Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI KEHUTANAN
BW-3205

Modul 1: Pengenalan dan Pengamatan


Mikroba dengan Mikroskop Cahaya

Oleh:
Muhammad Yunus Sulthan Azhar Idrus | 11518053
Kelompok 6

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

3 Februari 2021

Muhammad Yunus Sulthan Azhar Idrus – 11518053


MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

I. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme adalah segala makhluk yang berukuran mikroskopis,
yaitu beberapa mikron atau bahkan lebih kecil. Mikroorganisme umumnya
dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, hewan, tumbuhan, serta lingkungan.
Peranan mikroorganisme di bidang lingkungan diantaranya adalah sebagai
biosensor terhadap adanya polutan di alam (Prayitno, 2017). Sedangkan dalam
bidang kehutanan, mikroorganisme turut berperan penting yaitu sebagai
pengurai serasah menjadi unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh
tanaman (Lambui, 2017).
Mikrobiologi merupakan salah satu kompleks terbesar dari ilmu biologi
yang memperlajari tentang kehidupan mikroba beserta interaksinya (Prayitno,
2017). Sedangkan mikroba itu sendiri merupakan jasad renik yang hanya dapat
dilihat dengan bantuan mikroskop atau karena ukurannya yang sangat kecil
(Murwani, 2015). Mikroba dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara
signifikan, meningkatkan resistansi tanaman terhadap patogen dan
meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lingkungan kritis (Hakim,
2016). Dengan mempelajari pengenalan mikroba ini, diharapkan akan
mempermudah pengaplikasian mikroba dalam bidang kehutanan.

II. TUJUAN
• Menentukan morfologi dari preparat segar Aspergillus niger, Bacillus
subtilis, Penicillium sp., Rhodotorula rubra, Saccharomyces cerevisiae,
Sarcina lutea, Serratia marcescens, dan Staphylococcus aureus
• Menentukan morfologi dari preparat kering bakteri
• Menentukan struktur organ dari preparat segar jamur
• Menentukan struktur organ dari preparat segar protozoa dan mikroalga

III. HIPOTESIS
• Aspergillus niger berbentuk bulat, Bacillus subtilis berbentuk batang,
Penicillium sp. mempunyai hifa bersepta, Rhodotorula rubra berbentuk
bulat, Saccharomyces cerevisiae memiliki koloni berbentuk seperti ragi,
Sarcina lutea berbentuk bulat, Serratia marcescens berbentuk batang, dan
Staphylococcus aureus berbentuk bulat.
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

• Bacillus subtilis berbentuk batang, Sarcina lutea berbentuk bulat, Serratia


marcescens berbentuk batang, dan Staphylococcus aureus berbentuk bulat.
• Aspergillus niger memiliki kepala konida yang berukuran besar, Penicillium
sp. memiliki hifa bersepta, Rhodotorula rubra memiliki koloni yang
warnanya bervariasi, dan Saccharomyces cerevisiae memiliki koloni
berbentuk seperti ragi.
• Struktur organ protozoa terdiri dari mikronukleus, makronukleus, silia,
vakuola, dan sitoplasma sedangkan mikroalga dapat berstruktur uniseluler
atau multiseluler.

IV. LITERATUR
Mikroskop cahaya merupakan salah satu alat yang berperan sangat penting
untuk mengamati sebuah objek yang berukuran mikroskopis yang
menggunakan sumber cahaya untuk mengirimkan gambar ke mata. Pada
mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti
bayangan, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar (Pramudita, 2012).
Mikroskop cahaya ini terdiri dari dua bagian yaitu optik dan non-optik. Bagian
optik dari mikroskop yaitu lensa okuler dan lensa objektif, sedangkan bagian
non-optiknya adalah kaki lengan mikroskop, meja objek, diafragma, pemutar
halus dan kasar, penjepit kaca objek, cerm in, kondenser, serta sumber cahaya.
Mikroskop cahaya bekerja dengan cara membiaskan cahaya lampu dengan lensa
kondenser, yang dimana sinarnya akan mengenai spesimen dan diteruskan oleh
lensa objektif. Lensa objektif merupakan bagian terpenting dari mikroskop yang
berfungsi untuk mengetahui perbesaran mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh
lensa objektif ditangkap oleh lensa okuler, kemudian diteruskan pada mata.
Pada praktikum ini digunakan mikroba Aspergillus niger, Bacillus
subtilis, Penicillium sp., Rhodotorula rubra, Saccharomyces cerevisiae, Sarcina
lutea, Serratia marcescens, dan Staphylococcus aureus. Aspergillus niger
merupakan jamur yang memiliki hifa yang bersepta, miselium bercabang, dan
biasanya tidak bewarna. Menurut Suganthi (2011), Aspergillus niger juga
memiliki kemampuan memproduksi enzim amilase, protease, xelulase dan
lipase. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang dapat membentuk
endospora yang berbentuk oval di bagian sentral sel. Bakteri ini mampu
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

mempertahankan zat warna kristal violet yang akan menghasilkan warna ungu
ketika ditetesi dengan larutan KOH (Aini et al. 2013).
Menurut Rozali (2015), Penicillium sp. memiliki hifa bersepta dan hialin,
konidia yang bulat, uniseluler, serta memiliki sekumpulan fialid. Penicillium sp.
dapat melindungi tanaman terhadap serangan patogen sekaligus meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Rhodotorula mucilaginosa yang dahulu memiliki nama
Rhodotorula rubra adalah penghasil karotenoid alami. Ragi merah tersebut juga
sudah banyak digunakan sebagai bahan penghasil asam lemak tak jenuh,
biosurfaktan, produk lain dari bioteknologi, dan sebagai agen biokontrol untuk
melawan kerusakan karena jamur pada buah (Landolfo, 2019). Saccharomyces
cerevisiae umum digunakan secara luas dalam produksi alkohol dan makanan
fermentasi. Jamur ini tumbuh bergerombol, tidak memiliki flagel dan mampu
melepas CO2 dengan cepat, menyebabkan adanya sel terapung pada bagian
permukaan. Pertunasan pada spesies ini dapat berupa pertunasan multilateral,
yaitu tunas dapat tumbuh disekitar ujung sel (Agustining, 2012).
Menurut Akayli (2015), Sarcina lutea atau disebut juga Micrococcus
luteus adalah bakteri gram positif, nonmotil, berupa tetra berbentuk cocci, serta
isolat oksidase dan katalase positif. Bakteri ini berwarna kuning alami,
merupakan anggota bakteri lingkungan akuatik dan juga ditemukan dalam
mikrobiota pencernaan ikan. Serratia marcescens adalah bakteri gram negatif
yang tergabung dalam famili Enterobateriaceae yang bersifat motil dicirikan
dengan memiliki flagella peritrik. Bakteri ini dapat ditemukan di sedimen
sumber air panas di sekitar gunung berapi (Setiawan W et al, 2017).
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, yang memiliki diameter dari
0,5 hingga 1,5 mikrometer, nonmotil, dan anaerob fakultatif yang biasanya
berbentuk klister (UTA, 2019). Bakteri ini adalah bagian dari flora manusia,
yang pada umumnya ditemukan pada hidung dan kulit manusia.
Selain mikroba yang telah disebutkan diatas, pada praktikum ini juga
digunakan alkohol, safranin, Lactophenol Cotton Blue (LCB), Gliserol, Xylol,
dan minyak imersi. Pada praktikum, alkohol digunakan sebagai bahan aseptik
untuk mensterilkan tangan, meja, serta alat-alat lainnya yang akan digunakan.
Alkohol memiliki fungsi sebagai disinfektan yang bekerja dengan cara
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

melarutkan lipid pada membran sel mikroorganisme (Pratiwi, 2008). Safranin


adalah zat pewarna yang umum digunakan sebagai bahan pembuatan preparat
jaringan tumbuhan. Fungsi dari safranin sendiri adalah sebagai pewarna yang
membedakan bagian setiap jaringan sehingga dapat memudahkan dalam
penglihatan dibawah mikroskop (Indasari et al, 2013).
Menurut Asali (2018), Lactophenol Cotton Blue (LPCB) yang merupakan
reagen yang biasa digunakan sebagai pewarnaan untuk jamur. Kristal fenol,
cotton blue, asam laktat, gliserol, dan air suling terkandung dalam reagen
Lactophenol Cotton Blue. LCB berfungsi untuk memberi warna pada jamur,
gliserol berfungsi menjaga fisiologi sel dan menjaga sel dari kekeringan, asam
laktat mempertahankan struktur jamur dan membersihkan jaringan sementara
fenol berfungsi sebagai disinfektan. Gliserol merupakan cairan yang tidak
berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis.
Pemakaian gliserol pada praktikum ini berfungsi untuk menjaga sel dari
kekeringan dan agar fisiologi sel terjaga (Asali, 2018).
Xylol atau xylene merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang banyak
digunakan dalam industri dan teknologi medis sebagai pelarut. Menurut Lael
(2018), xylol merupakan agen clearing yang kualitasnya cukup baik karena
morfologi dari Cimex lectularius pada penelitian yang diteliti Lael terlihat jernih
dan kualitas warnanya baik. Menurut Sulistiyawati dan Sutriono (2016), Minyak
imersi berfungsi untuk meminimalisir goresan yang terjadi pada lensa akibat
human error yang tidak memutar revolver untuk memindahkan lensa objektif
ke perbesaran yang dikehendaki.
Terdapat dua jenis preparat pada praktikum ini, yaitu preparat kering dan
preparat basah. Kedua jenis preparat tersebut berfungsi sebagai objek yang akan
diamati dengan mikroskop cahaya. Preparat kering atau yang juga biasa disebut
preparat awetan membutuhkan ketelitian tinggi dalam pembuatannya, karena
kerapian mutlak sangat diperhatikan. Ketidaktelitian seperti peletakkan yang
tidak rapi dapat membuat preparat terlipat, tergulung, atau bahkan bertumpuk.
Preparat kering ini dibuat agar preparat lebih awet dan dapat digunakan berkali-
kali (Panjaitan et al, 2020). Sedangkan preparat basah merupakan kebalikan dari
preparat kering, karena proses pembuatannya lebih mudah dan hasilnya bukan
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

merupakan bahan awetan. Preparat basah biasanya dibuat karena harga preparat
yang relatif mahal dan akan memakan banyak waktu jika dibuat preparat awetan
(Apriani, 2016). Kekurangan dari preparat basah ini adalah penampakannya
yang terkadang kurang jelas ketika diamati sehingga membutuhkan proses
pewarnaan dengan menambahkan zat pewarna pada objek.

V. MSDS DAN PSDS


MSDS dan PSDS dalam praktikum ini sebagai berikut:

MSDS PSDS

1. Nama: Alkohol 1. Nama: Aspergillus niger


Sifat: Bening, Mudah terbakar Sifat: Liquid, tidak berwarna
Potensi Bahaya: Menyebabkan dan berbau
iritasi mata dan kulit Potensi Bahaya: Iritasi mata
Handling: Gunakan pelindung dan kulit, dan bahaya bila
mata, aliri bagian yang terkena terhirup
kontak dengan air mengalir Handling: Hirup udara segar
(Val Tech Diagnostic, 2018) bila terhirup, alirkan air yang
banyak selama 20 menit bila
2. Nama: Gliserol
kontak dengan mata, cuci
Sifat: Liquid, tidak berwarna
dengan air dan sabun bila
dan berbau
kontak dengan kulit
Potensi Bahaya: Tidak
(BioinGentech, 2016)
berbahaya
Handling: Bilas bagian yang 2. Nama: Bacillus subtilis
terkena kontak dengan air Sifat: Liquid, berwarna kusam
bersih, minum air minum bila Potensi Bahaya: Menyebabkan
tertelan iritasi
(Smart Lab, 2017) Handling: Segera hirup udara
segar bila terhirup, bilas
3. Nama: Kristal Violet
dengan air dan sabun bila
Sifat: Liquid, berwarna violet
terkena kontak dengan kulit
Potensi Bahaya: Dapat
(BASF, 2013)
menyebabkan kanker
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Handling: Gunakan pakaian


3. Nama: Penicillium sp.
pelindung dan sarung tangan,
Sifat: Liquid, tidak berwarna
hirup udara segar bila terhirup,
dan berbau
minum air yang banyak bila
Potensi Bahaya: Iritasi mata
tertelan, cuci dengan air dan
dan kulit
sabun bila terkena kulit
Handling: Alirkan air yang
(Pro-Lab, 2017)
banyak selama 20 menit bila
4. Nama: Lactophenol Cotton kontak dengan mata, cuci
Blue dengan air dan sabun bila
Sifat: Liquid, berwarna biru, kontak dengan kulit
berbau alkohol, korosif (BioinGentech, 2016)
Potensi Bahaya: Menyebabkan
4. Nama: Rhodotorula rubra
kerusakan mata dan kulit,
Sifat: Berwarna merah muda
dapat merusak organ jika
hingga merah cerah
tertelan, menimbulkan cacat
Potensi Bahaya: Infeksi jamur
genetik
Handling: Basuh kulit dengan
Handling: Bila tumpah
air bila terjadi kontak, bilas
bersihkan dengan bahan tidak
dengan air selama 15 menit
mudah terbakar seperti pasir
bila masuk ke mata
dan tanah, jauhi dari hal yang
(ATTC, 2016)
mudah terbakar bila terkena
kontak, segera lepas semua hal 5. Nama: Saccharomyces
yang mengikat bila terhirup, cerevisiae
bilas dengan air bila terkena Sifat: Solid
kontak. Potensi Bahaya: Tidak
(Pro-Lab, 2015) berbahaya
Handling: Segera aliri bagian
5. Nama: Minyak Imersi
yang terkena kontak dengan
Sifat: Liquid, berwarna
air bersih selama 15 menit
kuning, beracun
(ThermoFisher, 2018)
Potensi Bahaya: Sangat
beracun untuk mahluk akuatik
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Handling: Tutup saluran


6. Nama: Sarcina lutea
drainase bila tumpah, gunakan
Sifat: Cair, berwarna bening
pelindung mata dan sarung
hingga pudar
tangan bila terjadi kontak
Potensi Bahaya: Tidak
langsung
berbahaya
(Merck, 2017)
Handling: Bilas bagian yang
6. Nama: Safranin terkena kontak dengan air
Sifat: Bubuk solid, berwarna bersih
coklat gelap (ZeptoMetrix, 2018)
Potensi Bahaya: Iritasi kulit,
7. Nama: Serratia marcescens
kerusakan pada mata
Sifat: Gram negatif, Korosif
Handling: Hirup udara segar
Potensi Bahaya: Beracun bila
bila terhirup, bilas dengan air
tertelan dan terhirup,
dan sabun bila kontak dengan
menyebabkan iritasi kulit
kulit, bilas dengan air bila
Handling: Bila terhirup segera
kontak dengan mata
hirup udara segar, bila tertelan
(LabChem, 2018)
segera muntahkan. Gunakan
7. Nama: Xylol sarung tangan dan masker
Sifat: Liquid, tidak berwarna, pelindung
mudah terbakar, beracun (Scientific Device, 2016)
Potensi Bahaya: Iritasi kulit
8. Nama: Staphylococcus aureus
Handling: Gunakan pelindung
Sifat: Gram positif
wajah dan sarung tangan bila
Potensi Bahaya: Keracunan,
melakukan kontak langsung,
diare, mual, kram, dan sakit
hirup udara segar bila terhirup,
perut bila tertelan
bilas kulit dengan air bila
Handling: Drainase dengan
terjadi kontak
tepat, gunakan antibiotik bila
(Val Tech Diagnostic, 2021)
infeksi parah
(UTA, 2019)
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

VI. CARA KERJA


Pada praktikum pengenalan dan pengamatan mikroba dengan mikroskop
cahaya, alat dan bahan yaitu kultur mikroba, kultur bakteri, kultur ragi, kultur
jamur, kultur mikroalga, bunsen, spatula, oose, botol semprot, penjepit, kaca
objek, dan kaca penutup disiapkan terlebih dahulu. Setelah alat dan bahan sudah
siap, meja dan tangan harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol
70% sebagai salah satu teknik aseptik. Teknik aseptik ini harus dilakukan
sebelum peralatan digunakan, seperti kaca objek dan kaca penutup yang
dibersihkan dalam tahap awal pembuatan preparat agar tidak terjadi
kontaminasi.
Untuk membuat preparat segar mikroalga, diperlukan aquades yang telah
diteteskan pada kaca objek sehingga sampel kultur mikroba yang sudah diambil
dengan pipet dapat diteteskan pada aquades tersebut dan ditutup dengan kaca
penutup. Dalam membuat preparat segar jamur juga diperlukan aquades yang
diteteskan pada kaca objek, namun kultur jamur beserta agarnya harus diambil
dengan spatula yang telah dipanaskan terlebih dahulu dengan bunsen dan
ditunggu hingga dingin. Sampel kultur jamur yang sudah diambil lalu diletakkan
pada kaca objek dan dicacah menggunakan spatula sebelum ditutup dengan kaca
penutup.
Dalam pembuatan preparat kering ragi, langkah setelah aquades telah
diteteskan adalah mengambil satu koloni bakteri/ragi dengan batang oose dingin
yang telah dipanaskan hingga membara pada kemiringan 45° pada bunsen.
Setelah itu, sampel digoreskan pada kaca objek dan dijepit menggunakan
penjepit kayu untuk dipanaskan hingga kering dengan jarak minimal 5cm pada
bunsen. Batang oose harus kembali dipanaskan dengan kemiringan 45° pada
bunsen sebelum disimpan. Untuk pengambilan kultur dari tabung reaksi,
diperlukan batang oose dingin yang telah dipanaskan dengan kemiringan 45°
hingga membara. Selanjutnya, penutup kapas pada tabung dibuka secara
perlahan dan harus dekat dengan api agar aseptis. Pengambilan kultur cukup
dengan batang oose yang digoreskan pada kultur dan harus dekat dengan api
agar aseptis. Kultur yang sudah diambil lalu digoreskan pada kaca objek dan
dijepit dengan kayu penjepit untuk dipanaskan diatas bara api bunsen hingga
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

kering. Setelah proses selesai, batang oose kembali dipanaskan hingga membara
pada kemiringan 45° untuk mensterilkannya kembali.
Selanjutnya, dalam langkah pewarnaan sederhana dibutuhkan pewarna sel
yaitu kristal violet atau safranin dan juga preparat kering yang telah dibuat.
Preparat kering yang telah dibuat sebelumnya lalu dijepit menggunakan penjepit
kayu dan diteteskan satu hingga dua tetes zat warna yang diambil dengan pipet
secara perlahan. Setelah berhasil diteteskan, preparat didiamkan selama satu
hingga dua menit lalu dibilas dengan air mengalir. Kelebihan air dapat ditiriskan
hingga kering dengan tissue maupun kertas saring.
Langkah dalam pewarnaan jamur hampir sama dengan langkah pembuatan
preparat segarnya. Pertama, kaca objek dan kaca penutup dibersihkan terlebih
dahulu dengan alkohol 70% dan barulah kaca objek tersebut diteteskan aquades.
Spatula dingin yang bagian pipihnya sudah dipanaskan dengan bunsen terlebih
dahulu lalu digunakan untuk mengambil kultur jamur beserta agarnya. Kultur
tersebut kemudian diletakkan pada kaca objek dan dicacah menggunakan
spatula. Spatula yang sudah dipakai kembali dipanaskan dengan bunsen
sebelum disimpan. Selanjutnya, Lactophenol Cotton Blue (LCB) diteteskan
pada kaca objek dengan secukupnya dan ditutup kaca penutup serta diratakan
hingga tidak ada gelembung udara.
Sebelum melakukan pengamatan preparat yang sudah disiapkan
menggunakan miksroskop cahaya yang sudah dicolokkan kabelnya ke arus
listrik, lensa okuler diputar terlebih dahulu kearah pengamat dan pengunci lensa
dikencangkan. Mikroskop lalu dinyalakan dan diatur intensitas cahaya yang
diinginkan. Selanjutnya preparat diletakkan pada meja objek dan diatur bagian
yang akan diamati agar terkena cahaya dengan makrometer horizontal. Lensa
objektif diatur pada perbesaran paling rendah, fokus kasar diatur menggunakan
makrometer vertikal dan fokus halus diatur dengan mikrometer vertikal hingga
fokus. Setelah fokus sudah ditemukan, perbesaran lensa objektif dinaikkan
dengan penggeser lensa dari 4x hingga 40x. Pengamatan dengan perbesaran
100x harus diteteskan minyak imersi terlebih dahulu sebanyak satu tetes pada
preparat dan pastikan preparat berada ditengah perbesaran 40x dan 100x saat
diteteskan. Preparat diamati dengan melihat pada lensa okuler.
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Setelah pengamatan selesai, meja objek diturunkan dan kaca preparat


dikeluarkan. Lensa dibersihkan dengan mengusap alkohol 96% atau Xylol yang
diteteskan pada kertas lensa secukupnya. Lalu, mikroskop cahaya dimatikan dan
lensa perbesaran diputar kembali menjadi perbesaran paling tinggi pada bagian
dalam. Selanjutnya, meja objek dinaikkan kembali dan lensa okuler diputar dan
dikunci menjadi seperti semula. Sebelum ditutup dengan plastik penutup,
pastikan kabel sudah dicabut dan digulung mengelilingin mikroskop.

VII. PERKIRAAN HASIL EKSPERIMEN


1. Pengamatan preparat segar mikroba Aspergillus niger
a. Koloni berwarna hitam
b. Bagian bawahnya berwarna putih kekuningan
c. Bentuk bakteri bulat
d. Hifa berseptat

2. Pengamatan preparat segar mikroba Bacillus subtilis


a. Berbentuk batang
b. Motil karena memiliki flagella

3. Pengamatan preparat segar mikroba Penicillium sp.


a. Konidium berwarna kehijauan
b. Hifa bersepta
c. Hialin
d. Pada awalnya koloni berwarna putih

4. Pengamatan preparat segar mikroba Rhodotorula rubra


a. Berbentuk bulat hingga

5. Pengamatan preparat segar mikroba Saccharomyces cerevisiae


a. Koloni berwarna putih hingga krem
b. Halus
c. Glabrous
d. Seperti ragi

6. Pengamatan preparat segar mikroba Sarcina lutea


a. Berbentuk bulat
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

b. Nonmotil
c. Tidak membentuk spora

7. Pengamatan preparat segar mikroba Serratia marcescens


a. Berbentuk batang
b. Koloni berbentuk bulat
c. Koloni baru berwarna merah

8. Pengamatan preparat segar mikroba Staphylococcus aureus


a. Berbentuk bulat
b. Bentuk klaster mirip anggur

9. Pengamatan preparat kering bakteri Bacillus subtilis


a. Gram positif – diberi safranin warna berubah menjadi ungu atau biru
b. Berbentuk batang
c. Motil karena memiliki flagella

10. Pengamatan preparat kering bakteri Sarcina lutea


a. Gram positif – diberi safranin warna berubah menjadi ungu atau biru
b. Berbentuk bulat
c. Nonmotil
d. Tidak membentuk spora

11. Pengamatan preparat kering bakteri Serratia marcescens


a. Gram negatif – diberi safranin warna berubah menjadi merah
b. Berbentuk batang
c. Koloninya berbentuk bulat
d. Koloni baru berwarna merah

12. Pengamatan preparat kering bakteri Staphylococcus aureus


a. Gram positif – diberi safranin warna berubah menjadi ungu atau biru
b. Berbentuk bulat
c. Bentuk klaster mirip anggur.

13. Pengamatan preparat segar jamur Aspergillus niger


a. Koloni berwarna hitam
b. Bagian bawahnya berwarna putih kekuningan
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

c. Bentuk bakteri bulat


d. Hifa berseptat
e. Kepala konida berukuran besar berbentuk globose hingga subglobose
f. Konidiafor berdinding halus
g. Hialin atau berubah gelap menuju vesikel

14. Pengamatan preparat segar jamur Penicillium sp.


a. Konidium berwarna kehijauan
b. Hifa bersepta
c. Hialin
d. Koloni pada awalnya berwarna putih

15. Pengamatan preparat segar jamur Rhodotorula rubra


a. Berbentuk bulat hingga Panjang
b. Warna koloni bervariasi

16. Pengamatan preparat segar jamur Saccharomyces cerevisiae


a. Koloni berwarna putih hingga krem
b. Halus
c. Glabrous
d. Seperti ragi

17. Pengamatan struktur organ dari preparat segar protozoa dan


mikroalga
a. Struktur organ protozoa terdiri dari sitoplasma, vakuola, silia,
makronukleus, dan mikronukleus
b. Mikroalga berstruktur uniseluler atau multiseluler

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Aini, F.N., S. Sukamto, D. Wahyuni, R.G Suhesti, dan Q. Ayyunin. (2013).
Penghambatan pertumbuhan Colletotrichum gloeosporioides oleh
Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, Bacillus subtilis dan
Pseudomonas fluorescens. Jurnal Pelita Perkebunan, 29(1), 44-52
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Agustining, D. (2012). Daya hambat Saccharomyces cerevisiae terhadap


pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum. [Skripsi, Universitas Jember].
Repository Unimus
http://repository.unimus.ac.id/3167/8/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Diakses 2 Februari 2021
Akayli, T., G. Albayrak, C. Urku, O. Canak, dan E. Yoruk. (2015).
Characterization of Micrococcus luteus and Bacillus marisflavi Recovered
from Common Dentex (Dentex dentex) Larviculture System.
Mediterranean Marine Science, 17
Apriani, Ike. (2016). Pengembangan media belajar: Angkak beras merah dan
teh (Camellia sinensis) sebagai pewarna alternatif preparat basah
jaringan tumbuhan. Jurnal Bioilmi, 2(1), 59 – 65
Asali, T., Natalia, D., Mahyarudin. (2018). Uji resistensi jamur penyebab tinea
pedis pada satuan polisi pamong praja Kota Pontianak terhadap
griseofulvin. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura,
4(2), 661
ATTC. (2016, 1 Juni). Safety Data Sheet Various Microbial Cultures. American
Type Culture Collection.
https://www.atcc.org/products/all/32763.aspx#documentation Diakses 2
Februari 2021
BASF. (2013, 7 Agustus). Safety Data Sheet Bacillus subtilis. BASF Canada
Inc.
https://agro.basf.ca/East/Products/Related_Files/HISTICK%20L%20NT
%20-%20Bacillus%20subtilis%20Component%20-
%2030589584%20English.pdf Diakses 1 Februari 2021
BioinGentech. (2016, Juli). Material Safety Data Sheet Pennicillium sp. – Real
Time. BioinGentech Ltd. https://kitpcr.com/Files/Real-
Time/msds/Penicillium_spp._Real-Time_msds.pdf Diakses 2 Februari
2021
Hakim, S. S. (2015). Fungi endofit: Potensi pemanfaatannya dalam budidaya
tanaman kehutanan. Galam, 1(1), 2
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

Indasari, N., Budiono, J. D., Wisanti. (2013). Wenter Sebagai Pewarna


Alternatif Dalam Pewarnaan Media Preparat Jaringan Batang dan Akar
Tumbuhan Pletekan (Ruellia sp.) dan Beluntas (Pluchea indica). BioEdu,
2(1), 35-39
LabChem. (2018, 20 Februari). Safranin O Safety Data Sheet. LabChem Inc.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC22340.pdf Diakses 2
Februari 2021
Lael, B. F., B. Sntosa, T. Aryadi. (2018). Perbedaan Penggunaan Xylol (Xylene)
dan Toluol (Toluene) pada Proses Clearing terhadap Kualitas Preparat
Awetan Permanen Cimex lectularius. Prosiding Seminar Nasional
Mahasiswa Unimus, 1, 232 – 237
Lambui, O. & Jannah, M. (2017). Isolasi dan identifikasi bakteri tanah di hutan
sekitar Danau Kalimpa’a, kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi
Tengah. Online Journal of Natural Science 6(1), 73
Landolfo, S., R. Chessa, G. Zara, S. Zara, M. Budroni, dan I. Mannazzu. (2019).
Rhodotorula mucilaginosa C2.5t1 Modulates Carotenoid Content and
CAR Genes Transcript Levels to Counteract the Pro-Oxidant Effect of
Hydrogen Peroxide. Microorganisms, 7, 316
Merck. (2017, 28 Mei). Safety Data Sheet according to Regulation (EC) No.
1907/2006. Merck Chemicals Ltd.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
104699 Diakses 2 Februari 2021
Murwani, S. (2015). Dasar-dasar mikrobiologi veteriner (Edisi 1). Universitas
Brawijaya Press
Panjaitan, et al. (2020). Validitas preparat histologi sebagai media pembelajaran
submateri pencemaran air. JPBIO, 5(1), 20 – 26.
Pramudita, S. D. (2012). Jurnal Mikroskop. Jurnal Universitas Muhammadiyah
Prof Dr Hamka.
Prayitno, T. A. & Hidayati, N. (2017). Pengantar mikrobiologi (Edisi 1). Media
Nusa Creative
Pro-Lab. (2015, 9 April). Safety Data Sheet Lactocophenol Cotton Blue. Pro-
Lab Diagnostics.
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

https://www.austincc.edu/biolabs/msds/files/lactophenol_cotton_blue.pdf
Diakses 2 Februari 2021
Pro-Lab. (2017, 1 Oktober). Safety Data Sheet Crystal Violet. Pro-Lab
Diagnostics.
https://www.pro-lab.com/wp-content/uploads/2016/11/Crystal-Violet-
SDS780-EN.pdf Diakses 2 Februari 2021
Rozali, G. (2015). Penapisan jamur antagonis indigenus rizosfir kakao
(Theobroma cacao Linn.) yang berpotensi menghambat pertumbuhan
jamur Phytophthora palmivora butler. [Skripsi, Universitas Andalas].
Universitas Andalas Scholar. http://scholar.unand.ac.id/3176/1/1205.pdf
Diakses 2 Februari 2021
Scientific Device. (2016, 9 Februari). Serratia marcescens Safety Data Sheet
(SDS). Scientific Device Laboratory.
https://www.scientificdevice.com/wp-content/uploads/2018/01/Serratia-
marcescens.pdf Diakses 1 Februari 2021
Wicaksono, S., Kusdiyantini E., & Raharjo, B. (2017). Pertumbuhan dan
produksi pigmen merah oleh Serratia marcescens pada berbagai sumber
karbon. Jurnal Akademika Biologi, 6(3), 66-75
Smart Lab. (2017, 16 Mei). Lembar Data Keselamatan Bahan Glycerol. Smart-
Lab Indonesia.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_GLYCEROL_(INDO).pdf
Diakses 2 Februari 2021
Suganthi, R., Benazir, J. F., Santhi, R., Ramesh, K.V., Anjana, H., Nitya M.,
Nidhiya, K. A., Kavitha, G., Lakshmi., R. (2011). Amylase production by
Aspergillus niger under solid state fermentation using agro industrial
wastes. International Journal Of Engineering Science And Technology,
3(2), 1756-1763
Sulistiyawati & Sutriyono. (2016). Pengaruh penguasaan penggunaan
mikroskop binokuler terhadap nilai praktikum MATEKLAB. Integrated
Lab Journal, 4(1), 71
ThermoFisher. (2018, 23 Januari). Yeast Extract Safety Data Sheet. Fisher
Scientific.
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053

https://www.fishersci.com/store/msds?partNumber=AC451120010&prod
uctDescription=YEAST+EXTRACT+1KG&vendorId=VN00032119&co
untryCode=US&language=en Diakses 1 Februari 2021
UTA. (2019, 9 Desember). Staphylococcus aureus Pathogen Safety Data Sheet-
Infectious Substances. University of Texas at Arlington.
https://www.uta.edu/campus-
ops/ehs/biological/docs/PSDS/STAPHYLOCOCCUS%20AUREUS.pdf
Diakses 1 Februari 2021
Val Tech Diagnostic. (2018, 2 Agustus). Ethyl Alcohol Safety Data Sheet.
LabChem Inc. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/VT270.pdf
Diakses 1 Februari 2021
Val Tech Diagnostic. (2021, 22 Januari). Xylenes Safety Data Sheet. LabChem
Inc. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/VT910.pdf Diakses 2
Februari 2021
ZeptoMetrix. (2018, 9 April). Micrococcus luteus Z100 Safety Data Sheet. Zepto
Metrix Corporation.
https://www.zeptometrix.com/media/documents/SDS0801832.pdf Diakses
1 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai