancang suatu hutan. Karena di dalam suatu tanaman
terdapat sekumpulan mikroba yang berperan dalam pertumbuhan tanaman dalam
kondisi yang optimum tanpa adanya interfensi manusia. Sehingga dapat terbentuknya
proses-proses seperti suksesi pada kawasan hutan yang dapat berjalan secara alami.
Praktikum ini dilakukan untuk memperkenalkan beberapa jenis mikroba beserta
dengan teknik pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, serta teknik pembuatan
preparat mikroba. Dengan dilakukannya praktikum kali ini, diharapkan dapat menjadi
awal bagi praktikan untuk lebih mengenal dunia mikroorganisme beserta cara-cara
pengamatannya sehingga nantinya dapat membantu pengembangan bidang kehutanan
tanpa melupakan peran-peran mikroorganisme di dalamnya.

II. TUJUAN
1. Menentukan morfologi dari preparat segar mikroba Serratia marcescens,
Staphylococcus aureus, Saccharomyces cerevisiae, Aspergillus niger, Bacillus
subtilis, Sarcina lutea, Rhodotorulla rubra, dan Penicillium sp.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

2. Menentukan morfologi dari preparat kering bakteri Bacillus subtilis, Serratia


marcescens, Staphylococcus aerus, dan Sarcina lutea.
3. Menentukan struktur organ dari preparat segar jamur Aspergillus niger, dan
Penicillium sp. .
4. Menentukan struktur organ dari preparat segar protozoa dan mikroalga.

III. HIPOTESIS
1. Karakter morfologi dari preparat segar Bacillus subtilis, Serratia marcescens,
Staphylococcus aerus, Sarcina lutea Saccharomyces cerevisiae, dan Rhodotorula
rubra kurang teramati dengan jelas.
2. Karakter morfologi dari preparat kering Bakteri Bacillus subtilis berbentuk
seperti bacillus, Serratia marcescens berbentuk bulat, Staphylococcus aureus
berbentuk seperti kokus, dan Sarcina lutea berbentuk seperti kokus.
3. Struktur organ dari preparat segar jamur Aspergillus niger berfilamen dan
memiliki hifa berseptat, dan Penicillium sp. memiliki hifa bersepta dan memiliki
konidium.
4. Struktur organ dari preparat segar protozoa dan mikroalga terlihat dinding sel,
protoplasma, dan inti sel.

IV. CARA KERJA


Praktikum kali ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan yang pertama
dilakukan adalah persiapan alat dan bahan. Kemudian, meja yang akan digunakan
untuk praktikum dan juga tangan dibersihkan menggunakan alkohol 70%.
Selanjutnya, kaca objek dan kaca penutup dibersihkan menggunakan alkohol 70%.
Pengaturan resolusi mikroskop cahaya diatur dengan memutar lensa okuler
keaarah pengamat dan pengunci lensa dikencangkan, lalu mikroskop dinyalakan dan
banyak cahaya diatur sebaik mungkin, preparat yang diamati dipersiapkan dan
diletakan pada meja objek, letak preparat diatur dengan makrometer horizontal
hingga terkena cahaya. Dalam memulai pengamatan lensa objektif diatur ke
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

perbesaran terendah, kemudian makrometer vertikal diputar untuk mengatur fokus


kasar dan micrometer vertikal diputar untuk mengatur fokus halus, keduanya
dilakukan hingga fokus, setelah itu lensa objek diperbesar 4x 40x dengan penggeser
lensa, ketika perbesaran telah mencapai 100x minyak imersi diteteskan untuk
memperjelas bayangan objek. Setelah pengamatan selesai meja objek diturunkan dan
kaca preparat dikeluarkan, kemudian lensa dibersihakn dengan alkohol 96% atau
Xylol dengan kain lensa, lalu mikroskop dimatikan dan lensa perbesaran tertinggi
diputar hingga di posisi dalam, meja objek dinaikan kembali, setelah itu lensa okuler
diputar kembali seperti semula, terakhir kabel dicabut dan digulung dan mikroskop
ditutup dengan plastik.
Preparat kering dipersiapkan dengan cara kaca objek diberi tetesan aquades,
setelah itu batang oose dipanaskan dengan sudut kemiringan 45 derajat hingga
membara lalu tiriskan, koloni bakteri/ ragi diambil dengan batang oose, kemudian
batang oose digoreskan pada kaca objek agar bakteri tertempel, selanjutnya kaca
objek tersebut dipanaskan dengan jarak 5 cm dari bara api.
Preparat segar jamur dipersiapkan dengan cara kaca objek diteteskan dengan
aquades secukupnya, kemudian bagian pipih pada batang spatula dipanaskan lalu
tiriskan, setelah itu kultur jamur diambil beserta agarnya, sampel diletakan pada kaca
objek dan dicacah dengan spatula, selanjutnya spatula kembali dipanaskan agar tetap
steril dan sampel ditutup dengan kaca objek hingga rapat. Setelah itu, preparat dibuat
dengan cara kaca objek dan kaca penutup dibersihkan menggunakan alkohol 70%.
Bunsen dinyalakan, aquades diteteskan pada kaca objek. Lalu batang spatula
dipanaskan dan ditunggu hingga dingin. Kultur jamur dan agarnya diambil dan
diletakkan pada kaca objek. Sampel yang diambil lalu dicacah menggunakan spatula
dan spatula dipanaskan Kembali. Setelah itu, pewarna lactophenol cotton blue
diteteskan pada sampel kultur jamur dan kemudian ditutup dengan kaca penutup dan
diratakan hingga tidak terbentuk gelembung.
Preparat segar mikroalga dipersiapkan dengan cara kaca objek diteteskan dengan
aquades secukupnya, sampel kultur mikroalga diambil kemudian diteteskan ke kaca
objek, lalu kaca objek ditutup dengan kaca penutup.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

V. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan preparat segar mikroba

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Bacillus subtilis
Preparat : Basah Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Akuades
Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna putih pucat,
memiliki alat gerak berupa flagel pristikus,
berbentuk batang, mampu membentuk
endospora.

Gambar 1.1 Bacillus subtilis


(Sumber : Dokumentasi kelompok 4)
Tanggal praktikum : 3 Februari 2021
Tanggal pengamatan : -
Kultur : Staphylococcus aureus
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 10
Reagen : Akuades
Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna putih susu
Gambar 1.2 Staphylococcus aureus
atau krem, bentuk sel kokus, tidak
(Sumber : Dokumentasi kelompok 1)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

mempunyai alat gerak, namun untuk


preparat segar bakteri kurang terlihat.

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Serratia marcencens
Preparat : Basah Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Akuades Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna merah,
berbentuk batang, memiliki alat gerak
berupa flagel peritrik, namun pada preparat
segar bakteri kurang terlihat jelas.

Gambar 1.3 Serratia marcencens


(Sumber : Dokumentasi kelompok 5)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Rhodotorula rubra
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Akuades
Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna kemerahan,
Gambar 1.4 Rhodotorula rubra tidak membentuk askospora, sel berbentuk
(Sumber : Dokumentasi kelompok 1, bulat/kokus.
2020)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Tanggal Praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal Pengamatan : 3
Februari 2021 Waktu
Pengamatan : -
Kultur : Sarcina lutea
Umur : 48 Jam
Medium : Nutrient
Agar (NA) Preparat :
Segar/Basah Reagen :
Akuades
Perbesaran : 10x4
Keterangan : Teramati namun
kurang jelas
Gambar 1.5 Sarcina lutea
(Sumber : Dokumentasi Kelompok
10,2020)
Tanggal Praktikum : 3 Februari 2021
Tanggal Pengamatan : 3 Februari 2021
Waktu Pengamatan : -
Kultur : Saccharomyces cerevisiae
Umur : 48 Jam
Medium : Potato Dextrose Agar (PDA)
Preparat : Segar/Basah
Reagen : Akuades Perbesaran : 10x4
Keterangan : Teramati cukup jelas

Gambar 1.6 Saccharomyces cerevisiae


(Sumber : Dokumentasi Kelompok 5,2020
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

2. Pengamatan preparat kering mikroba


Tanggal praktikum : 3 Februari 2021
Tanggal pengamatan : -
Kultur : Bacillus subtilis
Preparat : kering
Perbesaran : 10 x 10
Reagen : Safranin
Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna putih
pucat, memiliki alat gerak berupa flagel
pristikus, berbentuk batang, mampu
membentuk endospora.

Gambar 1.7 Bacillus subtilis


(Sumber : Dokumentasi kelompok 1,
2020)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Serratia marcescens
Preparat : Kering
Perbesaran : 10 x 10
Reagen : Safranin
Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna merah,
memiliki alat gerak berupa flagel peritrik,
bakteri berbentuk batang, namun kurang
terlihat jelas

Gambar 1.8 Serratia marcescens


(Sumber : Dokumentasi kelompok 9,
2020)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Staphylococcus aureus
Preparat : Kering
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Safranin
Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna putih susu
atau krem, bentuk sel kokus, tidak
mempunyai alat gerak, bakteri kurang
terlihat jelas.

Gambar 1.9 Staphylococcus aureus


(Sumber : Dokumentasi kelompok 1,
2020)

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Sarcina lutea Preparat : Kering
Perbesaran : 10 x 10
Reagen : Akuades
Umur kultur : 48 jam
Medium : NA
Keterangan : Koloni berwarna putih
kekuningan, tidak mempunyai alat
gerak, dan sel berbentuk kokus kubus.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Gambar 1.10 Sarcina lutea


(Sumber : Dokumentasi kelompok 1,
2020)
3. Pengamatan preparat segar jamur
Tanggal praktikum : 3 Februari 2021
Tanggal pengamatan : -
Kultur : Aspergillus niger
Preparat : Basah Perbesaran : 10 x 4
Reagen : LCB
Umur kultur : 48 jam
Medium : PDA
Keterangan : Konidia berbentuk oval atau
bulat, berwarna coklat tua sampai hitam,
hifa bersepta dan bercabang, kolonia
berbentuk bulat kehitaman dibagian sentral
dan putih dibagian luar, konidiofor tidak
bercabang dan berakhir lurus sebagai
vesikel.

Gambar 1.11 Aspergillus niger


(Sumber : Dokumentasi kelompok 1,
2020)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Penicillium sp.
Preparat : Basah Perbesaran : 10 x 10
Reagen : Akuades
Umur kultur : 48 jam
Medium : PDA
Keterangan : Koloni berbentuk bulat,
Gambar 1.12 Penicillium sp. (Sumber : berwarna putih kekuningan, alur radial,
Dokumentasi kelompok 1, permukaan seperti kapas, memiliki
2020) konodiofor bercabang, konidia bersel
tunggal dan berbentuk bulat diujung
rangkaian percabangan, hifa bersepta.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

4. Pengamatan preparat segar protozoa dan mikroalga


Tanggal praktikum : 3 Februari 2021
Tanggal pengamatan : -
Kultur : Mikroalga air situ 1
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Gliserin
Umur kultur : 48 jam
Medium : air situ 1
Keterangan : Memiliki klorofil pigmen
berwarna hijau

Gambar 1.13 Mikroalga air situ 1

(Sumber : Dokumentasi kelompok 3,


2020)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Mikroalga air situ 2
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Gliserin
Umur kultur : 48 jam Medium : air situ 2
Keterangan : Berbentuk memanjang seperti
selubung dan memiliki pigmen berwarna

Gambar 1.14 Mikroalga air situ 2 coklat

(Sumber : Dokumentasi kelompok 3,


2020)

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Mikroalga air sawah
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Gliserin
Umur kultur : 48 jam Medium : air sawah
Keterangan : Berbentuk memanjang seperti
dan terlihat memiliki sedikit pigmen
Gambar 1.15 Mikroalga air sawah berwarna hijau
(Sumber : Dokumentasi Kelompok 8,
2020)
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Protozoa air sawah
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Gliserol
Umur kultur : 48 jam Medium : air
sawah
Keterangan : Protozoa berbentuk bulat
lonjong

Gambar 1.16 Protozoa air sawah

(Sumber : Dokumentasi Kelompok 8,


2020)

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Mikroalga air danau
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Gliserol
Umur kultur : 48 jam Medium : air
danau
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Keterangan : Memiliki klorofil


Gambar 1.17 Mikroalga air danau
pigmen berwarna hijau dan berbentuk
(Sumber : Dokumentasi Kelompok 10, seperti huruf L dengan ujung yang
2020) melebar

Tanggal praktikum : 3 Februari 2021


Tanggal pengamatan : -
Kultur : Protozoa air danau
Preparat : Basah
Perbesaran : 10 x 4
Reagen : Gliserol
Umur kultur : 48 jam
Medium : air danau
Keterangan : Protozoa berukuran lebih
besar dari mikroalga yang ada
disekelilingnya, berbentuk seperti
batang dengan ujung membulat

Gambar 1.18 Protozoa air danau

(Sumber : Dokumentasi Kelompok 5,


2020)

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan morfologi mikroba menggunakan
alat mikroskop. Mikroba merupakan organisme yang sangat sederhana (Hafsan, S.Si.,
2011). Sehingga diperlukannya bantuan dari alat mikroskop untuk dapat melihat
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

morfologi dari suatu mikroba. Mikroskop memiliki bagian meja preparat untuk
menempatkan preparat atau objek yang diamati, penjepit preparat untuk menjepit
kaca objek, tabung untuk tempat melekatnya optik, pengatur kasar (makrometer),
pengatur halus (mikrometer), lensa okuler untuk melihat objek dari pengamat (lensa
okuler dekat dengan pengamat), lensa objek untuk mengamati objek (lensa dekat
dengan objek) , lensa kondensor untuk memfokuskan cahaya ke objek pengamatan,
cermin dan lampu (Drs. Sugiharto & Drs. Priyo Susatyo, 2016). Sehingga dengan
bantuan dari fitur dari suatu mikroskop dapat mempermudah pengamat dalam
menganalisi suatu mikroba. Terdapat bagian-bagian dan fungsi dari mikroskop
cahaya yang dapat dilihat pada gambar 1.19.

Gambar 1.19 Bagian mikroskop dan fungsinya


(Sumber : google.com)
Pada praktikum kali ini perlu dilakukan teknik aseptik yang merupakan suatu
upaya pencegahan dalam melakukan tindakan yang membawa resiko masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh/objek (Budiana & Nggarang, 2019). Dalam praktikum
ini diperlukannya teknik tersebut agar meminimalisir kontaminasi mikroba atau jamur
yang diamati terhadap tubuh praktikan. Suatu objek dinyatakan terkontaminasi jika area
atau objek tersebut mengandung atau diduga mengandung pathogen. Seperti tangan,
lantai, meja kerja, kassa yang basah merupakan contoh objek yang terkontaminasi
(Febriani, 2015). Cara yang digunakan adalah dengan membersihkan meja kerja dengan
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

alkohol 70% hingga merata, dan di lap searah menggunakan tissue. Cara selanjutnya
adalah dengan menyemprokan alkohol 70% untuk membersihkan tangan, lalu bunsen
dihidupkan dan lakukan pengerjaan praktikum didekat bunsen agar mikroorganisme yang
tidak diinginkan di udara tidak ikut masuk kedalam objek yang akan diteliti. Alat
seperti oose dan spatula dipanaskan terlebih dahulu sebelum mengambil objek
juga merupakan teknik aseptis yang dipakai dalam praktikum kali ini.
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum sebelumnya, didapat
berbagi hasil pengamatan yang bervariasi. Mikroba yang teramati cukup jelas yaitu
Saccharomyces cerevisiae, teramati namun kurang jelas yaitu Serratia marcescens dan
Sarcina lutea, dan yang tidak dapat teramati yaitu Staphylococcus aureus, Aspergilus
niger, Bacillus subtilis, Rhodotorulla rubra, dan Penicilium sp. Ketidak jelasan dalam
pengamatan objek mikroba ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
kotornya lensa, kurangnya intensitas cahaya yang masuk ke mikroskop, dan kesalahan
dalam pembuatan preparat.
Perbesaran hanya dilakukan hingga 40x, dikarenakan fokus objek mikroba telah
didapatkan pada perbesaran 40x dan ditambah dengan kondisi preparat yang basah
menyebabkan ketidakmampuan lensa untuk mendekat lebih jauh lagi. Dimana perbesaran
40x tersebut dapat diartikan dengan 10x perbesaran lensa okuler dan 4x perbesaran lensa
objektif.
Pengamatan morfologi dari preparat basah Bacillus subtilis, Serratia marcescens,
Staphylococcus aerus, Sarcina lutea Saccharomyces cerevisiae, dan Rhodotorula rubra
kurang teramati dengan jelas. Hal ini disebabkan karena pada preparat basah hanya
mengandalkan pigmen asli dari mikroba tersebut tanpa menggunakan reagen yang
sifatnya sebagai pewarna. Bakteri Serratia marcescens yang teramati hanya dapat terlihat
bentuk seperti batang dan membentuk koloni yang berwarna putih. Hal tersebut sedikit
berbeda dengan keadaan aslinya yang mana bakteri ini memiliki ciri berbentuk sel batang
atau bacillus dan beberapa galur membentuk kapsul, memiliki ukuran koloni 2 mm,
memiliki flagel peritrik sebagai alat gerak (Rosidah, 2016). Bakteri Staphylococcus
aureus tidak teramati dengan jelas, dimana pada keadaan aslinya bakteri ini memiliki ciri
berbentuk kokus dengan warna koloni berwarna putih dan abu-abu (Lenda, 2014). Jamur
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Saccharomyces cerevisiae teramati namun kurang jelas, hanya terlihat sel yang berbentuk
oval dan berdekatan satu sama lainnya.
Bakteri Bacillus subtilis tidak termati dengan jelas, terlihat hanya sel berbentuk
seperti batang dan berwarna putih. Untuk bentuk sel yang diamati sesuai dengan keadaan
aslinya yang memiliki ciri bentuk batang, termasuk bakteri gram positif, bereproduksi
dengan menghasilkan spora, motil, indol negative, menghasilkan asam sitrat, katalase
positif, dan oksidasi positif (Awais et al., 2010).
Bakteri Sarcina lutea teramati namun kurang jelas, terlihat pada bentuk sel yang
seperti kokus dan membentuk koloni berwarna cokelat ke kuningan. Hal ini cukup sesuai
dengan kondisi asilnya yang memiliki ciri bentuk bulat kokus, termasuk ke dalam bakteri
gram positif, dan membentuk sebuah koloni yang berwarna kuning (Hidayat, 2011).
Bakteri Rhodotorulla rubra tidak termati dengan jelas, yang terlihat pada preparat
hanyalah bercak abu abu yang berkemungkinan adalah bakteri tersebut. Jika pada kondisi
asli dari bakteri ini memiliki ciri bentuk bulat/ void, tidak membentuk hifa/ psudoghifa,
membentuk sebuah koloni yang berwarna jingga atau pink kemerahan, memiliki tekstur
yang halus, lembab, mengkilap, tidak berlendir, dan memiliki tepi yang licin (Hartati, S,
SH, & MS, 2017).
Hasil dari pengamatan morfologi dari preparat kering bakteri Bacillus subtilis,
Serratia marcescens, Staphylococcus aerus, dan Sarcina lutea terlihat jelas karena
menggunakan perbesaran 100x dan menggunakan minyak imersi.
Hasil pengamatan, terlihat morfologi Bacillus subtilis berbentuk batang, berwarna
putih pucat, dan mempunyai alat gerak flagel pristikus. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Djaenuddin dan Muis (2015) yang menyatakan bahwa Basillus subtilis
merupakan bakteri gram positif dan dapat membentuk endospora berbentuk oval,
mikroba ini mempunyai flagellum pristikus. Pada pengamatan bakteri Serratia
marcescens terlihat sel berbentuk batang, berwarna merah, danmempunyai alat gerak
berupa flagel peritrik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono
(2017) yang menyatakan bahwa Serratia marcescens merupakan suatu bakteri yang
menjadi penghasil pigmen berwarna merah, mempunyai alat gerak yaitu flagel peritrik,
dan sel berbentuk batang. Staphylococcus aureus berbentuk bulat, berwarna putih susu
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

atau kekuningan, dan tidak memiliki alat gerak. Herlina et al. (2015) menyatakan bahwa
Staphylococcus aureus memiliki karakteristik gram positif-coccus, berbentuk
coccus/bulat dan tidak memiliki alat gerak. Hasil pengamatan terlihat Sarcina lutea
berbentuk coccus yang bergerombol membentuk kubus, berwarna putih kekuningan, dan
tidak memiliki alat gerak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zeptro Metrik Corporation
(2015) bahwa Sarcina lutea merupakan mikroba berbentuk bulat seperti bola dan
bergerombol berbentuk kubus. Hasil pengamatan pada Saccharomyces cerevisiae terlihat
sel berbentuk bulat telur dan berkoloni, bersel satu, tidak berklorofil, dapat membentuk
askospora atau konidium. Hal ini sesuai dengan penyataan yang dikemukakan oleh
Farantika, (2017) yaitu bahwa Saccharomyces cerevisiae memiliki bentuk bulat telur dan
tidak berspora. Pengamatan pada Rhodotorulla rubra terlihat koloni berwarna kemerahan,
tidak membentuk askospora, sel berbentuk bulat/kokus. Hal ini sesuai dengan pernyataan
ATTC (2016) bahwa Rhodotorulla rubra merupakan fungi yang berwarna merah muda
hingga merah cerah.
Hasil pengamatan mengenai jamur Aspergillus niger dan Penicillium sp yang
dilakukan pada preparat basah, mendapatkan hasil yang kurang baik karena tidak
teramatinya objek jamur pada mikroskop. Tidak teramatinya jamur tersebut bisa
disebabkan pemberian laruata LCB yang berlebih, lensa yang kotor, dan pencahayaan
yang kurang.
Jamur pada umumnya terbagi menjadi 2 yaitu khamir (YEAST) dan kapang
(MOLD). Khamir merupakan bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan,
biasanya berukuran 1-5 mikro meter lebarnya dan 5-30 micro meter panjangnya,
umumnya berbentuk telur. Kapang terbagi menjadi 2 bagian yaitu Miselium dan Spora
(sel resisten, istirahatm atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filament
yang dianamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 mikro meter, dan disepanjang hifa
terdapat sitoplasma bersama (Efendi & Efendi, 2013).
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Hifa pada jamur memiliki fungsi sebagai pembentuk alat reproduksi, namun ada
juga hifa yang tumbuh menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat
menghasilkan konidium. Kumpulan hifa membentuk suatu jaringan benang yang diknela
sebagai miselium. Miselium berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya.
Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada
ujung hifa atau dengan diferensiassi hingga terbentuk banyak konidia (Efendi & Efendi,
2013).
Jamur Aspergillus niger pada praktikum ini hanya terlihat bagian serat serat hifa
dan bagian vesikula namun tidak dapat melihat lebih detail untuk menemukan ciri
Aspergillus niger yang memiliki ciri berbentuk bulat hingga semi bulat. Konidia bulat
hingga semi bulat (Wangge dkk., 2012).
Jamur Penicillium sp juga sama seperti jamur Aspergillum niger yang tidak
teramati dengan jelas untuk hasil pengamatannya pada mikroskop. Dari hasil pengamatan
hanya terlihat helaian hifa yang berwarna biru karea tealh diberi reagen LCB. Pada
umumnya jamur Penicillium sp ini memiliki bentuk hifa yang bersepta dan membetnuk
badan spora yang disebut konidium (Crystovel, 2016).
Hasil pengamatan mikroalga dan protozoa dari tempat yang berbeda didapatkan
hasil pengamatan berupa teramatinya mikroalga air danau, mikroalga air situ 2, protozoa
air sawah. dan protozoa air danau. Pada mikroalga air situ 2 terlihat mikroalaga yang
berbentuk memanjang seperti selubung. Mikroalga air danau juga membentuk
memanjang seperti huruf l. Sedangkan untuk protozoa air sawah terlihat protozoa dengan
bentuk bulat melonjong dan protozoa air danau berbentuk bulat memanjang. Namun
terdapat dua pengamatan yang terlihat tetapi masih kurang jelas yaitu pada saat
mengamati mikroalga air situ 1 dan 2 serta mikroalga air sawah. Pada mikroalga air situ
1 dan 2 hanya terlihat mikroalga yang berwarna hijau dan untuk mikroalga air sawah
hanya terlihat bentuknya yang memanjang.
Gliserin diperlukan dalam proses pengamatan protozoa dan mikroalga sebagai
media yang dapat menurunkan tegangan permukaan air yang dijadikan media awal dari
protozoa dan mikroalga.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Safranin digunakan sebagai pewarna sintetik (Gresbi, 2013) sehingga safranin


dapat digunakan sebagai pewarna bakteri, Lactophenol Cotton Blue digunakan sebagai
reagen yang untuk jamur (Asali, Natalia, & Mahyarudin, 2018). Aquades digunakan
sebagai pelarut yang dapat membersihkan alat-alat laboratorium dari zat pengotor
(Khotimah, Anggraeni, & Setianingsih, 2017). Gliserin digunakan sebagai media pada
protozoa dan mikroalga dalam penurunan teganagn permukaan air. Xylol merupakan
larutan dengan indeks refraksi tinggi serta cepat menarik alkohol, sehingga sering
digunakan sebagai larutan dalam proses Clearing pada struktur C. felis (Sumanto, 2014).
Minyak imersi digunakan untuk memperjelas objek yang diamati, dengan resolusi yang
lebih halus dan memiliki kecerahan yang lebih tampak sekalipin dilakukan pada
pembesaran yang tinggi (Mautuka, 2016).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
1. Karakter morfologi dari preparat segar Bacillus subtilis, Serratia
marcescens, Staphylococcus aerus, Sarcina lutea, dan Rhodotorula rubra
teramati kurang jelas. Namun pada preparat segar Saccharomyces
cerevisiae dapat teramati cukup jelas dan terlihat bentuk morfologi sel
bulat telur.
2. Karakter morfologi dari preparat kering bakteri Bacillus subtilis sel
berbentuk batang ,Serratia marcescens berbentuk batang, Staphylococcus
aureus berbentuk kokus, dan Sarcina lutea sel berbentuk kokus yang
bergerombol.
3. Struktur organ dari preparat segar jamur Aspergillus niger hifa bersepta
dan bercabang, konidiofor tidak bercabang dan berakhir lurus sebagai
vesikel. Penicillium sp. memiliki hifa bersepta, konodiofor bercabang,
konidia bersel tunggal dan berbentuk bulat diujung rangkaian
percabangan
4. Struktur organ dari preparat segar protozoa dan mikroalga terlihat dinding
sel dan protoplasma.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

6.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan banyak hasil preparat
yang kurang jelas dan susah diamati. Sehingga membuat proses pengamatan tidak
dapat berjalan baikl. Diharapkan untuk pengamatan yang memerlukan perbesaran
tinggi dan ketelitian tinggi harus dipersiapan sebaik mungkin agar objek
pengamatan dapat terlihat jelas.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Agustining, D. 2012. Daya hambat saccharomyces cerevisiae terhadap pertumbuhan


jamur fusarium oxysporum. Skripsi. Universitas Jember
Asali, T., Natalia, D., & Mahyarudin. (2018). Uji Resistensi Jamur Penyebab Tinea Pedis
pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak terhadap Griseofulvin. Jurnal
Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018, 4, 661.
Budiana, I., & Nggarang, K. F. (2019). PENERAPAN TEKNIK ASEPTIK PADA
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN ENDE. 1.
Crystovel, J. (2016). MIKOLOGI TANAMAN Penicillium Paecilomyces Aspergillus.
Drs. Sugiharto, M. S., & Drs. Priyo Susatyo, M. S. (2016). Penggunaan Mikroskop, Alat
Bantu Ukur, Jaringan Hewan, dan Morfologi pada Hewan Vertebrata.
Djaenuddin, N., & Muis, A. (2015). Karakteristik bakteri antagonis Bacillus subtilis dan
potensinya sebagai agens pengendali hayati penyakit tanaman. In Prosiding Seminar
Nasional Serealia (Vol. 1, pp. 489-494).
Efendi, V. O., & Efendi, Y. (2013). MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN (1st ed.).
BUNG HATTA UNIVERSITY PRESS.
Farantika, I. (2017). Potensi Saccharomyces cerevisiae Sebagai Antagonis Terhadap
Patogen Tular Benih Pada Jagung (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Febriani, 2015, Konsep Aseptik, Internet, Tersedia Dalam : http://filekeperawatan.
Gresby, Aknesia. 2013. “Pemanfaatan Filtrat Daun Jati Muda (Tectona grandis) sebagai
Bahan Pewarna Alternatif Pembuatan Preparat Maserasi Batang Cincau Rambat
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

(Cyclea barbata)”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas


Muhammadiyah Malang.
Hafsan, S.Si., M. P. (2011). Mikrobiolo Umum. Retrieved from http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/14239/1/MIKROBIOLOGI UMUM.pdf
Hartati, S, W., SH, H., & MS, S. (2017). Karakterisasi Morfologi dan Pemanfaatan
Sumber Karbon oleh Khamir Antagonis Patogen Antraknosa. 50.
Herlina, N., Fifi, A., Aditia, D. C., & Poppy, D. H. Qurotunnada dan Baharuddin
T. 2015. Isolasi dan identifikasi Staphylococcus aureus dari susu mastitis subklinis di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(3), 413-417.
Hidayat, N. (2011). Bakteri kokus gram positif (grup 14). Retrieved February 2, 2021,
from http://lsihub.lecture.ub.ac.id/category/bakteri/#:~:text=Sarcina lutea%2C
merupakan bakteri nonmotile,Koloni berwarna kuning.
Khotimah, H., Anggraeni, E. W., & Setianingsih, A. (2017). KARAKTERISASI HASIL
PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI. 1.

Mautuka, Z. A. (2016). SCREENING MINYAK NABATI UNTUK MINYAK IMERSI


MIKROSKOP OPTIK. 10. Retrieved from
http://repository.its.ac.id/81767/1/1414201024-Master_Thesis.pdf
Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta : CAPS (Center Of
Academic Publishing Service)
Wangge, E.S.A., D.N. Suprapta, G.N.A. Wirya. 2012. Isolasi dan identifikasi jamur
penghasil mikotoksin pada biji kakao kering yang dihasilkan di Flores. J. Agric. Sci.
and Biotechnol 1(1): 39-47.
Wicaksono, S., Kusdiyantini, E., & Raharjo, B. (2017). Pertumbuhan dan Produksi
Pigmen Merah oleh Serratia marcescens pada Berbagai Sumber Karbon. Jurnal
Akademika Biologi, 6(3), 66-75.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055

Anda mungkin juga menyukai