Anda di halaman 1dari 29

Pembuatan Sabun Mandi Padat dengan

Menggunakan VCO Campuran Ekstrak Wortel


Indah Gusti Fauzi, Indri Novita Sari, Miranda Dwi Putri
Gultom, Rendi Ananda*

Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang, Indonesia

*Email : indahfauzi8@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari paper ini untuk menentukan konsentrasi


NaOH optimum direaksikan dengan VCO yang terkandung
karotenoid wortel menggunakan perhitungan konsentrasi NaOH
25%, 30%, dan 35% dalam menentukan bilangan penyabunan
untuk memperoleh hasil sabun mandi padat yang memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-3532-1994. Bilangan
penyabunan yang didapatkan sebesar 173,18 mg. Semua
konsentrasi yang memenuhi SNI pada sabun mandi untuk uji
jumlah asam lemak, alkali bebas, dan asam lemak bebas. Kadar air
pada sabun memenuhi SNI yaitu konsentrasi NaOH 35% dan
minyak mineral pada konsentrasi NaOH 30%. Uji lemak netral
yang telah diuji dengan semua konsentrasi NaOH tidak memenuhi
SNI pada sabun. Disimpulkan belum diperolehnya NaOH yang
optimum dalam pembuatan sabun padat dari VCO yang
mengandung karotenoid wortel memenuhi SNI. Konsentrasi NaOH
30% dan 35% hampir memenuhi SNI dalam sabun mandi.
Kata Kunci: Karotenoid Wortel, VCO, Sabun Padat, SNI, Kadar
Air

I. Pendahuluan
Lapisan terluar tubuh manusia[1-2] disebut dengan kulit yang sangat peka,
berfungsi sebagai pelindung[3], serta pertahanan utama terhadap bakteri[4]. Jika
kulit tersebut tidak akan menyatu, maka sangat mudah diserang oleh bakteri [5].
Salah satu pertolongan pertama untuk menjaga kesehatan[6-7] kulit adalah sabun[8-9].
Mulanya sabun dibuat dalam bentuk padatan atau batangan, dan pada tahun 1987
barulah sabun cair mulai dikenal walaupun hanya digunakan sebagai sabun cuci
tangan[10]. Keuntungan sabun cair lebih banyak dibandingkan dengan sabun padat,
beberapa keuntungannya yaitu mudah digunakan, dibawa, disimpan, dan lebih
higienis serta tidak dapat rusak[11]. Sabun padat lebih ekonomis[12] dari jenis sabun
lainnya.
Gambar.1 Sabut cair, sabun cuci tangan, dan sabun batangan[13-15]

Sabun merupakan senyawa kimia yang salah satunya paling tua yang pernah
ditemukan. Sebelum Masehi, pada tahun 2500 sabun kalium telah ditemukan oleh
masyarakat Sumeria yang dimanfaatkan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari
minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium karbonat. Informasi tentang
sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang berhubungan
dengan kedokteran. Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal
dari bahasa Latin sapo yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77
Masehi. Plinny membuat sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan
abu dari kayu beech yang dapat digunakan sebagai pewarna rambut. Sabun adalah
surfaktan yang digunakan dengan air[16-18] untuk mencuci dan membersihkan.
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah
dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada
sarana-sarana publik. Banyak sabun merupakan campuran garam [19] natrium atau
kalium dari asam[20-21] lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak
dengan direaksikan dengan alkali pada suhu[22-23] 80°C - 100°C melalui suatu
proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa[24-25]
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang dipakai
adalah kalium yang berasal dari pembakaran tumbuhan atau dari arang kayu.
Sabun transparan atau “Pears transparant soap” dikenal di Inggris pada tahun
1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya di Marseilles
pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah sejak berkembangnya proses
Le Blanc pada abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku
pembuatan sabun. Nama sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800
SM) berasal dari Gunung Sapo, dimana binatang dikorbankan untuk acara
keagamaan. Lemak yang berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur
dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu. Pada saat
hujan, abu kayu dan sisa-sisa lemak mengalir ke sungai dimana sungai itu terletak
di bawah Gunung Sapo yaitu Sungai Tiber. Bila orang-orang mencuci pakaian di
sungai tersebut akan mendapati air sungai yang berbusa dan pakaian menjadi lebih
bersih. Saat itulah asal usul sabun dimulai. Produk minyak kelapa[26] murni
(Virgin Coconut Oil/VCO) berupa produk kosmetik telah mengalami
perkembangan di negara yang penghasil kelapa. Di antaranya krim antiseptik [27],
sampo, losion, sabun termasuk sabun transparan [28], minyak bayi, dan sebagainya.
Sabun transparan ialah salah satu produk yang banyak digunakan[29].
Sabun adalah suatu kebutuhan pokok masyarakat yang digunakan sebagai
pembersih untuk pakaian dan kulit dan penghilang noda [30]. Jenis-jenis sabun yang
diproduksi yaitu sabun tangan, sabun mandi, sabun cuci, sabun pembersih
peralatan rumah tangga dalam bentuk batangan atau padatan, krim, cair, atau
bubuk[31]. Ada 3 jenis sabun padat yaitu translucent, opaque (tidak transparan)[32],
dan transparan[33]. Sabun padat translucent ialah jenis sabun yang sifatnya diantara
sabun opaque dan transparan[34]. Sabun padat transparan menghasilkan busa yang
lebih lembut dari jenis sabun padat lainnya[35].

Gambar.2 Sabun padat opaque dan sabun padat transparan[36-37]

Sesuai perkembangan zaman, sabun memiliki karakteristik dari berbagai


bentuk sabun yaitu:
1) Sabun cair, yang terbuat dari minyak kelapa dan minyak lainnya,
menggunakan alkali KOH, berbentuk cair yang tidak mengental pada
suhu kamar.
2) Sabun lunak, terbuat dari minyak kelapa dan minyak lainnya yang
bersifat tidak jenuh, menggunakan alkali KOH, berbentuk pasta dan
dicampurkan air akan larut.
3) Sabun keras, terbuat dari lemak netral padat dari minyak yeng telah
keras, dengan proses hidrogenasi, menggunakan alkali NaOH [38] serta
sukar larut dalam air[39].
Sabun obat adalah sabun yang mengandung asam lemak yang bersenyawa
dengan alkali dan ditambah dengan zat kimia[40] atau bahan obat-obatan. Fungsi
sabun obat adalah untuk mencegah, mengurangi ataupun menghilangkan penyakit
atau gejala penyakit yang terdapat pada kulit. Akhir-akhir ini pemanfaatan sabun
obat sebagai pembersih kulit makin menjadi populer dan beragam. Keragaman
sabun obat yang dijual secara komersial terlihat pada jenis, warna, wangi, dan
manfaat yang ditawarkan. Menurut jenisnya, sabun dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu sabun padat dan sabun cair.
Antioksidan[41-42] adalah senyawa yang dapat melindungi senyawa lain dari
oksidasi oleh radikal[43] bebas. Secara alami, tubuh manusia dapat menghasilkan
senyawa antioksidan. Tetapi, senyawa ini seringkali tidak cukup untuk
melindungi tubuh sehingga diperlukan asupan antioksidan dari luar tubuh. Dengan
memanfaatkan peran senyawa antioksidan kita dapat menurunkan resiko penyakit
kronis akibat senyawa radikal bebas.
Antioksidan adalah substansi yang memberikan perlindungan dari serangan
radikal bebas yang merupakan senyawa liar berbahaya karena akan memicu reaksi
berantai. Pada kondisi yang sangat labil, radikal bebas akan memicu reaksi
oksidasi yang merusak sel tubuh. Beberapa antioksidan dapat dihasilkan dari
produk alami, seperti kulit pisang yang mengandung vitamin C dan senyawa
flavonoid sebagai antioksidan[44].
Proses penangkapan radikal bebas ditinjau menggunakan sistem
pendeteksian radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). DPPH berfungsi
untuk menguji kemampuan suatu senyawa sebagai penangkap radikal bebas atau
donor hidrogen yang memberikan absorpsi maksimum pada panjang gelombang
516 nm dan menghasilkan warna ungu[45]. Itulah yang menciptakan produk sabun
yang mengandung antioksidan untuk mencegah radikal bebas.
Sabun mandi antibakteri kebanyakan masih menggunakan bahan sintetik
sebagai bahan aktifnya yang berpotensi menimbulkan iritasi pada kulit sensitif.
Contoh bahan aktif sintetik banyak disorot saat ini adalah triklosan yang
merupakan bahan antiseptik yang dikembangkan pertama kali pada tahun 1960
dan telah digunakan dalam berbagai produk kesehatan. Triklosan aktif melawan
berbagai bakteri gram positif maupun gram negatif, namun pengaruhnya terhadap
bakteri gram positif lebih besar. Antiseptik yang mengandung triklosan dalam
konsentrasi kurang dari 2% biasanya dapat ditoleransi dengan baik dan jarang
menimbulkan reaksi alergi.
Triklosan yang terakumulasi dalam lemak di tubuh manusia akan berpotensi
menimbulkan disfungsi tiroid. Itulah yang menyebabkan banyak produsen sabun
mandi melirik ke bahan alam untuk dijadikan substitusi bahan aktif. Tujuan
digunakannya bahan alam ini adalah untuk menghindari penggunaan bahan-bahan
sintetik antibakteri[46].
Sabun adalah garam alkali karboksilat dengan rumus molekulnya [47]
RCOONa dimana memiliki sifat hidrofobik pada gugus R karena nonpolar dan
COONa memiliki sifat hidrofilik karena polar[48]. Sabun terbuat dari senyawa
natrium yang dicampurkan asam lemak memiliki bentuk padatan ataupun cairan,
menghasilkan busa dan tidak membahayakan kulit[49]. Sabun juga terdapat dari
trigliserida, metil ester asam lemak, dan ALB yang direaksikan alkali tergolong
basa pada setiap zat yang disebut sebagai proses penyabunan atau saponifikasi [50].
Untuk menghasilkan karakteristik sabun, haruslah memilih jenis asam lemak
dikarenakan perbedaan jenis-jenis asam lemak akan menghasilkan karakteristik
berbeda pula[51].
Sabun dapat menghilangkan kotoran dan minyak karena struktur kimia
sabun terdiri dari bagian yang bersifat hidrofil pada rantai ionnya, dan bersifat
hidrofobik pada rantai karbonnya. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun
sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni
segerombolan (50-150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok
dengan ujung-ujung ionnya yang menghadap ke air. Dalam menghilangkan
kotoran dan minyak, bagian yang bersifat hidrofobik pada sabun akan larut dalam
minyak dan mengepung kotoran minyak, sedangkan bagian hidrofilik akan
terlepas dari permukaan yang dibersihkan dan terdispersi dalam air sehingga dapat
dicuci.
Wortel adalah tanaman kaya sumber antioksidan dan terdapat kandungan
senyawa karotenoid[52-53] yang bermacam-macam sehingga mempunyai sangat
tingginya kandungan β-karoten pada wortel itu sendiri [54]. Makalalag[55] telah
membuat minyak kelapa murni yang disebut juga VCO (virgin coconut oil)
dengan memanfaatkan wortel. Dalam paper tersebut, minyak kelapa murni berasal
dari kelapa bagian dagingnya yang segar atau non-kopra dengan tidak
memanaskannya. Minyak kelapa murni yang dicampurkan ekstrak[56-57] wortel
menghasilkan berwarna jingga, ini dikarenakan larutnya komponen karotenoid
pada wortel dalam minyak kelapa murni (VCO) yang diperoleh. Karotenoid
wortel yang terkandung dalam VCO dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan salah
satu produk turunan yaitu sabun mandi yang mana produk tersebut direaksikan
dengan minyak dan lemak mengandung basa natrium hidroksida atau kalium
hidroksida[58].
Kandungan gizi pada minyak kelapa murni memiliki banyak manfaat,
seperti dapat dijadikan sebagai bahan baku kosmetik. Komponen minyak kelapa
murni terdiri dari asam lemak jenuh (90%) yang mengandung asam lemak laurat.
Struktur molekul minyak kelapa murni yang kecil memudahkan kulit dan
rambut untuk menyerapnya. Minyak kelapa murni yang secara rutin dipakai akan
membantu menjaga kulit awet muda karena dapat mengangkat sel-sel kulit mati.
Selain minyak kelapa murni, miyak jarak (Castor Oil) juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuat sabun.
Pada pembuatan sabun, jika basa yang digunakan NaOH akan menghasilkan
sabun berbentuk padatan, sedangkan basa KOH menghasilkan sabun cair [59].
Sumber alkali (basa) alami untuk pembuatan sabun dapat berasal dari hasil
ekstraksi abu kulit buah kapuk randu yang mengubah kalium karbonat menjadi
kalium hidroksida[60].
Selain wortel, ada juga bahan alam lainnya yang bisa dijadikan bahan
pembuatan sabun. Yang pertama buah pedada[61] menghasilkan sabun cair
antiseptik. Ini disebabkan adanya kandungan dalam buah pedada yang bisa
menghambat dan membunuh bakteri. Yang kedua yaitu rimpang jahe merah yang
terbukti memiliki kandungan antibakteri[62]. Penyakit[63-64] diare dan kulit akan
menimbulkan bakteri patogen yaitu Escherichia coli[65] dan Staphylococcus
aureus dapat dicegah menggunakan sabun cair yang mengandung zat
antibakteri[66]. Sabun antiseptik merupakan campuran dari asam lemak alkali
dengan bahan kimia lain[67]. Yang ketiga adalah manggis[68] termasuk tanaman
herbal yang bisa dicampurkan dengan kosmetik yang memiliki kandungan kimia
saponin, tanin, dan xanton[69]. Yang keempat daun sirih merah[70] yang merupakan
bahan sabun yang dapat menghilangkan bau badan.
Bahan lainnya yaitu Aloe vera atau lidah buaya sebagai bahan sabun yang
mengandung antioksidan, mencegah penuaan dini, membantu kekerasan sabun
serta sebagai antibakteri[71]. Buah merah dengan nama latinnya Pandanus
conoideus Lam ialah tanaman dari Papua yang baik untuk kesehatan juga dapat
digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan sabun dikarenakan terdapatnya
kandungan vitamin E, asam lemak bebas, senyawa antioksidan yang tinggi
terdapat senyawa karoten, betakaroten, serta tokoferol[72]. Kulit buah naga [73-74].
Kulit buah naga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, karoten, terpenoid,
niasin, flavonoid[75-76], piridoksin, kobalamin, fenolik, tiamin, alkaloid, dan
fitoalbumin, serta kaya polifenol dan sumber antioksidan yang tinggi untuk kulit,
begitu juga dengan buah apel[39], kulit pisang kapok[77-78], minyak sereh[79], dan
buah tomat[45] sebagai bahan sabun yang terdapat kandungan antioksidan yang
bagus untuk kesehatan . Rumput laut[80-82] terkandungnya antioksidan yang
berperan dalam penyembuhan dan peremajaaan kulit, vitamin A dan C nya
berfungsi menjaga kolagen, serta protein yang dapat membentuk jaringan baru
pada kulit sehingga menghambat penuaan dini. Gula aren yang berasal dari buah
aren memiliki kandungan air yang banyak yang dapat meningkatkan kekerasan
sabun[83]. Madu mengandung antioksidan dan memiliki sifat higroskopis yang
dapat menyebabkan terhisapnya sekresi kulit sehingga kulit akan menjadi segar
dan lembut[84]. Sosor bebek ialah tanaman obat mengandung antimikroba dan
ekstrak etanol pada daun sosor bebek mempunyai aktivitas antiseptik terhadap
bakteri Streptococcus mutans, dan juga terdapat kandungan triterpenes, flavonoid,
alkaloid, glikosida, lipid, steroid, serta bufadienolides (Kalanchoe pinnata (Lam.)
Per.) untuk digunakan sebagai antibakteri[46]. Tumbuhan mangkokan[85], jeruk
nipis[86], buah mengkudu, daun mahkota dewa[87], biji[88] dan batang papaya[89],
buah kersen[90], daun ekor kucing[91], rimpang jeringau[92], dan kumis kucing
merupakan tumbuhan[93-94] yang mengurangi pertumbuhan[95] bakteri sehingga
dijadikan bahan sabun antibakteri[96].
Temu ireng mengandung saponin, amilum, lemak, zat pahit, zat warna biru,
tannin dan polifenol juga minyak atsiri 0,3% - 2% flavonoid dan bunga pacar air
mempunyai aktivitas antibakteri pada bakteri S. aureus, P. aeruginosa dan E. coli
ini dikarenakan terkandungnya senyawa antosianin memiliki antioksidan berperan
sebagai antiviral dan antibakteri[97]. Batang nanas ialah tanaman antijamur yang
memiliki enzim bromelain, dektrosa, sakarosa, asam organik, ergosterol,
peroksida, asam ananasat, dan asam sitrat. Pada enzim bromelain berfungsi
sebagai menghambat jamur Candida albicans[98]. Lengkuas[99] dengan nama latin
Alpinia galanga L. Swartz dimana tumbuhan ini mengandung senyawa
asetoksikhavikol ase-tat (ACA) yang sebagai antialergi, antioksidan, dan
antijamur. Antijamur tanaman lengkuas dapat menghambat pertumbuhan jamur
Trichophyton mentagrophytes. Daun buas-buas[100] juga sebagai bahan sabun
antijamur. Biji bunga matahari sebagai bahan sabun yang dapat melembabkan
kulit[101]. Daun cengkeh sebagai bahan sabun antioksidan, antiseptik, dan
antibakteri [102]. Ekstrak sambiloto[103] digunakan bahan sabun antiseptik. Adapun
dari hewan yaitu kolagen tulang ikan air laut yang mana terdapat jenis protein
dalam jaringan ikat yang dapat membantu tumbuhnya lapisan baru pada kulit
yang elastis dari sebelumnya[104].
Jarak pagar dengan nama latin Jatropha curcas ialah tanaman dari Amerika
Latin memiliki bijinya beracun dan mengandung sekitar 35% minyak yang bisa
mendapatkan hasil seperti kulit buah atau kapsul sebagai obat dan kompos, bahan
pembuat sabun, dan bahan bakar alternatif. Jarak pagar mempunyai aktivitas
antimikroba. mengandung, yaitu tanin, flavonoid, dan saponin. Zat tanin dapat
menimbulkan kompleksasi terhadap enzim di dinding sel bakteri mengakibatkan
koagulasi protein dengan tanin berkonsentrasi tinggi. Zat tanin efektif terhadap
penurunan pertumbuhan bakteri contohnya Escherichia coli, Clostridium
perfringens, Enterobacter cloacae, Acteroides fragilis, dan lainnya[105-106]. Jarak
pagar dapat dijadikan bahan baku pembuatan dengan mengekstrak tumbuhan jarak
pagar.
Daun pandan wangi sangat banyak sekali digunakan sebagai penyedap,
pewarna pada makanan dan juga digunakan sebagai obat penenang. Ini
disebabkan pada daun pandan wangi ini mengandung saponin, alkaloida, tanin,
flavonoida, fenil propanoid, polifenol, dan zat warna. Pada 1 gram daun pandan
terkandungnya kadar total fenolik ialah 47,87% dan kadar total flavonoid ialah
9,941%. Pada ekstrak polifenol dalam daun pandan memiliki sifat polar maka
pelarut yang cocok digunakan dalam proses maserasinya ialah metanol, butanol,
atau etanol yang memiliki konsentrasi yang tinggi.
Biji kakao ialah salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat atau
manfaat pada kesehatan. Biji kakao terdapat beberapa kandungan antara lain:
lemak, polifenol, dan karbohidrat. Polifenol biji kakao terbentuk pada awal
terbentuknya biji dalam bubuk bebas lemak. Penggunaan biji kakao yang sangat
sering dimanfaatkan yaitu sebagai pembuatan coklat dan amat jarang
menggunakan biji kakok sebagai minyak. Biji kakao yang mengandung polifenol
sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu Bacillus subtillis ataupun
Eschericia coli dan kandungan polifenol tersebut mempunyai kandungan yang
berbahan aktif yang dimanfaatkan pada kesehatan yang dijadikan bahan baku
pada pembuatan sabun lunak. Selain kandungan polifenolnya, polihidroksi pada
minyak dari biji kakao sangat harum dan memiliki bentuk yang unik[52].
Selain itu, untuk pewarna sabun dapat menggunakan buah pinang dengan
nama latinnya Areca catechu L.[107]. Karena biji pinang mengandung senyawa
flavonoid dan tanin yang dapat menghasilkan warna merah anggur tua. Untuk
pewangi sabun terdapat dari daun jamblang[108-109]. Bunga kamboja kuning
mengandung flavonoid, saponoid, tanin, serta vitamin E yang dapat digunakan
sebagai sabun untuk pewangi, pewarna, pengentalan sabun cair serta
menghasilkan busa yang banyak[110].
Dalam industri[111-112] sabun dikenal istilah sabun transparan, yaitu jenis
sabun dari gliserin yang bagiannya tersusun atas garam sabun dan pelarut.
Gliserin berperan sebagai humektan pada penambahan dalam formula sabun
transparan. Bahan tambahan alami bisa menggunakan gel[113-115] lidah buaya
dikarena adanya kandungan lignin dan saponin[116] yang memiliki sifat pembersih
kotoran, melembabkan, melembutkan, serta menghaluskan kulit. Kualitas produk
sabun sangat dipengaruhi oleh penambahan lidah buaya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengkajian tentang mutu sabun transparan yang dihasilkan berdasarkan
penambahan lidah buaya[117] dan ada juga dari hewan yaitu susu sapi[118] dan susu
kambing yang dapat mengikis kotoran pada kulit dan menghambat pertumbuhan
mikroba[119-120].
Minyak kelapa murni ialah minyak yang diperoleh dari buah kelapa segar.
Lain halnya dengan minyak kelapa biasa, pada proses membuat minyak kelapa
murni tidak menggunakan panambahan zat-zat atau bahan-bahan kimia dan tidak
menggunakan panas atau suhu yang tinggi. Selain memiliki rasa dan warna
berbeda, minyak kepala murni mempunyai asam lemak yang tidak terhidrogenasi
seperti minyak kelapa biasa lainnya. Minyak kelapa murni ini sangat banyak
dimanfaat sebagai kesehatan tubuh oleh masyarakat. Maka dari itu, minyak kelapa
murni ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun.
Minyak kelapa murni merupakan minyak dan lemak makan yang diperoleh
tanpa terubahnya minyak, hanya didapatkan secara mekanis dan menggunakan
panas minimal. Keunggulan dari minyak kelapa ini ialah minyaknya jernih, tidak
berwarna atau bening, sulit tengik, dan awet dalam waktu yang lama atau dua
tahun.
Pada proses pembuatan sabun dengan menggunakan minyak kelapa murni
dapat menciptakan produk lebih keras dibandingkan dengan minyak jagung[121],
minyak kacang, minyak jelantah[122], minyak biji katun, dan minyak kedelai[123].
Selain minyak kelapa murni, pembuatan sabun juga dapat dibuat dari minyak
atsiri [124-125], minyak kelapa sawit[126], dan minyak lainnya.
Minyak kelapa sawit terdapat kandungan tinggi terhadap asam palmitat
digunakan sebagai untuk kekerasan sabun dan menghasilkan busa yang banyak
yang dapat menghilangkan kotoran. Minyak jelantah berasal dari minyak nabati
seperti minyak jagung, minyak kelapa murni, dan minyak lainnya dimana minyak
tersebut adalah minyak bekas penggorengan yang terdapat kandungan asam lemak
tak jenuh yang tinggi. Asam lemak tak jenuh tersebut ialah asam linoleat, asam
oleat, dan asam linolinat yang merupakan trigliserida sehingga dapat dijadikan
bahan sabun.
Minyak atsiri terdapat pada buah jeruk kalamansi [127], kulit jeruk
pontianak[11], dan anti jerawat[128], buah biji pala[129], serai dapur[130]. Jeruk
Pontianak dengan nama latinnya Citrus nobilis Lour. var. microcarpa ialah
tanaman famili Rutaceae dan genus Citrus. Minyak atsiri ialah sudah banyak
dikenal yang kandungannya minyaknya memiliki aktivitas dalam antibakteri.
Komponen minyak atsiri pada kulit jeruk mengandung sesquiterpen, terpen, ester,
aldehida, dan sterol. Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella sp,
Pasteurella, dan Klebsiella merupakan bakteri merugikan maka dengan adanya
minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Minyak atsiri dari
kulit buah jeruk Pontianak mempunyai aktivitas antibakteri yang mana bakteri
patogen menimbulkan infeksi tersering dan infeksinya tersebut melalui kulit pada
bakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Pada buah biji pala memiliki kandungan minyak atsiri. Minyak biji pala
memiliki banyak komponen yang mempunyai bioaktivitas ialah camphene,
eugenol, elemicin, isoelemicin, methoxyeugenol, isoeugenol, dan elimicin.
Sabinene, terpine-4-ol, β-pinene, α-pinene, safrole, limonene, dan myristicin juga
teridentifikasi atau terdapat kandungan pada minyak biji pala. Senyawa yang
penting pada minyak atsiri ini seperti saponin, alkaloid, anthraquinon, flavonoid,
kardiak glikosida, dan phlobatanin juga terdeteksinya pada ekstrak biji pala
dengan fasa cair. Minyak pala memiliki kandungan yang tidak menguap yang
disebut dengan fixed oil atau nama lainnya mentega pala. Fixed oil ialah bahan
yang dapat atau mudah larut pada pelarut organik tetapi memiliki kelemahan yaitu
tidak bisa terdestilasi. Fixed oil mengandung sebanyak 20% sampai 40% yaitu
trimiristin, gliserida, dan asam miristat dari stearat, palmitat, dan asam laurat.
Trimiristin ialah macam lemak dimana sangat banyak dimanfaatkan pada
pembuatan produk kosmetik seperti pemutih dan memiliki harga yang mahal.
Trimiristin pada biji pala lebih unggul dan bagus dibandingkan dengan trimiristin
yang berasal minyak inti sawit, minyak kelapa, dan minyak babassu. Ini
disebabkan karena dalam lemak pala tidak memerlukan proses fraksinasi, yang
mana dibutuhkan proses pemisahannya yang relatif mahal, dan juga memiliki
rendemen yang sangat tinggi dari kemurniaannya. Trimiristin pada minyak selain
biji pala masih tercampurnya berbagai asam lemak lain yaitu asam laurat dan
asam palmitat. Trimiristin, miristisin, asam miristat, dan elimisin mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan, analgesik, anti diabet, anti imflamasi, antibakteri,
anticonvulsant, dan antijamur. Asam miristat dan miristil alkohol ialah turunan
senyawa yang dapat diolah dari trimisitin. Bahan tersebut sangat banyak
dimanfaatkkan sebagai bahan baku pembuatan pada sabun, detergen, dan
komestik lainnya yaitu lipstick, sampo, dan losion. Hasil isolasi dari trimiristin
hasil isolasi digunakan yaitu bahan aktif tambahan pada proses membuat sabun
mandi. Sabun mandi dari minyak biji pala yang diperoleh mempunyai kandungan
sifat antibakteri dan antijamur yang tergolong kuat.
Minyak atsiri lainnya yaitu daun kemangi yang mengandung antibakteri
dimana mempunyai konsentrasi bunuh minimal (KBM) pada bakteri
Staphylococcus aureus ialah 0,5% yang berarti bakteri gram positif dan sedangkan
minimal 0,25% pada bakteri Eschericia coli berarti bakteri gram negatif.
Konsentrasi hambat minimal pada minyak atsiri pada bakteri Staphylococcus
epidermidis ialah 2% dan KBM ialah 2,5%[131]. Minyak atsiri ylang–ylang
(Cananga odoratum) terdapat kandungan linalool termasuk golongan monoterpen
fenol ialah komponen kimia yang dapat mempresipitasikan protein secara aktif
dan dapat merusak membran sel bakteri dengan turunnya tegangan permukaan.
Kandungan minyak ylang-ylang yang memiliki aktivitas antibakteri. Tingginya
jumlah bakteri pada folikel misalnya Staphylococcus epidermidis berfungsi
sebagai proses inflamasi[132].
Sebelum membuat sabun, minyak diuji dengan menggunakan KMnO4[133-134]
untuk menguji ketidakjenuhan lemak. Menggunakan bahan kimia CaCl2[135] untuk
menguji sabun berdasarkan tinggi atau rendahnya busa atau buih. Sedangkan
MgSO4[136] digunakan untuk uji sabun dan uji detergen berdasarkan busa. HCN
digunakan untuk mengetahui sifat-sifat sabun[137].
Ada dua proses dalam pembuatan sabun, yaitu netralisasi minyak dan
saponifikasi. Dalam proses saponifikasi minyak mendapatkan hasil produk ialah
gliserol, pada proses netralisasi tidak mendapatkan hasil gliserol. Ini terjadi
disebabkan reaksi kimia[138-140] antara alkali dengan trigliserida dalam proses
saponikasi, sedangkan reaksi antara alkali dengan asam lemak bebas pada proses
netralisasi[141]. Saponifikasi ialah terjadinya reaksi antara lemak atau minyak
dicampurkan dengan larutan alkali yang sering digunakan seperti NaOH, KOH,
Ba(OH)2[142], NH4OH[143], NaCl[144-148], KCl[149-150], ethanolimines, Na2SO4[151-152] dan
Na3PO4 yang terbuat dari H3PO4[153-154], Na2CO3[155-156] dan NaOH[157-160].
Persamaan reaksi pembuatan sabun dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sabun merupakan salah satu jenis surfaktan karena dapat berfungsi sebagai
penurun tegangan permukaan. Sabun asam lemak sangat baik menghilangkan
kotoran dan mensuspensi minyak pada proses pencucian. Sabun dibuat dengan
reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak
nabati atau lemak hewani dan ditambahkan zat pewangi atau antiseptik
kedalamnya. Kelebihan alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,10 %
untuk sabun natrium dan 0,14 % untuk KOH.
Sifat surfaktan pada sabun menyebabkan larutan sabun dapat memasuki
serat, menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Bagian akhir dari rantai
(ionnya) bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat
hidrofobik (benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak
larut dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Minyak yang teremulsi tidak dapat mengendap dikarenakan muatan negatif
dan ion-ion dalam sabun mengakibatkan tetes minyak sabun untuk tolak-menolak
satu dengan yang lain. Salah satu yang tidak menguntungkan dari sabun sebagai
bahan pembersih adalah sabun mengendap dengan ion kalsium dan magnesium,
yang merupakan kation yang umum terdapat dalam air sadah.
Sabun yang sudah mengendap tidak dapat menghilangkan kotoran, bahkan
membentuk buih logam. Pembentukan buih logam dapat dicegah dengan
menggunakan air lunak alami atau air lunak larutan yang tidak mengandung ion
kalsium atau magnesium.
Asam lemak bebas (ALB) yang terbentuk karena reaksi hidrolisis
merupakan asam lemak dalam keadaan bebas dan tidak berikatan lagi dengan
gliserol. Asam lemak bebas dalam minyak tidak dikehendaki karena
menghasilkan rasa dan bau yang tidak disukai. Oleh sebab itu, dalam pengolahan
minyak diupayakan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin.
Syarat Mutu Sabun dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel.1 Syarat Mutu Sabun
No Jenis Uji Satuan Standar

1 Jumlah asam lemak, (b/b) % Min 70,00


2 Kadar tak tersabunkan, (b/b) % Maks 2,50

Kadar alkali bebas dihitung


3 % Maks 0,10
sebagai NaOH

Kadar air dan zat menguap (b/ Maks 15,00


4 %
b)
5 Minyak Mineral Negatif
Bahan tak larut dalam
6 % Maks 2,50
alkohol, (b/b)

Pembuatan sabun yang melibatkan reaksi asam lemak dengan alkali jenis
kuat dapat menciptakan garam asam lemak adalah gliserol dan sabun. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik.
Sifat melembabkan timbul dari gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen
dengan air dan mencegah air itu menguap[158].
Kualitas sabun dapat diperkirakan dengan melihat nilai INS (Iodine Number
Saponification) minyak yang digunakan sebagai bahan baku sabun. INS adalah
suatu faktor yang dinyatakan sebagai nilai hasil pengurangan angka penyabunan
(SAP) terhadap bilangan Iodin (IV). Nilai INS untuk campuran minyak sebagai
bahan baku sabun berkisar antara 15-250. Minyak kelapa sawit mengandung 48%
asam laurat akan menghasilkan sabun dengan tektur keras. Minyak kelapa sawit
(sebagian besar asam palmitat) dan minyak jarak (mengandung asam ricinoleat)
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan busa. Sebagai pengganti minyak
zaitun digunakan minyak canola, yang mempunyai nilai INS yang tidak berbeda
jauh dengan minyak zaitun.
Tabel.2 Nilai INS minyak canola
Minyak SAPa Bilangan Iodin (IV) INS
Sawit 201 49-59b 152-142
Kelapa 245 8 -10b 237-235
Canola 194 109,3 -116,1c 84,7-77,9
Jarak 142 84,1b 57,9
Zaitun 184-196 75-94 102-109

Formula Sabun
R=2 210,4 48,2-53,8 162,1
R = 1,25 207,3 54,4-60,3 152,9
R = 0,8 204,2 60,5-66,7 143,7

R = 0,5 201,1 66,7-73,1 134,4


Komponen utama minyak kelapa murni terdiri dari asam lemak tak jenuh
ialah sekitar 10% dan asam lemak jenuh ialah sekitar 90%. Asam laurat pada
asam lemak jenuh pada minyak kelapa murni ini terdominasi dikarenakan
mempunyai rantai C12. Minyak kelapa murni terdapat kandungan kurang lebih
53% asam laurat dan 7% asam kapriat. Kedua asam tersebut ialah asam lemak
jenuh rantai sedang yang dinamakan Medium Chain Fatty Acid (MCFA), minyak
kelapa murni terdiri dari kandungan dan 2% lemak poli tidak jenuh, 6% lemak
mono tidak jenuh, dan 92% lemak jenuh
Dalam minyak kelapa murni jenis asam lemak yang terbanyak adalah asam
laurat (C11H23COOH). Komposisi kimia senyawa penyusun minyak kelapa murni
adalah sebagai berikut:
Tabel.3 Komposisi Kimia Senyawa Penyusun Minyak Kelapa Murni
Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)

a. Asam Lemak Jenuh


Asam Kaproat C5H11COOH 0,4 - 0,6
Asam Kaprat C9H19COOH 4,5 - 8,0
Asam Laurat C11H23COOH 43,0 - 53,0
Asam Miristat C13H27COOH 16,0 - 21,0
Asam Palmitat C15H31COOH 7,5 - 10,0
Asam Kaprilat C7H15COOH 5,0 - 10,0
b. Asam Lemak tak
jenuh

Asam oleat C16H32COOH 1,0 - 2,5


Asam Palmitoleat C14H28COOH 2,0 - 4,0

Minyak kelapa murni ini memiliki kandungan yang tinggi pada asam laurat.
Maka asam laurat sangat dibutuhkan pada proses membuat sabun transparan
dikarena memiliki manfaat sebagai untuk menghaluskan dan melembabkan kulit.
Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang
terbentuk. Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel.4 Sifat Sabun yang dihasilkan oleh Asam Lemak

Asam Lemak Sifat yang dihasilkan sabun

Asam Laurat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan lembut


Asam Miristat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan lembut

Asam Palmitat
Mengeraskan, menstabilkan busa

Asam Stearat Mengeraskan, menstabilkan busa, melembabkan

Asam Oleat Melembabkan

Asam Linoleat Melembabkan

Penggunaan asam lemak dalam pembuatan sabun tidak boleh melebihi


batas. Penggunaan dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan efek negatif
terhadap kulit, yaitu mengeringkan kulit
Karakteristik fisika dan kimia minyak kelapa murni dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel.5 Karakteristik fisika dan kimia pada minyak kelapa murni
Karakteristik fisika dan kimia

Angka penyabunan 255 – 265

Angka Iodium 8 -10

Indeks bias (refraksi) 1,4480 - 1,4492

Logam berbahaya Negatif

Rapat massa 0,907 - 0,913


Titik Beku (OC) 18 - 20

Titik Cair (OC) 24 - 26

Pada paper ini, VCO yang mengandung karotenoid wortel dimanfaatkan


sebagai bahan membuat sabun mandi padat[161]. Sampai saat ini belum diketahui
manfaat pembuatan sabun yang terkandung karotenoid wortel pada minyak kelapa
murni (VCO), terutama konsentrasi NaOH dibutuhkan pada VCO untuk
memperoleh sabun mandi berupa padatan yang sudah terpenuhi sesuai Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 06-35321994 dalam tujuan paper ini. Daya
detergensi yang cukup tinggi akan menghasilkan sabun berkualitas baik, yang
dapat digunakan dengan jenis-jenis bahan dan tetap efektif walaupun
menggunakan suhu dan tingkat kesadahan air yang bervariasi[162].

II. Metode Penelitian


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, penangas air, gelas piala,
batang pengaduk, oven, tabung reaksi, pendingin tegak, corong pemisah, botol
timbang, labu erlenmeyer, biuret, wadah atau cetakan sabun, mikro biuret dan
blender. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah daging buah kelapa,
bahan alam, NaOH, metil jingga, mikro parafin, H2SO4, dan petroleum eter.

Metode Penelitian
Pembuatan Santan
Hasil parutan buah kelapa dicampur menggunakan air panas dengan suhu
O
70 C perbandingan skalanya 1:1 dalam baskom, lalu diperas dan disaring. selama
2 jam santan didiamkan bertujuan agar terpisahnya skim dan krim. Ekstrak wortel
dicampur pada krim yang banyak mengandung lemak dalam membuat minyak
kelapa murni (VCO) terdapat kandungan bahan tersebut.

Pembuatan Ekstrak Wortel


Wortel yang telah dibersihkan, diiris kecil. Lalu dimasukkan ke dalam
blender, kemudian disaring dan diambil ekstrak atau sari wortel lalu
mencampurkannya dengan krim santan yang diperoleh dari parutan buah kelapa.

Pembuatan Minyak Kelapa Murni dengan Sari Wortel


Sari buah wortel dan krim santan yang menghasilkan volume total campuran
1000 mL diaduk di wadah berbahan plastik dan didiamkan dengan waktu
diperlukan selama 18 jam. Kemudian, dipisahkan antara air pada lapisan bawah
dengan minyak dan blondo pada lapisan atas, dengan cara membuka keran pada
bagian wadah. Pada pemisahkan minyak dari blondo dilakukan sentrifugasi pada
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Hasil pemisahan yaitu blondo mengendap
pada dasar tabung sementara minyak berada pada lapisan atas. Minyak yang
dihasilkan berupa VCO yang mengandung karotenoid wortel untuk pembuatan
sabun mandi padat.

Menentukan Angka Saponifikasi


Minyak kelapa murni (VCO) yang terdapat kandungan karotenoid wortel
sebanyak 2,5 gram ke labu Erlenmeyer berukuran 250 mL dicampurkan NaOH
konsentrasi 0,5 M sebanyak 25 mL. Kemudian membuat blanko dimana
mengerjakan langkah yang sama dari awal tetapi tidak menggunakan sampel
minyak. Melakukan duplo (2x pengulangan) pada bahan percobaan dan blangko.
Lalu direfluks sampai penyabunan sempurna (sekitar 30 menit). Tetesan air
bening dari hasil refluk dalam tabung reaksi menandakan reaksi penyabunan
selesai. Kemudian hasil refluks itu didinginkan dan ditambah indikator, indikator
yang digunakan fenolftalein sebanyak 2 tetes dan dititrasi menggunakan HCl
sampai warna hilang.

Pembuatan Sabun
Minyak kelapa murni (VCO) yang terdapat kandungan karotenoid wortel
sebanyak 20 gram dicampurkan dengan natrium hidroksida (NaOH). Konsentrasi
dan jumlah didasarkan oleh bilangan penyabunan minyak kelapa murni (VCO)
yang mengandung karotenoid wortel. Tiga variasi konsentrasi NaOH (Natrium
Hidroksida) yang digunakan untuk menghasilkan sabun yaitu 25%,30%, dan 35%,
yang didapatkan dari bilangan saponifikasi serta volume air yang diperlukan
dalam pembentukan. Melakukan 3 kali pengulangan pada setiap perlakuan NaOH.
VCO yang telah dicampurkan dengan NaOH lalu dihomogenkan sampai
campuran itu mengental. Ke dalam wadah yang bersih diisi hasil sabun dan
selama 4 minggu hasil sabun didiamkan. Langkah terakhir menguji kualitas sabun
mandi berdasarkan SNI.

III. Hasil dan Pembahasan


Karakteristik Sabun
Sebesar 173,18 mg bilangan penyabunan diperoleh dari minyak kelapa
murni (VCO) yang mengandung karotenoid wortel. Tiga konsentrasi NaOH yang
berbeda menghasilkan tiga sabun dengan berat rata-rata 29 gram yang warnanya
jingga. Warna tersebut dihasilkan dari warna minyak kelapa murni (VCO) yang
terdapat kandungan karotenoid wortel. Sabun mandi yang mengandung
karotenoid dipastikan baik digunakan pada kulit tubuh. Minyak kelapa murni
(VCO) dengan berbagai konsentrasi NaOH yaitu 25%, 35%, dan 30% di
tempatkan pada wadah yang berbeda. Berikut disajikan perbandingan massa
NaOH dan air pada setiap konsentrasi NaOH pada tabel 6.
Tabel 6. Massa NaOH dan air untuk konsentrasi NaOH dengan
berbagai variasi
Konsentrasi NaOH
25% 30% 35%
Massa NaOH 3,46 gr 3,46 gr 3,46 gr
Massa Air 10,40 gr 8,08 gr 6,43 gr

Uji SNI untuk Menentukan Kualitas Sabun Mandi Padat


Data sabun mandi berbentuk padatan dari minyak kelapa murni (VCO) yang
tedapat kandungan karotenoid wortel dari hasil uji SNI dan nilai [163] SNI-nya
disajikan pada tabel 7.

Kandungan Air
Data yang didapatkan menerangkan bahwa NaOH konsentrasi 25% dan 30%
memiliki kadar air telah melewati standar yang di tetapkan SNI. Sedangkan kadar
air yang sudah sesuai dengan standar yang ditentukan atau ditetapkan berada pada
konsentrasi NaOH 35%. Pada tabel 7, hasil menunjukkan bahwa semakin rendah
kadar air pada sabun atau semakin sedikit air yang diperlukan, maka semakin
tinggi konsentrasi NaOH yang diperlukan. Jika semakin banyak sabun
mengandung air, maka semakin mudah penyusutan pada sabun saat dilakukan [164].
Dapat disimpulkan sabun yang telah sesuai standar sabun mandi menurut SNI
ialah NaOH yang konsentrasinya 35%.

Total Asam Lemak


Sabun yang mempunyai jumlah asam lemak yang diatas 70%, menerangkan
bahwa campuran berbahan aditif yang ditambahkan mengandung dibawah 30%.
Sabun mandi padat yang standarnya sesuai SNI yaitu menggunakan NaOH
berkonsentrasi 25%, 30%, dan 35%. Dimana pada tiga konsentrasi tersebut sabun
sangat efisien untuk membersihkan kotoran dan dapat disimpan dalam waktu yang
lama[165].

Alkali Bebas
Pada paper ini sabun yang dihasilkan sesuai SNI pada kandungan alkali
bebas. Pada sabun yang berkonsentrasi NaOH 25% terdapat kadar alkali bebas
tertinggi, tetapi masih sesuai SNI yaitu untuk NaOH dibawah 0,1%. Alkali yang
didalam sabun tidak mengikat asam lemak dengan terbentuknya garam asam
lemak disebut juga dengan alkali bebas. Dimana sabun mandi yang alkalinya tidak
lewat dari 0,1% untuk natrium, hal ini dikarenakan alkali mempunyai sifat yang
tidak lunak yang dapat membuat kulit iritasi. Dan jika kadar atau kandungan alkali
bebas yang tinggi akan menyebabkan kulit mengering[166].

Asam Lemak Bebas


Pada paper ini sabun mandi dibuat dengan menggunakan asam lemak bebas
dengan konsentrasi NaOH yang telah memenuhi standar SNI yaitu dibawah 2,5%.
Tabel 7. Mutu sabun mandi yang terdapat kandungan sari wortel sesuai
SNI dalam perbandingan
Jumlah Asam
Alkali Lemak
Kadar Air Asam Lemak
bebas Netral
(%) Lemak Bebas
(%) (%)
(%) (%)

Tipe 1 Maks 15 >70 Max 0,1 <2,5 <2,5

SNI Tipe 2 Maks 15 64-70 Max 0,1 <2,5 <2,5

Superfat Maks 15 >70 % Max 0,1 <2,5 <2,5

25% 19,4 74,08 0,044 1,6365 9,760


Sabun
Mandi 30% 16,23 75,07 - 1,167 9,952

35% 14 76,09 - 1,767 10,278

Lemak yang Tidak Tersabunkan


Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa lemak yang tidak tersabunkan pada NaOH
konsentrasi 25%, 30%, dan 35% berturut-turut ialah 9,76%, 9,952%, dan
10,278%. Sedangkan berdasarkan SNI 2,5% untuk lemak yang tidak tersabunkan.
Sabun mandi yang berbentuk padatan pada seluruh konsentrasi NaOH telah
melebihi standar SNI dimana ini berarti sabun tidak memenuhi standar SNI
karena saat proses penyabunan berlangsung lemak netral tidak bereaksi. Yang
dapat menyebabkan tidak tersabunkan tinggi adalah senyawa karotenoid yang
terkandung pada wortel dalam VCO merupakan senyawa tidak tersabunkan.
Komponen yang tidak tersabunkan dapat juga berupa alkohol berantai panjang,
minyak-minyak mineral, pigmen, sterol dan hidrokarbon. Hasil tersebut serupa
dengan hasil observasi oleh Brown et al. [161] yang mengatakan yang mana
perlakuan kaustik biasa pada komponen yang mana lemak dan minyak yang tidak
dapat tersabunkan dalam proses pembuatan.

Minyak Parafin atau Minyak Mineral


Paper ini menunjukkan minyak parafin atau mineral positif ada pada NaOH
konsentrasi 25% dan 35% yang ditandai perubahan warna menjadi keruh,
sedangkan minyak mineral atau parafin negatif ada pada konsentrasi NaOH 30%
yang ditandai dengan larutan bewarna bening setelah dititrasi. Minyak parafin
atau mineral yang terkandung kurang dari 0,05% pada sabun mandi padatan
ditandai adanya kekeruhan saat dititrasi dengan air, ini sesuai dengan standar SNI.
Hasil paper ini menunjukkan sabun dengan NaOH konsentrasi 25% sudah
memenuhi standar mutu SNI sedangkan sabun dengan konsentrasi 35% tidak
sesuai standar SNI. Dekarboksilasi asam lemak berubah menjadi golongan alkana
mengakibatkan adanya minyak parafin atau mineral diakibatkan adanya
perubahan golongan alkana dari asam lemak. Perubahan dapat dikerjakan dengan
cara fotokimia, termal, maupun dengan katalitik yang dibantu dengan katalis [167-
168]
, baik asam rantai terbuka dan aromatik sehingga terbentuk reaksi
dekarboksilasi[169-170].

IV. Kesimpulan
Pada paper ini dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan sabun mandi
berbentuk padatan dapat menggunakan minyak murni kelapa dengan wortel yang
mengandung karotenoid. Sabun dapat dibuat dari 173,18 mg NaOH direaksikan
dengan 1 gram minyak murni yang terkandung dalam karotenoid wortel. Sabun
mandi berbentuk padatan padat dari VCO campuran ekstrak wortel dengan NaOH
konsentrasinya berbeda menghasilkan sabun mandi yang belum memenuhi
standar mutu SNI. Konsentrasi NaOH yang hampir mendekati standar SNI adalah
konsentrasi 30% dan 35%.

Referensi

(1) Vauzia, V. and Gusmira, E. (2018) “The Response of Jabon Seeds


Germination (Anthocephalus cadamba (Roxb.)Miq.) against the Duration of
Combustion and Illumination”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
19(2), pp. 80-87. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/154.
(2) Yanuar, F., Tillah, M. and Devianto, D. (2018) “Modeling of Human
Development Index Using Ridge Regression Method”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 1-11. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/134.
(3) Tranggono, R.I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
(4) Ruswandi, R. (2018) “Determination of Fructose Content resulted by Inulin
Hydrolysis with DNS as Oxidizer”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 19(1), pp. 14-23. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/102.
(5) Madigan, M.T,. Martinko, J.M,. Parker, J. 2000. Biology of
Microorganisms. 10th ed. New York: Southem Illinois University
Carbondale.
(6) Pasaribu, F., Mardia, A. and Sormin, C. (2019) “Ordinal Logistic
Regression with an Application to Health Service Quality in Raden
Mattaher Jambi Hospital”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1),
pp. 35-40. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/168.
(7) Ramalisa, Y., Febriyanti, A. and Multahadah, C. (2019) “Analysis of Non
Hierarchical Bomb for Collection of Community Health Degrees in Jambi
and Muaro Jambi City”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1),
pp. 25-34. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/167.
(8) Susilaningrum, D. (2017) “PEMODELAN REGRESI LOGISTIK PADA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PHBS PADA RUMAH TANGGA
PENDERITA TBC DI PESISIR SURABAYA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 18(02), pp. 121-128. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/65.
(9) Hernani, Bunasor K. T., dan Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan
Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia Galanga
L.Swartz.). Bul. Littro. 21 (2),192 – 205.
(10) Wijana, S., Soemarjo, dan T. Harnawi. 2009. Studi pembuatan sabun mandi
cair dari daur ulang minyak goreng bekas (kajian lama pengadukan dan
rasio air/sabun). Jurnal Teknologi Pertanian. 10 (1): 54-61.
(11) Rosdiyawati, Risky. "Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Sabun Mandi Cair
Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour. Var.
microcarpa) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli." Jurnal
Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN 1.1 (2014).
(12) Murni, Hutdia Putri, Latisma Dj, and Rahadian Zainul. "Pengembangan
Penuntun Praktikum Kimia Berorientasi Chemoentrepreneurship untuk
SMA/MA Kelas XII Semester Ganjil." (2018).
(13) https://www.kaskus.co.id/thread/59917f751ee5df3c068b456a/sharing-
pengalaman-membuat-sabun-cair/
(14) https://www.monotaro.id/corp_id/s000000464.html
(15) https://cara.co.id/kesehatan/cara-membuat-sabun-mandi-batangan.html
(16) Zainul, Rahadian, and Indang Dewata. "Determination of pH-BOD-COD
and degradation in batang arau watersheds at Padang city." (2015).
(17) Zainul, R. and Wardani, S. (2019) “The Hydrogen Generator Performance
of Sandwich Designed 4/4 Al-Cu Plates”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 20(1), pp. 100-104. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/177.
(18) Harahap, F. and Lubis, L. (2018) “Analysis of Heavy Metals Distribution in
the River Town of Hamasaki’s Rod Padangsidimpuan”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 50-56. doi: 10.24036/eksakta/vol19-
iss2/149.
(19) Artika, Puti Ika, and Rahadian Zainul. "Potassium Bromide (KBr):
Transformasi ionik dan sifat temodinamika dalam Larutan." (2018).
(20) Rahmadhanty, Syanty, and Rahadian Zainul. "DESIGN OF HUMAT ACID
SOLID SOLUTION REACTOR THROUGH
PHOTOTRANSFORMATION OF COPPER OXIDE (CuO)
SEMICONDUCTOR PLATE." (2018).
(21) Maypalita, Fikka, and Rahadian Zainul. "Pengaruh Penggunaan Lembar
Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan
Penyangga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 5 Padang."
(2018).
(22) Dinata, Agil Aditya, et al. "A Review Chemical Vapor Deposition: Process
And Application." (2018).
(23) Febriani, Sari Safitri, et al. "A Review Solid Stated: Principles and Method
(24) Setiadi, Trihanto, and Rahadian Zainul. "Pengembangan E-Modul Asam
Basa Berbasis Discovery Learning Untuk Kelas XI SMA/MA." (2019).
(25) JANNAH, ANNISA RAYHANNY. "PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN ASAM BASA MENGGUNAKAN APLIKASI
ANDROID BERBASIS CHEMISTRY TRIANGLE KELAS XI SMA/MA
JURNAL." (2017).
(26) Prihatini, R. (2017) “PEMANFAATAN AIR KELAPA UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN AKAR STEK TUNAS AKSILAR
Andrographis paniculata Nees”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 62-68. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/54.
(27) Dwynda, Indra, and Rahadian Zainul. "Boric Acid (H3 (BO3): Recognize
The Molecular Interactions in Solutions." (2018)
(28) Melawaty L., 2010. Variasi Gel Lidah Buaya pada Pembuatan Sabun
Mandi Transparan, Adiwidia, Edisi Maret (2).
(29) Wahyudi, Agus. "PENGARUH PENAMBAHAN ARENGA
SACCHARIFERA TERHADAP KUALITAS PRODUK SABUN
TRANSPARAN." Jurnal Redoks 3.2 (2018): 30-37.
(30) Zainul, Rahadian. "SILVER SULFATE (Ag2SO4): MOLECULAR
ANALYSIS AND ION TRANSPORT."
(31) Ari, Wibisana. dan Budiyono. 2004. Pembuatan Sabun Cair Dengan Bahan
Dasar Alkil Benzen Sulfonat. (http://www.angelfire.com, accessed on
Februari 2007).
(32) Suryani, Ani, Erliza Hambali, and Hasanah Kurniadewi. "Kajian
penggunaan lidah buaya (Aloe vera) dan bee pollen pada pembuatan sabun
opaque." Journal of Agroindustrial Technology15.2 (2005).
(33) Febriyanti, Rizky. "PENGARUH KONSENTRASI ASAM STEARAT
SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIK SABUN TRANSPARAN
MINYAK JERUK PURUT (Oleum Citrus hystrixD. C.) DENGAN
METODE DESTILASI." Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi 3.1 (2015).
(34) EKA SYAH PUTRI, W. I. N. D. I. "PENGARUH PENAMBAHAN
EKSTRAK DAUN KELOR TERHADAP KUALITAS SABUN
TRANSPARAN." Jurnal Tata Rias 5.01 (2016).
(35) Hambali, Erliza, et al. "Aplikasi dietanolamida dari asam laurat minyak inti
sawit pada pembuatan sabun transparan." Journal of Agroindustrial
Technology 15.2 (2005).
(36) https://www.indonetwork.co.id/product/sabun-mandi-sabun-cuci-baju-cuci-
piring-dll-2370780
(37) https://adevnatural.com/sabun-madu/
(38) Zainul, R., et al. "Study of Internal Morphology on Preparation of
Cu2OThin-Plate using Thermal Oxidation." Journal of Physics: Conference
Series. Vol. 1116. No. 4. IOP Publishing, 2018.
(39) Chan, Adek. "Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Dari Ekstrak Buah
Apel (Malus Domesticus) Sebagai Sabun Kecantikan Kulit." Jurnal Ilmiah
Manuntung 2.1 (2017): 51-55.
(40) Dinata, M. and Soehardi, F. (2018) “Factor Analysis of Physics Chemistry
Waters that Affects Damage Safety Cliff on the Outskirts of River
Siak”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 46-49. doi:
10.24036/eksakta/vol19-iss2/143.
(41) Zainul, Rahadian, Desi Nurakhbari, and Marniati Salim. "Optimization of
Spirulina Platensis Culture for Antioxidant Production."
(42) Mulia, M. (2017) “ISOLASI KUMARIN DARI KULIT BUAH LIMAU
SUNDAI (Citrus nobilis Lour)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 137-145. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/70.
(43) Sofyanita, S. and Octaria, Z. (2018) “Fenthion Compound Degradation in
the Pesticide Bayleton 500 ec in Sonolysis, Ozonolysis and Sonozolysis
with Addition of TiO2-anatase”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
19(2), pp. 70-79. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/153.
(44) Sari, Rosaria, Aldi Budi Riyanta, and Anggun Setya Wibawa.
"FORMULASI DAN EVALUASI SABUN PADAT ANTIOKSIDAN
EKTRAK MASERASI KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa normalis
L)." Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi 6.2 (2017).
(45) Agustina, Lia, et al. "Formulasi dan Evaluasi Sabun Mandi Cair dengan
Ekstrak Tomat (Solanum Lycopersicum L.) sebagai Antioksidan." Jurnal
Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan 4.2 (2018): 104-110.
(46) BUDIATI, ANARISA, ANNY VICTOR PURBA, and SHIRLY KUMALA.
"Facial Wash Gel Product Development from Averrhoa bilimbi L. Fruits
and Kalanchoe pinnata (Lam.) Per. Leaves Extract as An Antibacterial
Causes of Acne." JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA 15.1
(2017): 89-95.
(47) Zainul, Rahadian, et al. "Studi Dinamika Molekular dan Kinetika Reaksi
pada Pembelahan Molekul Air untuk Produksi Gas Hidrogen." (2017).
(48) Girgis, A. Y., 2003. Production of High Quality Castile Soap from High
Rancid Olive Oil. Gracas y Aceites. 54(3): 226-233.
(49) Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-
3532-1994. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.
(50) Permono, A. 2001. Pembuatan Sabun Mandi Padat. Jakarta: Swadaya.
(51) Widiyanti, Yunita. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak terhadap Mutu
Sabun Transparan.. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
(52) Parbuntari, H., Prestica, Y., Gunawan, R., Nurman, M. and Adella, F.
(2018) “Preliminary Phytochemical Screening (Qualitative Analysis) of
Cacao Leaves (Theobroma cacao L.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 19(2), pp. 40-45. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/142.
(53) Putri, D., Anika, M. and Wahyuni, W. (2019) “Bioinformatics Study Genes
Encoding Enzymes Involved in the Biosynthesis of Carotenoids Line
Cassava (Manihot esculenta)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
20(1), pp. 10-16. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/161.
(54) Andarwulan, N., Koswara, S. 1992. Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Pres.
(55) Makalalag, E. 2010. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Wortel Yang
Ditambahkan dalam Proses Pembuatan Minyak Kelapa Murni.. Skripsi,
FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado.
(56) Horiza, H., Azhar, M. and Efendi, J. (2017) “EKSTRAKSI DAN
KARAKTERISASI INULIN DARI UMBI DAHLIA (Dahlia sp.L) SEGAR
DAN DISIMPAN”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp.
31-39. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/14.
(57) Fati, N., Siregar, R. and Sujatmiko, S. (2019) “Addition Of Coleus
Amboinicus, L Leaf’s Extract In Ration To Percentage Of Carcass,
Abdominal Fat, Liver And Heart Broiler”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 20(1), pp. 1-9. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/157.
(58) Badan Standarisasi Nasional. 1994. Sabun Mandi Padat. SNI.
(59) Ketaren. S, 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press
(60) Ningrum, Naliawati Prastiya, Muhamad Alfin Indra Kusuma, and Nur
Rokhati. "Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit Buah Kapuk
Randu (Soda Qie) sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik
Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan." Jurnal Teknologi Kimia Dan
Industri (2013): 275-285.
(61) Farid, Faizar, Putri Maya Sari, and Havizur Rahman. "Introduksi Teknologi
Sabun Cair Antiseptik dari Buah Pedada (Sonneratia Caseolaris) di
Kelurahan Kampung Laut, Kuala Jambi, Tanjung Jabung Timur." Jurnal
Karya Abdi Masyarakat 2.1 (2018): 23-30.
(62) Fatimah, Putri, et al. "A REVIEW Teknik Blended: Prinsip dan Dasar-
Dasar." (2018).
(63) Iryani, I., Iswendi, I. and Katrina, I. T. (2017) “UJI AKTIVITAS ANTI
DIABETES MELLITUS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER FRAKSI
AIR DARI BERAS KETAN HITAM (Oryza satival. Var glutinosa) PADA
MENCIT PUTIH”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp.
54-60. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/17.
(64) Rahmi H.G, I. (2017) “TELAAH FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA DI KOTA PADANG
BERDASARKAN BERAT BADAN PER TINGGI BADAN
MENGGUNAKAN METODE CART”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 18(02), pp. 86-99. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/59.
(65) Azhar, M., Ahda, Y., Ihsanawati, I., Puspasari, F., Mawarni, S., Risa, B. and
Natalia, D. (2017) “SKRINING BAKTERI PENDEGRADASI INULIN
DARI RIZOSFER UMBI DAHLIA MENGGUNAKAN INULIN UMBI
DAHLIA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 13-20.
doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/44.
(66) Fadillah, Haris. "Optimasi Sabun Cair Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang
Jahe Merah (Zingiber Officinale Rosc. Var. Rubrum) Variasi Virgin
Coconut Oil (Vco) Dan Kalium Hidroksida (Koh) Menggunakan Simplex
Lattice Design." Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran
UNTAN 1.1 (2014)
(67) Fitri, Lenni. "Kemampuan daya hambat beberapa macam sabun Antiseptik
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli." Jurnal
Biologi Edukasi 2.2 (2010): 33-39.
(68) Sumarmin, R. (2018) “Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap Histologis Pankreas Mencit (Mus musculus L.
Swiss Webster) yang Diinduksi Sukrosa”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 19(1), pp. 100-112. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/123.
(69) Irmayanti, Putu Yunia, Ni Putu Ayu Dewi Wijayanti, and Cokorda Istri Sri
Arisanti. "Optimasi Formula Sediaan Sabun Mandi Cair dari Ekstrak Kulit
Manggis (Garcinia mangostana Linn.)." Jurnal Kimia (2014).
(70) Rizki Saputra, M. and Sumarmin, R. (2018) “PENGARUH EKSTRAK
DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP
GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN YANG
DIINDUKSI SUKROSA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1),
pp. 43-55. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/124.
(71) ANJANI ROSO PUTRI, I. K. E. "Pengaruh Penambahan Sari Aloe Vera
Terhadap Sifat Fisik Dan Masa Simpan Sediaan Sabun Transparan Untuk
Wajah." Jurnal Tata Rias 3.02 (2014).
(72) Olii, Audia Triani, Aztriana Aztriana, and Nursiah Hasyim. "FORMULASI
SABUN TRANSPARAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus
Lam.)." As-Syifaa Jurnal Farmasi 7.2 (2015): 139-150.
(73) Parmadi, Anom, and Rita Dewi Andrianti-Politeknik Kesehatan Bhakti.
"Perbandingan Stabilitas Fisik Sabun Susu Dan Sabun Transparan Ekstrak
Kulit Buah Naga (Hylocereus undatus) Hasil Pemurnian Minyak
Jelantah." IJMS-Indonesian Journal on Medical Science 3.2 (2016).
(74) Siddiq, Hadi Barru Hakam Fajar, and Agnis Pondinekaria Aditama.
"Peningkatan Soft Skill Siswa Melalui Pembuatan Sabun Ekstrak Kulit
Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) di MA. Habiburrahman Jatian-
Pakusari Jember." Warta Pengabdian 12.3 (2018): 337-342.
(75) Suryelita, S., Etika, S. B. and Kurnia, N. S. (2017) “ISOLASI DAN
KARAKTERISASI SENYAWA STEROID DARI DAUN CEMARA
NATAL (Cupressus funebris Endl.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 18(01), pp. 86-94. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/23.
(76) Sari, Alvika Meta, and Erba Vidya Cikta. "Ekstraksi Flavonoid Dari Temu
Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb) Dan Aplikasinya Pada Sabun
Transparan." JURNAL KONVERSI 5.1 (2016): 17-23.
(77) Erviana, Vera Yuli, Iis Suwartini, and Ahid Mudayana. "Pengolahan
Limbah Minyak Jelantah dan Kulit Pisang Menjadi Sabun." Jurnal
SOLMA 7.2 (2018): 144-152.
(78) Kurniawati, Desy, et al. "Biosorption of Pb (II) from aqueous solutions
using column method by lengkeng (Euphoria logan lour) seed and
shell." Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 7.12 (2015): 872-
877.
(79) Jalaluddin, Jalaluddin, Amri Aji, and Sari Nuriani. "Pemanfaatan Minyak
Sereh (Cymbopogon nardus L) sebagai Antioksidan pada Sabun Mandi
Padat." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 7.1 (2019): 52-60.
(80) DP, Sri Rahayu. "Formulasi dan Evaluasi Mutu Fisik Sabun dari Ekstrak
Rumput Laut Merah (Euchema cottoni)." Jurnal Wiyata Penelitian Sains
dan Kesehatan 2.1 (2017): 14-18.
(81) Manggau, Marianti A., Riska Damayanty, and Lukman Muslimin. "Uji
Efektivitas Kelembaban Sabun Transparan Ekstrak Rumput Laut Cokelat
(Sargassum Cristaefolium C. Agardh) dengan Variasi Konsentrasi
Sukrosa." Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences 2.1 (2017).
(82) Apriyanto, Haris, et al. "Sabun Rumput Laut Negeri Laskar
Pelangi." Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan(2013).
(83) Wahyudi, Agus. "PENGARUH PENAMBAHAN ARENGA
SACCHARIFERA TERHADAP KUALITAS PRODUK SABUN
TRANSPARAN." Jurnal Redoks 3.2 (2018): 30-37.
(84) Raisa, Alvera, Srikandi Srikandi, and Ricson P. Hutagaol. "OPTIMASI
PENAMBAHAN MADU SEBAGAI ZAT ANTI BAKTERI
Staphylococcus aureus, PADA PRODUK SABUN MANDI CAIR." Jurnal
Sains Natural 6.2 (2018): 52-63.
(85) Hanum, Galuh Ratmana, and Syahrul Ardiansyah. "SABUN EKSTRAK
MANGKOKAN (Nothopanax ScutellaiumMerr) SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus." STIGMA: Jurnal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa10.1 (2017).
(86) Jayani, Nikmatul Ikhrom Eka, Kartini Kartini, and Nurul Basirah.
"Formulasi Sediaan Sabun Cuci Tangan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan Efektivitasnya sebagai Antiseptik." Media Pharmaceutica
Indonesiana (MPI) 1.4 (2018): 222-229.
(87) Cahyani, Intan Martha, Bekti Nugraheni, and Suwarmi Suwarmi. "Optimasi
Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Dan Daun
Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl.) Pada Formula Sabun
Transparan Dengan Metode Factorial Design." e-Publikasi Fakultas
Farmasi 11.1 (2014): 34-38.
(88) Iskandar, I., Horiza, H. and Fauzi, N. (2017) “EFEKTIVITAS BUBUK BIJI
PEPAYA (Carica Papaya Linnaeaus) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI
TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTY TAHUN
2015”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 12-18. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss01/12.
(89) Hamzah, Faizah, and Marita TM Simbolon. "PEMBUATAN SABUN
TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BATANG
PEPAYA SEBAGAI ANTIBAKTERI." CHEMPUBLISH JOURNAL 3.2
(2018): 57-68.
(90) Anjani, Novia Tina, Supartono Supartono, and Sri Mursiti.
"ANTIBAKTERI SABUN MANDI CAIR EKSTRAK KERSEN
(Muntingia Calabura L) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa dan
Streptococcus pyogenes." Indonesian Journal of Chemical Science 5.3
(2016): 225-228.
(91) Kasenda, Jessica Ch. "FORMULASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL DAUN EKOR
KUCING (Acalypha hispida Burm. F) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Staphylococcus aureus." PHARMACON 5.3 (2016).
(92) Ayu, Dewi Fortuna, Bambang Sisto Nadi, and Akhyar Ali.
"KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK
ATSIRI RIMPANG JERINGAU (Acoruscalamus L.) TERHADAP
Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli PADA SABUN
TRANSPARAN." Journal of Agroindustrial Technology 28.2 (2018).
(93) Dinata, M., Fitridawati, F. and Putri, L. (2019) “The Study Trees Potential
for Forest in Universitas Lancang Kuning Pekanbaru”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 77-85. doi: 10.24036/eksakta/vol20-
iss1/176.
(94) Enjelina, W., Mansyurdin, M. and Meideliza, T. (2018) “Analysis of
Nepenthes Hybrids in Bukik Taratak West Sumatra by RAPD
Technique”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 12-20.
doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/137.
(95) Afnuhazi, R. (2019) “Bivariate Analysis on Autism Therapy using Social
Skills Training in SLB YPPA Padang”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 20(1), pp. 60-76. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/175.
(96) Yulianti, Rika, Damas Anjar Nugraha, and Lusi Nurdianti. "Formulasi
Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
Aristatus (Bl) Miq.)." Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi 3.2 (2015): 1-11.
(97) Dimpudus, Stefanie A. "FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR
ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL BUNGA PACAR AIR (Impatiens
balsamina L.) DAN UJI EFEKTIVITASNYA TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus SECARA In Vitro." PHARMACON 6.3 (2017).
(98) Anggraini, Deni, Wiwik Sri Rahmides, and Masril Malik. "Formulasi sabun
cair dari ekstrak batang nanas (Ananas comosus. l) untuk mengatasi jamur
candida albicans." Penelitian Farmasi Indonesia 1.01 (2012): 30-33.
(99) Hernani, Hernani, Tatit K. Bunasor, and Fitriati Fitriati. "FORMULA
SABUN TRANSPARAN ANTIJAMUR DENGAN BAHAN AKTIF
EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L. Swartz.)." Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat 21.2 (2016): 192-205.
(100) Fitriani, Dian. "Karakteristik Dan Aktivitas Antifungi Sabun Padat
Transparan Dengan Bahan Aktif Ekstrak Daun Buas-buas (Premna
Cordifolia, Linn)." EnviroScienteae 13.1 (2017): 40-46.
(101) Pramushinta, I. A. K., and P. S. Ajiningrum. "FORMULASI SEDIAAN
SABUN PADAT TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK
BIJI BUNGA MATAHARI (Helianthus annus L.)." STIGMA: Jurnal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa 11.01 (2018): 77-84.
(102) Susilawaty, Andi, Hasbi Ibrahim, and Nurfadillah Tenri Ugi. "Pemanfaatan
Minyak Jelantah dengan Tambahan Ekstrak Daun Cengkeh (Zyzygium
aromaticum) Sebagai Sabun Antiseptik dalam Menurukan Jumlah Kuman
pada Telapak Tangan." HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan 3.1
(2017): 15-21.
(103) Huda, N. (2017) “PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis
paniculata Nees.) TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT (Mus
musculus L. Swiss Webster)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 69-76. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/55.
(104) Nauli, Asti Permata, Yudhomenggolo Sastro Darmanto, and Eko Susanto.
"Karakteristik Sabun Cair Dengan Penambahan Kolagen Ikan Air Laut
Yang Berbeda." Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 4.4
(2015): 1-6.
(105) Advinda, L. (2018) “PERTUMBUHAN STEK HORIZONTAL BATANG
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) YANG DIINTRODUKSI DENGAN
PSEUDOMONAD FLUORESEN”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 19(1), pp. 68-75. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/129.
(106) Juliansyah, Risky, and Rismawati Paotonan. "Uji Daya Hambat Sediaan
Sabun Transparan Ekstrak Jarak Pagar (Jatropha curcas) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Uji Propionibacterium acnes." Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia 3.02 (2017): 103-109.
(107) Yernisa, E., and Khaswar Syamsu TIP. "APLIKASI PEWARNA BUBUK
ALAMI DARI EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA
PEWARNAAN SABUN TRANSPARAN." Journal of Agroindustrial
Technology 23.3 (2014)
(108) Sari, A. (2017) “POTENSI ANTIOKSIDAN ALAMI PADA EKSTRAK
DAUN JAMBLANG (Syzigium cumini (L.) Skeels)”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 107-112. doi: 10.24036/eksakta/vol18-
iss02/61.
(109) Putra, Endo Pebri Dani, Sahadi Didi Ismanto, and Diana Silvy.
"PENGARUH PENGGUNAAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe Vera) PADA
PEMBUATAN SABUN CAIR DENGAN PEWANGI MINYAK NILAM
(Patchouli Oil)." Jurnal Teknologi Pertanian Andalas 23.1 (2019): 10-18.
(110) Wijiarti, Rita. "PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGA
KAMBOJA KUNING (Plumeria Alba) TERHADAP SIFAT FISIK DAN
MASA SIMPAN SABUN MANDI CAIR." Jurnal Tata Rias8.1 (2019).
(111) Sari, Era Sukma Jelita, and Rahadian Zainul. "Nitrogen Triflorida (NF3):
Termodinamika dan Transpor Elektron NF3." (2019).
(112) Joebaedi, K., Susanti, D., Warwah, N., Parmikanti, K. and Badrulfalah, B.
(2019) “Factors Affecting the Amount of Investment Loans in Commercial
Banks with the Application of Linear Regression Analysis
Methods”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 48-54. doi:
10.24036/eksakta/vol20-iss1/172.
(113) Liza, Yulia Mona, et al. "Sol Gel: Principle And Technique (A Review)."
(2018).
(114) Tamarani, Arizka, Rahadian Zainul, and Indang Dewata. "Preparation and
characterization of XRD nano Cu-TiO2 using sol-gel method." Journal of
Physics: Conference Series. Vol. 1185. No. 1. IOP Publishing, 2019.
(115) Ningsih, S. K. (2017) “SINTESIS DAN KARAKTERISASI
NANOPARTIKEL ZnO DOPED Cu2+ MELALUI METODA SOL-
GEL”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 39-51. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/51.
(116) Suhaemi, Z., Zulkarnaini, Z., Afrijon, A. and Jefri, P. (2019) “The Study of
African Leave (Vernonia amygdalina) in for Improving the Quality of Local
Duck Meats of West Sumatera”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
20(1), pp. 55-59. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/174.
(117) Hambali, Erliza, Ani Suryani, and Evimia Indriani Umiarti. "Kajian
Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Mutu Sabun
Transparan." Journal of Agroindustrial Technology 14.2 (2004).
(118) Retnowati, Diah S., Andri C. Kumoro, and Catarina S. Budiyati.
"Pembuatan dan Karakterisasi Sabun Susu dengan Proses Dingin." Jurnal
Rekayasa Proses 7.2 (2013): 45-50
(119) Purwati, Endang, and Ely Vebriyanti. "Sabun Susu Kambing Virgin
Coconut Oil Dapat Meningkatkan Kesehatan Kulit Melalui pH dan Bakteri
Baik (Bakteri Asam Laktat) serta Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat." Prosiding Seminas 1.2 (2012).
(120) Akhiriani, Shanti, and Ning Mukti Indrayani. "Peningkatan Produktivitas
Agroindustri Sabun Susu Kambing Etawa “AFINDA”." Warta
Pengabdian 11.4 (2018): 121-138.
(121) Handayani, D. (2017) “KARAKTERISTIK CENDAWAN DARK
SEPTATE ENDOPHYTE (DSE) PADA AKAR TANAMAN JAGUNG
DAN PADI”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 61-68.
doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/20.
(122) Riyanta, Aldi Budi, and Nurniswati Nurniswati. "Adsorpsi Minyak Jelantah
Menggunakan Karbon Aktif Dan Serbuk Kopi Pada Pembuatan Sabun Padat
Ramah Lingkungan." Prosiding Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT)
2016 Pengembangan Sumber Daya Lokal Berbasis IPTEK. Vol. 1. No. 1.
2016.
(123) Rohman, S. 2009. Bahan Pembuatan Sabun, http://majarimagazine.com/
2009/07/bahanpembuatan-sabun/, diakses 12 September 2012.
(124) Chatri, M., Mansyurdin, M., Bakhtiar, A. and Adnadi, P. (2017)
“PERBANDINGAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI ANTARA DAUN
MUDA DAN DAUN DEWASA PADA HYPTIS SUAVEOLENS
(L.)POIT”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 1-12. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/41.
(125) Yustinah, Yustinah. "Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Sebagai
Bahan Tambahan Pada Pembuatan Sabun." JURNAL KONVERSI 5.1
(2016): 25-30.
(126) Widyasanti, Asri, Chintya Listiarsi Farddani, and Dadan Rohdiana.
"Pembuatan sabun padat transparan menggunakan minyak kelapa sawit
(palm oil) dengan penambahan bahan aktif ekstrak teh putih (camellia
sinensis)." Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural
Engineering) 5.3 (2017).
(127) Tutuarima, T. (2017) “SIFAT FISIK DAN KIMIA MARMALADE JERUK
KALAMANSI (Citrus microcarpa): KAJIAN KONSENTRASI PEKTIN
DAN SUKROSA Physical and Chemical Properties of Marmalade Citrus of
Calamondin (Citrus microcarpa) : Study of Pectin and Sucrose
Concentrations”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 164-
172. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/73.
(128) Prapanta, Mariani. "Uji Efektivitas Sabun Transparananti Jerawat Minyak
Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus Nobilis Lour. Var. Microcarpa)
Terhadap Isolat (Propionibacterium Acnes)." Jurnal Mahasiswa Farmasi
Fakultas Kedokteran UNTAN 1.1 (2014).
(129) Idrus, Syarifuddin, et al. "Isolasi Trimiristin Minyak Pala Banda serta
Pemanfaatannya sebagai Bahan Aktif Sabun." Journal of Industrial
Research (Jurnal Riset Industri) 8.1 (2015).
(130) Rita, Wiwik Susanah, Ni Putu Eka Vinapriliani, and I. Wayan Gede
Gunawan. "FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT MINYAK ATSIRI
SERAI DAPUR (Cymbopogon citratus DC.) SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus." CAKRA
KIMIA (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) 6.2: 152-160.
(131) Abu, Febry Astuti, Yusriadi Yusriadi, and Muhammad Rinaldhi Tandah.
"FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTIBAKTERI MINYAK
ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimumamericanum L.) DAN UJI
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
aureus." Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) 1.1: 1-8.
(132) Febriyenti, F., Lisa Indah Sari, and Rahmi Nofita. "Formulasi Sabun
Transparan Minyak Ylang-Ylang dan Uji Efektivitas terhadap Bakteri
Penyebab Jerawat." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 1.1 (2014): 61-71.
(133) Feronika, Nur Intan, and Rahadian Zainul. "Kalium Permanganat:
Termodinamika Mengenai Transport Ionik dalam Air." (2018).
(134) Sari, Monita, and Rahadian Zainul. "Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
Spektroskopi dan Transpor K2Cr2O7." (2018).
(135) Alfionita, Tica, and Rahadian Zainul. "Calcium Chloride (CaCl2):
Characteristics and Molecular Interaction in Solution." (2019).
(136) Yuliani, Febri, and Rahadian Zainul. "Analisis Termodinamika Molekul
Magnesium Sulphate (MgSO4)." (2018).
(137) Husna, Aulia Dinul, and Rahadian Zainul. "Analisis Molekular dan
Karakteristik Hidrogen Sianida (HCN)." (2019).
(138) Handayani, Dewi Putri, Rahadian Zainul, and Fajriah Azra. "Pengembangan
Multimedia Prezi Berbasis Problem Based Learning (PBL) pada Materi
Hukum-Hukum Dasar Kimia Kelas X IPA di SMAN 1 Bukittinggi." (2018).
(139) Zainul, Rahadian. "Disain, Metode dan Penggunaan Software Pembelajaran
Kimia Berbasis It Untuk Aktivitas Kelas dan Laboratorium Berbasis Inkuiri
Terbimbing." (2016).
(140) Guci, Sri Rizka Fadila, Rahadian Zainul, and Minda Azhar.
"PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIGA
LEVEL REPRESENTASI MENGGUNAKAN PREZI PADA MATERI
KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA/MA." (2017).
(141) Ophardt, C. E. 2015. Soap. http://elmhurst.edu/-
chm/vchembook/554soap.html. Diakses pada tanggal 31 Juli 2015.
(142) Yanti, Cinthree Fauzana, and Rahadian Zainul. "A Review Ba (OH) 2:
Transpor Ionik pada Barium Hidroksida di dalam Air dengan Konsep
Termodinamika." (2018).
(143) Lubis, Amalia Putri, and Rahadian Zainul. "Interaksi Molekuler Amonium
Hidroksida." (2018).
(144) Delvi, Intan Prima, and Rahadian Zainul. "Mercury (II) Nitrate (Hg (NO3)
2): Interaksi Molekul dan Adsorpsi Hg dengan Karbon Aktif." (2019).
(145) Fadjria, Neri, and Rahadian Zainul. "ISOLATION AND MOLECULAR
IDENTIFICATION OF FRESHWATER MICROALGAE IN MANINJAU
LAKE WEST SUMATERA."
(146) Hidayati, Rahmi, and Rahadian Zainul. "Studi Termodinamika Transpor
Ionik Natrium Klorida Dalam Air dan Campuran Tertentu." (2019).
(147) Syafei, N. (2019) “Events of corrosion phenomena on carbon steel pipes in
environment of sea water and ammonia solutions due to the presence of
sweet gas”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 86-99. doi:
10.24036/eksakta/vol20-iss1/178.
(148) Syafei, N., Hidayat, D., Emilliano, E. and Men, L. (2018) “Analysis
Cracking Corrosion on Carbon Steel Pipes API 5L-X65 In Solution 7700 ml
Aquades, 250 ml Acetic Acid and 50 ml Ammonia with Gas CO2 and H2S
in Saturation Condition”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2),
pp. 21-31. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/138.
(149) Nurfadilah, Kuntum Kh, and Rahadian Zainul. "Kalium Nitrat (KNO3):
Karakteristik Senyawa dan Transpor Ion." (2019).
(150) Firdaus, Amalia, and Rahadian Zainul. "SESIUM KLORIDA (CsCl):
TRANSPORT ION DALAM LARUTAN." (2018).
(151) Yulis, Rahma, and Rahadian Zainul. "DESAIN DAN KARAKTERISASI
SEL SURYA SISTEM ELEKTRODA TEMBAGA (I) OKSIDA (Cu2O/Al)
MODEL PIPA PADA LARUTAN NATRIUM SULFAT (Na2SO4)."
(2018).
(152) Zainul, Rahadian, et al. "Photoelectrosplitting Water Mechanism at Carbon
Electrode Surface using Indoor lights." (2015).
(153) Warlinda, Yulia Asri, and Rahadian Zainul. "Asam Posfat (H3Po4): Ionic
Transformation of Phosphoric Acid in Aqueous Solution." (2019).
(154) Hakimi, Achsanul, and Rahadian Zainul. "Asam Arsenat (H3AsO4):
Analisis Molekular dan Karakteristik Senyawa." (2019).
(155) Kristy, Dinda Purnama, and Rahadian Zainul. "Analisis Molekular dan
Transpor Ion Natrium Silikat." (2019).
(156) Jumalia, Rima, and Rahadian Zainul. "Natrium Karbonat: Termodinamika
dan Transport Ion." (2019).
(157) Ketaren, S. 2005. Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
(158) Sari, Vonny Indah. "Pemanfaatan Stearin Dalam Proses Pembuatan Sabun
Mandi Padat." Jurnal Sagu 11.1 (2012)
(159) Efendi, Aris. "PENGARUH JENIS PENGADUK HELICAL-RIBBON,
DAN DAYUNG (PADDLE) TERHADAP HASIL PRODUK SABUN
CUCI CAIR." Jurnal Teknik Mesin 1.2 (2013): 336-343.
(160) Horiza, H. (2018) “The influence of the use of activated carbon Fibres of the
cane Against the drop in Salinity In the well Dig In RT 003 RW 006 Village
Cape Town Unggat Tanjungpinang Year 2017”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 19(1), pp. 1-6. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/97.
(161) Brown, H. J., Copeland, L. R., Kleiman R., Cummings, M. K., Koritala, S.,
Manoramarao, K. 2011. High Unsaponifiables and Methods of Using The
Same.. United States Patent Application Pubblication: US2011/0293544
A1.
(162) Shrivastava, S. B. 1982. Soap, Detergent and Parfum Industry, Small
Industry Research Institute, New Delhi, p. 98-118
(163) Suratno, T., Rarasati, N. and Z`G. (2019) “Optimization of Genetic
Algorithm for Implementation Designing and Modeling in Academic
Scheduling”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 17-24.
doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/166.
(164) Spitz, L. 1996. Soap and Detergent a Theoritical and Practical Review.
AOCS Press. Champaign-Illinois.
(165) Williams, D. F., Schmitt, W. H. 2002. Kimia dan Teknologi Industri
Kosmetika dan Produk-Produk Perawatan Diri. Terjemahan. Bogor:
FATETA, IPB.
(166) Hernani., Bunasor, T.K., dan Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan Anti
jamur Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.),
Bul. Litro.21(2): 192-205.
(167) Shafitri, Mutia, and Rahadian Zainul. "Vanadium Pentaoksida (V2O5):
Termodinamika Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan." (2019).
(168) Sanjaya, H. (2017) “DEGRADASI METHYLENE BLUE
MENGGUNAKAN KATALIS ZnO-PEG DENGAN METODE
FOTOSONOLISIS”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp.
21-29. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/45.
(169) Setiadi, Suranto A,. Reaksi Dekarboksilasi Minyak Jarak Pagar untuk
Pembuatan Hidrokarbon Setara Fraksi Diesel Dengan Penambahan
Ca(OH)2. Hlm: 1-8. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia.
Bandung. 19-20 Oktober 2009.
(170) Raymon, Lidya I. Momuat, and Maureen G. Kumaunang. "Pembuatan
Sabun Mandi Padat dari VCO yang Mengandung Karotenoid
Wortel." Jurnal MIPA 1.1 (2012): 20-23.

Anda mungkin juga menyukai