Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

JAMUR LENDIR

GURU PEMBIMBING :
Desy Handayani,S.Pd.

DISUSUN OLEH :
Silvanir

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN ALAM


YAYASAN PENDIDIKAN HARAPA UTAMA
SMA HARAPAN UTAMA
T.P. 2018/2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah praktikum biologi yang berjudul “MAKALAH BIOLOGI TENTANG JAMUR


LENDIR” ini diajukan sebagai tugas ujian praktek tahun pelajaran 2018/2019 di SMA Harapan
Utama dan dinyatakan telah mendapat persetujuan dari guru pendamping.

Nama lengkap : Silvanir


NIS : 1007
Program studi : Ilmu Pengetauan Alam

Batam, 8 Maret 2019

Menyetujui,
Guru Pembimbing

Desy Handayani,S.Pd.

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah biologi tentang
jamur lendir dengan baik.

Adapun makalah biologi tentang jamur lendir ini telah saya usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, saya
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki
makalah biologi ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah biologi mengenai jamur lendir
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Batam, 8 Maret 2019

Silvanir

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Pengertian Jamur Lendir..............................................................................................3
2.2 Ciri-Ciri Jamur Lendir.................................................................................................4
2.3 Struktur Jamur Lendir..................................................................................................5
2.4 Cara Reproduksi Jamur Lendir....................................................................................6
2.5 Klasifikasi Jamur Lendir..............................................................................................8
2.6 Susunan Tubuh Jamur Lendir......................................................................................9
2.7 Peranan Jamur Lendir..................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................10
3.1 Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................................10
3.2 Langkah Kerja...........................................................................................................10
3.3 Analisis Data..............................................................................................................10
BAB IV PENUTUP............................................................................................................13
4.1 Kesimpulan................................................................................................................13
4.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang
disebut miselium. Produksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara
generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk
memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur
merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan
karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit
fakultatif, atau sporofit,

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat
dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada
liken.Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme.Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air.Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau
saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.Jamur dibedakan menjadi 4 divisio, yaitu
Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.

Jamur lendir atau Myxomycota adalah sekelompok protista yang berpenampilan


mirip jamur namun berperilaku menyerupai amoeba. Myxomycota berasal dari kata myxo
yang artinya lendir, dan mykes yang artinya cendawan, (Rahmi, 2016)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ciri-ciri jamur lendir?
1
2. Bagaimana klasifikasi pada jamur lendir?
3. Apa saja manfaat dari jamur lendir?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri yang dimiliki jamur lendir.
2. Untuk mengetahui klasifikasi pada jamur lendir.
3. Untuk mengetahui manfaat yang bisa didapat dari jamur lendir.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jamur Lendir


Jamur lendir atau
Myxomycota adalah sekelompok
protista yang berpenampilan mirip
jamur namun berperilaku
menyerupai amoeba. Myxomycota
berasal dari kata myxo yang
artinya lendir, dan mykes yang
artinya cendawan. Myxomycota
disebut jamur lendir (kapang lendir), karena salah satu fase hidupnya berupa plasma atau
lendir. Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak,
setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uni seluler ataupun multi seluler,
dan dapat bergerak bebas. Dengan sifat yang berupa plasma yang dapat mengalir
mengambil makanan dan mencernakan dalam vakuola makanan, sehingga Myxomycota
sukar ditentukan termasuk hewan atau tumbuhan. Jamur lendir banyak di jumpai di tempat-
tempat yang basah dan banyak mengandung zat organik, misalnya pada kayu yang sudah
lapuk. Ciri umum myxomycota adalah memiliki fase soma berupa plasmodium, (Fera,
2017).

Jamur Lendir atau Myxomycetes adalah kelompok fungi yang tidak memiliki klorofil,
yang secara filogenik tergolong ke dalam organisme yang sangat sederhana. Jamur lendir
pada fase vegetatif berupa massa protoplasma seperti lendir dan dapat bergerak. Habitatnya
terdapat tempat yang lembab, daun-daun gugur / runtuh. Siklus hidupnya memalui
beberapa tahap, yaitu tahap pertama dengan massa lendir yang disebut fase Plasmodium,
tahap kedua terbentuk sporangium menjadi spora, dan tahap ketiga dengan pertumbuhan
spora menjadi Myxoflagellata dan Myxoamoeba. Contohnya Fuligo varians, Aethalium
septicum.

3
Jamur lendir terdapat banyak di hutan basah, batang kayu yang membusuk, tanah
lembab, sampah basah, kayu lapuk. Jamur lendir dapat berkembangbiak dengan cara
vegetatif dan generatif. Fase vegetatif, plasmodium bergerak ameboid mengelilingi dan
menelan makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna dalam Vacuola makanan, sisa
yang tidak dicerna ditinggal sewaktu plasmodium bergerak.

Saat dewasa plasmodium membentuk sporangium (kotak spora). Sporangium yang


masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin. Spora yang berkecambah akan
membentuk sel gamet yang bersifat haploid, dan sel gamet ini melakukan singami. Singami
adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan
jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot dan zigot tumbuh dewasa.

Jamur lendir ini mempunyai dua tipe yaitu tidak bersekat (Mixomycota) dan bersekat
(Acrasiomycota). Siklus hidup Acrasiomycota merupakan sel tunggal yang bebas. Sel
berkumpul membentuk suatu masa multiseluler tunggal. Masa sel berbentuk siput, bergerak
atau bermigrasi menuju lokasi yang cacah. Ketika berhenti bergerak, siput mengatur untuk
membentuk tangkai (stalk) dengan kotak spora diujung (dipuncak). Pada saat kotak spora
matang, kotak spora melepaskan spora ke udara. Spora tersebut terdiri dari sel yang
haploid, (Nuzulul,2012)

2.2 Ciri-ciri Jamur Lendir


a. Tubuhnya berbentuk lendir, sehingga disebut jamur lendir.
b. Dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa masa protoplasma telanjang yang bergerak
sebagai ameba, disebut plasmodium. Plasmodium akan membentuk sporangium yang
menghasilkan spora.
c. Spora dapat berkecambah dalam air atau substrat basah menjadi sel kembar yang
disebut miksoflagellata.
d. Miksoflagellata dapat berkembang menjadi miksoameba setelah bulu cambuknya
lenyap. Selanjutnya pembiakan generatif dapat terjadi jika dua miksoameba
mengadakan perkawinan menjadi amebazigot.
4
e. Amebazigot dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar dengan
banyak inti. Plasmodium tidak pernah membentuk sekat-sekat, jadi hanya berupa
kumpulan protoplas yang menjadi satu.
f. Organisme yang termasuk Myxomycetes dapat ditumbuhkan diatas media agar, dan
makanannya berupa bakteri, miselium, potongan agar atau miksoameba haploid.
Makanan dicerna dalam vakuola, atau dengan menggunakan enzim yang
disekresikannya.
g. Makanan cadangan bepupa glikogen.
h. Myxomycetes hidup di tanah-tanah hutan, di atas daun-daun yang gugur, dalam kayu
yang sudah lapuk, atau merayap ke mana-mana.
i. Myxomycetes dapat bergerak secara kemotaksis, hidrotaksis, dan fototaksis negatif.
j. Plasmodium dapat membentuk spongarium berupa tubuh buah yang diselubungi oleh
selaput kaku mengandung kapur, yang disebut peridium. Di dalamnya terdapa spora
kecil bermembran keratin dan selulosa, (Tedy, 2015).

2.3 Struktur Jamur Lendir


Pada Pseudomyxomycetes
tubuh buahnya (sorokarp)
beberapa jenis tertentu
bentuknya sederhana. Terdiri
atas satu tangkai yang
membawa satu kelompok
spora diujungnya. Pada
beberapa jenis yang lain
ujungnya bercabang. Tubuh
jamur lendir berupa
plasmodium yang merayap secara amoeboid pada substrat. Plasmodium adalah gumpalan
plasma dengan banyak inti yang dibatasi oleh membran. Pada jenis tertentu berwarna
kuning, jingga merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh pigmen yang dihasilkan
oleh plasmodium. Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan menjadi dua zona.

5
Zona terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan disebut ektoplasma. Protoplasma
bagian dalam mempunyai lebih banyak cairan, berinti disebut endoplasma, (Fera, 2017).
2.4 Cara Reproduksi Jamur Lendir
Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase
vegetatif Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan
organik. Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak dicerna ditinggal
sewaktu plasmodium bergerak. Jika telah dewasa, Plasmodium membentuk sporangium
(kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan
angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid,
kemudian sel gamet ini melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang
bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil
peleburan berupa zigot yang kemudian tumbuh dewasa. Massa ameboid tersebut
dinamakan plasmodium. Namun, perlu diingat bahwa plasmodium yang dimaksud di sini
bukanlah plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria. Plasmodium Myxomycota
merupakan massa tunggal sitoplasma yang tidak terbagi bagi oleh membran (tidak
bersekat) sehingga mengandung banyak nukleus dan dapat tumbuh hingga diameter
beberapa sentimeter. Nukleus pada plasmodium umumnya bersifat diploid (2n) dan dapat
membelah secara mitosis secara bersamaan. Pada umumnya plasmodium berwarna cerah,
kuning atau oranye.Terkadang plasmodium berbentuk seperti jaringan untuk memperluas
permukaan tubuh sehingga dapat memperoleh makanan dan oksigen lebih banyak.

Pada fase plasmodium, jamur lendir ini memperoleh makanannya dengan cara
menjulurkan pseudopodianya ke arah makanan, kemudian makanan tersebut ditelan
(fagositosis). Makanan berupa sisa-sisa daun atau kayu yang membusuk, bakteri, atau
jamur uniseluler yang terdapat di tanah lembap dan di hutan basah. Bila habitat mulai
mengering dan makanan tidak ada, plasmodium Myxomycota berhenti tumbuh dan
mengalami diferensiasi untuk memasuki tahap reproduksi generatif. Jamur lendir
plasmodial bereproduksi secara vegetatif dengan membentuk sporangium dan
bereproduksi secara generatif dengan singami antara sesama sel ameboid atau antara

6
sesama sel berflagela. Terdapat sekitar 500 spesies jamur lendir plasmodial, antara
lainPhysarum sp., Didymium sp., dan Fuligo septica.

Siklus hidup Jamur Lendir Myxomycota

 Siklus hidup jamur lendir plasmodial adalah sebagai berikut.

a. Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan
oksigen lebih banyak.

7
b. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan),
plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). Plasmodium dewasa
memiliki kromosom diploid (2n).

c. Di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang
haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan.

d. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif
yang haploid (n).

e. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel
amoeboid atau sel berflagela.

f. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan
zigot yang berkromosom diploid (2n).

g. Nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan
sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n), (Fera, 2017)

2.5 Klasifikasi Jamur Lendir


Meskipun jamur lendir memiliki sifat yang menyerupai jamur, banyak ilmuwan
mengklasifikasikan organisme dengan protista karena kualitas protozoalike mereka. Lendir
cetakan mungkin “benar” jamur lendir, yang terdiri dari sel tunggal, datar, sangat besar
dengan banyak inti, atau mereka mungkin “selular” jamur lendir, sel amoebalike yang
hidup mandiri dan bersatu dengan jamur lendir selular lain untuk membentuk tunggal,
besar, sel datar dengan banyak inti.

Fase vegetatifnya menyerupai lendir yang dapat bergerak seperti hewan (disebut
plasmodium), namun struktur reproduksinya dapat menghasilkan spora yang terbungkus
dinding sel seperti pada jamur. Jamur lendir tidak memiliki klorofil sehingga semuanya
bersifat heterotrof yang memakan bahan organik (dekomposer atau saprofit), bakteri, dan
Protozoa atau bersifat parasit pada organisme lain.

8
Habitatnya adalah di perairan, tempat yang sejuk dan lembab seperti di dasar hutan
hujan tropis, serasah daun dan kayu lapuk, dan di tanah lembab yang banyak mengandung
bahan organik.

Peranan jamur lendir adalah sebagai dekomposer, mengendalikan pertumbuhan


bakteri dan protozoa, dan menyebabkan penyakit pada hewan dan tanaman
budidaya.Protozoa menyerupai jamur dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu jamur lendir
sejati (Myxomycetes, filum Amoebozoa), jamur lendir endoparasit
(Plasmodiophoromycetes), jamur lendir seluler (Acrasiomycetes), jamur lendir jaring
(Labyrinthulomycetes) dan jamur air (Oomycetes).Sistem klasifikasi lama memasukkan
jamur lendir endoparasit, jamur lendir seluler, dan jamur lendir jaring ke dalam
Myxomycetes, namun sekarang dipisah menjadi kelas tersendiri yang bersama-sama
dengan jamur air dimasukkan dalam filum Heterokontophyta.

Meskipun para ilmuwan tidak yakin bagaimana jamur lendir berevolusi, organisme
menunjukkan sedikit kerjasama seluler yang merupakan karakteristik dari lebih kompleks,
organisme multiseluler.Jamur lendir seluler biasanya bergerak seperti amuba. Organisme
ada sebagai massa sitoplasma dengan inti diploid. Massa ini adalah plasmodium.Sitoplasma
streaming dapat dilihat dalam plasmodium.Lendir cetakan alat penelitian yang sangat baik
karena mereka besar dan mudah untuk membudidayakan, (Rahmi, 2016)

2.6 Susunan Tubuh Jamur Lendir


Pada Pseudomyxomycetes tubuh buahnya (sorokarp) beberapa jenis tertentu bentuknya
sederhana. Terdiri atas satu tangkai yang membawa satu kelompok spora diujungnya. Pada
beberapa jenis yang lain ujungnya bercabang. Tubuh jamur lendir berupa plasmodium yang
merayap secara amoeboid pada substrat. Plasmodium adalah gumpalan plasma dengan
banyak inti yang dibatasi oleh membran. Pada jenis tertentu berwarna kuning, jingga
merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh pigmen yang dihasilkan oleh
plasmodium. Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan menjadi dua zona. Zona
terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan disebut ektoplasma. Protoplasma bagian
dalam mempunyai lebih banyak cairan, berinti disebut endoplasma.

9
Pada Pseudomyxomycetes tubuh buahnya (sorokarp) beberapa jenis tertentu
bentuknya sederhana. Terdiri atas satu tangkai yang membawa satu kelompok spora
diujungnya. Pada beberapa jenis yang lain ujungnya bercabang. Tubuh jamur lendir berupa
plasmodium yang merayap secara amoeboid pada substrat. Plasmodium adalah gumpalan
plasma dengan banyak inti yang dibatasi oleh membran. Pada jenis tertentu berwarna
kuning, jingga merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh pigmen yang dihasilkan
oleh plasmodium. Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan menjadi dua zona. Zona
terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan disebut ektoplasma. Protoplasma bagian
dalam mempunyai lebih banyak cairan, berinti disebut endoplasma, (Fera, 2017)

2.7 Peranan Jamur Lendir


 Keuntungan:

- Sebagai pengurai bahan organik


- Sebagai penyubur tanah

 Kerugian:
-Dapat membunuh tanaman yang belum dipanen dengan cara menghisap nutrisi.
-Bisa membuat tanaman lapuk, (Fera, 2017)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Botol
2. Tisu
3. Nasi
4. Jamur lendir

3.2 Langkah Kerja


1. Lumatkan sesendok nasi, masukkan ke dalam botol. Tuang segelas air ke dalam botol.
Simpan botol semalaman agar terjadi pembusukan.

10
2. Potong kertas tisu dan letakkan di dasar botol mulut lebar. Tetesi tisu dengan air nasi
hingga basah, tetapi jangan sampai air menggenang.
3. Cari bentukan seperti lendir berwarna keputihan/kekuningan di sampah yang
membusuk.
4. Ambil setetes lendir dengan lidi, kemudian masukkan lendir tersebut ke atas kertas tisu.
5. Simpan dan pelihara hingga seminggu. Jika tisu agak kering, tetesi lagi dengan air nasi
basi.
6. Amati perubahan yang terjadi. Jika berhasil, lendir akan semakin banyak dan bergerak.

3.3 Analisis Data


Hari ke Foto Warna Bau

1 Kuning pucat Busuk

Kuning Busuk

11
Kuning Sangat busuk

Kuning agak
Sangat busuk
kecokelatan
4

5 Kuning kecokelatan Busuk

Cokelat Busuk

12
7 Cokelat Busuk

BAB IV
PENUTUP

3.2 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa eksperimen ini
tidak berhasil. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan, bibit jamur, dan juga kondisi
yang tidak mendukung sehingga jamur lendir tidak dapat berkembang dengan baik.
13
Faktor-faktor yang harus dipenuhi dalam eksperimen ini adalah seperti : lingkungan
yang tidak lembab (jamur lendir membutuhkan keadaan selalu lembab untuk tumbuh,
sedangkan di eksperimen ini, jamu lendir akan terus kering karena lingkungannya), bibit
jamur (dalam percobaan ini, jamur yang saya gunakan adalah jamur dari tomat, dan
kesannya tidak begitu efektif untuk percobaan ini), dan kondisi yang mendukung (jamur
lendir harus dijaga dengan baik, ia butuh perhatian khusus, seperti disiram setiap beberapa
jam).

4.2 Saran
Hendaknya kita menggunakan dan memanfaatkan jamur dengan baik, bukannya
malah menggunakan jamur untuk merusak alam atau membunuh makhluk hidup. Seperti
yang kita ketahui jamur lendir plamodial atau lebih dikenal myxomycota bermanfaat sebagi
pemakan bakteri yang sangat baik untuk membersihkan lingkungan. Namun kita juga harus
berhati-hati karna di lingkungan kita masih banyak terdapat jamur lain yang tanpa kita
sadari sangat beracun dan berbahaya untuk kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Rahmi.2016.Makalah Biologi Jamur Lendir. Diakses dari
https://rahmipratiwi19.blogspot.com/2016/06/contoh-makaalh-biologi-jamur-lendir-
plasmodial.html pada hari Jumat, 8 Maret 2019 pukul 01.40 WIB.
Aripi, Nuzulul.2012.Jamur Lendir. Diakses dari
http://nuzulularipin.blogspot.co.id/2012/06/jamur-lendir-atau-myxomycetes.html pada
hari Jumat, 8 Maret 2019 pukul 01.40 WIB.

14
Hardianti, Fera.2017.Jamur Myxomycota. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/366900415/MAKALAH-myxomycota pada hari
Jumat, 8 Maret 2019 pukul 01.40 WIB.
Mulyadi, Tedi.2015.Jamur Myxomycota. Diakses dari
https://budisma.net/2015/01/ciri-ciri-jamur-lendir-myxomycota.html pada hari Jumat, 8
Maret 2019 pukul 01.40 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai