MIKROBIOLOGI
KEHUTANAN BW-3205
Oleh :
Kelompok 7
Asisten:
3 Februari 2021
I. LATAR BELAKANG
Mikrobiologi merupakan studi yang mempelajari organisme mikroskopis seperti
bakteri, virus , archaeae, jamur, dan protozoa. Studi ini mencakup penelitian dasar
pada biokimia, fisiologi, biologi sel, ekologi, evolusi, aspek klinis mikroorganisme,
dan termasuk tanggapan penjamu terhadap agen mikroorganisme (Sumampouw,
2019). Organisme ini termasuk ke dalam organisme yang mampu beradaptasi dan
hidup di berbagai jenis lingkungan. Secara umum, mikroba merupakan organisme
yang sangat sederhana. Contoh dari mikroba bersel tunggal ialah bakteri, protozoa,
dan beberpa alga serta fungsi mikroskopik (Hafsan, S.Si., 2011). Beberapa contoh
mikroba yang akan di bahas pada praktikum kali ini diantaranya adalah Serratia
marcescens, Staphylococcus aureus, Saccharomyces cerevisiae, Aspergillus niger.
Bacillus subtilis, Sarcina lutea, Rhodotorulla rubra, dan Penicillium sp.
Mikroba menjadi pemegang peran utama dalam permulan kehidupan. Secara
umum mikroba berperan dalam pertumbuhan tanaman, pensuplai nutrisi, pensuplai
fitohormon dan pelarut unsur hara. Di bidang kehutanan mikroba sangat
dipertimbangkan dalam merancang suatu hutan. Karena di dalam suatu tanaman
terdapat sekumpulan mikroba yang berperan dalam pertumbuhan tanaman dalam
kondisi yang optimum tanpa adanya interfensi manusia. Sehingga dapat terbentuknya
proses-proses seperti suksesi pada kawasan hutan yang dapat berjalan secara alami.
Praktikum ini dilakukan untuk memperkenalkan beberapa jenis mikroba beserta
dengan teknik pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, serta teknik pembuatan
preparat mikroba. Dengan dilakukannya praktikum kali ini, diharapkan dapat menjadi
awal bagi praktikan untuk lebih mengenal dunia mikroorganisme beserta cara-cara
pengamatannya sehingga nantinya dapat membantu pengembangan bidang kehutanan
tanpa melupakan peran-peran mikroorganisme di dalamnya.
II. TUJUAN
1. Menentukan morfologi dari preparat segar mikroba Serratia marcescens,
Staphylococcus aureus, Saccharomyces cerevisiae, Aspergillus niger, Bacillus
subtilis, Sarcina lutea, Rhodotorulla rubra, dan Penicillium sp.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055
III. HIPOTESIS
1. Karakter morfologi dari preparat segar Bacillus subtilis, Serratia marcescens,
Staphylococcus aerus, Sarcina lutea Saccharomyces cerevisiae, dan Rhodotorula
rubra kurang teramati dengan jelas.
2. Karakter morfologi dari preparat kering Bakteri Bacillus subtilis berbentuk
seperti bacillus, Serratia marcescens berbentuk bulat, Staphylococcus aureus
berbentuk seperti kokus, dan Sarcina lutea berbentuk seperti kokus.
3. Struktur organ dari preparat segar jamur Aspergillus niger berfilamen dan
memiliki hifa berseptat, dan Penicillium sp. memiliki hifa bersepta dan memiliki
konidium.
4. Struktur organ dari preparat segar protozoa dan mikroalga terlihat dinding sel,
protoplasma, dan inti sel.
V. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan preparat segar mikroba
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan morfologi mikroba menggunakan
alat mikroskop. Mikroba merupakan organisme yang sangat sederhana (Hafsan, S.Si.,
2011). Sehingga diperlukannya bantuan dari alat mikroskop untuk dapat melihat
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055
morfologi dari suatu mikroba. Mikroskop memiliki bagian meja preparat untuk
menempatkan preparat atau objek yang diamati, penjepit preparat untuk menjepit
kaca objek, tabung untuk tempat melekatnya optik, pengatur kasar (makrometer),
pengatur halus (mikrometer), lensa okuler untuk melihat objek dari pengamat (lensa
okuler dekat dengan pengamat), lensa objek untuk mengamati objek (lensa dekat
dengan objek) , lensa kondensor untuk memfokuskan cahaya ke objek pengamatan,
cermin dan lampu (Drs. Sugiharto & Drs. Priyo Susatyo, 2016). Sehingga dengan
bantuan dari fitur dari suatu mikroskop dapat mempermudah pengamat dalam
menganalisi suatu mikroba. Terdapat bagian-bagian dan fungsi dari mikroskop
cahaya yang dapat dilihat pada gambar 1.19.
alkohol 70% hingga merata, dan di lap searah menggunakan tissue. Cara selanjutnya
adalah dengan menyemprokan alkohol 70% untuk membersihkan tangan, lalu bunsen
dihidupkan dan lakukan pengerjaan praktikum didekat bunsen agar mikroorganisme yang
tidak diinginkan di udara tidak ikut masuk kedalam objek yang akan diteliti. Alat
seperti oose dan spatula dipanaskan terlebih dahulu sebelum mengambil objek
juga merupakan teknik aseptis yang dipakai dalam praktikum kali ini.
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum sebelumnya, didapat
berbagi hasil pengamatan yang bervariasi. Mikroba yang teramati cukup jelas yaitu
Saccharomyces cerevisiae, teramati namun kurang jelas yaitu Serratia marcescens dan
Sarcina lutea, dan yang tidak dapat teramati yaitu Staphylococcus aureus, Aspergilus
niger, Bacillus subtilis, Rhodotorulla rubra, dan Penicilium sp. Ketidak jelasan dalam
pengamatan objek mikroba ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
kotornya lensa, kurangnya intensitas cahaya yang masuk ke mikroskop, dan kesalahan
dalam pembuatan preparat.
Perbesaran hanya dilakukan hingga 40x, dikarenakan fokus objek mikroba telah
didapatkan pada perbesaran 40x dan ditambah dengan kondisi preparat yang basah
menyebabkan ketidakmampuan lensa untuk mendekat lebih jauh lagi. Dimana perbesaran
40x tersebut dapat diartikan dengan 10x perbesaran lensa okuler dan 4x perbesaran lensa
objektif.
Pengamatan morfologi dari preparat basah Bacillus subtilis, Serratia marcescens,
Staphylococcus aerus, Sarcina lutea Saccharomyces cerevisiae, dan Rhodotorula rubra
kurang teramati dengan jelas. Hal ini disebabkan karena pada preparat basah hanya
mengandalkan pigmen asli dari mikroba tersebut tanpa menggunakan reagen yang
sifatnya sebagai pewarna. Bakteri Serratia marcescens yang teramati hanya dapat terlihat
bentuk seperti batang dan membentuk koloni yang berwarna putih. Hal tersebut sedikit
berbeda dengan keadaan aslinya yang mana bakteri ini memiliki ciri berbentuk sel batang
atau bacillus dan beberapa galur membentuk kapsul, memiliki ukuran koloni 2 mm,
memiliki flagel peritrik sebagai alat gerak (Rosidah, 2016). Bakteri Staphylococcus
aureus tidak teramati dengan jelas, dimana pada keadaan aslinya bakteri ini memiliki ciri
berbentuk kokus dengan warna koloni berwarna putih dan abu-abu (Lenda, 2014). Jamur
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055
Saccharomyces cerevisiae teramati namun kurang jelas, hanya terlihat sel yang berbentuk
oval dan berdekatan satu sama lainnya.
Bakteri Bacillus subtilis tidak termati dengan jelas, terlihat hanya sel berbentuk
seperti batang dan berwarna putih. Untuk bentuk sel yang diamati sesuai dengan keadaan
aslinya yang memiliki ciri bentuk batang, termasuk bakteri gram positif, bereproduksi
dengan menghasilkan spora, motil, indol negative, menghasilkan asam sitrat, katalase
positif, dan oksidasi positif (Awais et al., 2010).
Bakteri Sarcina lutea teramati namun kurang jelas, terlihat pada bentuk sel yang
seperti kokus dan membentuk koloni berwarna cokelat ke kuningan. Hal ini cukup sesuai
dengan kondisi asilnya yang memiliki ciri bentuk bulat kokus, termasuk ke dalam bakteri
gram positif, dan membentuk sebuah koloni yang berwarna kuning (Hidayat, 2011).
Bakteri Rhodotorulla rubra tidak termati dengan jelas, yang terlihat pada preparat
hanyalah bercak abu abu yang berkemungkinan adalah bakteri tersebut. Jika pada kondisi
asli dari bakteri ini memiliki ciri bentuk bulat/ void, tidak membentuk hifa/ psudoghifa,
membentuk sebuah koloni yang berwarna jingga atau pink kemerahan, memiliki tekstur
yang halus, lembab, mengkilap, tidak berlendir, dan memiliki tepi yang licin (Hartati, S,
SH, & MS, 2017).
Hasil dari pengamatan morfologi dari preparat kering bakteri Bacillus subtilis,
Serratia marcescens, Staphylococcus aerus, dan Sarcina lutea terlihat jelas karena
menggunakan perbesaran 100x dan menggunakan minyak imersi.
Hasil pengamatan, terlihat morfologi Bacillus subtilis berbentuk batang, berwarna
putih pucat, dan mempunyai alat gerak flagel pristikus. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Djaenuddin dan Muis (2015) yang menyatakan bahwa Basillus subtilis
merupakan bakteri gram positif dan dapat membentuk endospora berbentuk oval,
mikroba ini mempunyai flagellum pristikus. Pada pengamatan bakteri Serratia
marcescens terlihat sel berbentuk batang, berwarna merah, danmempunyai alat gerak
berupa flagel peritrik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono
(2017) yang menyatakan bahwa Serratia marcescens merupakan suatu bakteri yang
menjadi penghasil pigmen berwarna merah, mempunyai alat gerak yaitu flagel peritrik,
dan sel berbentuk batang. Staphylococcus aureus berbentuk bulat, berwarna putih susu
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055
atau kekuningan, dan tidak memiliki alat gerak. Herlina et al. (2015) menyatakan bahwa
Staphylococcus aureus memiliki karakteristik gram positif-coccus, berbentuk
coccus/bulat dan tidak memiliki alat gerak. Hasil pengamatan terlihat Sarcina lutea
berbentuk coccus yang bergerombol membentuk kubus, berwarna putih kekuningan, dan
tidak memiliki alat gerak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zeptro Metrik Corporation
(2015) bahwa Sarcina lutea merupakan mikroba berbentuk bulat seperti bola dan
bergerombol berbentuk kubus. Hasil pengamatan pada Saccharomyces cerevisiae terlihat
sel berbentuk bulat telur dan berkoloni, bersel satu, tidak berklorofil, dapat membentuk
askospora atau konidium. Hal ini sesuai dengan penyataan yang dikemukakan oleh
Farantika, (2017) yaitu bahwa Saccharomyces cerevisiae memiliki bentuk bulat telur dan
tidak berspora. Pengamatan pada Rhodotorulla rubra terlihat koloni berwarna kemerahan,
tidak membentuk askospora, sel berbentuk bulat/kokus. Hal ini sesuai dengan pernyataan
ATTC (2016) bahwa Rhodotorulla rubra merupakan fungi yang berwarna merah muda
hingga merah cerah.
Hasil pengamatan mengenai jamur Aspergillus niger dan Penicillium sp yang
dilakukan pada preparat basah, mendapatkan hasil yang kurang baik karena tidak
teramatinya objek jamur pada mikroskop. Tidak teramatinya jamur tersebut bisa
disebabkan pemberian laruata LCB yang berlebih, lensa yang kotor, dan pencahayaan
yang kurang.
Jamur pada umumnya terbagi menjadi 2 yaitu khamir (YEAST) dan kapang
(MOLD). Khamir merupakan bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan,
biasanya berukuran 1-5 mikro meter lebarnya dan 5-30 micro meter panjangnya,
umumnya berbentuk telur. Kapang terbagi menjadi 2 bagian yaitu Miselium dan Spora
(sel resisten, istirahatm atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filament
yang dianamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 mikro meter, dan disepanjang hifa
terdapat sitoplasma bersama (Efendi & Efendi, 2013).
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055
Hifa pada jamur memiliki fungsi sebagai pembentuk alat reproduksi, namun ada
juga hifa yang tumbuh menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat
menghasilkan konidium. Kumpulan hifa membentuk suatu jaringan benang yang diknela
sebagai miselium. Miselium berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya.
Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada
ujung hifa atau dengan diferensiassi hingga terbentuk banyak konidia (Efendi & Efendi,
2013).
Jamur Aspergillus niger pada praktikum ini hanya terlihat bagian serat serat hifa
dan bagian vesikula namun tidak dapat melihat lebih detail untuk menemukan ciri
Aspergillus niger yang memiliki ciri berbentuk bulat hingga semi bulat. Konidia bulat
hingga semi bulat (Wangge dkk., 2012).
Jamur Penicillium sp juga sama seperti jamur Aspergillum niger yang tidak
teramati dengan jelas untuk hasil pengamatannya pada mikroskop. Dari hasil pengamatan
hanya terlihat helaian hifa yang berwarna biru karea tealh diberi reagen LCB. Pada
umumnya jamur Penicillium sp ini memiliki bentuk hifa yang bersepta dan membetnuk
badan spora yang disebut konidium (Crystovel, 2016).
Hasil pengamatan mikroalga dan protozoa dari tempat yang berbeda didapatkan
hasil pengamatan berupa teramatinya mikroalga air danau, mikroalga air situ 2, protozoa
air sawah. dan protozoa air danau. Pada mikroalga air situ 2 terlihat mikroalaga yang
berbentuk memanjang seperti selubung. Mikroalga air danau juga membentuk
memanjang seperti huruf l. Sedangkan untuk protozoa air sawah terlihat protozoa dengan
bentuk bulat melonjong dan protozoa air danau berbentuk bulat memanjang. Namun
terdapat dua pengamatan yang terlihat tetapi masih kurang jelas yaitu pada saat
mengamati mikroalga air situ 1 dan 2 serta mikroalga air sawah. Pada mikroalga air situ
1 dan 2 hanya terlihat mikroalga yang berwarna hijau dan untuk mikroalga air sawah
hanya terlihat bentuknya yang memanjang.
Gliserin diperlukan dalam proses pengamatan protozoa dan mikroalga sebagai
media yang dapat menurunkan tegangan permukaan air yang dijadikan media awal dari
protozoa dan mikroalga.
MODUL1-MUHAMMAD BIHARUL ANWAR-11518055
6.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan banyak hasil preparat
yang kurang jelas dan susah diamati. Sehingga membuat proses pengamatan tidak
dapat berjalan baikl. Diharapkan untuk pengamatan yang memerlukan perbesaran
tinggi dan ketelitian tinggi harus dipersiapan sebaik mungkin agar objek
pengamatan dapat terlihat jelas.