Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PERCOBAAN 2
INOKULASI DAN PEREMAJAAN BIAKAN DALAM MEDIA PADAT
DAN CAIR

Disusun oleh:

Nama : Nanda Syahidatul Fadilah (10060319029)


Said Muhammad Resfinda (10060319030)
Syavina Nur Zahira (10060319031)
Fitri Nurhalimah (10060319033)
Shofiyyatun Nada (10060319035)
Siti Nurlita Permana (10060319036)
Shift/Kelompok : A/5
Tanggal Percobaan : 25 November 2020
Tanggal Laporan : 1 Desember 2020
Nama Asisten : Egya R. Prasadhana, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020 M / 1442 H
Modul 2

INOKULASI DAN PEREMAJAAN BIAKAN DALAM MEDIA PADAT

DAN CAIR

I TUJUAN PERCOBAAN

1.1 Dapat melakukan inokulasi dan peremajaan biakan secara goresan, tusukan,

dan apusan (swab) dengan media padat maupun cair menggunakan teknik

kerja aseptis.

1.2 Mengamati pertumbuhan bakteri yang diinokulasi dengan metode dan media

tertentu.

II LANDASAN TEORI

2.1 Inokula dan Inokulasi

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat

ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)

terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan

medium agar tetap steril. Hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.

Sehingga bisa pula dikatakan bahwa inokulasi adalah menanam inokula secara

aseptis ke dalam media steril baik pada media padat maupun media cair. Sedangkan

inokula merupakan bahan yang mengandung mikroba atau biakan mikroba baik

dalam keadaan cair maupun padat (Dwijoseputro, 1998).


2.2 Teknik Inokulasi

Inokulasi mikroba umumnya menggunakan alat yang disebut sebagai jarum

ose yang berfungsi menginokulasi kultur mikroba serta memindahkan suatu kultur

mikroba (koloni) pada media satu ke media lainnya. Ada beberapa metode yang

digunakan untuk menginokulasi mikroba antara lain:

2.2.1 Metode Gores

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu,

tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan.

Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum

digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawan petri dengan jarum

pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang

cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Cara penggarisan dilakukan

pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik

inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-

masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak

mungkin pada lempeng medium pembiakan (Irianto, 2007).

2.2.2 Metode Tebar

Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan

petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi

itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat

menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang

merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang

terpisah-pisah (Irianto, 2007).


2.2.3 Metode Tuang

Inokulasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar

melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada

suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).

2.2.4 Metode Tusuk

Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung

jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam

media (Djide, 2006).

2.3 Macam-Macam Media Inokulasi

Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya

bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media

tersebut yaitu:

2.3.1 Media Padat

Media padat merupakan media yang mengandung zat pemadat kurang lebih

15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat dibedakan menjadi tiga

jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring, dan media

lempeng. Media padat umumya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan

kadang-kadang juga mikroalga (Djide, 2006).

2.3.2 Media semi padat

Media semi padat atau semi cair merupakan media yang mengandung agar

kurang dari 0,3%-0,4% sehingga media menjadi kenyal tidak padat dan tidak begitu

cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan

air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba. Apabila
penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang seharusnya. Ini

umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan

kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif (Djide, 2006).

2.3.3 Media cair

Media cair merupakan media yang tidak ditambahkan bahan pemadat,

umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga dan juga mikroba lain,

terutama bakteri dan ragi (Djide, 2006).

2.4 Bakteri yang Digunakan

2.4.1 Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli merupakan merupakan bakteri Gram negatif, bentuk

batang, memilki ukuran 2,4 mikro 0,4 hingga 0,7 mikro, bergerak, tidak berspora,

positif pada tes indol, glukosa, laktosa, sukrosa (Greenwood et al, 2007).

2.4.2 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.

Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling

baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu

sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz

et al, 2008).

2.4.3 Bacillus subtilis

Bacillus subtilis adalah bakteri Gram-positif, katalase-positif, ditemukan di

dalam tanah dan saluran pencernaan ruminansia dan manusia. dua sifat utama yang
membedakan Bacillus dari bakteri pembentuk endospora lainnya adalah

kemampuan Bacillus untuk hidup aerob (walaupun beberapa bersifat fakultatif

anaerob) (Greenwood et al, 2007).

2.4.4 Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob obligat,

berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran

sekitar 0,5-1,0 µm. Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat

menfermentasikan karbohidrat. Pada uji biokimia, bakteri ini menghasilkan

dampak positif pada uji indol, Merah Metil, dan Voges-Proskauer. Bakteri ini

secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan

hewan. Pseudomonas aeruginosa adalah patogen oportunistik (Jawetz et al, 2008).


III ALAT DAN BAHAN

NO ALAT BAHAN
1. Alat swab Biakan bakteri (Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa,
Bacillus subtilis, dan Escherichia
coli)
Media nutrient agar cair bersuhu
2. Bunsen
50˚C
3. Cawan petri steril Media nutrient broth

4. Inkubator 37 ˚C Media Potato Dextrose Agar (PDA)

5. Ose bundar dan lurus

6. Papan pembentuk agar miring

7. Pinset

8. Pipet agar 20 mL steril

9. Pipet ukur 5 mL dan 10 mL

10. Rak tabung reaksi

11. Tabung reaksi steril


IV PROSEDUR KERJA

4.1 Pembuatan Plat Agar, Agar Miring, Agar Tegak, dan Media Cair dalam
Tabung
Bunsen dinyalakan dan diatur nyala apinya hingga diperoleh nyala api biru

dan dibiarkan menyala selama 10 menit. Tabung reaksi steril disiapkan kemudian

diletakkan pada rak tabung reaksi, dan cawan petri diletakkan diantara dua api

bunsen. Pertama, dibuat plat agar dengan mempipet 20 ml media nutrien agar cair

50oC ke dalam cawan petri steril lalu dibiarkan memadat. Kedua, dibuat media agar

miring dengan mempipet media nutrien agar cair 50oC ke dalam tabung reaksi steril

kemudian diletakkan miring pada papan miring dan dibiarkan memadat. Ketiga,

dibuat media agar tegak dengan mempipet 10 ml nutrien agar 50oC ke dalam tabung

reaksi steril, lalu diletakkan tegak pada rak tabung reaksi dan dibiarkan memadat.

Terakhir, dibuat media cair dengan mempipet 10 ml media nutrien broth yang

bersuhu kamar ke dalam tabung reaksi steril. Semua pekerjaan dilakukan dengan

memperhatikan prosedur kerja aseptis.

4.2 Teknik Inokulasi pada Plat Agar, Agar Miring, Agar Tegak, dan Media
Cair
Inokulasi pada plat agar dilakukan dengan dua cara, yaitu cara streak (gores)

dan swab (apus). Cara streak dilakukan dengan cara inokula diambil menggunakan

jarum ose bundar lalu bakteri diinokulasikan ke setiap bagian dari plat agar dengan

goresan yang rapat, setelah sebelumnya dibuat empat area pada plat agar dengan

menggunakan spidol pada permukaan luar cawan petri bagian alas. Sementara cara

swab dilakukan dengan cara inokula diambil dengan cara mengapus alat swab pada

permukaan inokula yaitu permukaan media plat agar.


Pada media agar miring dilakukan dengan mengambil inokula menggunakan

jarum ose bundar kemudian bakteri diinokulasikan pada media dengan cara goresan

rapat zigzag dimulai dari bagian bawah sampai bagian atas media.

Inokulasi pada agar tegak dilakukan dengan mengambil inokula

menggunakan jarum ose lurus kemudian bakteri diinokulasikan pada media dengan

menusukkan jarum ose tepat pada poros tengah tabung hingga mendekati dasar

tabung kemudian ditarik kembali secara perlahan-lahan.

Inokulasi pada media cair dilakukan dengan mengambil inokula

menggunakan jarum ose bundar kemudian bakteri diinokulasikan ke dalam media

cair dengan cara mengaduk menggunakan jarum ose bundar.


V DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

NAMA
MEDIA PARAMETER PENGAMATAN
BAKTERI
Eschericia colli Plat  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Agar 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sesudah dan sebelum
berwarna kekuningan
 Warna koloni: putih tulang
 Letak pertumbuhan: zig-zag

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Agar  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Miring 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning pekat dan sesudah
ditambah berwarna putih
 Warna koloni: putih tulang
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


 Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Agar 2020
Tegak  Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum berwarna kuning
dan sesudah ditambah inokula berwarna
putih tulang
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Media  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Cair 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sesudah dan sebelum
berwarna kuning keruh
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Pseudomonas Plat  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
aeruginosa Agar 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning pekat dan sesudah
ditambah tak berwarna
 Warna koloni: tak berwarna
 Letak pertumbuhan: zig-zag tetapi tidak
terlihat jelas

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Agar  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Miring 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning dan setelah ditambah
berwarna putih
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Agar  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Tegak 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning dan setelah ditambah
berwarna putih tulang
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Media  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Cair 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sesudah dan sebelum
berwarna kuning keruh
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Bacillus subtilis Plat  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Agar 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sesudah dan sebelum
berwarna agak kekuningan
 Warna koloni: putih tulang
 Letak pertumbuhan: zig-zag, koloni bulat

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Agar  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Miring 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning dan sesudah ditambah
berwarna agak kekuningan
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Agar  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Tegak 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning dan sesudah ditambah
berwarna putih tulang
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Media  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Cair 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sesudah dan sebelum
berwarna kuning keruh
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Staphylococcus Plat  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
aureus Agar 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum dan sesudah
berwarna kekuningan
 Warna koloni: putih tulang
 Letak pertumbuhan: zig-zag berbentuk
polesan

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Agar  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Miring 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning dan sesudah ditambah
berwarna putih
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di permukaan
tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Agar  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Tegak 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sebelum ditambah inokula
berwarna kuning keruh dan sesudah
ditambah berwarna putih
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


Media  Waktu inokulasi: Senin, 2 November
Cair 2020
 Waktu pengamatan: Senin, 3 November
2020
 Warna media: sesudah dan sebelum
berwarna kuning keruh
 Warna koloni: putih
 Letak pertumbuhan: di dasar tabung

Sebelum ditambahkan inokula:

Setelah ditambahkan inokula:


VI PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan inokulasi dan peremajaan biakan dalam

media padat dan cair. Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptis ke dalam

media steril baik pada media padat maupun media cair. Sedangkan inokula

merupakan bahan yang mengandung mikroba atau biakan mikroba baik dalam

keadaan cair maupun padat (Dwijoseputro, 1998).

Percobaan kali ini ini bertujuan untuk menginokulasi inokula berupa biakan

bakteri, di antaranya bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,

Bacillus subtilis, dan Escherichia coli dalam media steril padat (nutrient agar)

berupa plat agar, agar miring, agar tegak, dan media steril cair (nutrient broth)

menggunakan teknik kerja aseptis dan mengamati pertumbuhan bakteri yang

diinokulasi tersebut. Tujuan dilakukannya inokulasi biakan bakteri adalah untuk

meremajakan bakteri sehingga dapat dihasilkan biakan yang murni, yaitu biakan

yang hanya mengandung satu spesies bakteri. Bakteri terbagi menjadi bakteri yang

bersifat anaerob obligat, anaerob fakultatif, aerob obligat dan aerob fakultatif.

Anaerob obligat yaitu bakteri yang dapat hidup jika tidak ada oksigen. Anaerob

fakultatif yaitu bakteri yang dapat bertahan hidup baik tanpa oksigen tetapi dapat

hidup dengan oksigen. Aerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat bertahan hidup

baik dengan oksigen tetapi tetap dapat hidup tanpa oksigen. Dan aerob obligat yaitu

bakteri yang hanya dapat hidup jika ada oksigen.

Sebelum melakukan percobaan, tempat atau permukaan yang digunakan

untuk penelitian atau praktikum inokulasi harus bersih dan dalam keadaan steril.

Percobaan kali ini dilakukan dengan teknik kerja aseptis berupa sanitasi dengan
menyemprotkan alkohol 70% kemudian dibersihkan dengan lap/tissue. Alkohol

yang digunakan terdiri dari 70% alkohol dan 30% air, hal ini karena dinding sel

bakteri bersifat polar (prinsip like dissolve like), sehingga air akan ditarik oleh

dinding sel dan alkohol masuk dalam inti sel bakteri. Selanjutnya teknik kerja

aseptis juga dilakukan dengan flambir pada setiap alat yang sudah disterilisasi untuk

menjaga kesterilan, dan sebelum bekerja dua nyala api bunsen diletakkan selama

10 menit dengan jarak +/- 20 cm bertujuan agar terjadi radiasi sehingga

mikroorganisme menjauh. Teknik kerja aseptis ini dilakukan untuk keamanan

percobaan dan peneliti, meminimalisir kehadiran kontaminan yang mungkin

bersifat patogen karena kontaminan dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan

menghambat proses pengamatan, dan agar tidak terjadi kesalahan dalam

pengamatan dan percobaan di laboratorium.

Inokulasi dilakukan di dalam beberapa media sebagai tempat pertumbuhan

mikroba karena pada media mengandung nutrisi yang diperlukan mikroorganisme

untuk hidup. Media yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu media steril padat

(nutrient agar) berupa plat agar, agar miring, agar tegak, dan media steril cair

(nutrient broth). Suhu nutrient agar dan nutrient broth yang digunakan bersuhu 50˚C

agar tidak terbentuk uap air pada tutup cawan petri maupun dinding tabung reaksi

yang digunakan sehingga tidak mempengaruhi hasil pengamatan. Syarat dari suatu

media adalah harus memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba, steril dan

memiliki pH yang sesuai dengan mikroba yang akan diuji. Pada proses pembuatan

media dilakukan flambir pada setiap alat yang digunakan untuk menjaga kesterilan
dari kontaminasi mikroorganisme dan meminimalisir mikroba lain di udara untuk

masuk ke dalam media..

Media plat agar digunakan untuk memperoleh koloni yang terpisah,

menghitung jumlah koloni bakteri, dan untuk mengetahui morfologi dari suatu

bakteri. Pembuatan media plat agar dilakukan dengan cara streak atau gores.

Kelebihan dari metode ini adalah menghemat bahan dan waktu tetapi

kekurangannya metode ini tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri

anaerob. Pada pembuatan plat agar, dilakukan dengan cara memasukkan nutrient

agar 50oC ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Setelah padat, dilakukan

inokulasi dimana inokula diambil dengan jarum ose yang dipanaskan hingga

membara untuk mensterillisasi jarum dari mikroorganisme lain sebelum digunakan.

Inokula atau bakteri digoreskan di atas permukaan media menggunakan metode

gores mulai dari sisi samping secara merata. Lalu cawan petri yang berisi media

bakteri diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C. Digunakan suhu 37°C karena

pada suhu tersebut merupakan suhu optimum dari bakteri.

Media agar miring digunakan untuk melihat jumlah, reaksi biokimia dan

untuk peremajaan. Kelebihan dari metode ini adalah memiliki luas permukaan yang

kecil sehingga peluang terjadinya kontaminasi rendahdan dapat memperluas bidang

untuk digunakan strain murni. Sedangkan kekurangannya hanya dapat memuat

sedikit mikroorganisme. Pada pembuatan media agar miring dilakukan dengan cara

memasukan 5 ml nutrien agar cair 50°C kedalam tabung reaksi kemudian diletakan

dalam keadaan miring sampai nutrien agar cair memadat. Diletakan miring ini

bertujuan agar mempunyai permukaan media yang lebih luas dari pada permukaan
agar tegak. Setelah padat, dilakukan inokulasi dengan menggunakan jarum ose

bundar yang telah diflambir untuk membunuh bakteri yang menempel pada kawat

jarum dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Digunakan suhu

37°C karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimum dari bakteri.

Media agar tegak digunakan untuk melihat kondisi kebutuhan oksigen dari

bakteri. Pada pembuatan media agar tegak dilakukan dengan cara memasukan 5 ml

nutrien agar cair 50°C kedalam tabung reaksi dalam dibiarkan memadat. Setelah

padat, dilakukan inokulasi dengan cara tusukan menggunakan jarum ose lurus yang

telah diflambir untuk membunuh bakteri yang menempel pada kawat jarum.

Kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C. Digunakan suhu 37°C

karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimum dari bakteri.

Media cair dalam tabung digunakan untuk peremajaan atau pengenceran,

melihat ada atau tidaknya suatu bakteri dengan melihat kekeruhannya pada media

cair. Pada pembuatan media cair dalam tabung dilakukan dengan cara memasukan

5 ml nutrient broth kedalam tabung reaksi. Lalu dilakukan inokulasi dengan

menggunakan jarum ose bundar yang telah diflambir terlebih dahulu untuk

membunuh bakteri yang menempel pada kawat jarum. Kemudian diinkubasi selama

24 jam dengan suhu 37°C. Digunakan suhu 37°C karena pada suhu tersebut

merupakan suhu optimum dari bakteri.

Berdasarkan hasil pengamatan pada bakteri Eschericia coli, pada media plat

agar, sebelum dan setelah inokulasi media berwarna kekuningan, setelah diinkubasi

selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih tulang berada di atas pada

goresan yang telah dibuat (zig-zag). Pada media agar miring, sebelum inokulasi
media berwarna kuning pekat dan setelah inokulasi berwarna putih, setelah

diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih tulang berada di

dasar tabung reaksi. Pada media agar tegak, sebelum inokulasi media berwarna

kuning dan setelah inokulasi berwarna putih tulang, setelah diinkubasi selama 24

jam timbul koloni bakteri berwarna putih berada di dasar tabung reaksi. Pada media

cair, sebelum dan setelah inokulasi media berwarna kuning keruh, setelah

diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih berada di dasar

tabung reaksi. Menurut Nurwantoro dan Abbas (1997), bakteri Escherichia coli

merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang lurus dengan panjang 1-3

μm dan lebar 0,4-0,7 μm, biasanya berwarna putih atau kuning putih, tidak

berspora, tidak berkapsul (namun ada yang berkapsul), dan bergerak aktif (ada pula

yang tidak bergerak). Menurut Anggraeni (2012), Escherichia coli merupakan

bakteri fakultatif anaerob, kemoorganotropik, mempunyai tipe metabolisme

fermentasi dan respirasi. Letak bakteri yang berada diatas menunjukan bahwa

bakteri memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Maka berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai

dengan literatur, karena koloni bakteri berwarna putih dan perumbuhan bakteri

sesuai dengan goresan yang dibuat, dan menurut literatur bakteri Escherichia coli

merupakan bakteri anaerob fakultatif. Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat

bertahan hidup baik tanpa oksigen tetapi dapat hidup dengan oksigen. Hal ini

menunjukan bahwa tidak terjadi kontaminasi.

Berdasarkan hasil pengamatan bakteri Pseudomonas aeruginosa, pada media

plat agar, sebelum inokulasi media berwarna kuning pekat dan setelah inokulasi
media tak berwarna, setelah diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri yang

tak berwarna berada di atas pada goresan yang telah dibuat (zig-zag tetapi tidak

terlihat jelas). Pada media agar miring, sebelum inokulasi media berwarna kuning

dan setelah inokulasi media berwarna putih, setelah diinkubasi selama 24 jam

timbul koloni bakteri yang berwarna putih berada di dasar tabung reaksi. Pada

media agar tegak, sebelum inokusi media berwarna kuning dan setelah inokulasi

media berwarna putih tulang, setelah diinkubasi selama 24 jam timbul koloni

bakteri yang berwarna putih berada di dasar tabung reaksi. Pada media cair,

sebelum dan setelah inokulasi media berwarna kuning keruh, setelah diinkubasi

selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih berada di dasar tabung reaksi.

Menurut Todar (2004), Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif

dan bergerak dengan menggunakan flagel, dan merupakan bakteri oportunistik.

Menurut Soekiman (2016), Pseudomonas aeruginosa dapat hidup dan berkembang

dalam keadaan tanpa oksigen dan membentuk koloni yang bundar dan licin dengan

warna kehijauan yang berfluoresensi. Maka berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur

karena letak bakteri yang berada di dasar dan pada media cair warna media berubah

menjadi agak keruh menandakan bakteri tumbuh di dalam media menunjukan

bahwa bakteri tidak memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Tetapi koloni

bakteri berwarna putih tidak sesuai literatur yang memungkinkan adanya

kontaminasi dari mikroorganisme lain.

Berdasarkan hasil pengamatan pada bakteri Bacillus subtilis, pada media plat

agar, sebelum dan setelah inokulasi media berwarna kekuningan, setelah diinkubasi
selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih tulang berada di atas pada

goresan yang telah dibuat (zig-zag) dengan bentuk koloni bulat. Pada media agar

miring, sebelum inokulasi media berwarna kuning pekat dan setelah inokulasi

berwarna agak kekuningan, setelah diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri

berwarna putih berada di dasar tabung reaksi. Pada media agar tegak, sebelum

inokulasi media berwarna kuning dan setelah inokulasi berwarna putih tulang,

setelah diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih berada di

dasar tabung reaksi. Pada media cair, sebelum dan setelah inokulasi media berwarna

kuning keruh, setelah diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna

putih berada di dasar tabung reaksi. Menurut Ariyanti (2016), Bacillus subtilis

memiliki kepadatan ukuran koloni yang besar, koloni cukup padat, dan berwarna

putih susu. Maka berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa percobaan

yang telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur karena warna koloni yang

dihasilkan berwarna putih dan menunjukan bahwa tidak terjadi kontaminasi.

Berdasarkan hasil pengamatan pada bakteri Staphylococcus aureus, pada

media plat agar, sebelum dan setelah inokulasi media berwarna kekuningan, setelah

diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih tulang berada di atas

pada goresan yang telah dibuat (zig-zag). Pada media agar miring, sebelum

inokulasi media berwarna kuning dan setelah inokulasi berwarna putih, setelah

diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih berada di

permukaan tabung reaksi. Pada media agar tegak, sebelum inokulasi media

berwarna kuning keruh dan setelah inokulasi berwarna putih, setelah diinkubasi

selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih berada di dasar tabung reaksi.
Pada media cair, sebelum dan setelah inokulasi media berwarna kuning keruh,

setelah diinkubasi selama 24 jam timbul koloni bakteri berwarna putih berada di

dasar tabung reaksi. Menurut Boyd dan Marr (1980), Staphylococcus aureus

merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu

membentuk kapsul. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media

pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar Staphylococcus memiliki

diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Menurut Jawetz (2008),

bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, bakteri fakultatif

anaerob, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Maka berdasarkan hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan

literatur karena letak bakteri yang berada di permukaan menunjukan bahwa bakteri

memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya dan pada media cair warna media

berubah menjadi agak keruh menandakan bakteri tumbuh di dalam media, maka

dapat disimpulkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri fakultatif

anaerob. Tetapi koloni bakteri berwarna putih tidak sesuai literatur yang

memungkinkan adanya kontaminasi dari mikroorganisme lain.


VII KESIMPULAN

7.1 Inokulasi merupakan menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril

baik pada media padat maupun media cair sedangkan inokula merupakan

biakan yang mengandung mikroba baik padat maupun cair serta tujuan dari

inokulasi ini untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan dan

menyimpan mikroba. Peremajaan mikroba bertujuan untuk memperpanjang

umur dari mikroba dan proses peremajaan mikroba yang dilakukan harus

benar-benar aseptik atau steril agar tidak terjadi atau meminimalisir

kontaminasi bakteri lain pada media biakan.

7.2 Pertumbuhan bakteri dan jamur yang diinokulasi ini menggunakan metode

steak (gores), metode apusan (swab) dan metode tusukan serta media yang

digunakan yaitu media plat agar, media agar mirig, media agar tegak dan

media cair dalam tabung dengan syarat media dapat menumbuhkan

mikroorganisme atau mengandung nutrisi untuk menumbuhkan bakteri.

Media plat agar berfungsi untuk mengamati morfologi dan jumlah koloni

(kumpul/berpisah, media agar miring berfungsi untuk melihat reaksi kimia

atau peremajaan mikroba dan untuk memperbesar luas permukaan, media

agar tegak berfungsi untuk melihat karakteristik mikroba berdasarkan

kebutuhan oksigen dimana bakteri atau jamur akan berada diatas jika

membutuhkan oksigen (aerob) dan bakteri atau jamur berada didasar jika

tidak membutuhkan oksigen (anaerob), media cair berfungsi untuk

peremajaan atau pengenceran.


Pertumbuhan bakteri :

1. Escherichia coli

- Pada media plat agar letak pertumbuhan berbentuk zigzag

- Pada media agar miring letak pertumbuhan berada di dasar bawah

- Pada media agar tegak letak pertumbuhan berada di dasar bawah

- Pada media cair letak pertumbuhan berada di bagian bawah

2. Pseudomonas aeruginosa

- Pada media plat agar letak pertumbuhan sesuai jalur berbentuk zigzag

namun tidak terlihat jelas

- Pada media agar miring letak pertumbuhan berada di dasar bawah

- Pada media agar tegak letak pertumbuhan berada di dasar bawah

- Pada media cair letak pertumbuhan berada di bagian bawah

3. Bacillus subtillis

- Pada media plat agar letak pertumbuhan berbentuk zigzag dengan

koloni bulat

- Pada media agar miring letak pertumbuhan berada di bagian bawah

- Pada media agar tegak letak pertumbuhan berada di bagian dasar

- Pada media cair letak pertumbuhan berada di bagian bawah

4. Staphylococcus aureus

- Pada media plat agar letak pertumbuhan berbentuk zigzag dan polesan

- Pada media agar miring letak pertumbuhan berada di bagian atas

- Pada media agar tegak letak pertumbuhan berada di bagian dasar

- Pada media cair letak pertumbuhan berada di bagian bawah


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A. C. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta.

Ariyanti, W. dan Rahayu, T. R. (2016). Pertumbuhan Bakteri E. Coli dan Bacillus

Subtilis pada Media Singkong, Ubi Jalar Putih, dan Ubi Jalar Kuning Sebagai

Substitusi Media NA. Doctoral dissertation. Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Boyd, R.F dan Marr, J.J. (1980). Medical Microbiology 1st edition. United States

of America: Little, Brown and Company (Inc.).

Djide, N. (2006). Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar: Jurusan Farmasi

Universitas Hasanuddin.

Dwijoseputro, D. (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Greenwood, D., Slack, R.C.B., Peutherer J.F., dan Barer M.R. (2007). Medical

Microbiology: A Guide to Microbial Infections: Pathogenesis, Immunity,

Laboratory Diagnosis and Control. UK : Elsevier Health Sciences.

Irianto, K. (2007). Mikrobiologi Umum. Bandung: CV Yrama Widya.

Jawetz et al., (2008). Medical Microbiology. 24th edition. North America: Lange

Medical book.

Nurwantoro dan Abbas. (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani dan Nabati.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Soekiman, S. (2016). Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit – Hospital Nososcomial

Infections. Surabaya: CV Sagung Seto.

Todar, K. (2004). Textbook of Bacteriology: Pseudomonas aeruginosa. Madison:

University of Winconsin-Madison Department of Bacteriology.

Winarni, D. (1997). Diktat Teknik Fermentasi. Surabaya: Program Studi D3 Teknik

Kimia FTI-ITS.

Anda mungkin juga menyukai