Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Sampel yang digunakan dalam percobaan deterjen ini berasal dari saluran proses
tempat cuci mobil yang berlokasi di Jalam Lambung Bukit Kota Padang
Pengambilan sampel dilakukan pada Kamis, 26 Oktober 2023 pukul 13.45 WIB.
Lokasi pengambilan sampel ini terletak pada koordinat 0°55'17.430" LS
100°24'11.194" dan elevasi permukaan tanah 37,3 meter di atas permukaan laut.
Pada saat pengambilan sampel, tidak ada aktivitas mencuci mobil. Cuaca pada saat
pengambilan sampel cerah, suhu 28°C. Untuk pengukuran pH dan DO , pH adalah
7,1 dan nilai DO adalah 5,9 mg/L.

2.2 Teori

2.2.1 Umum

Detergen merupakan bahan yang masuk ke dalam kategori kimia organik sintesis
yang dapat bereaksi terhadap air dan memunculkan busa yang dapat digunakan
untuk mencuci dan aktivitas rumah tangga serta industri lainnya. Detergen pada
umumnya mengandung bahan aktif LAS (Linear Alkylbenzene Sulfonate). LAS
merupakan surfaktan yang masuk ke dalam golongan anionik. LAS tergolong
dalam surfaktan sintesis, memiliki rantai lurus tanpa cabang, memiliki proses kerja
yang bagus (Octavia, 2021).

Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut
ABS. Jenis detergen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan
pencuci pakaian adalah detergen anti noda. Detergen generasi awal muncul
menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene
Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang
sulit di urai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya di gantikan dengan
senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan
lingkungan. Walau lebih ramah lingkungan, detergen tidak berarti ramah bagi
organisme dalam air. Jika detergen yang larut dalam air cukup signifikal, maka
dapat mematikan ikan yang hidup didalamnya. Ikan mengambil oksigen yang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

terlarut dalam air memalui ingsannya. Dengan adanya detergen yang larut dalam
air, maka zat tersebut akan masuk kedalam tubuh ikan langsung pada sistem
sirkulasinya. Keberadaan zat ini mengganggu metabolisme ikan, jika melebihi
ambang batas ikan akan mati (Isti’anah, 2017).

2.2.2 Pengertian Detergen

Detergen merupakan bahan pembersih yang umum digunakan oleh usaha industri
ataupun rumah tangga serta laboratorium. Produksi detergen terus meningkat setiap
tahunnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pembersih. Detergen
merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana komponen utama dari
gabungan tersebut adalah surface active agents atau surfaktan. Surfaktan detergen
yang paling sering digunakan adalah LAS atau Linier Alkilbenzen Sulfonat (Kirk
dan Othmer, 1982).

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu


pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Detergen terdiri
dari beberapa komponen utama yaitu surfaktan (agen aktif permukaan), seperti
Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) dan Alkyl Benzene Sulfonate (ABS). LAS
termasuk dalam kategori surfaktan anionik yang lebih mudah didegradasi secara
biologi daripada ABS. Diperlukan kontrol terhadap komponen utama dari detergen
yang memiliki potensi menyebabkan polusi lingkungan dengan tujuan pengurangan
risiko pada lingkungan (Subhan, 2020).

Detergen umumnya tersusun atas tiga komponen utama yaitu, surfaktan sebagai
bahan dasar detergen yang berkisar antara 22–30%, bahan builders (senyawa fosfat)
dan bahan aditif (pemutih dan pewangi). Surfaktan merupakan molekul yang
memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka
minyak (lipofilik) sekaligus. Hal tersebut dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari minyak dan air (Purnamasari, 2014).

2.2.3 Sumber Detergen

Sumber pencemaran di perairan dapat berasal dari limbah domestik. Limbah


domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, seperti
kegiatan mencuci yang menggunakan detergen dan pewangi. Limbah domestik

MUHAMAD IQBAL PRATAMA 2210942027


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

dapat dibagi menjadi dua, yaitu limbah organik seperti sisa sayuran dan makanan
serta limbah anorganik seperti plastik, bahan-bahan kimia yang berasal dari
penggunaan detergen, sampo maupun sabun. Seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk, kebutuhan detergen sebagai bahan pembersih cenderung
meningkat. Hal ini diketahui dengan semakin meningkatnya usaha laundry di
masyarakat (Larasati, 2021)

Dalam proses produksi detergen terdiri atas berbagai bahan komponen yang
menjadi penyusunnya. Pada umumnya, detergen mengandung dari bahan-bahan
berikut (Rahimah, 2016):

a. Surfaktan (Surface Active Agent)


Merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu
hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Surfaktan ini baik berupa anionik (Alkyl
Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein
Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Nonionik (Nonyl phenol
polyethoxyle), Amfoterik (Acyl Ethylenediamines). Surfaktan kationik bersifat
toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa
bahan surfaktan yang terdapat dalam detergen dapat membentuk chlorbenzene
pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan
senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
b. Pembentuk (Builder)
Berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-
aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa fosfat (Sodium Tri Poly
Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra
Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
c. Pengisi (Filler)
Bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan
daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan
sehingga dapat menurunkan harga, contohnya sodium sulfat.
d. Penambah (Additives)

MUHAMAD IQBAL PRATAMA 2210942027


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

Bahan tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi,


pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci detergen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contohnya seperti, Enzyme, Borax, Sodium chloride,
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa
oleh detergen kedalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu
mencuci (anti redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian
berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.

2.2.4 Dampak Detergen

Apabila limbah dari kegiatan laundry yang mengandung detergen tidak diolah
terlebih dahulu, detergen akan memasuki sungai dan terakumulasi di laut dan
menyebabkan pencemaran. Surfaktan pada detergen dalam jumlah tertentu dapat
menimbulkan busa yang mengganggu pemandangan serta menutupi permukaan
perairan dan berdampak pada proses difusi oksigen dari udara yang menjadi lambat,
sehingga kadar oksigen yang terlarut pada air menjadi sedikit dan mengganggu
kehidupan organisme perairan, terutama pada organ ikan. Senyawa fosfat dalam
detergen di perairan dapat menyebabkan eutrofikasi, karena dapat menyebabkan
tanaman perairan menjadi subur dan pertumbuhan alga menjadi lebih tinggi, yang
apabila melebihi batas dapat menyebabkan blooming (Larasati, 2021).

Keberadaan detergen dalam suatu perairan dapat menimbulkan dampak pada biota
yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa detergen dalam air dapat merusak insang dan organ pernapasan
pada ikan. Keberadaan busa-busa di permukaan air yang ditimbulkan oleh detergen
diduga menyebabkan turunnya oksigen terlarut dalam air. Dengan demikian,
organisme akan mati karena kerusakan organ pernafasan dan kekurangan oksigen.
dampak dari paparan toksikan terhadap organisme hidup, khususnya ikan, dapat
diketahui dengan melihat tingkah laku ikan tersebut, seperti hilangnya
keseimbangan, gerakan yang tidak terkendali diikuti oleh perubahan postur tubuh
yang tidak normal, menggelepar, berenang di permukaan air, dan lumpuh.
Tingginya konsentrasi detergen bubuk serta tidak adanya perlakuan fitoremediasi
yang menyebabkan menurunnya bukaan operculum pada ikan. Hal tersebut

MUHAMAD IQBAL PRATAMA 2210942027


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

menyebabkan ikan semakin sulit memperoleh oksigen sehingga bukaan operculum


ikan lele tersebut semakin cepat pada awal pemaparan dan berangsur-angsur
menurun, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada ikan karena kekurangan
oksigen terlarut untuk proses respirasi (Octavia, 2021).

Detergen anionik pada konsentrasi antara 10 mg/l-600 mg/l bersifat racun terhadap
fitoplankton. Detergen yang mengandung Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sifat
racunnya pada alga sudah terlihat pada konsentrasi 0,5 mg/l. Detergen yang terlarut
dalam air juga dapat menimbulkan busa yang menghalangi penetrasi cahaya
sehingga menghambat fotosistensis dan membunuh mikroalga serta menghalangi
difusi oksigen dari udara sehingga suplai oksigen ke badan air berkurang (Sari,
2016).

2.2.5 Teknologi Pengolahan Detergen Di Perairan

Adapun upaya untuk menanggulangi pencemaran yang timbul akibat detergen


adalah dengan fitoremediasi. Penggunaan tumbuhan air merupakan salah satu
pengolahan untuk menurunkan kadar bahan organik detergen di perairan.
Tumbuhan yang digunakan sebagai agen fitoremediasi ialah tumbuhan yang
memiliki kemampuan untuk mengangkut berbagai zat toksik yang ada. Beberapa
tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai fitoremediator dalam upaya mengatasi
pencemaran air salah satunya yaitu tumbuhan Daun Tombak (Sagittaria lancifolia).
Tumbuhan Sagittaria lancifolia memilikin kandungan air kurang dari 90%. Maka
dari itu, tumbuhan akuatik tersebut akan sangat efektif apabila dijadikan sebagai
sampel pengujian tumbuhan untuk fitoremediasi (Kustiyaningsih,2020).

Penanganan lain yang telah dilakukan untuk menangani masalah pencemaran yang
disebabkan oleh limbah laundry adalah metode biosand Filter. Biosand Filter
merupakan filter dengan konsep saringan pasir lambat yang khusus didesain untuk
skala rumah tangga. Kelebihan biosand filter adalah adanya penumbuhan biofilm
dipermukaan media paling atas yang mampu mendegradasi rasa, bau dan warna.
Biosand Filter menggunakan media pasir halus, pasir kasar dan kerikil dan adanya
penambahan mikroorganisme sebagai pembantu dalam menurunkan kandungan
organik dalam limbah laundry. Penambahan karbon aktif berfungsi untuk
meningkatkan efesiensi dalam menurunkan kadar bahan-bahan organik dan untuk

MUHAMAD IQBAL PRATAMA 2210942027


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

menurunkan konsentrasi surfaktan yang terlarut dalam limbah laundry sebelum


dibuang kelingkungan perairan (Astuti, 2015).

2.2.6 Metode Spektrofotometri

Metode analisis detergen yang digunakan adalah spektrofotometri, yaitu suatu


metode analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh
suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube
spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Metode spektrofotometri dapat
digunakan apabila larutan berwarna, jernih dan tidak ada partikel lain. Warna dari
sampel yang telah disaring dinyatakan dalam istilah yang menggambarkan sensasi
sadar ketika melihat sampel. Warna (merah, hijau, kuning dan lain-lain) tersebut
ditetapkan oleh panjang gelombang dominan, tingkat kecerahan dengan
pencahayaan dan saturasi (pucat, pastel dan lain-lain) oleh kemurnian. Nilai-nilai
ini sebaiknya ditentukan dari karakteristik transmisi cahaya dari sampel yang telah
disaring dengan cara spektrofotometer (Greenberg, 1992).

Prinsip dan metode ini, warna yang dihasilkan pada sampel yang telah disaring
memperlihatkan karakteristik fisik dari sampel, seperti warna (merah, hijau, kuning
dan lainnya) yang terbentuk berdasarkan panjang gelombang. Tingkat kecerahan
ditunjukkan dari tingkat cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Titik
kejenuhan ditunjukkan oleh kejelasan warna seperti (pucat, muda dan lainnya).
Karakteristik fisik di atas dapat ditentukan menggunakan spektrofotometer melalui
tingkat/ karakteristik transmisi cahaya yang terbentuk dari sampel yang telah
disaring (Greenberg, 1992).

2.2.7 Peraturan Terkait

Peraturan yang mengatur tentang baku mutu air limbah yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Menurut PP No. 22 tahun 2021 klasifikasi mutu air ditetapkan
menjadi 4 (empat) kelas:

MUHAMAD IQBAL PRATAMA 2210942027


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
3. kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

Berikut tabel baku mutu detergen menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021:

Tabel 2.1 Baku Mutu Detergen Menurut PP Nomor 22 Tahun 2021


No Parameter Satuan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan
Air Sungai dan
1. Detergen Total mg/L 0,2 0,2 0,2 -
Sejenisnya
Sumber: PP RI No.22 Tahun 2021

MUHAMAD IQBAL PRATAMA 2210942027

Anda mungkin juga menyukai