disusun oleh :
Adam Muhammad Syach / 11217009
Isna Mazidna Annisa / 11217023
Anasya Rahmawati / 11217037
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT,
karena tanpa Rahmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KINGDOM FUNGI: KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI
PEMANFAATAN Neurospora sp SEBAGAI AGEN BIOKONVERSI
LIGNOSELULOSA MENJADI BIOETANOL” dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusun
makalah ini. Kami akan sangat terhormat apabila terdapat kritik dan saran untuk
makalah ini sehingga dapat lebih baik lagi. Demikian yang dapat penyusun sampaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................................... i
a. Simpulan .................................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur atau fungi merupakan organisme tidak berklorifil dan bersifat
hererotrof. Berdasarkan ukurannya, terdapat jamur mikroskopis dan makroskopis.
Beberapa jenis jamur ada yang bersifat parasit pada inangnya, dan ada pula yang
bersifat mutualisme atau saling menguntungkan. Jamur makroskopis mencakup
banyak jamur yang berukuran besar. Sebagian besar hidup terrestrial. Sedangkan
jamur mikroskopis merupakan jamur yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
melihat struktur jamur ini secara jelas hanya dapat dilakukan dengan alat bantu
berupa mikroskop. Secara alamiah jamur banyak dijumpai pada tempat dengan
kondisi lingkungan yang lembab. jamur dapat ditemukan pada batang tumbuhan,
dihalaman rumah setelah hujan, pada sisa makanan yang sudah basi dan di tempat-
tempat basah atau tempat yang kaya akan zat organik. (Darwis, Mantovani, &
Supriati, 2011)
Jamur hidup dan memperoleh nutrisi di berbagai lingkungan, di antaranya
pada sisa tumbuhan atau hidup melekat pada organisme lain. Salah satu media
yang umum digunakan sebagai tempat tumbuh jamur adalah batang kayu. Jamur
yang tumbuh pada batang kayu memiliki kemampuan dalam menguraikan
substansi kayu. Jamur kayu dibagi ke dalam 2 kelompok sesuai dengan
kemampuannya dalam mengurai substansi kayu, yaitu white rot fungi (mampu
menguraikan lignin, selulosa dan hemiselulosa) dan brown rot fungi (mampu
menguraikan selulosa dan hemiselulosa). (Valencia & Meitiniarti, 2017)
Ciri-ciri diatas mengidentifikasikan jamur memenuhi karakteristik
makhluk hidup. Jamur pada umumnya terdiri atas banyak sel yang disebut hifa
namun beberapa diantaranya berupa sel tunggal yang disebut yeast. Jamur
diklasifikasikan menjadi 5 divisi yang berbeda yaitu yaitu Chytridiomycota,
Zygomycota, Glomeromycota, Ascomycota, dan Basiodiomicota. Pengelompokan
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
C. Tujuan
ISI
4
5
C. Glomeromycota
Sebelumnya, Glomeromycota diklasifikasikan sebagai bagian dari
Zygomycota karena memiliki hifa yang bersekat dan spora nya sekilas
menyerupai Zygomycota. Namun, bukti genetik terbaru menunjukkan bahwa
Glomeromycota cukup berbeda dari jamur lain dilihat dari kebiasaan simbiotik
nya serta rDNA filogeni nya, sehingga diklasifikasikan dalam filum terpisah
dari Zygomycota. Dalam pohon filogenetik berdasarkan rDNA,
Glomeromycota adalah kelompok sister untuk Asco- dan Basidiomycota.
Berikut merupakan karakteristik dari Glomeromycota :
a. Simbion Obligat
Glomeromycota merupakan simbion obligat karena tidak satupun
Glomeromycota berhasil tumbuh dan berkembang terpisah dari inangnya.
b. Membentuk mikorizal arbuskular pada akar tanaman.
Arbuscular adalah hifa yang bercabang sangat tinggi yang
bertindak sebagai titik transfer untuk zat yang lewat bolak-balik antara
jamur dan tanaman.Glomeromycota sebagai dapat tumbuh didalam akar
tanaman tanpa menyebabkan kerugian/parasit. Glomeromycota yang
masuk kedalam akar akan membentuk 3 bentuk struktur yang disebut
arbuskul yang akan memenuhi sel akar.
c. Memiliki spora berinti banyak, besar, dan memiliki berlapis-lapis dinding.
Glomeromycota memproduksi spora yang cukup besar (40-800
µm)dengan dilapisi dinding sel, serta teridiri dari ratusan bahkan ribuan
nucleus. (Bécard and Pfeffer, 1993).
d. Memiliki hifa tidak bersekat
Sama seperti kebanyakan Zygomycota, sel filamen (hifa) dari
glomeromycota tidak memiliki sekat. Hal ini lah yang membedakan
8
D. Ascomycota
Lebih dari 600.000 spesies Ascomycota telah dideskripsikan. Tubuh jamur
ini tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada umumnya jamur dari
divisio ini hidup pada habitat air bersifat sebagai saproba atau patogen pada
tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang hidup bersimbiosis dengan
ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak). Ciri khas Ascomycota adalah
cara perkembangbiakan seksualnya dengan mem- bentuk askospora.
Sedangkan, reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium
ini dapat berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan
hifa khusus yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut
konidiofor.
10
E. Neurospora sp
Neurospora sp. merupakan jamur berfilamen yang termasuk dalam
kelompok besar jamur yang disebut Ascomycetes, yaitu jamur yang memiliki
kantung membran (disebut “askus”) tempat penyimpanan sel hasil pembelahan
meiosis tunggal. Jika diterjemahkan secara harfiah maka Neurospora berarti
“nerve spore” atau “spora saraf” karena guratan-guratan pada sporanya
menyerupai bentuk akson saraf. Warna oranye pada Neurospora sp.
disebabkan karena adanya pigmen karotenoid.. Menurut NCBI Taxonomy,
jamur Neurospora sp. dapat diklasifikasikan seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Kelas Sordariomycetes
Ordo Sordarials
Famili Sordariaceae
Genus Neuspora
Spesies Neuspora sp
Tabel 2.1 Klasifikasi jamur Neurospora sp.
Siklus hidup Neurospora sp. terjadi secara aseksual dan seksual. Ketika
siklus hidup aseksual, germinasi dan pertumbuhan spora aseksual haploid
(konidia) akan menghasilkan suatu benang yang bercabang-cabang (hifa),
yang merupakan sebuah koloni. Hifa tidak memiliki dinding silang sehingga
koloni pada dasarnya adalah sel tunggal yang mengandung banyak inti
haploid. Spora aseksual Neurospora sp. akan tumbuh jika kelembaban dan
suplai nutrisi tepat. Hifa akan terus berkembang dengan perpanjangan tip dan
percabangan untuk membentuk miselium vegetatif. Setelah nutrisi habis,
dalam bentuk hifa aerial dari miselium dan konidia berkembang di atas substrat
dengan budding dan segmentasi (Springer, 1993).
12
PENUTUP
A. Simpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, M., & Martono, D. (2009). Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional .
Campbell Biology 9th ed. (2005).
Cheng, J. (2010). Biomass to Renewable Energy. USA: Taylor & Francis Group, LLC
Cracraft, Joel & Michael J Donoghue. (2004). Assembling tree of life, Oxford university
press, Oxford.
Darwis, W., Mantovani, A. R., & Supriati, R. (2011). DETERMINASI JAMUR
LYCOPERDALES YANG TERDAPAT DI DESA PAJAR BULAN
KECAMATAN SEMIDANG ALAS KABUPATEN SELUMA BENGKULU.
Konservasi Hayati, VII(1), 6-12.
Dewi, A. (2016). PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES KONVERSI
LIGNOSELULOSA DAUN AKAR WANGI (Vetiveria zizanioides L. Nash)
MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN Neurospora sp. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Dogaris, I., Mamma, D., dan Kekos, D. (2013) “Biotechnological production of ethanol
from renewable resources by Neurospora crassa: an alternative to conventional yeast
fermentations?”. Biotechnology Laboratory, School of Chemical Engineering,
National Technical University of Athens, 9 Iroon Polytechniou Str., 15780,
Zografou Campus, Athens, Greece
Irawadi, T. T. (1991). Produksi Enzim Ekstraseluler (Selulase dan Xilanase) dari
Neurospora sp pada Substrat Limbah Padat Kelapa Sawit. Disertasi. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Limayem, A. Ricke, S.C. (2012). “Lignocellulosic biomass
for bioethanol production: Current perspectives, potential issues and future
prospects”. Progress in Energy and Combustion Science 38, 449-467: Elsevier
Klastika, Vitrisia. (2009). “Sustainable Development at Bintan Island”. Jurnal Ilmiah
MTG, Vol. 2, No. 2, Juli 2009
Mathiyazhagan, Narayanan. Natarajan, Devarajan. (2012). "Physicochemical assessment
of waste dumps of Magnesite and Bauxite Mine in summer and rainy season".
INTERNATIONAL JOURNAL OF ENVIRONMENTAL SCIENCES Volume 2,
No 3, 2012
17
18