Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KEGIATAN FIELDTRIP

DASAR KLIMATOLOGI PERTANIAN

“Pengenalan Alat-alat Pengukur Cuaca”

Disusun oleh :

Rizki Nurmalasari

135040118133007

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KEDIRI

2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat
iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan
antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan
interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam
pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi
statistik (Tjasyono, 2004).
Untuk menentukan iklim suatu tempat atau daerah diperlukan data cuaca
yang telah terkumpul lama (10-30 tahun)yang didapatkan dari hasil pengukuran
cuaca dengan alat ukur yang khusus atau instrumentasi klimatologi. Alat‑alat
yang digunakan harus tahan lama dari pengaruh‑pengaruh buruk cuaca untuk
dapat setiap waktu mengukur perubahan cuaca.Alat dibuat sedemikian rupa agar
hasil pengukuran tidak berubah ketelitiannya.Pemeliharaan alat yang baik
membawa keuntungan pemakaian lebih lama.
Pemasangan alat di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu agar
tidak salah ukur, harus difikirkan tentang halangan dari bangunan‑bangunan
ataupun pohon‑pohon di dekat alat.Agar data yang diperoleh dapat dibandingkan,
kemudian perbedaan data yang didapat bukanlah akibat kesalahan prosedur, tetapi
betul‑betul akibat iklimnya yang berbeda. Berdasakan hal tersebut perlunya
adanya pengetahuan mengenai alat-alat klimatologi tersebut, baik dari kegunaan
atau fungsinya dan cara menggunakannya.
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian
diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer), Alat pengukur kelembaban
relatif udara (Hygrometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa,
Termometer Maksimum, Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-
Minimumalat pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan
Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari (Solarimeter tipe Combell
Stokes), alat pengukur suhu tanah (Termometer Tanah), dan alat pengukur
kecepatan angin (Anemometer) dan masih banyak yang lainnya
(Prawirowardoyo,1996).
Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik
dan mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum).
Untuk yang keras menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat
menghasilkan kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman untuk penyimpanan akhir
disetiap interval keluaran. Ukuran utama dibuat di stasiun meteorologi danau vida,
pemakaian alat untuk temperatur udara, kelembaban relatif, temperatur tanah
(Fontain, 2002).
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui deskripsi BMKG, tugas BMKG, definisi taman alat,
persyaratan tata letak taman alat
2) Untuk mengetahui definisi radiasi, macam-macam alat pengukur radiasi
matahari beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi radiasi
matahari serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur unsur matahari
3) Untuk mengetahui definisi suhu, macam-macam alat pengukur suhu
beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi suhu serta
kelebihan dan kekurangan alat pengukur suhu
4) Untuk mengetahui definisi kelembaban, macam-macam alat pengukur
kelembaban beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi
kelembaban serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur kelembaban
5) Untuk mengetahui definisi evaporasi, macam-macam alat pengukur
evaporasi beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi
evaporasi serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur evaporasi
6) Untuk mengetahui definisi curah hujan, macam-macam alat pengukur
curah hujan beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi
curah hujan serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur curah hujan
7) Untuk mengetahui definisi angin, macam-macam alat pengukur angin
beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi angin serta
kelebihan dan kekurangan alat pengukur angin
8) Untuk mengetahui definisi awan, macam-macam alat pengukur awan
beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi awan serta
kelebihan dan kekurangan alat pengukur awan
9) Untuk mengetahui alat-alat lain yang dipasang di stasiun BMKG
1.3 Manfaat
1) Dapat mengetahui deskripsi BMKG, tugas BMKG, definisi taman alat,
persyaratan tata letak taman alat
2) Dapat mengetahui definisi radiasi, macam-macam alat pengukur radiasi
matahari beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi radiasi
matahari serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur unsur matahari
3) Dapat mengetahui definisi suhu, macam-macam alat pengukur suhu
beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi suhu serta
kelebihan dan kekurangan alat pengukur suhu
4) Dapat mengetahui definisi kelembaban, macam-macam alat pengukur
kelembaban beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi
kelembaban serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur kelembaban
5) Dapat mengetahui definisi evaporasi, macam-macam alat pengukur
evaporasi beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi
evaporasi serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur evaporasi
6) Dapat mengetahui definisi curah hujan, macam-macam alat pengukur
curah hujan beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi
curah hujan serta kelebihan dan kekurangan alat pengukur curah hujan
7) Dapat mengetahui definisi angin, macam-macam alat pengukur angin
beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi angin serta
kelebihan dan kekurangan alat pengukur angin
8) Dapat mengetahui definisi awan, macam-macam alat pengukur awan
beserta cara kerjanya, faktor- faktor yang mempengaruhi awan serta
kelebihan dan kekurangan alat pengukur awan
9) Dapat mengetahui alat-alat lain yang dipasang di stasiun BMKG
BAB II
METODOLOGI

1.1 Tempat dan waktu fieldtrip


Tempat : BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geologi) Sawahan –
Nganjuk
Waktu : Hari Rabu, 02 Desember 2015
Pukul : 09.00 WIB - Selesai
1.2 Alat dan bahan fieldtrip
1.2.1 Alat
a) Kamera untuk mendokumentasikan alat-alat yang ada di taman alat
dan di ruangan
b) Bolpoin untuk menulis atau meresume
c) Papan dada untuk landasan menulis
d) Modul untuk Panduan fieldtrip
e) Kertas A4 untuk menulis atau meresume
1.2.2 Bahan
1. Sangkar Meteo : sebagai tempat untuk meletakkan termometer suhu
udara.
2. Termometer maksimum dan minimum : alat untuk mengukur suhu
udara.
3. Termometer bola basah dan bola kering : alat untuk mengukur suhu
udara.
4. Open pan Evaporimeter : alat untuk mengukur evaporasi
5. Penangkar hujan type hell man :alat untuk mengukur curah hujan
dengan otomatis
6. Pengankar hujan type ombrometer : alat untuk mengukur curah hujan
dengan manual
7. Solarimeter Campbell stoke : alat untuk mengukur intensitass radiasi
matahari
8. Cup Anemometer : alat untuk mengukur kecepatan angin
9. Seismograph : alat untuk mencatat skala gempa bumi
BAB III
ISI

3.1 BMKG
3.1.1 Deskripsi BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (disingkat
BMKG), sebelumnya bernama Badan Meteorologi dan Geofisika
(disingkat BMG) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia
yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
meteorologi,klimatologi, dan geofisika. Sejarah pengamatan meteorologi
dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan
pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala
Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai
dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah
dengan namaMagnetisch en Meteorologisch Observatorium
(Observatorium Magnetik dan Meteorologi) yang dipimpin oleh Dr.
Bergsma. Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan
1945, nama instansi meteorologi dan geofisika tersebut diganti menjadi
Kisho Kauso Kusho. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua yakni:
Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi
Tentara Rakyat Indonesia, Yogyakarta, khusus untuk melayani
kepentingan Angkatan Udara. Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang
berada di Jakarta dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil
alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi
Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan
Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang berkedudukan di Jalan Gondangdia, Jakarta. Pada tahun
1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari
Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum. Selanjutnya pada tahun 1950, Indonesia secara resmi
masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World
Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi
dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah
namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika dibawah
Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan
menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen
Perhubungan Udara. Namun 10 tahun kemudian diubah lagi menjadi
Direktorat Meteorologi dan Geofisika.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti
namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi
setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, yang pada tahun
1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan
nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada
dibawah Departemen Perhubungan. Pada tahun 2002, melalui Keputusan
Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah
menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama
tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, BMG
berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen
(BMKG, 2014).
3.1.2 Tugas dari BMKG
Tugas dari BMKG : Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :
a) Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
b) Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
c) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
d) Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data
dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
e) Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
f) Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan perubahan iklim.
g) Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
h) Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika.
i) Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
j) Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
k) Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
l) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
m) Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika.
n) Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
o) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG.
p) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG.
q) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
r) Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan (BMKG, 2014).
3.1.3 Definisi Taman Alat
Taman alat ialah sebidang tanah atau hamparan suatu lahan pada
tempat tertentu, dimana pada lahan tersebut merupakan tempat alat-alat
pengukur unsur cuaca dipasang (Tim Dosen Klimatologi, 2013)
3.1.4 Persyaratan Tata Letak Taman Alat
Persyaratan dasar yang harus dipenuhi untuk pembuatan taman alat
ialah:
1. Berada di permukaan tanah datar, rata dan sepenuhnya tertutup rumput
pendek yang terpelihara dengan baik. Taman alat hendaknya tidak
diletakkan di atas permukaan berbatu atau berpasir.
2. Diletakkan di tengah-tengah daerah terbuka, jauh dari pepohonan dan
gedung
3. Cukup luas dan masing-masing alat tersusun dengan baik, sehingga
tidak saling menghalangi.
4. Diberi pagar kawat setinggi kira-kira 1 – 2 meter.
5. Pintu masuk disebelah utara atau selatan dan terkunci baik Modul
Praktikum Klimatologi 4 Luas taman alat tergantung jumlah dan macam
alat.
Menurut WMO untuk pemasangan alat yang terdiri dari pengukur
suhu udara dan kelembaban udara saja, memerlukan sebidang tanah
berukuran paling sempit yaitu 9 x 6 meter. Adapun untuk sebuah stasiun
klimatologi pertanian yang lengkap dibutuhkan daerah terbuka yang
berukuran paling sempit 10 x 10 meter (Doorenbas, 1976).
3.2 Radiasi Matahari
3.2.1 Definsi Radiasi Matahari
Radiasi matahari merupakan unsure iklim/cuaca utama yang akan
mempengaruhi keadaan unsure iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan
radiasi dipermukaan bumi akan menciptakan pola angin yang selanjutnya
akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu udara,
kelembabannisbiudara, dan lain-lain. Pengendali iklim suatu wilayah akan
sangat berbeda dari pengendali iklim di bumi secara menyeluruh (Handoko,
1994)
3.2.2 Macam-Macam Alat Pengukur Radiasi Matahari Dan Beserta
Cara Kerjanya.
Alat-alat pengukur radisai matahari ada Solarymeter, dalam
solarymeter ini menggunakan 2 kertas pias, yaiut kertas pias tipe campbell
stokes dan kertas pias tipe jordan ada Actinograph :
A. Solarymeter tipe Campbel stokes
Digunakan untuk mengukur lama matahari bersinar. Data yang
dihasilkan dinyatakan dalam satuan jam atau persen (%).
Bagian-bagian alat :
a) Lensa bola kaca pejal, r = 7,3 cm
b) Busur pemegang bola kaca pejal
c) Sekrup pengunci kedudukan lensa
d) Sekrup pengatur kemiringan
e) Mangkuk tempat kertas pias
Cara Kerja :
Sinar yang datang difokuskan pada bola kristal yang dibawahnya
ada kertas pias, jika sinar terfokus akan membuat/menimbulkan geresan
hitam pada kertas hitam. Goresan ini yang digunakan yang digunakan untuk
mengukur intensitas sinar matahari, ini dilakukan setiap hari. Pias combell-
stokes tidak akan terbakar jika radiasi matahari minimum belum tercapai
(kira-kira 0,2 sampai (n) cm-2 menit-1).
B. Solarymeter Tipe Jordan
Digunakan untuk mengukur lamanya penyinaran surya per jam.
Prinsip kerja alat ini adalah pembakaran pias.
Bagian-bagian Alat :
a) Cela sinar,
b) silinder Jordan,
c) tutup silinder Jordan
d) pengatur inklinasi (kemiringan)
e) dasar alat
f) kaki penyangga.
Cara kerja :
Berkas sinar yang masuk akan bereaksi dengan kalium Fero sianida
atau Ferro amonim sitrat yang sebelumnya telah dioleskan pada kertas
pias.Garam pero akan beroksidasi sehingga membentuk noda apabila kertas
pias kita cuci dengan aquades. Dari panjang noda yang terbentuk akan dapat
diukur panjang penyinaran aktual.
C. Actinograph
Actinograph adalah alat untuk mengukur total intensitas dari radiasi
matahari langsung. Maksud dari pengukuran intensitas radiasi matahari ini
adalah untuk mengetahui total intensitas radiasi yang jatuh pada permukaan
bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan oleh atmosfer.
Bagian-bagian alat :
a) Sensor, yang terdiri dari masing-masing 2 strip bimetal yang bercat
hitam dan putih
b) Glass dome (bulatan bola gelas), mentransmisikan 90% energi
elektromagnetik
c) Plat pengatur bimetal
d) Mekanik pembesar
e) Tangkai dan pena pencatat
f) Drum clock / silinder berputar yang dilengkapi dengan kertas pias
g) Pengatur atau perata-rata air
h) Kontainer silica gel, menyerap uap air agar tidak terjadi kondensasi
pada permukaan glassdome
i) Bagian dasar
j) Penutup atau cover
Cara Kerja :
Berperekam atau otomatis mengukur setiap saat pada siang hari
radiasi surya yang jatuh ke alat. Sensor atau yang peka bila kena sinar surya
terdiri atas bimetal (dwilogam) berwarna hitam mudah menyerap radiasi
surya. Panas karena radiasi yang diserap ini membuat bimetal melengkung.
Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor. Lengkungan
ini disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang berputar
menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas
grafik/integral dari grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang
ditangkap oleh sensor selama sehari (Kurniawan, 2002).
3.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Radiasi Matahari
1.Jarak matahari.
Semakin jauh jarak bumi terhadap matahari → semakin rendah
jumlah radiasi matahari yg sampai di PB
2. Sudut datang radiasi matahari
Besar kecilnya sudut datang sinar matahari pd PB. Jumlah yg
diterima berbanding lurus dg sudut datang. Sinar dengan sudut datang yg
miring kurang memberikan energi pd PB disebabkan karena energinya
tersebar pd permukaan yg luas dan juga karena sinar tersebut harus
menempuh lap ATM yg > jauh dibanding jika sinar dg sudut datang yg ┴.
3. Panjang hari (sun duration)
Semakin panjang panjang hari → semakin banyak jumlah radiasi
matahari yang sampai di PB
4. Pengaruh Atmosfer
Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas,
debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan
ke PB (Herlina, 2015).
3.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Alat Pengukur Unsur Radiasi
Matahari
Berikut adalah tabel kelebihan dan kekurangan alat-alat pengukur
unsur radiasi matahari yang telah dibahas diatas:
Nama Alat Ukur Kelebihan Kekurangan
Solarimeter Type a. Dapat menyesuaikan letak a. Kertas pias yang dipasang harus
Compbell-Stokes kedudukan matahari pada saat tepat agar cahaya matahari dapat
alat dipasang dengan tepat jatuh ke kertas tersebut.
menggunakan kertas pias yang b. Mengganti kertas pias setelah
bentuknya berbeda-beda. terbakar bila ingin mengukur lama
b. Tidak peka terhadap radiasi penyinaran matahari pada hari
baru. selanjutnya. Jadi dinilai kurang
praktis.
c. Alat ini harus diletakkan di tempat
terbuka dan tempat yang banyak
mengenai cahaya matahari.

Solarimeter Type Jordan a. Langsung dapat diketahui a. Harus diperhatikan standar dari
besarannya. kepekaan baku terhadap sinar
b. Dapat diatur pengatur ditentukan oleh ketelitian penyiapan
kemiringannya tergantung letak kertas pias.
tempat pengamatan yang b. Pengamatan atau pencatatan data
berdasarkan datangnya sinar tidak boleh ditunda
matahari di tempat pengamatan. c. Penyimpanan alat ini harus rapat.
d. Kurang praktis.
Aktinograf a. Pencatat data otomatis a. Alat ini perlu dikalibrasi secara
tercatat pada kertas grafik. periodic selama 6 bulan sekali
b. Kedap terhadap radiasi dengan menggunakan piranometer.
gelombang panjang dan hanya b. Pencatatan mengalami kelambanan
mengukur radiasi gelombang sekitar 5 menit dengan nilai
pendek. kesalahan sekitar 10-15%.

(Herlina, 2015)

3.3 Suhu
3.3.1 Definisi Suhu
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya
pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit
(F). Suhu udara tertinggi simuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar
ekoator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu
kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian
semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan
bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ˚C.
Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau
lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 ˚C (Lakitan, 1997)
3.3.2 Macam-Macam Alat Pengukur Suhu Dan Beserta Cara
Kerjanya
Alat pengukur suhu udara ada 4 macam antara lain :
 Termometer bola kering
 Termometer bola basah
 Termometer maksimum
 Termometer minimum
Alat pengukur suhu udara dipengaruhi langsung oleh matahari
Oleh Karena itu alat-alat tersebut harus ditempatakan pada tempat tertentu
yaitu pada sangkar meteorology.
a. Termometer bola kering
Alat ini berfungsi untuk mengukur kelembaban udara. Pada
prinsipnya alat ini hampir sama dengan thermometer bola basah yang
membedakan hanya pada cara kerjanya. Alat ini bekerja melalui proses
pemuatan. Jika suhu naik, air raksa dalam pipa kapiler akan memuai dan
bergerak naik.
Cara Kerja :
Tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu
udara sebenarnya.
b. Termometer bola basah
Alat ini berfungsi untuk mengukur suhu udara. Pada saaat
pengukuran alat ini dipasang berdampingan dengan bola kering pada
tiang statis.
Termometer ini terdiri dari tabung gelas yang didalamnya
terdapat pipa kapiler. Pada ujung yang lain dihubungkan dengan air yang
ada pada bak (dihubungkan dengan kain muslin dan baik air
dihubungkan dengan udara luar).
Cara kerja :
Termometer bola basah dalam proses kerjanya dihuibungkan
dengan udara luar melalui kain muslin yang dihubungkan dengan air.
Pada dasarnya alat ini bekerja melalui proses penguapan. Pada saaat
suhu nai,k maKa air yang ada pada kain mudslin akan menguap sehingga
air raksa dalam pipa kapiler bergeak turuin dan mennyusut
c. Termometer maksimum
Thermometer ini berfungsi untuk mengetahui suhu maksimum
dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu satu hari.
Tetapi di atas reservoid terdapat suatu bagian yang sempit karena adanya
stip kaca. Jika suhu naik air raksa dalam reservoir a kan memmuai dan
dipaksa melalui bagian sempit ke dalam pipa kapiler. Jika suhunya
turun, air raksa dalam pipa kapiler tidak kembali dalam reseervoir
karena tertahan bagian yang sempit.
Cara Kerja :
Suhu max dan min dibaca pada ujung bawah indeks, setelah itu Indeks
bagian kanan menunjukkan suhu max, indeks bagian
kirimenunjukkan suhu min.
d. Termometer minimum
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu terendah dalam
waktu tertentu yaitu dalam waktu satu hari. Di dalam pipa kapiler
terdapat stip kaca karena reaksi alkohol tidak seberapa cepat. Maka
reservoir termometer ini dapat dibuat dalam bentuk tapak kuda.
Cara Kerja :
Jika terdapat penurunan suhu udara maka alcohol dalam reservoir
akan menyumbat sehingga alcohol dalam pipa kapiler akan mengisi
ruang hampa yang terjadi dalam reservoir, sehingga indeks yang ada
dldam pipa kapile ikut menggesser sesuia dengan penurunan suhu udara
saaat itu
Bila suhu udara naik, maka alcohol akan memuai mengisi atau
mendesak alcohol dalam pipa kapiler sehingga permmukaannya akan
naik. Namun indeks akan teap pada tempatnya. Bila suhu udara turun
lagi dan lebih rendah dari semula maka alcohol dalam pipa kapiler akan
turun dan lebih rendah dari yang semula.sehingga alcohol daam pipa
kapiler akan turun dan tingginya sesuai dengan angka yang
ditunjukkkan dalam suatu indeks. Jika s uhu udara turun lagi sampai di
bawah angka penurunan yang kedua, ini merupakan suhu udara yang
terendah yang tercapai dalam periode tersebut. Dan bila periode harian,
maka waktu pengamatan hanya dilakukan satu kali yaitu pada waktu
siang hari sebagai waktu pengamatan kedua dari pengamatan cuaca yang
pada umumnya dilakukan pada setiap stasiun. Sedangkan pengamatan
pada periode/hari berikutnya, maka permukaan alkohol pada pipa kapiler
harus dikembalikan dengan cara indeks dimiringkan kea rah suhu yang
tinggi.
Temperatur yang terendah dan tecapai pada suatu saat
ditunjukkan oleh suatu stip kaca yang terdapat dalam bejana kapiler.
apabila temperatur itu turun maka stip kaca dibawa oleh kekuatan
alcohol, akan tetap pada tempatnya jika temperature naik. Jadi ujung stip
menunjukkan temperature yang terendah (Lakitan, 2002).
3.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu
Temperatur udara adalah tingkat atau derajat panas dari kegiatan
molekul dalam atmosfer yang dinyatakan dengan skala Celcius,
Fahrenheit, atau skala Reamur. Perlu diketahui bahwa suhu udara antara
daerah satu dengan daerah lain sangat berbeda. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh hal-hal tersebut (Kamala sari, 2007).
a. Sudut Datangnya Sinar Matahari
Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari,
sedangkan sudut terbesar pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00
siang. Sudut datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh
sinar matahari dan suatu bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut
datangnya sinar matahari, maka semakin tegak datangnya sinar sehingga
suhu yang diterima bumi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kecil sudut
datangnya sinar matahari, berarti semakin miring datangnya sinar dan
suhu yang diterima bumi semakin rendah.
b. Tinggi Rendahnya Tempat
Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di
tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin
rendah kedudukan suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi.
Perbedaan temperatur udara yang disebabkan adanya perbedaan tinggi
rendah suatu daerah disebut amplitudo. Perbedaan temperatur tinggi
rendahnya suatu daerah dinamakan derajat geotermis. Suhu udara rata-
rata tahunan pada setiap wilayah di Indonesia berbeda-beda sesuai
dengan tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut.
c. Angin dan Arus Laut
Angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur
udara. Misalnya, angin dan arus dari daerah yang dingin, akan
menyebabkan daerah yang dilalui angin tersebut juga akan menjadi
dingin.
d. Lamanya Penyinaran
Lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari
letak garis lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka
semakin lama daerah tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu
udaranya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang
maka intensitas penyinaran matahari semakin kecil sehingga suhu
udaranya semakin rendah. Indonesia yang terletak di daerah lintang
rendah (6 °LU – 11 °LS) mendapatkan penyinaran matahari relatif lebih
lama sehingga suhu rata-rata hariannya cukup tinggi.
e. Awan
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi.
Jika suatu daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima
bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan
dan kemampuan awan menyerap panas matahari. Permukaan daratan
lebih cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan
permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan lambat pula
melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh awan,
maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
3.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Alat Pengukur suhu
a) Kelebihan Termometer Maximum
Kelebihan termometer maksimum yaitu jika suhu panas maka
air raksa bergerak keatas tetapi jika suhu turun, permukaan air raksa
tetap pada kedudukan seperti pada waktu suhu panas, hal ini
disebabkan adanya konstruksi yang menutup air raksa ke tandon
(reservoir) kembali ke term, ommeter harus dikitas-kitaskan dengan
kuat.
 Kelemahannya harus diletakan pada posisi hampir mendatar
agar mudah terjadi pemuaian.
b) Termometer minimum
yaitu agar gaya grafitasi tidak ada maka termometer minimum
diletakkan mendatar.
 Kelemahannya bekerja hanya gaya permukaannya saja.
(Kurniawana, 2002)
3.4 Kelembapan
3.4.1 Definisi Kelembapan
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi
ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik
atau kelembapan relatif (Tjasyono, 1992)
3.4.2 Macam-Macam Alat Pengukur Kelembapan Dan Beserta Cara
Kerjanya
1. Psikometer Assman
o
Satuan alat ini yaitu C dengan ketelitian 0.2oC. Prinsip
kerjanya berdasarkan hukum termodinamika. Cara pemasangannya yaitu
jinjing (portable). Untuk pengamatannya kain kassa pada TBB dibasahi.
Kemudian pegas kipas diputar sehingga kipas akan mengalirkan udara
dengan kecepatan 5 m/s di bagian reservoirnya. Pengamatan dilakukan
setelah suhu termometer konstan.
2. Higrograph
Higrograf ini terdiri dari silinder choronometer, batang penulis
(pena), sumbu pengatur, seutas rambut dan kotak pelindung.
Cara Kerja :

Naik turunnya pena dan gerak mendatarnya, ditentukan oleh silinder


dan oleh serat rambut. Apabila udara ini lembab, maka rambut memanjang
diteruskan oleh sumbu pengatur kebatang pena, kemudian pena bergerak
naik (persentase lengas naik). Sebaliknya, jika udara mengering, rambut
mengerut, lalu pena turun (persentase lengas turun), (Kurniawan, 2002)
3.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelembaban
a. Sinar matahari
Sumber panas utama untuk bumi dan atmosfer adalah matahari, dalam
bentuk gelombang elektromagnetik. Energi radiasi dari matahari yang
sampai kepermukaan bumi disebut insolation (incoming solar radiation).
Insolation terdiri atas sinar-sinar dengan panjang gelombang lebih pendek
dalam spektrum matahari dan paling efektif memanasi bumi. Jika sinar dari
spektrum matahari mencapai bumi sebagian diserap dan dirubah dari
gelombang panjang yang dikenal sebagai panas.
b. Kabut
Kabut dapat terjadi diwaktu malam yang cerah, ketika udara yang
dingin yang mengalir melalui permukaan air yang masih panas hal seperti
itu yang terjadi didaerah kutub yang disebut asap laut dan juga terdapat
diatas selokan-selokan pada pagi hari. Kabut dapat terjadi pada cuaca tanpa
angin sebagai akibat dari temperatur yang turun terus. Kabut terdiri dari
tetes-tetes air yang sangat kecil yang melayang-layang di udara dan
mengakibatkan berkurangnya penglihatan mendatar pada pada permukaan
bumi hingga kurang dari 1 km. Tetes-tetes kecil ini dapat dilihat dengan
mata biasa, jika berada pada suatu tempat yang cukup penerangan. Mereka
bergerak mengikuti gerakan udara yang ada. Udara dalam keadaan kabut
akan terasa lembab, sejuk dan basah dengan kelembaban udara disekitar
100%.
c. Hujan
Hujan adalah jatuhan titik air yang mencapai tanah. Hujan yang
tidak dapat mencapai tanah disebut verga. Hujan yang mencapai tanah dapat
diukur dengan jalan mengukur tinggi air dengan cara-cara tertentu. Hasil
pengukuran ini kemudian disebut curah hujan dengan tanpa mengingat
macam atau bentuk hujan pada saat mencapai tanah. Intensitas hujan
ditentukan dari tingkat berakumulasinya curah hujan diatas suatu
permukaan yang datar, jika air hujan tersebut tidak mengalir. Fluktuasi
kandungan uap air di udara lebih besar pada lapisan udara dekat permukaan
dan semakin kecil dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini terjadi karena
uap air bersumber dari permukaan dan proses kondensasi berlangsung juga
pada permukaan. Pada siang hari kelembaban lebih tinggi pada udara dekat
permukaan disebabkan penambahan uap air hasil evepotranspirasi dari
permukaan.
Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi
matahari selama siang hari tersebut. Sebaliknya pada malam hari
kelembaban lebih rendah pada udara dekat permukaan. Pada malam hari
akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan
uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, Kandungan uap air di udara
dekat permukaan tersebut akan berkurang. Kelembaban udara pada
ketinggian lebih dari 2 meter dari permukaan tidak menunjukan perbedaan
yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara yang lebih
tinggi tersebut, pengaruh angin menjadi lebih besar. Udara lembab dan
udara kering dapat tercampur lebih cepat. (Lakitan, 2002). Tinggi rendahnya
kelembaban udara dapat menentukan besar kecilnya kandungan bahan
pencemar baik di ruang tertutup maupun ruangterbuka akibat adanya pelarut
bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran.
3.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Alat Pengukur Kelembapan
1. Psicrometer Assman
a) Kelebihan
alat ini yaitu bisa dipasang di dalam sangkar atau digantung pada
tiang/dipegang, biasanya alat ini dipasang pada balon berawak.
b) Kekurangannya
yaitu kemampuan kecepatan angin terbatas sekitar 5m/detik.
2. Higrograph
a) Kelebihannya
Kelebihan alat ini yaitu dapat mengukur kelembaban relatif secara langsung
dan terdapat tabel untuk mengubah pembacaan temperatur ke data
kelembaban udara.
b) Kekurangannya
hubungan kelembaban dan pemasangan tidak linear, tidak terlalu teliti
(sekitar 5%), meskipun rambut kuda mempunyai sifat higroskopis yang baik
(Kurniawan, 2002).
3.5 Evaporasi
3.5.1 Definisi Evaporasi
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam sua kondisi,
yaitu : (1) evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara
alami, dan (2) evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang
timbul akibat diberikan uap panas 9steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi dapt diartikan sebagai proses penguapan dari liquid (cairan)
dengan penambahan panas (Trewartha, 1980).
3.5.2 Macam-Macam Alat Pengukur Evaporasi Dan Beserta Cara
Kerjanya
Alat – alat untuk mengukur evaporasi ada 3 macam yaitu :
Open pan evaporimeter, Lysimeter, pichemeter.
a. Open Pan evaporimeter
Bagian-bagian alat :
1. Panci untuk menampung air yang berdiameter 120 cm dan tinggi 30
cm
2. Hook geuge (batang berskala) untuk mengetahui ketinggian air dalam
panic
3. stiff well (bejana) untuk menempakkan hook geuge sehingga mudah
pembacaan
4. kayu penopang untuk penyangga panic sehingga tidak bersentuhan
dengan tanah karena tanah menngandung panas yang akan
menambah penguapan
5. temometer aur untuk mengukur suhu air permukaan.

cara kerja :
Panci penguapan diisi air setinggi 20 cm sehingga di atas
rongga 5 cm pengukuran dilaksanakan pada permukaan air dalam
keadaan tenang di dalam tabung peredam riak. Untuk mengukur dan
membaca skalanya, maka tabung pengaman didekaatkan ke panci dengan
maksud agar permukaan air tetap tenang dan tidak terlalu bergelombang.
Sesudah itu sekrup patrol diputar sambil melihat ujung panci dari
hungging di dalam tabung pengaman. Skrup pengontrol yaitu berada di
atas penyangga hugging berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan
skala. Jika sikrup itu diputar kembali ke kanan maka tiang skala
turun angka yang dibaca adalah angka yang terdapat tegak lurus
demngan sekrup pengontrol. Adapun skala yang terrtera pada skala adalah
angka (1) sampai (100).
b. Piche meter
Bagian-bagian alat :
a. Tabung kaca tempat air yang berskala dalam satuan mm.
b. Kawat penjepit tempat meletakkan kertas berpori.
c. Penggantung
d. Satuan Alat : ml
e. Satuan Pengukuran : mm
f. Ketelitian Alat : 0,1 ml
Prinsip kerja : Selisih tinggi permukaan air.
Cara kerja :
Air yang terdapat dalam pinche evaporimeter akan menguap (yang
terdapat pada tabuing yang berisi air). Kertas saring dan air dihubungkan
dengan pipa kapiler yang menjaga supaya kertas saring selalu kering dan
jenuh. Dari pembacaan berturut-turut volume air yang tinggal ditabung
pengukur dapat diketahui banyaknya air yang hilang karena penguapan
setiap saat.
c. Lysimeter
Alat ini berguna untuk mengukur penguapan air didalam tanah yang
mana ditanah tempat pengujian tersebut terdapat beberapa jenis tanah
dengan keadaan permukaan yang berbeda. Seperti permukaan satu dengan
yang lain, ada yang terdapat tanah kosong (bare Land), tanah yang
ditanami rumput, tanah yang ditanami pepohonan kecil, dan bisa juga
tanah berpasir.
Cara kerja :
Cara kerja alat ini adalah, tiap pagi, kira-kira pukul 07.00 atau 08.00
waktu setempat. Atau berpedoman sebelum matahari terlalu tinggi juga
bisa, tuang air pada masing-masing tanah pengujian sebanyak 8 liter air.
Setelah itu tunggu sampai 24 jam. Ambil air melalui kran yang berada
dibagian bawah, dan kemudian dilakukan pengukuran, berapa liter jumlah
air yang meluap (sisa air) (Kurniawan, 2002)
3.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi evaporasi
1. Radiasi Matahari
Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air
(pencairan), dari zat cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung
menjadi uap air (penyubliman) diperlukan panas laten (laten heat). Panas
laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi
matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah
evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis
lintang dan musim. Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang
tahun, yang tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi
matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di
selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh
di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi
maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada
bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh
awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata
terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.
2. Temperatur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh
terhadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan
udara untuk menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, energi
kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang
berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu
di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan
daerah di kutub (daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan
temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
3. Kelembaban Udara
Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara
tepat di atas permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada
permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya
penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan
udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap
air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan
uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin
kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di
atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai
tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban
udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan
perairan laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi.
Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada
musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir
kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman.
4. Kecepatan Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan
evaporasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh
terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan
dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti
dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin.
Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam
evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih
besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada
musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa
banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari
tenggara yang kering ( Triadmojo, 2010)
3.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Alat Pengukur Evaporasi
1. Piche Evaporimeter :
a) Kelebihan
 Memiliki konstruksi yang sederhana karena mudah
pengamatan dan penggunaanya yang praktis.
 Dapat diketahui besarnya penguapan dari penyusutan air
dalam tabung pada waktu pengamatan berikutnya.
 Ukuran alat kecil sehingga mudah dipasang atau ditempatkan
di lapang
 Harganya relative murah.
b) Kekurangan

 Ukuran sensor yang terlalu kecil menyebabkan representative


untuk mewakili permukaan alamiah.
 Permukaan sensor mudah tertutup oleh debu atau ditumbuhi
lumut atau jamur, hilangnya sejumlah air yang diuapkan tidak
lagi dapat menggambarkan tinggi air dalam reservoir.
 Tidak ada keseragaman bahan sensor, warna, dan ukuran,
menyebabkan kesulitan penggunaan data/hasil atmosfer dari
berbagai tipe.
 Mudah rusak
 Hasilnya tidak seragam karena hasil pembacaannya sangat
tergantung terhadap angin, iklim, dan debu.
2. Panci Evaporasi :
a) Kelebihan
 Alat ini mempunyai ketelitian 0,02 mm lebih teliti
dibandingkan evaporimeter piche.
 Dapat mengukur evaporasi setiap hari.
 Evaporasi dapat diukur walau terjadi hujan.
b) Kekurangan:
 Apabila terjadi hujan lebat minimal 54 ml, air akan tumpah
air dari bak sehingga besarnya penguapan yang terjadi tidak
dapat diukur dan pengukuran volume air dengan cara
menambahkan atau mengurangi. Hal ini dirasa kurang
praktis. Selain itu, harus diamati secara rutin.
 Sering terjadi gangguan oleh debu, burung (binatang), dan
lumut, serta percikan air hujan sehingga nilai kebenaran dan
ketelitiannya masih kurang (Danda, 2015)
3.6 Curah Hujan
3.6.1 Definisi Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah
selama waktu tertentu. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan
alat yang disebut penakar hujan (P. Switzerb, 2006).
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting dalam
siklus hidrologi. Studi iklim yang membahas mengenai curah hujan pada
suatu area hingga saat ini masih terbatas pada area yang kecil. Hal ini
diakibatkan oleh jumlah data stasiun penakar hujan yang terbatas (Aldrian,
2003)
3.6.2 Macam-Macam Alat Pengukur Curah Hujan Dan Beserta Cara
Kerjanya
Alat pengukur curah hujan ada dua macam yaitu alat pengukur
curah hujan tipe Hellman dan alat pengukur curah hujan Ombrometer.
a) Alat Pengukur Hujan Type Hellman.
Alat ini bekerja secara otomatis, tingginya 150 cm dari permukaan
tanah. Alat ini berfungsi untuk mengukur besarnya curah hujan dalam satu
hari tau 24 jam dalam satuan (mm) pengamatan yang dilakukan dimulai
pada jam 07.00 pagi
Cara Kerja Alat :
Pada saat terjadi hujan, air huajan ayang jatuh akan masuak
kedalam mulut corong kermudian diteruskan dalam saluran pelampung.
Bila huajan berlanhsung terus, maka pelampung akan terangkat adan pena
pencatat akan terangkat pula dan akan membentuk grafik pada kertas pias,
bila pena pencatat telah menunjukakan angka 10 maka penah tersebut akan
kembali ke angka nol begitu seterusnya sampai hujan berhenti adan
apabiala air dalam pelampung telah penuh maka pada kertas pias akan
terdapat dua garis yaitu:
 Garis vertical yang menunjukkan besar kecilnya curan
hujan.
 Garis horizontal yang menunjukkan jam (waktu) sealama
turunnya hujan.
Jumlah curah hujan dalam sehari berdasarkan grafik yang ditunjukkan
pada kertas pias dapat dihitung dengan rumus :
(d x 10) + Y mm
dimana :
d = Berapa kali tecapai curah hujan dalam 10 mm
Y = nilai skala terakhir yang ditunjukkan pada grafik
Pada setiap penggunaan pias baru , pena harus dikembalikan pada
angka nol. Jika curah hujan setempat rendah dan penah tidak mencapai
angka nol , maka kita dapat menambahkan air dengan bantuan gelas ukur
dengan ketentuan bahwa air yang ditambahkan harus ducatat jumlahnya.
Misalnya : Keduduakan terakhir dari pena pencatat menunjukkan
7mm maka untuk mengembalikan ke skala nol harus ditambah air dalam
tabung sebanyak 3 mm. Setelah skala nol pias Hellman kembali pada
selinder jam tersebut. Setelah kertas pias terpasang maka selinder jam
dikembaliakan pada tempat semuala setelah kunci pemuta pernya diputar,
sehingga selinder terpawang dengan posisi teagak pada sumbu putarnya.
b) Alat Penakar Hujan Tipe Ombrometer
Alat ini bekerja secara manual, alat ini terbuat dari aluminium yang
bentuknya menyerupai sebuah tabunh yang berbentuk corong, alat ini
diacat putih atau cat perak untuk menghindarkan pengaruh radiasi sinar
matahari yang menyebabkan penguapan. Pada mulut corong dibuat
menyempit untuk menghindarkan terjadinya penguapan. Alat ini
mempunyai tinggi 120 cm dari permukaaan tanah yang diletakkan pada
tempat terbuaka. Alat ini berfungsi untuk mengukur jumlah curah huajan
yang jatuh pada permukaan tanah selama 1 hari (24) jam, curah hujan ini
dicatat dan diamati pada jam 07.00 pagi.
Cara kerja:
Air hujan yang jauh kepermukaan bumi akan masuk melalui mulut
corong dan diteruskan kedalam bak penampung yang dialirkanmelalui pipa
sempit yang ada diujung corong penakar, air dalam tabung tersebut ditakar
dengan cara air yang berada dalam reservoir dikeluarkan melalui kran dan
diamasukkan dalam gelas ukur.Penunjukan intensitas air dalam gelas ukur
menunjukkan jumlah curah hujan dalam 1 hari (24 ajam)
 Bila tidak ada hujan,maka data ditulis (-)
 Bila hujan lebih kecil dibulatkan ke nol (0)
 Bila hujan lebih besar dari nol ditulis (1)
(Arkin dan Meisner, 1987).
3.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi curah hujan
Menurut Sandy (1996) banyak sedikitnya curah hujan yang jatuh
di suatu daerah di Indonesia sangat bergantung pada hal-hal di bawah ini:
a. Letak daerah konvergensi antar tropik (DKAT)
DKAT merupakan suatu zona yang memiliki suhu yang paling
tinggi yang terjadi akibat pemanasan. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan tekanan udara menjadi rendah pada zona tersebut. Untuk
keseimbangan, udara dari daerah yang bertekanan tinggi akan bergerak ke
daerah yang bertekanan rendah dan pada saat yang bersamaan akan terjadi
gerakan udara naik (konveksi) yang membawa akibat menurunnya suhu
udara tersebut dan akan menyebabkan terjadinya pembentukan awan dan
hujan. DKAT memiliki peranan yang sangat penting dalam keseimbangan
energi atmosfer dan meningkatkan keadaan berawan. Perubahan panas,
kelembaban, dan radiasi antara atmosfer dan permukaan berbeda antara
DKAT dengan DKAT pada garis balik utara (tropic of cancer) dan selatan
(tropic of capricorn). Oleh karena itu, posisi dan pergerakan DKAT
memainkan peranan penting dalam menentukan karakteristik interaksi
atmosfer-laut dan atmosfer-darat (Waliser, 2002). DKAT menyebabkan
terjadinya pembentukan awan konvektif, selain itu, di wilayah tropis
sebagian besar curah hujan yang terjadi merupakan hasil dari pembentukan
awan konvektif.
b. Bentuk medan
Medan berbukit atau bergunung akan memaksa udara atau angin
untuk bisa melintasi pungung pegunungan. Hal ini menyebabkan suhu
udara juga akan menjadi turun, sehingga uap air yang dibawanya akan
turun menjadi hujan.
c. Arah angin sejajar dengan arah garis pantai
Suhu udara tidak berubah jika angin sejajar dengan garis pantai,
akibatnya hujan pun tidak jatuh.
d. Jarak perjalanan angin di atas medan datar
Angin yang membawa hujan adalah angin yang berhembus dari
atas perairan ke arah daratan. Jika medan datar yang dilalui angin itu lebar,
serta sifat permukaannya tidak berubah, mungkin hujan turun pada bagian
medan dekat pantai dan selanjutnya tidak ada lagi hujan.
3.6.4 Kelebihan dan Kekurangan Alat Pengukur Curah Hujan
Pengukuran dengan alat penakar curah hujan yang terdapat di lapangan
(Ebert, 2003) :
1. Type Hellman :
a) Kelebihan :
b) Kekurangan :
1. Type hell man ini sewaktu-waktu dapat mengalami gangguan
2. Hilangnya beberapa data curah hujan
3. memerukan perawatan yang cukup intensif
2. Type Ombrometer :
a) Kelebihan :
1. Mempunyai tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan tipe
perekam data(otomatis).
2. Satuan alat sama dengan satuan pengukuran sehingga
memudahkan pengukuran.
3. Pengukuran : jika gelas penakar pecah dan diganti dengan mengukur
volume airyang terpampang dengan jelas ukuran biasa sebab penampang
curah hujan 100cm² sehingga setiap volume 1000 berarti sama dengan 1
mm muka air.
b) Kekurangan :
1. Alat ini harus dipasang dengan ketinggian 120 m sehingga dibutuhkan
alatkhusus untuk menjangkau ketinggian tersebut.
2. Alat ini tidak bisa mengukur intensitas curah hujan.
3. Alat ini kurang praktis dan efisien dalam waktu dan tenaga kerja sebab
setiaphari harus ada yang membuka kran tersebut agar hari berikutnya
dapat diukur curah hujannya lagi dan tiap hari juga pengamat harus rutin
mengukur curahhujan tersebut.
3.7 Angin
3.7.1 Definisi Angin
Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perbedaan
tekanan udara maupun pergerakan bumi mengitari porosnya.Angin banyak
dimanfaatkan oleh manusia untuk kesejahteraan hidupnya seperti untuk
menarik perahu, sumber tenaga listrik, menyejukkan udara, pengering
rambut, dan lain sebagainya.Semakin tinggi kita berada maka semakin
kencang pula angin yang menerpa kita. Malam hari, angin tidak sekencang
di siang hari. Angin di daerah wilayah khatulistiwa atau garis ekuator
seperti indonesia anginnya lebih kencang daripada di daerah kutub (Godam,
2008).
3.7.2 Macam-Macam Alat Pengukur Angin dan Beserta Cara Kerjanya
Alat pengukur angin ialah :
a) Cup counter Anemometer
alat ini berfungsi untuk mengukur arah dan kecepatan angin rata-
rata.
Cup anemometer ada 3 jenis yaitu:
 Cup conter yang tingginya 0,5 meter
 Cup counter yang tingginya 2 meter
 Cup counter yang tingginya 6 meter
Cara Kerja :
Mangkok akan berputar karena tertiup angin dan akan berputar maka
angka yang terdapat pada counter akan bertambah bilangannya dari counter
tersebut akan diketahui arah dan kecepatan angin rata-rata. Dalam satuan
km/ jam.
b) Biram Anemometer
Cara Kerja :
Cara kerja alat ini adalah benda mencari angin (posisi terkunci)
memutar kunci yang akan menyebabkan kipas bergerak/jam. Kunci dibuka
maka jarum akan bergerak tentukan interfal waktu (Tjasyono, 2003).
3.7.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Angin
Faktor-faktor yang mempengaruhi angin adalah sebagai berikut :
1) Keadaan topografi
2) Daratan atau lautan
3) Adanya pepohonan
Ketiga hal di atas sangat berpengaruh terhadap kerja laju angin.
Keadaan topografi sangat berpengaruh, karena jika angin menerpa pada
topografi berupa gunung ia akan cenderung naik, berbeda jika ia menerpa
pada topografi berupa dataran, ia akan cenderung lurus-lurus saja.
Kedua, saat angin bergerak di atas daratan dan lautan juga sangat
berbeda. Walau bagaimanapun angin yang bergerak di daratan akan
cenderung mengikuti keadaan permukaan daratan, berbeda jika angin yang
berhembus di atas lautan maka ia akan ikut mempengaruhi bentuk muka air
laut, bahkan pergerakan arus di atas laut. Sehingga ia lebih bebas bergerak
di atas lautan daripada di daratan.
Ketiga, adanya pepohonan sangat berpengaruh jika pohon tersebut
cukup tinggi dan menggangu laju angin ( Tjasyono, 2003).
3.7.4 Kelebihan dan Kekurangan Alat Pengukur Angin
a) Cup Anemometer
Kelebihan :
a. Tercatat
b. Sensitif
c. Hasil yang diperoleh akurat
Kekurangan:
a. Butuh kemampuan instalasi
b. Rentan terhadap kesalahan teknis alat (baterai, tinta, kertas grafik)
c. Sulit di bawa – bawa
b) Biram Anemometer
 kelebihannya yaitu bersifat portable dan ringan. Serta mudah dalam
pengamatan.
 kekurangannya, hanya untuk mengukur kecepatan angin periode
pendek dan kurang efisien karena penempatanya harus tepat
(Kurniawan, 2002).
3.8.Awan
3.8.1.Definisi Awan
Awan merupakan massa dari butir kecil air yang larut di lapisan
atmosfer bagian bawah. Awan dapat menunjukkan kondisi cuaca (Lakitan,
2002).
3.8.2. Klasifikasi Awan Berdasarkan Morfologinya
Klasifikasi awan berdasarkan morfologi (bentuknya), awan memiliki
banyak bentuk. Berikut di antaranya :
 Awan sirus (cirrus), merupakan awan yang berwarna putih, tipis,
dan di siang hari terlihat mengkilat karena banyak mengandung
kristal es.
Awan Cirrus

Awan stratus, terlihat berlapis-lapis seperti kabut tipis dan bergelombang.

Awan Stratus

 Awan kumulus, terlihat seperti bunga kol dan jika dilihat dari
pesawat tampak menjulang ke atas.

Awan Kumulus
 Awan nimbus, terlihat berwarna gelap, basah, dan sering
menimbulkan hujan.
 Awan cumulonimbus, merupakan perpaduan awan kumulus dan
awan nimbus, dengan ciri-ciri gabungan keduanya. Sering
menimbulkan hujan lebat hingga mengganggu penerbangan.

Awan Cumulonimbus (Konig, 2006)

3.8.3. Klasifikasi Awan Berdasarkan Ketinggiannya


1. Awan tinggi
Di wilayah tropis awan ini memiliki ketinggian 6 hingga 18 km
dari permukaan laut sedangkan di kutub memiliki ketinggian 3 hingga 8 km.
Awan tinggi adalah Cirrus (Ci), Cirrostratus (Cs) dan Cirrocumulus (Cc).
Awan ini tidak berpotensi dalam menghasilkan hujan. Dilihat dari
ketinggiannya awan ini memiliki suhu yang sangat dingin dan kering serta
mengandung banyak kristal es dan sedikit air. Awan ini memiliki bentuk
yang halus, serat lembut dan tipis. Warna awan ini jika dideteksi dengan
menggunakan inframerah adalah putih keabua-abuan
2. Awan menengah
Di wilayah tropis awan menengah memiliki ketinggian 2 hingga
8 km, sedangkan di kutub memiliki ketinggian 2 hingga 4 km. Contoh dari
awan ini adalah Altostratus (As) dan Altocumulus (Ac). Awan ini
berpotensi hujan ringan. Awan ini mengandung tetesan air dan kristal es
serta memiliki suhu yang cukup dingin. Jika dideteksi dengan menggunakan
inframerah, awan ini akan menghasilkan warna keputihan atau abu-abu.
3. Awan rendah
Di wilayah tropis dan kutub awan ini memiliki ketinggian kurang
dari 2 km dari permukaan laut. Awan ini selalu mengandung tetesan hujan,
namun pada cuaca yang dingin kadang-kadang mengandung kristal es.
Dilihat dari ketinggiannya, awan ini memiliki suhu yang lebih hangat dari
pada awan menengah dan awan tinggi. Suhu hangat yang dihasilkan hingga
100 C. Contoh dari awan ini adalah Nimbostratus (Ns), Stratocumulus (Sc)
dan Stratus (st). Jika dideteksi dengan inframerah maka citra yang akan
dihasilkan berwarna abu-abu.
4. Awan dengan perkembangannya yang vertikal
a. Cumulus (Cu)
Ketinggian dasar awan ini adalah 1 km, dan tidak berpotensi hujan.
Namun jika cumulus terus berkembang dan menjadi lebih besar, hujan yang
dihasilkan akan banyak. Jika dideteksi dengan inframerah maka citra yang
dihasilkan memiliki warna yang bervariasi, gelap keabua-abuan hingga
berwarna putih, tergantung pada perkembangan awan.
b. Cumulonimbus (Cb)
Awan ini disebut juga sebagai awan yang menghasilkan hujan angin
ribut yang disertai petir dan guruh. Awan ini memiliki ketinggian dari 600
meter hingga 12000 meter. Bagian bawah awan ini mengandung tetes air,
bagian tengahnya mengandung tetes air dan kristal es, dan bagian
puncaknya mengandung kristal es. Jika dideteksi dengan inframerah, maka
akan menghasilkan warna putih.
Suhu puncak awan tinggi dan awan cumulonimbus hampir sama
dinginnya karena kedua awan mengandung kristal es. Namun karena awan
tinggi memiliki bentuk yang halus dan tipis yang mengakibatkan awan ini
juga menerima pancaran radiasi dari permukaan bumi maka warna yang
dihasilkan putih keabu-abuan. Sedangkan cumulonimbus merupakan awan
yang sangat tebal sehingga radiasi yang dipancarkan hanya dari awan itu
sendiri, sehingga warna yang dihasilkan hanya putih (Konig, 2006).
3.9 Alat-Alat Lain yang Dipasang di Stasiun BMKG (disertai fungsinya dan
hasil dokumentasi)
1. Nama alat : Sangkar metereologi
Fungsi : Sebagai tempat alat
untuk objek pengamatan
kelembaban.

2. Nama alat : a. Termometer


maksimum dan
minimum.
b. Termometer bola
basah dan kering.
Fungsi : a. Digunakan untuk
mengukur suhu paling
kecil dan rendah
(maksimum dan
minimum).
b. Digunakan untuk
mengukur suhu
aktual (bola kering)
dan digunakan untuk
mengukur suhu
saturasi atau titik
jenuh.
3. Nama alat : termohigrograf
Fungsi : Digunakan untuk
mengukur suhu
kelembaban secara
otomatis pada kertas
pias.

4. Nama alat : Pan Evaporimeter


Fungsi : Digunakan untuk
mengukur penguapan air
(evaporasi).

5. Nama alat : Termometer Air Six


Bellani
Fungsi : Digunakan untuk
mengukur suhu dalam
air di Pan Evaporimeter.

6. Nama alat : Hook Gauge


Fungsi : Digunakan untuk menjaga
kestabilan air dalam
pan evaporimeter.

7. Nama alat : Cup Counter


Anemometer
Fungsi : Digunakan untuk
mengukur kecepatan
angin rata-rata harian
dalam satuan km/jam.
8. Nama alat : Campbell Stokes
Fungsi : Digunakan untuk
mengukur lamanya
penyinaran yang
ditandai dengan
terakarnya kertas
pias.

9. Nama alat : Ombrometer


Observarium
Fungsi : Digunakan untuk
mengukur curah
hujan.

10. Nama alat : Penakar Hujan tipe


Hellman
Fungsi : Digunakan untuk
mengukur curah
hujan.

11. Nama alat : Anemometer


Fungsi : Digunakan untuk
mengamati kecepatan
angin.
12. Nama alat : Seismograf
Fungsi : Sebagi alat pencatat
gempa bumi secara otomatis dalam
satuan skala richter

13. Nama alat : JISNET


Fungsi : alat sebagi komunikasi
sesama BMKG
seluruh indonesai
(nasional)

14. Nama alat : JIS VIEW


Fungsi : alat untuk melihat tinggi
rendahnya gempa
pada suatu daerah

15. Nama alat : Laptop


Fungsi : alat untuk menjelaskan
macam-macam awan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari iklim pada kurun waktu
tertentu kurang lebih 10-30 tahun, klimatologi sangat membantu dalam pertanian
karena dengan klimatologi petani akan bisa mengetahui iklim dan juga bisa
mengetahui cuaca bagian dari iklim, sehingga mampu menentukan budidaya
tanaman apa yang cocok dengan kondisi cuaca saat ini.
Praktikum klimatologi pada tanggal 02 Desember 2015, di stasiun BMKG
(Badan Meteorologi, Klimatolog dan, Geofisika) di kabupaten Nganjuk desa
Sawaan. Dengan adanya praktikum ini, praktikan mampu mengetahui alat-alat
yang dipasang di stasiun BMKG Nganjuk-sawahan, dan dengan praktikum
klimatologi ini kami mampu mengetahui cara kerja, fungsi, kelebihan dan
kekurangan dari alat-alat BMKG tersebut yakni yang terdiri dari : Sangkar
meteorologi, termometer maximum, termometer minimu, termometer bola basah,
termometer bola kering, anemometer, penangkar hujan type oombro meter dan
penangkar hujan type hell-man, dan juga Cup counter, anemometer,
termohigograf, pan evaporimeter, hook gauge lysimeter, campbell stokes,
seismograf dan juga jis net.
4.2 Saran
Apabila Filedtrip Mohon untuik mencari tempat Fieldtrip BMKG yang
mempunyai alat-alat yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian, E. 2003. Dissertation: Simulation of Indonesian Rainfall With a
Hierarchy of Climate Models. Jerman:Max-Planck-Institut für
Meteorologie

Arkin, P., A. dan Meisner, B., N. 1987. Relationship between Large-Scale


Convective Rainfall and Cold Cloud over the Western Hemisphere during
1982-84. Monthly Weather Review Vol 115 January 1987.
Bambang Triatmodjo. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset
Doorenbas j. and Pruitt W.o 1976. Guideliness for predicting crop water
requirements. Rome : FAO Irriagtion and Drainage.
Ebert, B. 2003. Rainfall estimation From Satellite Data. Presented at Satellite
Applications Workshop.
Fontain, A. 2002. Meteorology. http://www.kompas.com. (Diakses tanggal 17
Desember 2015)
Giancoli, Dauglas C. 2001. Fisika Dasar. Jakarta : Erlangga.
Godam. 2008. Klimatologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.
Kamala sari lubis.2007.Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. Medan : USU.
König, M. 2006. From Image to Products. Paper presented at Virtual Lecture
High Profile Training Event (HPTE) Meteorology Satellite untuk Regional
V (Asia-Pasifik).
Kurniawan, 2002. Alat-alat Pengukur Cuaca. Bandung : Intstitut Teknologi
Bandung.
Lakitan, Benyamin . 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Ninuk, Herlina 2015. Materi Kuliah Klimatologi. Universitas Brawijaya : Fakultas
Pertanian.
Pengertian Radisai Matahari, 2013. http://id.wikipedia.org. (Diakses tanggal
15/12/2015, 14:49 WIB)
Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Prawirowardoyo, Susilo 1996. Meteorologi. Bandung : Intstitut Teknologi
Bandung.

Rafael Chandelfila, S. Govinatan. 1982.Cuaca (Pengantar Meteorologi dan


klimatologi) Jakarta : Balai Pustaka.
Sandy I, M. 1996. Geografi Regional Republik Indonesia. Jakarta: Jurusan
Geografi- FMIPA UI
Saw, B.L, 2005. Thesis : Infrared And Passive micowave satelitte rainfall
estimate over Tropics. Columbia : Fakulty of the graduate school
University of Missouri.

Sejarah BMKG 2014. http://www.bmkg.go.id (Diakses tanggal 15/12/2015,


20:20 WIB)
Tim Dosen, 2013. Modul Praktikum Klimatologi. Universitas Brawijaya :
Fakultas Pertanian.

Tjasyono, Bayong 2004. Klimatologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Tjasyono, Bayong, 1992. Klimatologi Terapan. Bandung : Pionir Jaya.

Tjasyono, Bayong. 2003. Meteorologi. Bandung : Penerbit ITB.


Trewartha, G. T, dan Horn, L. H. 1980. Pengantar Iklim (5th ed) (Andani, S.,
Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tugas BMKG 2014. http://www.bmkg.go.id (Diakses tanggal 15/12/2015, 20:20
WIB)
Waliser, D., E. 2002. Tropical Meteorology/Intertropical Convergence Zone.
State University of New York, USA: Elsevier Science Ltd.
Wariono, Dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatolgi .Surabaya : Bina
ilmu
Wilson, E.M., 1993. Hidrologi Teknik. Bandung : Penerbit ITB Bandung.

Z. Zhanga and P. Switzerb, 2006. “Stochastic Space-Time Regional Rainfall


Modeling Adapted to Historical Rain Gauge Data”. Scotland : Water
Resources Research American Geophysical Union.
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses Penjelasan sangkar Gambar 2. Proses penjelasan cara


cuaca membaca thermometer

Gambar 3. Thermometer dan Gambar 4. Thermohygrograph dan tinta


Thermohygrograph di
sangkar cuaca

Gambar 5. Kertas pias pada Gambar 6. Pan Evaporasi


thermohygrograph

Gambar 7. Kalibrasi Thermometer Gambar 8. Hook Gauge


Apung dengan magnet
Gambar 9.Cup Counter Anemometer Gambar 10. Anemometer

Gambar 11. Campbell Stock Gambar 12. Alat penakar hujan


Ombrometer

Gambar 13. Alat Penakar hujan Gambar 14. Bagian dalam dari alat
Hellman penakar hujan Hellman
Gambar 15. Seismograph Gambar 16. JISNET untuk komunikasi
sesama BMKG

Gambar 17. JISVIEW Gambar 18. Laptop untuk menjelaskan


awan

Gambar 19. Proses penjelasan tentang


awan

Anda mungkin juga menyukai