Anda di halaman 1dari 5

Nama

NIM
Kelompok
Shift

: M. Fersyando Melsi
: 03121003020
:4
: Kamis Siang

TUGAS KHUSUS
SNI Sabun dan Deterjen
1.

Sabun dan Deterjen


Bahan kimia dari manufaktur sabun dasarnya tinggal sama sampai

tahun 1916, ketika deterjen sintetik pertama berkembang di Jerman di jawaban


ke Perang Dunia I - berkaitan kekurangan lemak untuk membuat sabun. Diketahui
sekarang dengan sederhana deterjen, deterjen sintetis adalah pembersih non-sabun
dan produk pembersih itu adalah menjadi satu atau mengambil bersama dari jenis
bahan mentah. Penjelajahan dari deterjen juga diterbangkan oleh kebutuhan untuk
alat

kebersihan

itu,

tidak

seperti

sabun,

tidak

akan

dikombinasi

dengan garam mineral di air untuk membentuk sesuatu yang tidak dapat
dipecahkan diketahui itu adalah dadih sabun.
Sabun sendiri

sebenarnya

tidak pernah

ditemukan,

tetapi

terus

dikembangkan dari campuran mentah basa dan lemak. Pada abad pertama, Pliny,
sang pencetus menjelaskan proses pembuatan sabun, hingga pada abad ke-13,
sabun diproduksi secara industri. Sampai awal abad ke-18, sabun diyakini
campuran lemak dan basa secara mekanis; hingga Chevruel, ahli kimia Perancis,
menunjukkan bahwa pembuatan sabun sepenuhnya melibatkan reaksi kimia.
Domeier menemukan bahwa gliserin dapat diperoleh dari proses saponifikasi.
Leblanc juga menemukan bahwa natrium karbonat dapat diproduksi dengan harga
yang murah dari natrium klorida. Bahan mentah yang semakin menipis pada PD I
menyebabkan Jerman mengembangkan sabun sintetik atau detergen yang
terbuat dari rantai pendek alkil naphtalene sulfonates sebagai wetting agent yang
baik. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, rantai pendek penyusun detergen
dikembangkan menjadi rantai panjang alkohol sulfat dan pada tahun 1950-an
dikembangkan menjadi senyawa rantai bercabang. Selama tahun 1960-an, syarat
biodegradability menjadi penting untuk diperhatikan sehingga senyawa penyusun
detergen kembali ke rantai panjang tidak bercabang karena rantai tidak bercabang
dapat dengan mudah diuraikan.
Digunakan dalam produk laundry, sabun toilet, sampo, sabun cuci piring,
dan produk pembersih pada rumah tangga. Kegunaan pada industri yaitu bahan
1

pembersih, surfaktan khusus untuk anti kuman di rumah sakit, pengemulsi pada
kosmestik, flowing dan wetting agent untuk bahan kimia pertanian, dan digunakan
pada proses pengolahan karet. Secara umum, sabun dan detergen digunakan untuk
menghilangkan minyak.Detergen berbeda dengan sabun dalam kerjanya pada air
sadah. Sabun membentuk senyawa tidak larut dengan ion air sadah (Ca dan Mg)
yang menyebabkan endapan dan mengurangi busa dan cleaning actionnya.
Detergen bereaksi dengan ion air sadah yang hasil produknya akan larut
atau dimana akan terdispersi secara koloid di dalam larutan atau air.
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik. Kelompok terbesarnya adalah anionik yang biasanya adalah garam
natrium dari sulfonat (organik sulfat). Pengotor dapat dihilangkan melalui proses
pembasahan, pengemulsian, pendispersian dan atau pelarutan noda oleh cleaning
agent. Molekul detergen yang berkelompok dalam air dinamakan micelles. Bagian
hidrokarbon dari molekul detergen berkelompok dengan micelles dinamakan
hidrofobik

(tidak

suka

air)

sedangkan

bagian

polar

berada

di

luar micelles dinamakan hidrofilik (suka air). Senyawa yang tidak dapat larut
dalam air kemudian terlarut ke dalam bagian tengahmicelles yang ditarik oleh
grup hidrokarbon. Proses ini dinamakan solubilisasi.
Dewasa ini, komposisi detergen diubah ke komposisi yang lebih ramah
lingkungan. Hal ini dikarenakan detergen memiliki fosfat yang menyebabkan
eutrofikasi dalam air alam.
Produksi deterjen rumah tangga di Amerika Serikat dimulai pada awal
tahun 1930-an, tetapi tidak benar-benar membuka sampai akhir Perang Dunia II.
Waktu

perang

berhentinya

persediaan lemak danminyak juga

militer

membutuhkan untuk alat kebersihan itu akan bekerja di air laut kaya mineral dan
di air dingin mempunyai lebih lanjut merangsang meneliti di deterjen.
Deterjen pertama digunakan terutama untuk mencuci piring dan mencuci baju
bahan lembut. Penerobosan di perkembangan dari detergen untuk mencuci baju
serba guna digunakan muncul pada tahun1946, ketika deterjen pembangun (berisi
surfaktan/kombinasi pembangun)dikenalkan di Amerika Serikat. Surfaktan adalah
produk deterjen bahan pembersih dasar, saat pembangun membantu surfaktan

untuk bekerja lebih efisien. Senyawa fosfat digunakan sebagai pembangun


di detergen ini sangat meningkat perfomanya, membuat mereka cocok untuk
mencuci baju dengan tingkat kekotoran berat.
Pada tahun 1953, penjualan deterjen di negara ini memiliki itu melebihi
sabun. Kini, detergen memiliki semua tetapi menggantikan produk dengan dasar
sabun untuk mencuci baju, mencuci piring dan pembersih rumah tangga. Deterjen
(sendiri atau berkombinasi dengan sabun) adalah juga penemuan di banyak dari
penggunaan batangan dan cair untuk pembersih pribadi.
Sejak prestasi di deterjen dan bahan kimia pembangun itu, aktivitas produk baru
memiliki lanjutan utntuk fokus ke membangun produk pembersih praktis dan
mudah untuk digunakan, juga menyelamatkan konsumen dan untuk lingkungan.
2.

SNI Sabun dan Detergent domestik


Di Indonesia untuk sabun dan detergent memiliki standar minimal untuk

siap dipakai dalam kehidupan sehari hari atau secara domestik standar inilah yang
menjadi acuan dari kandunan yang dimana kandungan terseut sudah diuji
kelayakannya, SNI sabun dan deterjen antara lain :
1) Deterjen bukan untuk mesin cuci ( SNI 06-0062-1987 )
Detergen (bentuk serbuk atau semi padat) untuk mencuci tanpa
menggunakan mesin cuci. Syarat mutu (termasuk kadar zat aktif, zat pemucat, pH
larutan 1,0 %, fosfat, insoluble matter), cara pengujian, pengambilan contoh,
2) Cairan kelantang, Mutu dan cara uji ( SNI 06-0080-1987 )
Syarat mutu kalsium hipoklorit, cara pengambilan contoh, pengemasan
dan penandaan. Penetapan klorin dan keadaan cairan.
3) Ketahanan glasir atas terhadap deterjen, Cara uji ( SNI 15-1572-1989 )
Standar ini meliputi cara uji ketahanan glasir cara uji meliputi bahan,
peralatan, persiapan, prosedur, laporan hasil uji. Klasifikasi tingkat keausan glasir
atas.
4) Cairan disinfektan pembersih lantai ( SNI 06-1842-1995 )
Standar ini berisi syarat mutu, cara uji dan cara pengemasan cairan
desinfektan pembersih lantai. Syarat mutu cairan desinfektan terdiri dari beberapa
koefisien fenol, pH, kelarutan dalam air sodah dan daya memucatkan.

5) Sabun cuci, Mutu dan Cara uji ( SNI 06-2048-1990 )


4 Tipe sabun cuci. ALkali bebas, 90 lemak tak tersabun, minyak pelikan
pada masing-masing tipe sabun sama jumlahnya, yang berbeda adalah 90 asam
lemak. Pengambilan contoh dengan cara tertentu. Cara uji masing-masing unsur
diuraikan di dalam standar ini.
6) Serbuk deterjen pencuci sintetik untuk rumah tangga (SNI 06-4594-1998 )
Standar ini berlaku untuk serbuk deterjen pencuci sintetik , yang
digunakan untuk cucian sangat kotor dan cucian biasa dengan menggunakan
mesin cuci atau tangan. Tidak berlaku untuk serbuk pencuci dengan bahan utama
sabun.
7) Shampo karpet (SNI 19-4773-1998 )
Persyaratan sampo karpet meliputi; pH=4,0-8,5; tidak mengandung bahan
pengoksidasi atau pereduksi; tidak menyebabkan perubahan warna, dan; memiliki
daya bersih lebih baik dari sampo pembanding.
8) Serbuk pembersih (penggosok) permukaan keras (SNI 06-4904-1998 )
Komposisi terdiri dari bahan aktif dan bahan tambahan. Bahan aktif
meliputi; bahan penggosok (kalsium bikarbonat, kalsit, silika) dan pembersih
(natrium lauril sulfat). Bahan tambahan meliputi zat warna, pewangi, desinfektan.
Syarat mutu antara lain meliputi; kandungan alkali bebas, bahan tidak terlarut,
derajat halus serbuk, dan tidak membahayakan kesehatan.
9) Deterjen Serbuk - Bagian 1: Cara uji biodegradabilitas surfaktan berdasarkan
karbon organik terlarut (Dissolved Organic Carbon/DOC)( SNI 7554.1:2011 )
Standar ini digunakan untuk penentuan sifat dapat segera terbiodegradasi
(ready biodegradability) dari suatu bahan surfaktan oleh mikroba aerobik dalam
medium cair. Konsentrasi surfaktan yang diuji berada dalam kisaran 10 - 40 mg
DOC/L, memiliki kelarutan dalam air lebih besar dari 100 mg/L dan bersifat tidak
mudah menguap.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2012.

SNI

Sabun

dan

Deterjen.

(online).

http://sisni.bsn.go.id/?/sni_main/sni/sni_ics/421. (Diakses Tanggal 18


Maret 2015).
Dina. 2014. Sabun dan Deterjen. (online). http://sabundandeterjen.blogspot.com/.
Rizal.

(Diakses Tanggal 18 Maret 2015).


2011. Proses Pembuatan Sabun

dan

Detergent.

(online).

viidislamlovers.wordpress.com/2012/11/24/proses-pembuatan-sabun-dandetergent/. (Diakses Tanggal 18 Maret 2015).


Sridianti. 2013. Pencemaran Lingkungan. (online).

http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran_lingkungan/sabundan-deterjen/. (Diakses Tanggal 18 Maret 2015).


Umiarsih.

2013.

Standar

Nasional

Indonesia

Sabun

(online).

https://umiarsih.wordpress.com/2013/10/08/ Standar Nasional Indonesia


Sabun /. (Diakses Tanggal 18 Maret 2015).

Anda mungkin juga menyukai