Anda di halaman 1dari 5

Indonesia merupakan negara heterogen dari segi aktifitas perindustriannya, meskipun bukan termasuk

negara perindustrian di dunia. Perindustrian di Indonesia mulai dari industri rumah tangga, industri
dengan beraggotakan komunitasnya saja, hingga industri global dengan berbagai kerjasama dan
cabang-cabang dari negara lain. Adapun kota-kota besar di Indonesia yang merupakan kota industri
terbesar adalah Surabaya, Sidoarjo, dan Bekasi.

Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Zat kimia
yang terkandung di dalam detergen terdiri atas: surfaktan yang berfungsi sebagai zat pembasah yang
akan menyusup ke dalam ikatan antara kotoran dan serat kain, builder (pembentuk) berfungsi
meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab
kesadahan air, filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci tetapi menambah kuantitas, dan additives adalah bahan suplemen atau
tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, dan pewarna.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.

Deterjen sering kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti mencuci pakaian. Bahan utama
deterjen ialah garam natrium yaitu asam organic yang dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang
digunakan dalam pembuatan deterjen merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12
hingga 18 atom karbon per molekul.

Proses pembuatan sabun dan detergen pada skala industri rumah tangga atau konvensional memang
tidak terlalu rumit, namun apabila produksi ini dilakukan pada skala besar atau sekitar beberapa ton
perhari tentulah membutuhkan ilmu khusus untuk melakukannya. Hal yang harus dilakukan pada proses
pembuatan Sabun dan Detergent adalah persiapan raw material (bahan baku), pengendalian proses,
pengendalian alat, dan treatment hasil produksi.

Berikut merupakan kandungan bahan pada deterjen, yaitu :

1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan.
2. Bahan pembentuk / penunjang
Salah satu contoh bahan penunjang adalah soda ash atau sering disebut soda abu yang
berbentuk bubuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi meningkatkan daya bersih. Keberadaan
bahan ini dalam campuran tidak boleh terlalu banyak karena menimbulkan efek samping, yaitu
dapat mengakibatkan rasa panas di tangan pada saat mencuci pakaian
3. Filler (pengisi)
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan
memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate.
4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan
daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :
Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang
telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu
mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum,
sedangkan air sebagai bahan pengikat.

Berikut merupakan bagian-bagian dari proses pembuatan deterjen, yaitu :

1. Spray-drying
Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan deterjen bubuk sintetik dimana
dalam spray-drying terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan proses pengeringan. Gambaran
proses pembuatannya adalah komponen-komponen cairan (diterima dalam drum dan kemudian
disimpan dalam storage tank) diukur kemudian dicampurkan dengan komponen padat (diterima
dalam bags atau wadah khusus dan kemudian disimpan dalam silos) untuk membentuk slurry
yang homogen.
2. Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk sintesis yang memiliki densitas
yang tinggi dengan cara pencampuran material-material kering dengan bahan-bahan cairan
yang dibantu dengan adanya bahan pengikat cairan yang kemudian bercampur yang
menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung satu sama lain yang membentuk partikel-partikel
berukuran besar. Proses aglomerasi dapat di gambarkan seperti proses penimbunan atau
penumpukan dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir atau granula.
3. Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen bubuk ditimbang dan
selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-2 menit dan
ditambahkan slurry selama 3-4 menit sentasi air proses yang digunakan anatara 35-40% dalam
crutcher slurry. Dalam aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara continue. Komponen-
komponen atau bahan yang digunakan dalam aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif dan air
yang digunakan sebagai cairan dalam aglomerasi. Setelah semua slurry dimasukkan kedalam
mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-2 menit agar menjadi homogen.

Berdasarkan bentuk fisiknya deterjen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Deterjen cair, secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Yang membedakan
cuma bentuk fisik. Biasanya digunakan untuk laundry modern menggunakan mesin cuci yang
kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.
2. Deterjen krim, bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi kandungan formula
bahan baku keduanya berbeda.

3. Deterjen bubuk, jenis deterjen bubuk ini yang lebih beredar dimasyarakat atau dipakai sewaktu
mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu
deterjen bubuk berongga dan deterjen bubuk padat.

Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok tersebut disebabkan oleh perbedaan proses
pembuatannya.

a. Deterjen bubuk berongga

Deterjen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya berongga seperti bola sepak yang didalamnya
berongga. Butiran deterjen jenis berongga ini dihasilkan oleh proses spray drying (proses pengabutan
dilanjutkan dengan proses pengeringan). Kelebihan deterjen bubuk berongga dengan detergent bubuk
padat adalah detergent bubuk berongga tampak volumenya lebih besar.

b. Detergent bubuk padat

Bentuk butiran deterjen bubuk padat bentuknya seperti bola tolak peluru, yaitu semua bagian
butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak berongga. Butiran deterjen yang padat ini merupakan hasil
olahan dari proses pencampuran kering (dry mixing). Kekurangan deterjen bubuk padat ini tampak
volumenya tidak besar sehingga kelihatan sedikit.

Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen dikelompokkan menjadi :

a. Deterjen Anionik (DAI)

Deterjen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan alkali. Deterjen ini akan berubah
menjadi partikel bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk pencuci
kain. Kelompok utama dari deterjen anionik adalah : • Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat

• Alkil aril sulfonat

• Olefin sulfat dan sulfonat

b. Deterjen Kationik

Deterjen yang mengandung surfaktan kationik. Deterjen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan
positif ketika terlarut dalam air, biasanya digunakan pada pelembut (softener). Selama proses
pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu dihilangkan dengan asam
kuat untuk netralisasi. Agen aktif permukaan kationik mengandung kation rantai panjang yang memiliki
sifat aktif pada permukaannya. Kelompok utama dari deterjen kationik adalah :

• Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)

• Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18 atom karbon)


• Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18 atom C)

• Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl

c. Deterjen Nonionik

Senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam dan basanya merupakan molekul
yang sama. Deterjen ini tidak akan berubah menjadi partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam air
tetapi dapat bekerja di dalam air sadah dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran.
Kelompok utama dari deterjen nonionik adalah :

• Etilen oksida atau propilen oksida

• Polimer polioksistilen

• Alkil amida

d. Deterjen Amfoterik

Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Deterjen ini dapat berubah
menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada pH air yang digunakan. Biasanya
digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga. Kelompok utama dari deterjen ini adalah: Natrium
lauril sarkosilat (CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natrium mirazol.

Menurut kandungan gugus aktifnya maka deterjen diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Deterjen jenis keras

Deterjen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat
tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contoh: Alkil Benzena Sulfonat
(ABS).ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini adalah dengan
mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini
menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena, maka persamaan reaksinya adalah:

C6H5C12H25+ SO3= C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena
Sulfonat

2. Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme,
sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai. Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS). Proses
pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan
asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4= C12H25OSO3H + H2O

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril
Sulfat

Anda mungkin juga menyukai