MIKROBIOLOGI KEHUTANAN
BW-3205
Oleh:
Muhammad Yunus Sulthan Azhar Idrus | 11518053
Kelompok 6
3 Februari 2021
I. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme adalah segala makhluk yang berukuran mikroskopis,
yaitu beberapa mikron atau bahkan lebih kecil. Mikroorganisme umumnya
dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, hewan, tumbuhan, serta lingkungan.
Peranan mikroorganisme di bidang lingkungan diantaranya adalah sebagai
biosensor terhadap adanya polutan di alam (Prayitno, 2017). Sedangkan dalam
bidang kehutanan, mikroorganisme turut berperan penting yaitu sebagai
pengurai serasah menjadi unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh
tanaman (Lambui, 2017).
Mikrobiologi merupakan salah satu kompleks terbesar dari ilmu biologi
yang memperlajari tentang kehidupan mikroba beserta interaksinya (Prayitno,
2017). Sedangkan mikroba itu sendiri merupakan jasad renik yang hanya dapat
dilihat dengan bantuan mikroskop atau karena ukurannya yang sangat kecil
(Murwani, 2015). Mikroba dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara
signifikan, meningkatkan resistansi tanaman terhadap patogen dan
meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lingkungan kritis (Hakim,
2016). Dengan mempelajari pengenalan mikroba ini, diharapkan akan
mempermudah pengaplikasian mikroba dalam bidang kehutanan.
II. TUJUAN
• Menentukan morfologi dari preparat segar Aspergillus niger, Bacillus
subtilis, Penicillium sp., Rhodotorula rubra, Saccharomyces cerevisiae,
Sarcina lutea, Serratia marcescens, dan Staphylococcus aureus
• Menentukan morfologi dari preparat kering bakteri
• Menentukan struktur organ dari preparat segar jamur
• Menentukan struktur organ dari preparat segar protozoa dan mikroalga
III. HIPOTESIS
• Aspergillus niger berbentuk bulat, Bacillus subtilis berbentuk batang,
Penicillium sp. mempunyai hifa bersepta, Rhodotorula rubra berbentuk
bulat, Saccharomyces cerevisiae memiliki koloni berbentuk seperti ragi,
Sarcina lutea berbentuk bulat, Serratia marcescens berbentuk batang, dan
Staphylococcus aureus berbentuk bulat.
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053
IV. LITERATUR
Mikroskop cahaya merupakan salah satu alat yang berperan sangat penting
untuk mengamati sebuah objek yang berukuran mikroskopis yang
menggunakan sumber cahaya untuk mengirimkan gambar ke mata. Pada
mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti
bayangan, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar (Pramudita, 2012).
Mikroskop cahaya ini terdiri dari dua bagian yaitu optik dan non-optik. Bagian
optik dari mikroskop yaitu lensa okuler dan lensa objektif, sedangkan bagian
non-optiknya adalah kaki lengan mikroskop, meja objek, diafragma, pemutar
halus dan kasar, penjepit kaca objek, cerm in, kondenser, serta sumber cahaya.
Mikroskop cahaya bekerja dengan cara membiaskan cahaya lampu dengan lensa
kondenser, yang dimana sinarnya akan mengenai spesimen dan diteruskan oleh
lensa objektif. Lensa objektif merupakan bagian terpenting dari mikroskop yang
berfungsi untuk mengetahui perbesaran mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh
lensa objektif ditangkap oleh lensa okuler, kemudian diteruskan pada mata.
Pada praktikum ini digunakan mikroba Aspergillus niger, Bacillus
subtilis, Penicillium sp., Rhodotorula rubra, Saccharomyces cerevisiae, Sarcina
lutea, Serratia marcescens, dan Staphylococcus aureus. Aspergillus niger
merupakan jamur yang memiliki hifa yang bersepta, miselium bercabang, dan
biasanya tidak bewarna. Menurut Suganthi (2011), Aspergillus niger juga
memiliki kemampuan memproduksi enzim amilase, protease, xelulase dan
lipase. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang dapat membentuk
endospora yang berbentuk oval di bagian sentral sel. Bakteri ini mampu
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053
mempertahankan zat warna kristal violet yang akan menghasilkan warna ungu
ketika ditetesi dengan larutan KOH (Aini et al. 2013).
Menurut Rozali (2015), Penicillium sp. memiliki hifa bersepta dan hialin,
konidia yang bulat, uniseluler, serta memiliki sekumpulan fialid. Penicillium sp.
dapat melindungi tanaman terhadap serangan patogen sekaligus meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Rhodotorula mucilaginosa yang dahulu memiliki nama
Rhodotorula rubra adalah penghasil karotenoid alami. Ragi merah tersebut juga
sudah banyak digunakan sebagai bahan penghasil asam lemak tak jenuh,
biosurfaktan, produk lain dari bioteknologi, dan sebagai agen biokontrol untuk
melawan kerusakan karena jamur pada buah (Landolfo, 2019). Saccharomyces
cerevisiae umum digunakan secara luas dalam produksi alkohol dan makanan
fermentasi. Jamur ini tumbuh bergerombol, tidak memiliki flagel dan mampu
melepas CO2 dengan cepat, menyebabkan adanya sel terapung pada bagian
permukaan. Pertunasan pada spesies ini dapat berupa pertunasan multilateral,
yaitu tunas dapat tumbuh disekitar ujung sel (Agustining, 2012).
Menurut Akayli (2015), Sarcina lutea atau disebut juga Micrococcus
luteus adalah bakteri gram positif, nonmotil, berupa tetra berbentuk cocci, serta
isolat oksidase dan katalase positif. Bakteri ini berwarna kuning alami,
merupakan anggota bakteri lingkungan akuatik dan juga ditemukan dalam
mikrobiota pencernaan ikan. Serratia marcescens adalah bakteri gram negatif
yang tergabung dalam famili Enterobateriaceae yang bersifat motil dicirikan
dengan memiliki flagella peritrik. Bakteri ini dapat ditemukan di sedimen
sumber air panas di sekitar gunung berapi (Setiawan W et al, 2017).
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, yang memiliki diameter dari
0,5 hingga 1,5 mikrometer, nonmotil, dan anaerob fakultatif yang biasanya
berbentuk klister (UTA, 2019). Bakteri ini adalah bagian dari flora manusia,
yang pada umumnya ditemukan pada hidung dan kulit manusia.
Selain mikroba yang telah disebutkan diatas, pada praktikum ini juga
digunakan alkohol, safranin, Lactophenol Cotton Blue (LCB), Gliserol, Xylol,
dan minyak imersi. Pada praktikum, alkohol digunakan sebagai bahan aseptik
untuk mensterilkan tangan, meja, serta alat-alat lainnya yang akan digunakan.
Alkohol memiliki fungsi sebagai disinfektan yang bekerja dengan cara
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053
merupakan bahan awetan. Preparat basah biasanya dibuat karena harga preparat
yang relatif mahal dan akan memakan banyak waktu jika dibuat preparat awetan
(Apriani, 2016). Kekurangan dari preparat basah ini adalah penampakannya
yang terkadang kurang jelas ketika diamati sehingga membutuhkan proses
pewarnaan dengan menambahkan zat pewarna pada objek.
MSDS PSDS
kering. Setelah proses selesai, batang oose kembali dipanaskan hingga membara
pada kemiringan 45° untuk mensterilkannya kembali.
Selanjutnya, dalam langkah pewarnaan sederhana dibutuhkan pewarna sel
yaitu kristal violet atau safranin dan juga preparat kering yang telah dibuat.
Preparat kering yang telah dibuat sebelumnya lalu dijepit menggunakan penjepit
kayu dan diteteskan satu hingga dua tetes zat warna yang diambil dengan pipet
secara perlahan. Setelah berhasil diteteskan, preparat didiamkan selama satu
hingga dua menit lalu dibilas dengan air mengalir. Kelebihan air dapat ditiriskan
hingga kering dengan tissue maupun kertas saring.
Langkah dalam pewarnaan jamur hampir sama dengan langkah pembuatan
preparat segarnya. Pertama, kaca objek dan kaca penutup dibersihkan terlebih
dahulu dengan alkohol 70% dan barulah kaca objek tersebut diteteskan aquades.
Spatula dingin yang bagian pipihnya sudah dipanaskan dengan bunsen terlebih
dahulu lalu digunakan untuk mengambil kultur jamur beserta agarnya. Kultur
tersebut kemudian diletakkan pada kaca objek dan dicacah menggunakan
spatula. Spatula yang sudah dipakai kembali dipanaskan dengan bunsen
sebelum disimpan. Selanjutnya, Lactophenol Cotton Blue (LCB) diteteskan
pada kaca objek dengan secukupnya dan ditutup kaca penutup serta diratakan
hingga tidak ada gelembung udara.
Sebelum melakukan pengamatan preparat yang sudah disiapkan
menggunakan miksroskop cahaya yang sudah dicolokkan kabelnya ke arus
listrik, lensa okuler diputar terlebih dahulu kearah pengamat dan pengunci lensa
dikencangkan. Mikroskop lalu dinyalakan dan diatur intensitas cahaya yang
diinginkan. Selanjutnya preparat diletakkan pada meja objek dan diatur bagian
yang akan diamati agar terkena cahaya dengan makrometer horizontal. Lensa
objektif diatur pada perbesaran paling rendah, fokus kasar diatur menggunakan
makrometer vertikal dan fokus halus diatur dengan mikrometer vertikal hingga
fokus. Setelah fokus sudah ditemukan, perbesaran lensa objektif dinaikkan
dengan penggeser lensa dari 4x hingga 40x. Pengamatan dengan perbesaran
100x harus diteteskan minyak imersi terlebih dahulu sebanyak satu tetes pada
preparat dan pastikan preparat berada ditengah perbesaran 40x dan 100x saat
diteteskan. Preparat diamati dengan melihat pada lensa okuler.
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053
b. Nonmotil
c. Tidak membentuk spora
https://www.austincc.edu/biolabs/msds/files/lactophenol_cotton_blue.pdf
Diakses 2 Februari 2021
Pro-Lab. (2017, 1 Oktober). Safety Data Sheet Crystal Violet. Pro-Lab
Diagnostics.
https://www.pro-lab.com/wp-content/uploads/2016/11/Crystal-Violet-
SDS780-EN.pdf Diakses 2 Februari 2021
Rozali, G. (2015). Penapisan jamur antagonis indigenus rizosfir kakao
(Theobroma cacao Linn.) yang berpotensi menghambat pertumbuhan
jamur Phytophthora palmivora butler. [Skripsi, Universitas Andalas].
Universitas Andalas Scholar. http://scholar.unand.ac.id/3176/1/1205.pdf
Diakses 2 Februari 2021
Scientific Device. (2016, 9 Februari). Serratia marcescens Safety Data Sheet
(SDS). Scientific Device Laboratory.
https://www.scientificdevice.com/wp-content/uploads/2018/01/Serratia-
marcescens.pdf Diakses 1 Februari 2021
Wicaksono, S., Kusdiyantini E., & Raharjo, B. (2017). Pertumbuhan dan
produksi pigmen merah oleh Serratia marcescens pada berbagai sumber
karbon. Jurnal Akademika Biologi, 6(3), 66-75
Smart Lab. (2017, 16 Mei). Lembar Data Keselamatan Bahan Glycerol. Smart-
Lab Indonesia.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_GLYCEROL_(INDO).pdf
Diakses 2 Februari 2021
Suganthi, R., Benazir, J. F., Santhi, R., Ramesh, K.V., Anjana, H., Nitya M.,
Nidhiya, K. A., Kavitha, G., Lakshmi., R. (2011). Amylase production by
Aspergillus niger under solid state fermentation using agro industrial
wastes. International Journal Of Engineering Science And Technology,
3(2), 1756-1763
Sulistiyawati & Sutriyono. (2016). Pengaruh penguasaan penggunaan
mikroskop binokuler terhadap nilai praktikum MATEKLAB. Integrated
Lab Journal, 4(1), 71
ThermoFisher. (2018, 23 Januari). Yeast Extract Safety Data Sheet. Fisher
Scientific.
MODUL I – MUHAMMAD YUNUS SULTHAN AZHAR IDRUS – 11518053
https://www.fishersci.com/store/msds?partNumber=AC451120010&prod
uctDescription=YEAST+EXTRACT+1KG&vendorId=VN00032119&co
untryCode=US&language=en Diakses 1 Februari 2021
UTA. (2019, 9 Desember). Staphylococcus aureus Pathogen Safety Data Sheet-
Infectious Substances. University of Texas at Arlington.
https://www.uta.edu/campus-
ops/ehs/biological/docs/PSDS/STAPHYLOCOCCUS%20AUREUS.pdf
Diakses 1 Februari 2021
Val Tech Diagnostic. (2018, 2 Agustus). Ethyl Alcohol Safety Data Sheet.
LabChem Inc. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/VT270.pdf
Diakses 1 Februari 2021
Val Tech Diagnostic. (2021, 22 Januari). Xylenes Safety Data Sheet. LabChem
Inc. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/VT910.pdf Diakses 2
Februari 2021
ZeptoMetrix. (2018, 9 April). Micrococcus luteus Z100 Safety Data Sheet. Zepto
Metrix Corporation.
https://www.zeptometrix.com/media/documents/SDS0801832.pdf Diakses
1 Februari 2021