Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBUATAN SABUN Spirulina sp. SEBAGAI UPAYA PENGENALAN


APLIKASI MIKROBIOLOGI TERAPAN DAN PENINGKATAN
KETRAMPILAN PESERTA DIDIK MADRASAH ALIYAH
RAUDLATUL ULUM GUYANGAN

Mata kuliah : Mikrobiologi Terapan

Disusun Oleh:

1. Masruah (0402519011)
2. Nuning Nadrotun Na’imah (0402519036)
3. Umu Sa’adah (0402519041)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus
menggunakan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai
mikroorganisme, atau sering disebut mikroba ataupun jasad renik. (Waluyo, 2009).
Di Indonesia, mikrobiologi mulai dikenalkan di jenjang sekolah menengah, serta
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi biologi, kimia, IPA
terpadu, farmasi, pangan, kesehatan, kedokteran, dan lingkungan. Mikrobiologi harus
dikuasai dan dipahami oleh peserta didik karena terkait langsung dengan kehidupan
sehari-hari dan dapat dikaitkan dengan aspek kecakapan hidup (life skill) (Kusnadi,
2012).
Dalam membekali peserta didik untuk menguasai mikrobiologi, diperlukan
suatu pembaharuan model dan strategi pembelajaran yang bermakna, seperti
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif guna memecahkan masalah yang kompleks.
Peserta didik sebisa mungkin diajak untuk berpikir kritis dan memiliki keterampilan
dalam memecahkan masalah. Mempelajari mikrobiologi akan menjadi lebih menarik
jika peserta didik terjun langsung memecahkan masalah yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari (Krajcik, 1998). Pendidikan di Indonesia saat ini menerapkan
kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik aktif, kreatif, dan inovatif. Salah satu
cara untuk mencapainya yaitu dengan melaksanakan kegiatan praktikum. Perlu
ditekankan bahwa pembelajaran mikrobiologi secara efektif dapat dicapai dengan
mewajibkan peserta didik untuk praktik dan terlibat langsung dalam aktivitas ilmiah
secara kontekstual.
Salah satu mikroorganisme yang memiliki banyak manfaat terutama dalam
bidang kecantikan adalah Spirulina sp.. Spirulina sp merupakan alga yang dapat
dimakan, secara alamiah dapat hidup di air tawar sampai alkalin (payau) di danau-
danau atau kolam. Produksi S. platensis dapat dimanfaatkan sebagai suplemen bahan
pakan, makanan dan pengobatan, (Borowitzka. 1992). Spirulina sp dapat diperoleh
dalam bentuk tablet, atau bubuk, kadang ditemukan sebagai kombinasi dengan
Chlorella. Saat ini jenis ganggang yang banyak diteliti untuk produksi Protein Sel
Tunggal (PST) adalah jenis Spirulina baik S. platensis maupun S. fusiformis.
Ganggang ini memiliki ukuran lebih besar dari Chlorella, sehingga lebih mudah
dipanen dengan menggunakan penyaringan, (Adams, 1981).
Pemanfaatan Spirulina bermacam-macam contohnya sebagai bahan pakan
ternak, industri makanan dan obat-obatan salah satunya adalah dalam bentuk sabun.
Sabun biasanya terbuat dari bahan minyak zaitun atau minyak jarak karena Spirulina
banyak mengandung vitamin yang bermanfaat untuk kesehatan kulit. Dalam
penelitian ini bahan yang digunakan untuk membuat sabun ditambahkan bubuk
Spirulina sp. yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sabun dan pemberian
alternatif solusi pada masalah wajah remaja secara alami dan sebagai inovasi
Spirulina sp. dalam rangka pengenalan materi protein sel tunggal (PST) pada peserta
dan aplikasi mikrobiologi terapan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemanfaatan Spirulina sp. dalam pembuatan sabun sebagai bahan
Protein Sel Tunggal (PST) ?

C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang diharapkan tercapai adalah
1. Mengidentifikasi cara pemanfaatan Spirulina sp. dalam pembuatan sabun sebagai
bahan Protein Sel Tunggal (PST)

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Memberikan informasi tentang kandungan Spirulina sp.
2. Dapat memanfaatkan Spirulina sp. sebagai bahan Protein Sel Tunggal (PST) dalam
pembuatan sabun.
3. Memberikan motivasi dan minat bagi peserta didik dalam pembelajaran IPA.
4. Menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan komunikatif pada peserta didik.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Karakteristik Spirulina sp.


Spirulina adalah salah satu jenis mikroalga yang termasuk ke dalam famili
Cyanophyceae, berupa lempengan hijau kebiruan. Dari segi fisiologis, Spirulina
adalah alga biru-hijau multiseluler yang tumbuh di danau-danau yang bersifat basa
yang kaya akan natrium karbonat dan natrium bikarbonat. Warna hijau gelap
merupakan kombinasi karoten fitonutrien, klorofil dan fikosianin. Spirulina
merupakan sumber dari polisakarida yang terdapat pada dinding selnya dan
sulfoglikolipid, (Simanjuntak, dkk. 2018).
Spirulina merupakan mikroalga yang menyebar secara luas, dapat ditemukan
di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar. Ciri-ciri
morfologinya yaitu filamen yang tersusun dari trikoma multiseluler berbentuk spiral
yang bergabung menjadi satu, memiliki sel berkolom membentuk filamen terpilin
menyerupai spiral, tidak bercabang, autotrof. Bentuk tubuh Spirulina sp. yang
menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding
sel yang tipis, berdiameter 1-12 µm. Filamen Spirulina sp. hidup berdiri sendiri dan
dapat bergerak bebas. Spirulina sp. berwarna hijau tua di dalam koloni besar yang
berasal dari klorofil dalam jumlah tinggi. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma
spiral dengan filamen–filamen bersifat mortal dan tidak memiliki heterosit. Sel
Spirulina sp. berukuran relatif besar yaitu 110 µm, sehingga dalam proses pemanenan
dengan menggunakan kertas saring lebih mudah (Borowitzka,1988).
Klasifikasi Spirulina sp. adalah sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp.
Gambar 1. Spirulina sp.

Struktur sel Spirulina sp. hampir sama dengan tipe sel alga lainnya dari
golongan cyanobacteria. Dinding sel merupakan dinding sel gram-negatif yang terdiri
dari 4 lapisan, dengan lapisan utamanya tersusun dari peptidoglikan yang membentuk
lapisan koheren. Peptidoglikan berfungsi sebagai pembentukan pergerakan pada
Spirulina sp. yang membentuk spiral teratur dengan lebar belokan 26-28 µm,
sedangkan sel-sel pada trikoma memiliki lebar 6-8 µm Bagian tengah dari
nukleoplasma mengandung beberapa karboksisom, ribosom, badan silindris, dan
lemak. Membran tilakoid berasosiasi dengan pikobilisom yang tersebar disekeliling
sitoplasma. Spirulina sp. mempunyai kemampuan untuk berfotosintesis dan
mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat.

B. Reproduksi Spirulina sp.


Reproduksi Spirulina sp. terjadi secara aseksual (pembelahan sel) yaitu
dengan memutus filamen menjadi satuan- satuan sel yang membentuk filamen baru.
Ada tiga tahap dasar pada reproduksi Spirulina sp. yaitu proses fragmentasi trikoma,
pembesaran dan pematangan sel hormogonia, serta perpanjangan trikoma Sel.
Sanjutnya trikoma dewasa dapat dibagi menjadi filamen atau hormogonia, dan sel-sel
di hormogonia akan meningkat melalui pembelahan biner, tumbuh memanjang dan
membentuk spiral (Hongmei Gong, dkk. 2008).

Gambar 2. Siklus hidup Spirulina sp.


Siklus reproduksi mikroalga tersebut berlangsung melalui pembentukan
hormogonium yang dimulai ketika salah satu atau beberapa sel yang terdapat di
tengah-tengah trikoma yang mengalami kematian dan membentuk badan yang disebut
cakram pemisah berbentuk bikonkaf. Sel-sel mati yang disebut nekrida tersebut akan
putus dengan segera, kemudian trikoma terfragmentasi menjadi koloni sel yang terdiri
atas 2-4 sel yang disebut hormogonia dan memisahkan diri dari filamen induk untuk
menjadi trikoma baru. Hormogonia memperbanyak sel dengan pembelahan pada sel
terminal. Tahap akhir proses pendewasaan sel ditandai terbentuknya granula pada
sitoplasma dan perubahan warna sel menjadi hijau kebiruan.

C. Kandungan Nutrisi Spirulina sp.


Analisis kimia dari Spirulina sp. dimulai pada tahun 1970 yang menunjukkan
Spirulina sp. sebagai sumber yang sangat kaya protein, vitamin dan mineral.
Secara garis besar kandungan nutrisis yang ada pada Spirulina sp. berupa protein 60-
70%, karbohidrat 15-25%, lemak 6-8%, mineral 7-13%, serat 8-10%, dan kadar air
3%.
1. Kandungan Protein
Protein adalah zat organik yang mengandung karbon, hidrogen, nitrogen,
oksigen, sulfur, dan fosfor. Protein sangat dibutuhkan oleh setiap organisme dan
mikroorganisme dalam kelangsungan hidupnya. Protein berguna untuk
metabolisme sel, pembentukan jaringan, dan lain-lain.

Tabel 1. Kandungan protein Spirulina sp.

Sumber: K. Kabinawa I Nyoman (2006)


2. Kandungan Vitamin
Spirulina mengandung karotenoid yang tinggi. Karotenoid tertinggi yang
ditemukan di Spirulina adalah beta karotein yang bisa dikonversi menjadi vitamin
A, dan vitamin B.
Tabel 2. Kandungan Spirulina dalam 10 g biomassa atau 20 tablet

Sumber : Henrickson. 2009.

3. Kandungan Asam Amino


Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, yang dibagi
dalam dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan non esensial. Asam amino
esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan
dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi
dalam tubuh. Asam amino esensial terdiri dari lysin, methionin, valin, histidin,
fenilalanin, arginin, isoleusin, threonin, leusin, dan triptofan. Asam amino non
esensial terdiri dari asam aspartat, asam glutamat, alanin, tirosin, sistin, glisin,
serin, prolin, hidroksilin, glutamin, dan hidroksiprolin.
Tabel 3. Kandungan asam amino Spirulina sp.

Sumber: K. Kabinawa I Nyoman (2006)


4. Kandungan Asam Lemak
Asam lemak Spirulina tersusun atas berbagai bahan seperti myristic, palmitic,
palmitolic, heptadecanoic, stearic, oleic, linoleic, dan gamma lenoleic.
Tabel 4. menjelaskan tentang Kandungan asam lemak Spirulina sp.

Sumber : Henrickson. 2009

5. Kandungan Pigmen
Kandungan pigmen atau zat warna yang ada pada Spirulina sp. adalah klorofil
a (bewarna hijau) sebesar 0,8-1,5%, karotenoid (orange) sebesar 0,65%, beta-
karotin (orange-merah) sebesar 28%, phycocyanin (biru) sebesar 20%, dan
xanthofil sebesar 0,69%.

Tabel 5. Kandungan zat pigmen Spirulina/10g

Sumber: K. Kabinawa I Nyoman (2006)

6. Kandungan Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen organik yang terdapat secara alami pada
khromoplast dari tanaman, organisme fotosintesis seperti alga (Spirulina sp.) serta
beberapa tipe dari jamur dan bakteri. Karotenoid menunjukkan aktivitas biologis
sebagai anti oksidan, mempengaruhi regulasi pertumbuhan sel, dan memodulasi
ekspresi gen dan respon kekebalan tubuh. Karatenoida memegang dua peranan
penting pada tanaman dan alga yaitu untuk menyerap energi cahaya yang
akan digunakan dalam proses fotosintesisi dan melindungi klorofil dari
fotodamage.

Tabel 6. Kandungan karotenoid Spirulina (mg/10g) biomassa

Sumber: K. Kabinawa I Nyoman (2006)

7. Kandungan Mineral Organik


Jumlah mineral esensial yang terkandung dalam Spirulina hampir sekitar 3-
7%. Mineral-mineral ini terakumulasi di dalam mikroalga dan berasal dari mineral
yang terkandung dalam media pertumbuhan dan juga dipengaruhi oleh suhu,
salinitas dan pH.

Tabel 8. Kandungan mineral Spirulina/10 g biomassa

Sumber: K. Kabinawa I Nyoman (2006)

D. Peran Spirulina sp. dalam bidang Kesehatan


Spirulina sp. kaya akan kalsium, potasium dan magnesium. Spirulina juga
diklaim mampu meningkatkan kesehatan seseorang, bahkan dapat membantu proses
detoksifikasi hingga merawat kulit dan melindunginya dari kerusakan. Spirulina
terkenal akan kandungan gizinya yang sangat tinggi, sehingga mendapat gelar “Super
Food”. Kandungan nutrisi dalam 1 gram spirulina sama dengan kandungan nutrisi
pada 500 gram sayuran dan buah-buahan, dengan kata lain asupan 8 gram spirulina
dapat memenuhi asupan nutrisi untuk 40 hari. Biasanya spirulina sebagai suplemen
kesehatan berwujud bubuk hijau.
Mikroalga Spirulina sp. mengandung banyak senyawa protein, antioksidan
dan mineral. Senyawa protein berguna untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel di
dalam tubuh manusia. Kadar protein Spirulina yaitu 62,4%. Spirulina juga
mengandung senyawa antioksidan berupa beta-karoten sebanyak 396 mg/100 gram
dan vitamin E sebanyak 12,7 mg/100 gram. Senyawa antioksidan berguna untuk
menangkal radikal bebas yang berasal dari pangan dan lingkungan. Menurut Sayuti
dan Yenrina (2015), radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga
molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari
molekul lain atau sel lain. Berdasarkan karakteristiknya mikroalga Spirulina
berpotensi sebagai bahan baku sumber senyawa antioksidan yang dapat digunakan
untuk bahan kosmetik dan farmasi.

E. Proses Saponifikasi dalam Pembuatan Sabun


Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah
(NaOH). Hasil lain dari saponifikasi adalah gliserol. Banyak atom C dapat
mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan, proses emulsi dan pembasahan.
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan
kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk
membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam
karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak
anggur mengandung ester dari gliserol asam oleat (Fessenden, 1982).
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali.
Reaksi penyabunan mula-mula berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali
merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Pada proses penyabunan,
penambahan larutan alkali (KOH/NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil
diaduk dan dipanasi (apabila untuk menghasilkan sabun cair). Tersabunkannya asam
lemak dengan alkali, baik asam lemak yang terdapat dalam keadaan bebas atau asam
lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak (gliserida) dengan cara minyak dan
lemak direaksikan dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserin (Perdana, 2008).
Berikut adalah reaksi saponifikasi (Perdana, 2008)

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi


Sabun merupakan suatu kebutuhan pokok manusia yang selalu digunakan
sehari-hari. Fungsi utama dari sabun adalah membersihkan. Dilingkungan sekitar,
banyak macam wujud sabun yang dapat ditemui, baik yang dalam bentuk cair, lunak,
krim maupun yang padat. Kegunaannya pun beragam, ada yang digunakan sebagai
sabun mandi, sabun cuci sabun tangan, sabun cuci peralatan rumah tangga dan lain
sebagainya (Fessenden, 1982).

F. Bahan Pendukung Pembuatan Sabun


Tujuan penambahan bahan pendukung dalam pembuatan sabun adalah untuk
mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif
tersebut antara lain : builders, fillers inert, antioksidan, pewarna,dan parfum (Luthana,
2010).
1. Builders (Bahan Pembentuk)
Builders digunakan untuk melunakkan air dengan cara mengikat mineral-
mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk
mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi
utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat
agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu
mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas (Luthana, 2010).
2. Filler (Bahan Pengisi)
Filler (bahan pengisi) ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran
bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau
memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun
semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi
sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan
pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini
berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air (Luthana, 2010).
3. Bahan Antioksidan
Bahan antioksidan pada sabun juga dapat menstabilkan sabun terutama pada
bau tengik atau rancid. Natrium silikat, natrium hiposulfid, dan natrium tiosulfat
diketahui dapat digunakan sebagai antioksidan. Stanous klorida juga merupakan
antioksidan yang sangat kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau
sebagai bleaching agent.
4. Bahan Pewarna (Coloring Agent)
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan
agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun
ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik (Perdana, 2009).
5. Bahan Pewangi (Fragrances)
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan
besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun
secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum
akan berakibat fatal. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan
sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower.(Perdana,2009).

G. Pembelajaran Mikrobiologi di sekolah Menengah Atas


Di Indonesia, mikrobiologi mulai dikenalkan di jenjang sekolah menengah,
serta merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi biologi, kimia, IPA
terpadu, farmasi, pangan, kesehatan, kedokteran, dan lingkungan. Mikrobiologi harus
dikuasai dan dipahami oleh peserta didik karena terkait langsung dengan kehidupan
sehari-hari dan dapat dikaitkan dengan aspek kecakapan hidup (life skill) (Kusnadi et
al., 2012)
Dalam Silabus kurtilas kelas X mata pelajaran Biologi yaitu tepatnya pada
kompetensi dasar 3.5 dan 4.5 terkait Protista dapat diterapkan praktikum proses
pembuatan sabun dengan menggunakan salah satu alga yaitu Spirullina sp. Yang
bertujuan untuk merangsang motivasi siswa dalam pembelajaran Biologi serta
menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif pada peserta didik.
KD 3.5 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan protista
berdasarkan ciri-ciri umum kelas dan peranya dalam kehidupan
melalui pengamatan secara teliti dan sistematis dan kompetensi dasar
KD 4.5 Merencanakan dan melaksanan pengamatan tentang ciri-ciri dan
peran protista dalam kehidupan
DAFTAR PUSTAKA

Adams, K.H. 1981. Pollution, Eutrophication and Waste Treatment. Kualalumpur: National
Workshop on Biogas Technology.

Borowitzka, M.A. 1988. Algal growth media and sources of cultures. In: Borowitzka M.A. &
Borowitzka L.J. (eds.), Micro-algal Biotechnology. Cambridge University Press:
Cambridge.

Borowitzka, M.A. dan Borowitzka, L.J. 1992. Mikroalga Biotechnology. New York:
Cambridge University Press. 305-319.

Fessenden, 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Hadiyanto, H., M.A. Marsya, dan P. Fatkhiyatul. 2015. “Jurnal Teknologi Improved Yield oF
β -Carotene from Microalgae Spirulina Plantesis Using Ultrasound Assistes
Extraction.” Jurnal Teknologi 77 (1): 219– 22. doi:10.11113/jt.v77.4482

Henrickson, R. 2009. Earth food Spirulina. Ed Ke-6. Hawai: Ronore Enterprises, Inc.

Hongmei, G., dkk. 2008. Characterization of photosystem II in salt-stressed cyanobacterial


Spirulina platens is cells. Biochimica et Biophysica acta 1777

Kabinawa, I.N.K. 2008. Biodiesel Energi Terbarukan dari Mikroalga. Warta Pertamina. (9):
31 – 35.

Kusnadi, 2012. Mikrobiologi. http://file.upi.edu/direktori/FMIPA/jurpendidikanbiologi


/196805091994031. Diakses pada tanggal 07/092019

Luthana, Yissa., 2010. Bahan Bahan Pembuatana Sabun. http ://yissaprayogo.wordpress


.com/2010/05/07/bahan-bahan-dalam-pembuatan-sabun/ Diakses pada tanggal
07/092019

Nur, M.M. Azimatun. 2014. “Potensi Mikroalga Sebagai Sumber Pangan Fungsional Di
Indonesia ( Overview ) Potency of Microalgae as Source of Functional Food in
Indonesia ( Overview )” XI (2): 1–6
Perdana, F.K dan Ibnu Hakim, 2009, Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q
Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q, http://eprints.undip.ac.id, Diakses
pada tanggal 07/092019

Perdana, Farid Kurnia dan Ibnu Hakim. 2008. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan
Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q. Semarang: Universitas
Diponegoro Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia

Sayuti, K. dan R. Yenrina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas University Press,
Padang.

Simanjuntak, Sorta Basar Ida. 2018. Efektivitas Spirulina sebagai Immunostilulan pada Ikan
Patin Jambal (Pangasius djambal). J. Biol. Indon. Vol. III, No. 3 : 209-218

Susanna, Dewi dkk. 2007. Pemanfaatan Spirulina platensis Sebagai Protein Sel Tunggal
(PST) Mencit (Mus musculus). Makara Kesehatan : Vol. 11, No. 1, Juni 2007.

Anda mungkin juga menyukai