Anda di halaman 1dari 3

ABS ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena molekul ABS ini tidak dapat dipecahkan

oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini
menutupi permukaan air sungai sehingga sinar matahari tidak bisa masuk pada dasar sungai yang dapat
menyebabkan biota sungai menjadi mati dan sungai menjadi tercemar

http://resepkimiaindustri.blogspot.co.id/2015/02/abs-alkyl-benzene-sulfonate.html

1.1 Penegertian Detergen

Deterjen merupakan salah satu produk industri yang biasa digunakan di dalam kehidupan

manusia. Salah satu manfaat dari deterjen adalah untuk melindungi kebersihan dan kesehatan manusia.

Deterjen biasanya digunakan dalam industri maupun rumah tangga sebagai bahan pencuci atau

pembersih. Dalam rumah tangga khususnya digunakan untuk mencuci pakaian.

Deterjen dalam arti luas menurut Srikandi Fardiaz (1992:66) adalah bahan yang digunakan

sebagai pembersih, termasuk sabun pencuci piring alkali dan cairan pembersih. Definisi yang lebih

spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan

sintetik lainnya. Deterjen merupakan bahan yang mengandung senyawa petrokimia karena terbuat dari

bahan-bahan turunan minyak bumi.

Deterjen berfungsi sebagai penghilang kotoran berupa minyak yang serupa dengan sabun,

yaitu dengan cara mengemulsi lemak, minyak atau gemuk (grease), tetapi deterjen tidak menyebabkan

gumpalan seperti pada sabun (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2001: 22). Mengemulsikan lemak yang

dimaksud dalam hal ini adalah membuat fasa lemak menjadi emulsi sehingga lemak mudah terlepas dari

pakaian. Fungsi lain dari deterjen menurut Cichy dalam buku Hiasinta A. Purnawijayanti (2001:22)

adalah sebagai berikut:

1. Mendispersi (memecah) kotoran dan merubah fasanya menjadi suspensi dalam larutan.

2. Melarutkan padatan dan mengemulsikan cemaran minyak sehingga mudah dihilangkan.

3. Mensuspensikan kotoran yang tidak larut ke dalam larutan dan mencegah kotoran menempel

kembali pada permukaan pakaian.


4. Membuat efektivitas air sebagai pelarut meningkat sehingga kotoran mudah larut dalam air.

Deterjen pada umumnya mengandung surfaktan. Surfaktan dalam deterjen berfungsi sebagai

bahan pembasah yang menyebabkan turunnya tegangan permukaan air. Dengan menurunnya tegangan

permukaan air maka air lebih mudah meresap ke dalam pakaian yang dicuci. Surfaktan (surface active

agents) atau bahan pembasah (wetting agents) merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan

aktif pada deterjen, sabun, dan shampoo (Hefni Effendi, 2003:217). Selain itu molekul-molekul surfaktan

membentuk ikatan-ikatan di antara partikel kotoran dan air. Keadaan ini terjadi karena molekul

surfaktan bersifat bipolar, di mana salah satu ujungnya bersifat nonpolar dan larut dalam kotoran,

sedangkan ujung yang lainnya bermuatan dan larut di dalam air. Oleh karena itu, partikel kotoran yang

menempel pada pakaian terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air. Pada umumnya, deterjen

mengandung bahan-bahan berikut:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung

berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi

menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada

permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl

Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic

(Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)

2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara

menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly

Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat

(Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).


3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan

meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan

memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate

4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya

pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan

daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :

Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang

telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu

mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum,

sedangkan air sebagai bahan pengikat.

1.2 Alkyl Benzene Sulfonat (ABS)

Anda mungkin juga menyukai