Anda di halaman 1dari 35

Kandungan dan Bahaya Detergen

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu


pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang
lebih
baik
serta
tidak
terpengaruh
oleh kesadahan air.
Komposisi
Pada
umumnya,
detergen
mengandung
bahan-bahan
berikut:
Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaanair sehingga dapat melepaskan kotoran
yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat
kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik :
-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
d. Sitrat : Asam Sitrat
Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium
sulfat.
Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh :Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl
Cellulose
(CMC).

Pencemaran Alam Sekitar oleh Detergen dan Bahan Tambahan dalam


Detergen
1. Detergen yang berantai lurus tidak terbiodegradasikan, yaitu tidak terurai oleh
bakteria atau mikroorganisma.
2. Apabila air cucian yang mengandungi detergen dibuang ke dalam talian air atau ke
dalam sungai, pencemaran air berlaku dan hidupan akuatik akan mati.
3. Apabila sebatian fosfat yang ditambahkan kepada detergen dibuang ke dalam
sungai atau tasik akan berlaku pertumbuhan rumpai air dan alga yang sangat cepat.
Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam air sangat
berkurangan dan hidupan akuatik akan mati.
Kegunaan
:
Pembersih
pakaian
adalah
salah
satu
kegunaan
dari
detergen
Bahaya
Detergen
Tanpa mengurangi makna manfaat Detergen dalam memenuhi kebutuhan seharihari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada Detergen dapat
menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua
bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni surfaktan dan builders,
diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia
dan
lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami
yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar.
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki
toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS
dengan akibat iritasi sedang pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika
tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan
surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat membentuk chlorbenzene pada
proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan
senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan. Pada awalnya
surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri Detergen. Namun karena
ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan,
bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai
softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat
ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci
Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk
Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan
sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.

Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan


pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan
air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang
berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan
akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi
kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan
kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate
dalam Detergen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan
zeolite
dan
citrate
sebagai
builder
dalam
Detergen.
Detergen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya
merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi
berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan
pewangi. Generasi awal Detergen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke
masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif
permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.
(Wikipedia,
2009).
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak
alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak
tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya,
sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat
kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun
bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen
termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis
Detergen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian
adalah Detergen anti noda. Detergen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene
sulphonate) yang merupakan Detergen tergolong keras. Detergen tersebut sukar
dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar
limbah Detergen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota
tersebut.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang
menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih
lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit
diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah Detergen yang
dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan
mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.Beberapa negara di dunia secara resmi
telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan Detergen dan
memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau

lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk Detergen yang kita pakai
dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian
terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh
bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk
mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah Detergen rumah tangga adalah
terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok).
Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan
pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu
ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan
biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal
seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan
manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran
selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya
melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan
begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat
besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu tak
lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan
pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan
kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga
mengakibatkan
gatal
dan
kadang
menjadi
alergi.
Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian
menyebutkan bahwa Detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan
bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap
masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau
dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai
macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah
domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena
dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja
mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama
beberapa
minggu
pada
suhu
dibawah
10
derajat
Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah Detergen
berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses
penguraian Detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi
dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya.
Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum,
mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai
pembunuh
kuman
pada
proses
klorinasi.

Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa Detergen itu memang mempunyai
dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan
terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme
yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri
yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
Detergen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko
cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan Detergen fosfat tinggi
telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di
sekitar pintu.Apa yang terjadi jika limbah Detergent bercampur dengan air?
Detergent memiliki efek beracun dalam air. Semua Detergent menghancurkan
lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit, selain itu
detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati
bila konsentrasi Detergent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah
pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan Detergen pun tak
kalah berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan
perkembangbiakan
organisme
perairan.
Detergen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia
organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan
konsentrasi Detergen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah
bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat
dalam Detergen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan racun
dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka
menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.
Dalam sebuah literatur disebutkan, ada fakta yang menarik seputar air di bumi ini.
Jumlah total air di bumi saat ini relatif sama dengan jumlah total air tercipta. Yaitu
70 persen permukaan bumi kita adalah air. Komposisinya adalah 67 persen terdiri
dari air asin dan tiga persen air tawar. Prosentasi air tawar itu terdiri dari es, air
tanah, air permukaan, dan uap air. Jumlah airnya saat ini memang sama akan tetapi
yang berubah bentuknya. Tidak semua air tawar tersebut dapat di pakai,
penyebabnya adalah pencemaran lingkungan yang dibuat oleh manusia sendiri
seperti limbah dari pemakaian detergen.
Kandungan detergen
Deterjen
Deterjen umumnya mengandung bahan-bahan yang apatdikelompokkan menjadi
surface-active agenrs atau surfaktanbuilders atau zat pembangun dan additive
substances atau bahantambahan (Connel dan Miller, 1995). Kandungan surfaktan
di dalamdeterjen adalah sebesar 15-25%. Surfaktan merupakan suatu bahanyang
dapat menyebabkan turunnya tegangan permukaan cairan(Connel dan Miller,

1995). Karena sifatnya yang dapat menurunkantegangan permukaan cairan


terutama air, sehingga memungkinkanpartikel pada bahan-bahan yang dicuci
terlepas dan mengapung atauterlarut dalam air (Effendi, 2000).Selain sebagai
bahan pembersih, surfaktan juga berfungsisebagai bahan pengemulsi, demulsi,
pengahsil busa dan buih,germisida, bahan pembasah dan pencelup serta banyak
aplikasi lain(Kline, 1991). Zat pembangun sebagian besar berupa garam
inorganicatau katalis yaitu fosfat dan sodium tripolifosfat yang berfungsi
untukmengefektifkan daya kerja surfaktan, sedangkan bahan tambahanberupa
silikat, sodium sulfat, sodium perborat dan enzim (Schwartz,1972
Dalam Hanafi, 1988).
Surfaktan mempunyai sifat yang tergantung pada suatumolekul yang memiliki sifat
lipofilik dan hidrofilik pada batas antarfase (misalnya lemak dan air atau udara dan
air), molekul surfaktanbergabung menyebabkan turunnya tegangan permukaan.
Pada batasantar fase ini, keberadaan busa menyebabkan terbentuknya
perluasandaerah antara fase dan dengan demikian akumulasi surfaktan dalam air
busa dan akibatnya, terjadi penurunan kepekatan surfaktan dalammasa air.
Pengaruh ini dapat menyebabkan perbedaan dalam kepekatan surfaktan dan dalam
tingkatan beberapa ribu kali (Prat danGirauud, 1961
dalam
Connel dan Miller, 1995).
2.

Detergen
Kebanyakan ibu rumah tangga menggunakan detergen dalam mencuci
pakaian dibandingkan dengan sabun.detrgen mempunyai keunggulan daya cuci
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Gliserin yang mengikat
kotoran sehingga pakaian menjadi bersih. Jenis-jenis detergen yaitu deterjen cair,
detergen krim, dan detergen bubuk.

Bahan-bahan yang terkandung dalam detergen, secara umum sebagi berikut:


1.
Surfaktan
Bahwa bahan utama dari semua sabun adalah surfaktan, begitu juga dengan
detergen. Bahan kimia yang digunakan dapat berupa sodium lauryl sulfonat.
sodium lauryl sulfonate memiliki beberapa nama dagang yaitu nama texapone,
emal, luthensol, dan neopelex. Secara fungsional bahan ini berfungsi dalam
meningkatkan tingkat kebersihan. Cirri dari bahan aktif ini mempunyai busa
banyak danbentuknya gel ( pasta ).
Secara garis besar, terdapat empat ketegori surfaktan yaitu :
a. Anionik
Alkyl Benzene Sulfonate ( ABS )

Linear Alkyl Benzene Sulfonate ( LAS )


Alpha Olein Sulfonate ( AOS )
b.
Kationik : garam ammonium
c. Non ionic : Nonyl Phenol Polyethoxyle
d. Amhoterik : Achyl Ethylenediamines
Fungsi surfaktan anionik adalah sebagai zat pembasah yang akan menyusup ke
dalam ikatan antara kotoran dan serat kain. Hal ini akan membuat kotoran
menggulung, lama kelaman menjadi besar, kemudian lepas ke dalam air cucian
dalam bentuk butiran. Agar butiran ini tidak pecah kembali dan menempel di kain,
perlu ditambahkan jenis surfaktan lain yang akan membungkus butiran tersebut
dan membuatnya tolak menolak dengan air, sehingga posisinya mengambang. Ini
untuk memudahkannya terbuang bersama air cucian.
2.
Pembentukan ( builder )
builder berfungsi meningkatkan efisiensi pencucidari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Berikut beberapa builder:
a.
Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate ( STTP )
b.
Asetat : Nitril Tri Acetate ( NTA ), Ethylene Diamine Tetra Acetate( EDTA )
c.
Silikat : Zeolit
d.
Sitrat : asam Sitrat
3.
Pengisi ( Filter )
Filter adalah bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi ,menambah kuantitas. Bahan pengisi menetralisir
kesadahan air atau melunakkan air, mencagah menempelnya kembali kotoran pada
bahan yang dicuci dan mencegah terbentuknya gumpalan dalam air cucian.
Sumber :
1.http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&ved=0CGUQFjAG&url=http%3A%2F
%2Fpunyanyavika.wordpress.com%2F2011%2F12%2F25%2Fdampak-penggunaandetergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan
%2F&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNH5IjAXoOK4Usae0V_Qpj8zw86AA&sig2=Gde3GYYATb8G9VfN66Kn9w&bvm=bv.537601
39,d.bmk&cad=rja
2.wikipedia-kandungan detergen
3.http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CEIQFjAC&url=http%3A%2F
%2Fplatika-vet.blogspot.com%2F2011%2F06%2Fpencemaran-limbahdetergent.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNF2G52IkiPlylTmPPtccG
rqqKFVFA&sig2=wjUwUztS3drg_zCNtR9VmA&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
4.http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDkQFjAB&url=http%3A%2F
%2Fbiologiarchiever.blogspot.com%2F2011%2F04%2Fkandungandetergen.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNEf5HtDfEkapbaKOQqA_
Y5XxVR1pQ&sig2=BmgeZFlhkD7SzoYSwLwtjQ&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja

5.http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CF0QFjAF&url=http%3A%2F
%2Fsariberbagiilmu.blogspot.com%2F2011%2F05%2Fbahankimia.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNE3KhhnnhWcgF3ef7227nq
ta8bBWw&sig2=XW0aGRIUNsayYp7Vto4vjQ&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja

Skip to content

SMK NEGERI 3 KIMIA MADIUN


Welcome SMK Negeri 3 Kimia madiun dan comunitas SKIMA-ters

Beranda

Skima

zigma
BerandaMETODE PENGOLAHAN DETERGEN

METODE PENGOLAHAN
DETERGEN
Juli 15, 2008 admin wawasan

(Tinjauan pada suatu Instalasi Pengolahan Air).


ABSTRAK
Pemakaian bahan pembersih sintesis yang dikenal dengan deterjen makin marak di masyarakat luas.
Dalam deterjen terkandung komponen utamanya, yaitu surfaktan, baik bersifat kationik, anionik maupun nonionik. Dengan makin luasnya pemakaian surfaktan sebagai bahan utama pembersih maka risiko bagi kesehatan
dan lingkungan pun makin rentan. Teknik pengolahan detergen dapat dilakukan menggunakan berbagai macam
teknik misalnya biologi yaitu dengan bantuan bakteri, koagulasi-flokulasi-flotasi, adsorpsi karbon aktif, lumpur
aktif, khlorinasi dan teknik representatif lainnya tergantung dari efektifitas kebutuhan dan efisiensi
financial. Detergen merupakan suatu derivatik zat organik sehingga akumulasinya menyebabkan meningkatnya
COD dan BOD dan angka permanganat sehingga dalam pengolahannya sangat cocok menggunakan teknik
biologi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan,
yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan
lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu
waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Dengan tangki septic-filter up flow yang berisi pecahan batu
bata sebagai media hidup mikroba sanggup mereduksi kandungan Metylene Blue Active Surfactan atau MBAS
(untuk mendeteksi kandungan detergen) hingga mencapai efesiensi 87,93 persen. Cara koagulasi umumnya
berhasil menurunkan kadar bahan organik (COD,BOD) sebanyak, 40-70 %.Zeolit dapat menurunkan COD 10-40%,
dan karbon aktif dapat menurunkan COD 10-60 %. Detergen mempunyai ikatan ikatan organik. Proses khlorinasi

akan memecah ikatan tersebut membentuk garam ammonium khlorida meskipun akan menghasilkan haloform dan
trihalomethans jika zat organiknya berlebih.

Kata kunci : Detergen; Surfaktan; Sabun,; Metode pengolahan.

PENDAHULUAN

Jumlah industri untuk menghasilkan berbagai macam produk, guna memenuhi


kebutuhan manusia pada saat ini semakin meningkat. Selain menghasilkan produk yang
dapat digunakan oleh manusia, kegiatan produksi ini juga menghasilkan produk lain yang
belum begitu banyak dimanfatkan yaitu limbah. Seiring dengan peningkatan industri ini,
juga akan terjadi peningkatan jumlah limbah.
Limbah yang dihasilkan dapat memberikan dampak negatif terhadap sumber daya
alam dan lingkungan, seperti gangguan pencemaran alam dan pengurasan sumber daya
alam, yang nantinya dapat menurunkan kualitas lingkungan antara lain pencemaran tanah,
air, dan udara jika limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu. Bermacam limbah industri
yang dapat mencemari lingkungan antara lain : limbah industri tekstil, limbah agroindustri
(limbah kelapa sawit, limbah industri karet remah dan lateks pekat, limbah industri tapioka,
dan limbah pabrik pulp dan kertas), limbah industri farmasi, dan lain-lain. Selain kegiatan
industri, diperkotaan limbah juga dihasilkan oleh hotel, rumah sakit dan rumah tangga.
Bentuk limbah yang dihasilkan oleh komponen kegiatan yang disebut di atas adalah limbah
padat dan limbah cair.
Menurut Sugiharto (1987) air limbah adalah kotoran yang berasal dari masyarakat
dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan
lainnya.
Secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Sumber :

[18

Bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat menimbulkan dampak
yang merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu atau mempengaruhi
kehidupan masyarakt itu sendiri.
Dampak

dari

kegiatan

industri

yang

berpengaruh

buruk

tersebut

terutama

disebabkan oleh bahan-bahan pencemar yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik industri. Bahanbahan buangan tersebut dapat mencemari udara, perairan, dan tanah terutama disekitar
kawasan industri tersebut. Perairan di kawasan itu dapat tercemar oleh bahan-bahan
buangan yang sebagain besar berbentuk cair maupun limbah padat.
Pemakaian bahan pembersih sintesis yang dikenal dengan deterjen makin marak di
masyarakat luas. Dalam deterjen terkandung komponen utamanya, yaitu surfaktan, baik
bersifat kationik, anionik maupun non-ionik.
Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Ia
memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Sesuai namanya, surfaktan
bekerja dengan menurunkan tegangan air untuk mengangkat kotoran (emulsifier, bahan
pengemulsi). Pada mulanyasurfaktan hanya digunakan sebagai bahan utama pembuat
deterjen. Namun karena terbukti ampuh membersihkan kotoran, maka banyak digunakan
sebagai bahan pencuci lain.
Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat
diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan
adalah memiliki gugus polar dan non polar pada molekul yang sama.
Sifat aktif permukaan yang dimiliki surfaktan diantaranya mampu menurunkan
tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Hal
ini membuat surfaktan banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti industri sabun,
deterjen, produk kosmetika dan produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan pelapis,
kertas, tekstil, pertambangan dan industri perminyakan, dan lain sebagainya.

Dengan makin luasnya pemakaian surfaktan sebagai bahan utama pembersih maka
risiko bagi kesehatan dan lingkungan pun makin rentan.

Permasalahan
Deterjen

sangat

berbahaya

bagi

lingkungan

karena

dari

beberapa

kajian

menyebutkan bahwa detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersifat
karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan,
kandungan

detergen

dalam

air

minum

akan

menimbulkan

bau

dan

rasa

tidak

enak. Deterjen kationik memiliki sifat racun jika tertelan dalam tubuh, bila dibanding
deterjen jenis lain (anionik ataupun non-ionik).
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di
lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam
lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini
dikategorikan sebagai non-biodegradable.
Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan
aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat
menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai
karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS
mempunyai gugus alkil lurus/ tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh
mikroorganisme.
LAS relatif mudah didegradasi secara biologi dibanding ABS. LAS bisa terdegradasi
sampai 90 persen. Akan tetapi prorsesnya sangat lambat, karena dalam memecah bagian
ujung rantai kimianya khususnya ikatan o-mega harus diputus dan butuh proses beta
oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan
hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen.
Detergen ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai
oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya. Dengan
tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh

ABS akan dipenuhi oleh busa, menurunkan tegangan permukaan dari air, pemecahan
kembali dari gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk dan minyak, pemusnahan
bakteri yang berguna, penyumbatan pada pori pori media filtrasi.
Kerugian lain dari penggunaan deterjen adalah terjadinya proses eutrofikasi di
perairan. Ini terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi.
Eutrofikasi

menimbulkan

pertumbuahan

tak

terkendali

bagi

eceng

gondok

dan

menyebabkan pendangkalan sungai. Sebaliknya deterjen dengan rendah fosfat beresiko


menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik. Karena diketahui lebih bersifat alkalis.
Tingkat keasamannya (pH) antara 10 12.

Tinjauan Pustaka
A.

Surfaktant
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk

terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan
tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan
sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk
memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm 2 dan dinyatakan dalam erg/cm2.
Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension
umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya
(namun hal ini belum diteliti).
Ada dua cara penggolongan zat aktif permukaan yaitu:
1.

Menurut sifat elektrokimia atau ionisasi molekul


Schwartz dan Perry menyebutkan bahwa molekul zat aktif permukaan terdiri dari dua

gugus yang penting, yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus liofob (menolak pelarut).
Gugus liofob biasanya terdiri dari rantai alifatik atau aromatik, atau gugus aril alkil (aralkil)
yang biasanya terdiri dari paling sedikit sepuluh atom karbon. Dalam medium air sebagai
pelarut, gugus liofob yang juga disebut gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Sedang gugus

liofil atau dalam air dikenal sebagai gugus hidrofil lebih banyak menentukan sifat sifat
kimia fisika zat aktif permukaan daripada gugus hidrofob.
Sifat dari pada zat aktif permukaan juga bergantung pada macamnya gugus hidrofil,
yang dapat dibagi sebagai berikut :

a.

Zat aktif anion

Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif.
Contoh : karboksilat, ester sulfat, alkil sulfonat, dan anion lainnya yang hidrofil.

a.

Zat aktif kation

Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan positif.
Contoh : senyawa amino, senyawa amonium, alkali tak bernitrogen (sulfonium,
fosfonium, dsb.), alkali bernitrogen (alkil isotiourea, alkil isourea, dsb.).

a.

Zat aktif nonion

Tak terionisasi dalam larutan dan stabil dalam keadaan asam maupun alkali.
Contoh : ikatan eter pada gugus terlarut, ester, amida, amin, dsb.

a.

Zat aktif amfolitik/ amfoter.

Terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif
maupun positif, tergantung pada suasana pH larutan.
Contoh : ikatan amino dan karboksilat, amino dan ester sulfat, amino dan seter
sulfonat, dan ikatan lainnya.
2.

Menurut struktur kimia


Agster

menyusun

golongan

ini

atas

tujuh

bagian,

penggolongan

ini

erat

hubungannya dengan cara pembuatan zat aktif permukaan. Misalnya dengan cara
penyabunan atau kondensasi terhadap asam lemak, sulfotasi terhadap rantai alifatik tinggi,
dan sebagainya.

Penggolongan menurut struktur kimia dapat dibagi sebagai berikut :

a.

Sabun

Contoh : Na-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat, dsb.

a.

Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan.

Contoh : Minyak jarak yang disulfatkan (TRO).

a.

Parafin atau olefin yang disulfurkan.

Contoh : senyawa sulfochlorida yang disabunkan (Mersolat), olefin yang disulfatkan


(Tepol).

a.

Aralkil sulfonat

Contoh : alkil benzo sulfonat, naftalin sulfonat seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonatNa (Nekal A), dsb.

a.

Alkil sulfat

Contoh : Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol primer seperti asam malonat anhidrat
+ alkohol dengan Na-bisulfit (Nacconol. LAL), Alkil sulfat sekunder/ dari alkil alkohol
sekunder.

a.

Kondensat asam lemak.

Contoh : kondensat dengan gugus amino (Medialan A, Sapamine A), kondensat


mengandung gugus oksi (Immersol S, Soromin A), kondensat dengan gugus inti aromatik
(Melioaran F).

a.

Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter).

Contoh : Alkil amin poliglikol eter (Peregal OK), Dispersol E.

Sifat sifat umum surfaktant adalah :

1.

Sebagai larutan koloid

Mc. Bain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan larutan koloid.
Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofil (suka air) dan gugus yang hidrofob (tak
suka air).
Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling menggumpal, gumpalan ini
disebut misel atau agregat baik berbentuk sferik (daya hantar listriknya tinggi) atau lamelar
(daya hantar listriknya kecil disebut juga koloid netral) dan ada dalam kesetimbangan bolak
balik dengan sekitarnya (pelarut atau dispersi larutan). Kesetimbangan ini akan mencapai
konsentrasi kritik misel menurut aturan Jones dan Burry.

1.

Adsorpsi

Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil daripada pelarut murni,
zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi adsorpsi positif. Sebaliknya
adsorpsi negatif menunjukkan bahwa molekul-molekul zat terlarut lebih banyak terdapat
dalam rongga larutan daripada dipermukaan.
Hubungan

antara

derajat

penyerapan

dan

penurunan

tegangan

permukaan

dinyatakan dalam persamaan Gibbs.

1.

Kelarutan dan daya melarutkan

Murray dan Hartly dalam pernyataanya menunjukkan bahwa partikel-partikel tunggal


relatif tidak larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan tinggi.
Makin panjang rantai hidrokarbonnya, makin tinggi temperatur kritik larutan.
Sifat sifat khusus surfaktant adalah :

1.

Pembasahan

Perubahan

dalam

tegangan

permukaan

yang

menyertai

proses

pembasahan

dinyatakan oleh Hukum Dupre.

1.

Daya Busa

Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil tegangan
antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktant mempunyai daya busa.

1.

Daya Emulsi

Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak saling
melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka surfaktant akan menurunkan
tegangan antarmuka, sehingga terjadi emulsi yang stabil.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami
yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil
pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak
dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang
pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan
anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat
membentuk chlorbenzene pada

proses

klorinisasi

pengolahan

air

minum

PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan.
Umumnya surfaktan berinteraksi dengan membran dan enzim. Pengaruh ini dapat
sedang dalam tumbuhan dengan penyerapan surfaktan dan imobilisasi pada dinding sel
sehingga terjadi perubahan struktur ultra seluler. Toksisitas timbul dari penghambatan
enzim atau transmisi selektif ion ion melalui membran.
Pengaruh

lain

yaitu

penghambatan

pertumbuhan

dalam

tumbuhan,

ikan,

dan budding dalam hidra, kerusakan Lepomis gibbosus, kerusakan organ sensoris luar yang
peka sehingga dapat mengganggu pemilihan makanan, mempengaruhi sinergis zat zat

dan surfaktan subletal menyebabkan pengambilan zat lipofilik yang lebih cepat dan
memperkuat toksisitas zat ini. Toksisitas memperlihatkan suatu korelasi dengan tegangan
permukaan menurut jumlah atom karbon dalam homolog jenis surfaktan.
Toksisitas surfaktan ABS bertambah dengan kelinearan gugus alkil, disebabkan oleh
penerobosan gugus alkil linier yang lebih dalam. Interaksi surfaktan protein juga
bertambah bila ekor hidrofobik bertambah dan menyebabkan bertambahnya toksisitas.
(Toksisitas surfaktan terhadap beberapa makhluk Perairan sesuai dengan tabel Lundahl &
Cabridenc (1978)).
Sesuai dengan waktu ketahanan surfaktan yang cukup singkat dalam daerah
perairan,

maka

tidak

diakumulasikan

sampai

batas

manapun

juga

tidak

terjadi

biomagnifikasi dalam rantai makanan. Air yang mengandung surfaktan (2 4 ppm), tidak
dapat dideteksi perubahan apapun dalam struktur komunitas karena surfaktan. (Hynes dan
Roberts,1962).

B.

Deterjen
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari

bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 C15) atau
garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3 Na+ dan ROSO3 Na+)
yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan akan tetapi karena
gugus utama surfaktant ABS yang sulit di biodegradabel maka pada tahun 1965 industri
mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama surfaktant LAS
Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan
permukaan, misalnya : p alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat
bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena

dengan reaksi alkilasi Friedel Craft Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan
basa.
Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene
Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik
(Garam

Ammonium),

Non

ionic

(Nonyl

phenol

polyethoxyle),

Amphoterik

(Acyl

Ethylenediamines)
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates
(Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra
Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
3. Filler (pengisi)

adalah

bahan

tambahan

deterjen

yang

tidak

mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan
dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk
maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan
tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi wangian atau
parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :

1.

Detergen jenis keras

Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).
Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan
Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena
Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah
C6H5C12H25 + SO3

C6H4C12H25SO3H

(Dodekil Benzena Sulfonat)

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil
Benzena Sulfonat
2.

Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam
Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4

C12H25OSO3H + H2O

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan
Natrium Lauril Sulfat.
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam
bentuk produk-produk seperti:
1.

Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci
tangan, dll.

2.

Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di
masyarakat.

3.

Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan
manual maupun mesin pencuci piring.

4.

Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih


bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada


kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi
dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan
rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan
deterjen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat modern.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,
harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak
negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk
deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan
tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Umumnya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti
golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/
DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan
seperti sodium lauryl sulfate (SLS),sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene
sulfonate (LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin.
Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium
kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin. SLS diketahui menyebabkan iritasi
pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang
dewasa.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan
organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang
kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air
menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen
terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener
air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan
magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat.
Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate
(STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu
nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak,
phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di
badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam
air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru
membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan
phosphate

dalam

deterjen

telah

dilarang.

Sebagai

alternatif,

telah

dikembangkan

penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen


Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk
garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat
dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif
bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang
mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang
beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang
lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara),
padatan-padatan(debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini
terjadi karena struktur Amphiphilic, yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah
suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk
air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.

Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk
garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat
dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif
bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang
mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.

C.

Sabun
Sabun adalah suatu gliserida (umumnya C16 dan C18 atau karboksilat suku rendah)

yang merupakan hasil reaksi antara ester (suatu derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara
asam karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan bermuatan netral)
dengan hidroksil dengan residu gliserol (1.2.3 propanatriol). Apabila gliserol bereaksi
dengan asam asam yang jenuh (suatu olefin atau polyunsaturat) maka akan terbentuk
lipida (trigliserida atau triasilgliserol).
Sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno (egyptian) beberapa ribu tahun yang lalu.
Pembuatan sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar. Teknik
pembuatan sabun dilupakan orang dalam Zaman Kegelapan (Dark Ages), namun ditemukan
kembali selama Renaissance. Penggunaan sabun meluas pada abad ke 18.
Gliserida (lelehan lemak sapi atau lipida lain) dididihkan bersama sama dengan
larutan lindi (dulu digunakan abu kayu karena mengandung K-karbonat tapi sekarang
NaOH) terjadi hidrolisis menjadi gliserol dan garam Sodium dari asam lemak, setelah sabun
terbentuk kedalamnya ditambahkan NaCl agar sabun mengendap dan dapat dipisahkan
dengan cara penyaringan. Gliserol, lindi dan NaCl berlebih dipisahkan dengan cara destilasi.
Sabun yang masih kotor dimurnikan dengan cara pengendapan berulang ulang
(represipitasi). Akhirnya ditambahkan zat aditif (batu apung, parfum dan zat pewarna)
Jenis jenis Sabun :
1.

Sabun keras atau sabun cuci.


Dibuat dari lemak dengan NaOH, misalnya Na Palmitat dan Na Stearat.

2.

Sabun lunak atau sabun mandi.

Dibuat dari lemak dengan KOH, misalnya K-Palmitat dan K-Stearat


Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat zata non polar,
sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar benar larut dalam
air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni
kumpulan (50 150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan
ujung ujung ionnya menghadap ke air.
Sifat umum Sabun dan Detergen:
1.
R C-O + H2O
2.

Bersifat basa

R C-OH + OH

Tidak berbuih di air sadah (Garam Ca, Mg dari Khlorida dan Sulfat)
C17H35COONa + CaCl2

3.

Ca (C17H35COO)2 + NaCl

Bersifat membersihkan

R- (non polar dan Hidrofob) akan membelah molekul minyak dan kotoran menjadi
partikel yang lebih kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah
dipisahkan. Sedangkan -C-O (polar dan Hidrofil) akan larut dalam air membentuk buih dan
mengikat partikel partikel kotoran sehingga terbentuk emulsi.
Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai kepala dengan
hidrokarbon yang panjang sebagai ekor :

HHHHHHHHHHHHHHHHH O
H C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-O
HHHHHHHHHHHHHHHHH

Dengan adanya minyak, lemak, dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya,
kecenderungan

untuk ekor dan

anion

melarut

dalam

bahan

organik,

sedangkan

bagian kepala tetap tinggal dalam larutan air. Oleh karena itu sabun mengemulsi atau

mensuspensi bahan organik dalam air. Dalam proses ini, anion-anion membentuk partikelpartikel koloid micelle.
Keuntungan yang utama sebagai bahan pencuci karena terjadi reaksi dengan kationkation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut. Padatanpadatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari magnesium dan kalsium.
2 C17H35COO Na+ Ca2+

Ca (C17H35CO2)2 (s) + 2 Na+

Sabun yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya
langsung terendap sebagai garam garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu
beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akibatnya dengan
biodegradasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan.

D.

Sistem pengolahan
Pengolahan air sangat tergantung dari karakteristik atau kualitas air baku yang

digunakan, metode pengolahan air yang digunakan berkaitan dengan pencemaranpencemaran yang ada dalam air.Pencemaran-pencemaran yang harus diperhatikan pada
kebanyakan persediaan air adalah :
1.

Bakteri pathogen

2.

Kekeruhan dan bahan-bahan terapung

3.

Warna

4.

Rasa dan bau

5.

Senyawa-senyawa organic

6.

Kesadahan
Faktor-faktor ini terutama berhubungan dengan kesehatan dan estetiks (Ray.K dan

Joseph. B, 1991)
Tujuan pengolahan air baku menjadi air bersih pada prinsipnya menurut Geyer dan
Okun (1968) meliputi :

1.

Penjernihan, proses ini diperlukan karena dalam air yang berasal dari badan air
banyak membawa kotoran yang berupa butiran-butiran baik kasar maupun halus, ada
yang tersuspensi berupa koloid dan harus diendapkan terlebih dahulu.

2.

Desinfeksi, pemberian desinfektan dengan dosis tertentu untuk mematikan virus dan
bakteri pembawa penyakit, juga menekan pertumbuhan lumut (algae) untuk menjaga
nilai estetika. Pengolahan air yang akan digunakan dapat digolongkan menurut sifatnya
yang akan menghasilkan perubahan yang diamati.
Pengolahan air secara umum dapat digolongkan menjadi :

1.

Pengolahan Fisis
Pengolahan air yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-

kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta mengurangi zat-zat organik dalam air
yang akan diolah.
Contoh : filterisasi, evaporasi, sekrining, sentrifugasi, flotasi, RO, dan sebagainya.
2. Pengolahan Kimiawi
Proses pengolahan dengan penambahan bahan kimia tertentu dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas air.
Contoh : koagulasi, ion exchange resin, khlorinasi, ozonasi, dan sebagainya.
3. Pengolahan Biologis
Bertujuan menghilangkan atau mengurangi kandungan senyawa organik atau
anorganik. Fungsi ini dapat dicapai dengan bantuan aktifitas mikroorganisma gabungan
(mixed culture) yang heterotrofik.
Mikroorganisma mengkonsumsi bahan-bahan organik untuk membentuk biomassa
sel baru serta zat-zat organik, dan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi
oksidasi untuk metabolismenya
Contoh : lumpur aktif, filter trickling, kolam oksidasi, fermentasi metan, dekomposisi materi
toksik, denitrifikasi, dan sebagainya.
Pengolahan air secara teknik dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Teknik

koagulasi

dapat

diterapkan

dengan

bantuan

koagulan

kimia

seperti

Polyelektrolit (misalnya : PAC atau Poly Aluminium Chloride, PAS atau Poly Aluminium
Sulfat), garam Aluminat (misalnya : Alum, Tawas), garam Fe, khitin, dan sebagainya.
Untuk Flokulasi dapat digunakan polimer kationik, anionik, atau nonionik (misalnya :
poliakrilik,

poliakrilamida).

Sedangkan

untuk

pengendapan

dapat

digunakan

teknologi baffle, settler, lumpur aktif, aerasi, dan lain lain. Untuk lakuan yang optimal
teknik tersebut dapat digabung.
Teknik filtrasi dapat diterapkan dengan bantuan media filter seperti pasir (misalnya :
dolomit, diatomae, silika, antrasit), senyawa kimia atau mineral (misalnya : kapur, zeolit,
karbon aktif, resin,ion exchange), membran (Osmosis, RO, dialisis, ultrafiltrasi), biofilter
atau teknik filtrasi lainnya.
Teknik Redoks dapat diterapkan dengan bantuan inhibitor seperti senyawa khlor
(misalnya : Cl2, kaporit, Na-Hypo, Isosyanurat), non khlor (misalnya : H 2O2, O3, UV, KMnO4,
garam sulfit, terusi), oksida asam basa (HCl, NaOH, H 2SO4, garam kalsium, karbonat,
amonium) atau teknik redoks lainnya.
Bioremoval merupakan teknik pengolahan menggunakan biomaterial. Biomaterial
tersebut antara lain lumut, daun teh, sekam padi, dan sabut kelapa sawit, atau juga dari
bahan non biomaterial seperti perlit, tanah gambut, lumpur aktif dan lain-lain.
Bioremidiasi merupakan pengembangan dari teknik bioremoval dengan bantuan
mikroorganisma seperti bakteri, kapang dan jamur baik aerobik maupun anaerobik atau
dengan menggunakan alga, tanaman dan hewan.
Teknik pengolahan lainnya yaitu adalah Elektrolisa. Elektrolisa mampu memisahkan
kation anion dengan menggunakan efek beda potensial dari masing masing muatan
elektrolit. Apabila ion ion ditangkap oleh membran selektif atau media lain maka disebut
Elektrodialisis. Sedangkan bila digabung dengan koagulasi maka disebut elektrokoagulasi.
Elektrodialisis adalah proses pemisahan elektrokimia dengan ion ion berpindah
melintasi membran selektif anion dan kation dari larutan encer ke yang lebih pekat akibat
aliran arus searah (DC).

Elektrodialisis memisahkan bahan (ion) dari larutan, proses ini menggunakan


perbedaan tegangan listrik sebagai driving force, membrane pertukaran ion (ion exchange
membrane) diatur sedemikian rupa sehingga terjadi perpindahan ion secara bolak
balikdiantara dua elektroda dalam suatau larutan. Pengembangan proses dilaksanakan
dengan muatan eletroda bolak balik (elektrodialisa bolak balik).
Reverse osmosis adalah kebalikan dari proses osmosis alami. Osmosis adalah
perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah yang melewati membran
semipermeabel

sedangkan

untuk

reverse

osmosis

adalah

perpindahan

cairan

dari

konsentrasi rendah ke konsentrsai tinggi. Reverse osmosis memiliki keunggulan, seperti :


efisiensi yang tinggi, biaya yamg rendah dan kualitas air yang dihasilkan sangat berkualitas.
Pengolahan air dapat menggunakan sistem adsorpsi maupun absorpsi. Media
adsorben diantaranya adalah kaliksarena (calixarene), karbon aktif, zeolit, bioabsorpsi, dan
lainnya.

Beberapa

jenis

mikroorganisme

yang

dapat

dimanfaatkan

sebagai

bahan

bioabsorpsi terutama adalah dari golongan alga yakni alga dari divisi Phaeophyta,
Rhodophyta dan Chlorophyta.

Pembahasan
Zat aktif permukaan mempunyai sifat khas, yaitu mempunyai kecenderungan untuk
berpusat pada antarmuka dan mempunyai kemampuan menurunkan dan menaikkan
tegangan antarmuka atau tegangan permukaan.
Suatu molekul dalam rongga cairan akan mengalami tarik menarik dan tolak
menolak kesegala arah, tetapi suatu molekul pada antarmuka tak sama tarik menariknya
kesegala arah, sehingga molekul akan mengalami gaya tarik total kedalam dan terjadi
tegangan permukaan (surface tension) atau tegangan antar muka (interface tension).
Permukaan disini adalah perbatasan dan perbedaan fasa dari yang bersangkutan.
Dalam hal ini perbatasan permukaan antara fasa gas dan cair.
Dijelaskan bahwa molekul molekul yang ada di tengah tengah cairan mengalami
gaya tarik atau tolak dari segala jurusan (intermolekul). Sedangkan molekul molekul di

permukaan mengalami gaya tarik dan tolak kurang seimbang, karena diatas permukaan
terdapat moleku-molekul gas yang letaknya tidak serapat molekul cairan, sehingga gaya
yang ditimbulkan oleh molekul molekul gas tidak sebesar gaya tarik dan tolak dari
molekul molekul cairan. Sehingga didalam cairan, molekul molekul dari dalam cairan ke
permukaan, diperlukan energi.
Energi ini menyebabkan molekul menyusup disamping molekul-molekul lain di
permukaan, sehingga permukaan harus menjadi besar dan ini berarti tegangan permukaan
terpaksa berkurang setiap satuan luas. Disini terjadi pengurangan tegangan permukaan,
disertai dengan pemakaian sejumlah molekul permukaan. Peristiwa ini dinamakan adsoprsi
positif dan keadaan sebaliknya adsorpsi negatif.
Sifat surfaktant bergantung pada suatu molekul yang memiliki sifat lipofilik dan
hidrofilik. Pada batas antarfase (misalnya, minyak lemak dan air atau udara dan air),
molekul surfaktant bergabung menyebabkan turunnya tegangan permukaan. Keberadaan
busa menyebabkan terbentuknya perluasan daerah antarfase dan akumulasi surfaktant
dalam air busa dan akibatnya terjadi penurunan kepekatan surfaktant dalam massa air.
Surfaktant ABS terutama dalam garam garam Na, terdapat dalam jalur alamiah
sebagai garam kalsium. Garam ini memiliki kelarutan dalam air yang rendah dan terdapat
sebagai suatu suspensi yang tidak stabil dan memasuki sedimen dalam bentuk deposit.
Surfaktant dalam sedimen bertindak sebagai dua fraksi yaitu sebuah fraksi labil dan
sebuah fraksi yang lebih kuat dijerap. Pada saat sedimen disuspensikan kembali (menurut
angka Reynold),fraksi labil tersebar kembali menyebabkan keberadaan surfaktant pada
massa air dan menurunkan tegangan permukaan.
Beberapa molekul lipofilik yang dapat dibiodegradasi dapat dilindungi sementara
dari degradasi oleh adanya surfaktant. Misel yang mengandung molekul yang rentan
menjadi terkurung oleh molekul surfaktant. Misel terdiri dari sebuah struktur teraliminasi
secara membulat yang mana kulit bagian luar terdiri dari gugus bermuatan dan kulit bagian
dalam mengandung bagian lipofilik molekul. Lapisan kulit luar mencegah kontak dengan

misel lainnya dan membentuk suatu lapisan yang dapat menyediakan perlindungan
sementara kepada molekul lipofilik internal.
Surfaktan dapat mengubah sifat aliran hidraulik media porous suatu mineral.
Pembentukan misel garam kalsium tensides ABS dalam sistem alamiah memungkinkan
surfaktan menjadi lebih mudah diendapkan daripada garam Natrium. Pengendapan
surfaktant ini menyebabkan pembentukan suatu lapisan gelatin garam kalsium yang dapat
menghalangi aliran melalui sistem porous. Lapisan permukaan molekul surfaktant pada
batas antarfase udara air dapat mencegah perpindahan Oksigen menurut bertambah
panjangnya rantai alkil dalam surfaktan.
Gugus

yang

bercabang sukar

dibiodegradasi

dibanding

gugus

yang

lurus (linier).Biodegradabilitas bertambah sampai panjang alkil kira kira 15 atom Karbon
dan kemudian menurun, memperlihatkan kenaikan biodegradabilitas pada panjang rantai
yang lebih panjang lagi. Gugus alkil terdegradasi secara cepat dan surfaktant aslinya
menghilang, tetapi moiety polietilat tertinggal untuk waktu yang lama (gugus yang
tertinggal ini kemungkinan toksik terhadap kehidupan perairan).
Detergen

merupakan

suatu

derivatik

zat

organik

sehingga

akumulasinya

menyebabkan meningkatnya COD dan BOD dan angka permanganat sehingga dalam
pengolahannya sangat cocok menggunakan teknik biologi.
Proses biologis dapat dikelompokkan berdasarkan pemanfaatan oksigen, sistem
pertumbuhan, proses operasi.
Ditinjau dari pemanfaatan oksigennya, proses biologis untuk mengolah air buangan
dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok utama, yaitu : proses aerobic, proses
anaerobic, proses anoksid dan kombinasi antara proses aerobik dengan salah satu proses
tersebut.
Berdasarkan sistem pertumbuhannya, proses pengolahan biologis terbagi atas :
sistem pertumbuhan tersuspensi, sistem pertumbuhan yang menempel pada media inert
yang diam atau kombinasi keduanya.

Proses biologis dapat pula dikelompokkan atas dasar proses operasinya. Ada tiga
macam proses yang termasuk dalam cara pengelompokan ini, yaitu :

1.

Proses kontinu dengan atau tanpa daur ulang

2.
3.

Proses batch
Proses semi batch

Proses kontinu biasa digunakan untuk pengolahan aerobik, sedangkan proses batch
atau semi batch lebih banyak digunakan untuk sistem anaerobic.
Apabila BOD tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih
ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi
lebih ekonomis.
Pada beberapa
diuraikan

dengan

penelitian

membuktikan

bakteri Staphylococcus

bahwa

alkyl-benzena

epidermis,

sulfonat

Enterobacter

dapat

gergoviae,

Staphylococcus aureus, Pseudomonas facili, Pseudomonas fluoroscens, Pseudomonas


euruginosa, Kurthia zopfii, dan sebagainya.

[27

Bakteri ini akan merombak detergen yang juga merupakan zat organik sebagai
bahan makanan menjadi energi. Degradasi lebih efektif jika menggunakan lumpur aktif.
Dengan cara tersebut air limbah dengan lumpur aktif yang, megandung mikroba diaerasi
(untuk memasukkan oksigen) hingga terjadi dekomposisi sebagai berikut :
Organik + O2-> CO2 + H20 + Energi
Sumber :

[23

Cara lumpur aktif yang telah dilakukan dapat menurunkan COD, BOD 30 70 %,
bergantung pada karakteristik air limbah yang, diolah dan kondisiproses lumpur aktif yang
dilakukan.[1

Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara


lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konvensional, oxidation ditchmempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD
dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih
sedikit.

Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai

kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
Dengan tangki septic-filter up flow yang berisi pecahan batu bata sebagai media
hidup mikroba sanggup mereduksi kandungan Metylene Blue Active Surfactan atau MBAS
(untuk mendeteksi kandungan detergen) hingga mencapai efesiensi 87,93 persen. Dari
sampel, air limbah yang sebelum dimasukkan tangki memiliki kandungan MBAS sekitar 2,7
mg per liter. Setelah keluar tangki, air hanya mengandung MBAS sekitar 0,326 mg per liter,
atau lebih rendah dari baku mutu yang digariskan, yakni 0,5 mg per liter. Adapun BOD yang
didapat adalah 483,75 mg per liter (sebelum proses) dan 286,25 mg per liter (setelah
proses) atau kandungan BOD berkurang 40 persen lebih.

[10

Detergen mempunyai sifat koloid. Karakteristik dari partikel koloid dalam air sangat
dipengaruhi oleh muatan listrik dan kebanyakan partikel tersuspensi bermuatan negative.
Cara mendestabilkan partikel dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan mengurangi
muatan elektrostatis sehingga menurunkan nilai potensial zeta dari koloid, proses ini lazim
disebut sebagai koagulasi. Kedua adalah memberikan kesempatan kepada partikel untuk
saling bertumbukan dan bergabung, cara ini dapat dilakukan dengan cara pengadukan dan
disebut sebagai flokulasi.
Pengurangan muatan elektris dilakukan dengan menambahkan koagulan seperti PAC.
Di dalam air PAC akan terdisosisi melepaskan kation Al 3+ yang akan menurunkan zeta
potensial dari partikel. Sehingga gaya tolak-menolak antar partikel menjadi berkurang,
akibatnya penambahan gaya mekanis seperti pengadukan akan mempermudah terjadinya
tumbukan yang akan dilanjutkan dengan penggabungan partikel-partikel yang akan
membentuk flok yang berukuran lebih besar. Flok akan diendapkan pada unit sedimentasi
maupun klarifikasi. Lumpur yang terbentuk akan dibuang menggunakan scraper.

Cara koagulasi umumnya berhasil menurunkan kadar bahan organik (COD,BOD)


sebanyak, 40-70 %.[1
Molekul organik bersifat polar sehingga salah satu ujungnya akan cenderung tertarik
pada air (disebut sebagai hidrofilik/suka air) sedangkan ujung yang lain bersifat hidrofobik
(benci air). Permukaan molekul aktif seperti ini akan tertarik pada antarmuka air-gas pada
permukaan gelembung udara, sehingga molekul-molekul tersebut akan membentuk suatu
lapisan tipis disana dan membentuk buih/busa. Dalam suatu protein skimmer; ketika
gelembung udara meninggalkan air menuju tampungan busa, gelembung udara tersebut
akan kolaps sehingga pada akhirnya bahan-bahan organik akan tertinggal pada tampungan
busa.
Detergen dan sabun mampu memecah minyak dan lemak membentuk emulsi
sehingga dapat diendapkan dengan menambahkan inhibitor garam alkali seperti kapur dan
soda. Buih yang terbentuk akan dapat dihilangkan dengan proses skimming (penyendokan
buih) atau flotasi.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau
pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas
(air flotation).
Adsorpsi menggunakan karbon aktif dapat digunakan untuk mengurangi kontaminasi
detergen.Detergen yang merupakan molekul organik akan ditarik oleh karbon aktif dan
melekat pada permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik kompleks dan reaksi kimia.
Karbon aktif memiliki jaringan porous (berlubang) yang sangat luas yang berubah-ubah
bentuknya untuk menerima molekul pengotor baik besar maupun kecil.
Permukaan karbon yang mampu menarik molekul organik misalnya merupakan salah
satu contoh mekanisme jerapan, begitu juga yang terjadi pada antar muka air-udara, yaitu
mekanisme yang terjadi pada suatu protein skimmer.

Jerapan adalah suatu proses dimana

suatu partikel menempel pada suatu permukaan akibat dari adanya perbedaan muatan
lemah diantara kedua benda (gaya Van der Waals), sehingga akhirnya akan terbentuk suatu

lapisan tipis partikel-pertikel halus pada permukaan tersebut. Disamping karbon aktif
sebagai adsorben juga tergolong sebagai zat pemberat.
Zeolit dapat menurunkan COD 10-40%, dan karbon aktif dapat menurunkan COD
10-60 %.[1
Detergen mempunyai ikatan ikatan organik. Proses khlorinasi akan memecah
ikatan tersebut membentuk garam ammonium khlorida meskipun akan menghasilkan
haloform dan trihalomethans jika zat organiknya berlebih.
Dari pembahasan diatas umumnya pengolahan detergen secara teknik dapat
mengadopsi prinsip pengolahan limbah cair dimana skemanya dapat dilihat seperti dibawah
ini :

Kesimpulan
1.

Detergen merupakan salah satu polutan air yang harus dihilangkan.

2.

Teknik pengolahan detergen dapat dilakukan menggunakan berbagai macam teknik


misalnya biologi yaitu dengan bantuan bakteri, koagulasi-flokulasi-flotasi, adsorpsi
karbon aktif, lumpur aktif, khlorinasi dan teknik representatif lainnya tergantung dari
efektifitas kebutuhan dan efisiensi financial.

Sumber :

[23

Daftar Pustaka
1.

.Paket Terapan Produksi Bersih pada Industri Tekstil. Forlink

2.

Alaerts,G. Dr. Ir; Santika Sumestri, Sri. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional

3.

Arifin. 2007. Tinjauan dan Evaluasi Proses Kimia (Koagulasi, Netralisasi, Desinfeksi) di Instalasi
Pengolahan Air Minum Cikokol, Tangerang. Tangerang : PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri

4.

Ahmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi offset

5.

Busch, D.H; Shull. H; Conley R.T. 1928. Chemistry. edisi kedua. Boston : Allyn and Bacon Inc.

6.

Dede Karyana. dkk. 2003. Kajian Bahan Kimia Khusus Untuk Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil

7.

Eaton, Andrew, et al. 2005. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 21st
Edition. American Public Health Association. Marryland USA.

8.

Fessenden, Ralp J; Fessenden, Joan, S. 1994. Kimia Organik. Edisi III, Jilid 2; Jakarta : Erlangga

9.

Hopp. Vollrath. Dasar dasar Teknologi Kimia untuk Pendidikan dan penerapan di pabrik
Industri Kimia. Jakarta: Hoechst

10. Hasil Penelitian. Tangki Septic-Filter up flow Pereduksi Detergen. dari Kompas, Kamis, 23
Februari 2006
11. Isminingsih, Msc. S. Teks. 1972. Analisa Zat Aktif Permukaan Dan Detergensi. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
12. Jr. Day Clyde, M: Selbin, Joel. 1987. Kimia Anorganik Teori. Jogjakarta : Gadjah Mada University
press.
13. Kosasih. Diktat Mata Kuliah Kimia Zat Pembantu Tekstil (Surface Active Agent atau Surfactants).
Tangerang : Universitas Islam Syekh Yusuf
14. PERPAMSI, FORKAMI. 2002. Peraturan Teknis Instalasi Pengolahan Air Minum. Jakarta : Tirta
Dharma
15. Pelczar, Michael J. dkk. 1986. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
16. Putu Suardana. Pengaruh Surfaktan Linear Alkylbenzena Sulfonat dalam Mempercepat
Bioremediasi Limbah Minyak Bumi (Studi Kasus : Pengelolaan Lingkungan di Lapangan Minyak
Duri

PT.
Caltex
Pacific
Indonesia,
Riau)
dari http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=72235&lokasi=lokal
17. Ralph H. Petrucci, 1993. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern, Edisi keempat, Jilid 3.
Jakarta : Erlangga
18. Sugiharto, 1987. Dasar dasar pengelolaan air limbah. Jakarta: UI
19. Sastrawijaya, A. Tresna.1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.
20. Sukardjo, 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta
21. Sienko. J. Michell; Plane. A. Robert. 1961. Chemistry. edisi kedua. New York: Mc. Graw Hill Book
Company Inc.
22. Sri Hidayati, Sapta Zuidar, Ahmad. 2007. Kaman Proses Pembuatan Surfaktan Anionik Berbasis
Ester Asam Lemak C16 dalam Minyak Kelapa Sawit. Bandar Lampung : F-Pertanian, Unila.
23. Tjandra Setiadi;Retno Gumilang Dewi. Dasar-Dasar TeknologiPengolahan Limbah Industri.
Bandung : D-T. Kimia, F-MIPA. ITB
24. Unus Suriawiria, Drs. 1985. Mikrobiologi Air. Bandung : ITB
25. Wood, Kleinfelter. Keenan. dkk. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
26. Widajanti
Wibowo.
dkk. Studi
Pengolahan
Menggunakan Lumpur Aktif. Depok : F-MIPA UI

Air

Sirkulasi

Proses

Painting

dengan

27. Wignyanto. dkk. Teknik Baru Cara Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Kemampuan Biodegradasi
Surfaktan Deterjen Alkylbenzene Sulfonate. Malang : F-MIPA Unibraw.
28. Yunasfi. 2002. Pemanfaatan Limbah Cair Industri untuk Sektor Kehutanan. Medan : F. Pertanian.
Universitas Sumatera Utara
29. www.chem.is.try.org
30. www.wikipedia.or.id
31. http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Metropolis&id=136527
32. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0110/24/ipt02.html
33. http://www.pom-obat.go.id/v2.0/articles.php?id=8

Oleh : Arifin
Analis Kimia di www.tkcmindonesia.com
Mahasiswa S1, T. Kimia di www.unistangerang.ac.id

Tentang iklan-iklan ini

Terkait

DETERJENDengan 9 komentar
Rekayasa Konfigurasi Sistem Adsorpsi dan Biocycle untuk Pengolahan Air Limbah Domestik yang
Mengandung Detergen.Dengan 2 komentar
BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARIdalam "wawasan"
RADIONUKLIDA
Guru berprestasi SMK 3 Madiun

Anda mungkin juga menyukai