TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proses pembuatan Pulp
Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat
(selulosa) dari bahan berserat. Selulosa harus bersih dari lignin supaya kualitas
kertas yang diperoleh tidak berubah warna selama pemakaian. Pada dasarnya
proses pembuatan pulp konvensional dapat dibagi atas 3 cara yaitu proses
mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Pada Proses pembuatan pulp juga
bertujuan untuk melepaskan serat-serat. Serat ini harus dikecilkan ukurannya
terlebih dahulu. Tujuan pengecilan ukuran bahan pembuatan pulp adalah:
a. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi.
b. Penyesuaian dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan bentuk
tertentu.
c. Untuk menambah luas permukaan padatan.
d. Mempermudah pencampuran bahan secara merata.
Dalam proses kimia, bahan baku dimasak dalam bejana pemasak
(digester) dan ditambahkan dengan bahan kimia untuk melarutkan komponen
dalam bahan baku yang tidak diinginkan sehingga diperoleh pulp dengan
kandungan selulosa yang tinggi. Pulp secara kimia bertujuan memisahkan serat
selulosa dari bahan baku melalui delignifikasi (penghilang lignin) tanpa
terdegradasi karbohidrat. Proses delignifikasi dilakukan untuk melarutkan lignin
dan sebagian hemiselulosa dengan merendam bahan lignoselulosa dalam larutan..
Pada proses secara kimia ada beberapa cara tergantung dari larutan pemasak yang
digunakan, yaitu proses sulfit, proses sulfat, proses kraft dan lain-lain.
2.1.1. Proses Pulp Mekanik
Proses pulp mekanik dikembangkan oleh E.G. Kellen (Jerman). Pada
proses ini, kayu dihancurkan menjadi lumpur di dalam rotary grind mill stone
dengan menambahkan air, kemudian ditarik-tarik sambil berjalan di dalam rotary
scrubber sehingga secara fisik serat rusak. Hal ini menyebabkan pulp yang
dihasilkan dari proses ini mempunyai kekuatan yang rendah (mudah sobek). Pada
tahun 1970-an, grind stone dimodifikasi sehingga dapat berputar dengan
kecepatan dan tekanan tinggi serta tidak merusak serat, sehingga pulp yang
dihasilkan mempunyai kekuatan yang lebih baik.
2.1.2. Proses Pulp Thermomekanik
Proses pulp thermomekanik merupakan perbaikan dari proses mekanik
dimana sebelum dilakukan penggilingan kayu terlebih dahulu dimasak/dikukus
pada temperatur dan tekanan tinggi. Pulp yang dihasilkan telah mempunyai
kekuatan yang lebih baik tapi membutuhkan energi yang lebih banyak.
2.1.3. Proses Pulp Semikimia
Proses pulp semikimia merupakan perbaikan dari proses sebelumnya
dimana setelah dihancurkan dengan penggiling, potongan-potongan serat proses
pada tahap impregnasi (penyerapan) dengan larutan encer (sulfit, natrium sulfat,
soda abu) terlebih dahulu kemudian pulp yang dihasilkan disaring. Salah satu
proses semikimia yang dipakai adalah memasak serpihan/potongan kayu dengan
larutan natrium sulfat, bisulfit, sebelum didefiberasi secara mekanik di dalam
penggiling.
Tabel 1. Perbandingan sifat produk untuk berbagai proses konevensional
Tujuan dari pengukuran bilangan kappa pada tahap ini adalah untuk
mengevaluasi keefektifan proses pemasakan pulp sebelum nya dan sebagai
referensi untuk mengetahui reduksi kappa pada tahap selanjut nya sehingga akan
dikehendaki seberapa banyak bahan kimia yang akan diberikan pada tahap
delignifikasi oksigen.
3) Screening (Penyaringan)
Tujuan dari penyaringan pada tahap ini adalah untuk memisahkan kotoran–kotoran
berdasarkan berat dan dimensi lebih besar daripada serat (fiber).
4. Tahap Delignifikasi Oksigen
Proses delignifikasi oksigen merupakan kelanjutan dari proses pemasakan di
digester yang tujuannya untuk menurunkan kadar lignin dalam pulp sebelum dilakukan
proses pengelantangan (bleaching). Bahan kimia yang aktif dalam proses reaksi
delignifikasi oksigen adalah gas oksigen dan lindi putih (NaOH, Na2S dan Na2CO3) khusus
nya NaOH yang ditambahkan untuk memperoleh suasana basa.
5. Tahap Pemutihan (Bleaching)
Pemutihan telah dirancang untuk meningkatkan derajat kecerahan pulp dan
kemurnian pulp. Tahap ini mampu menghilangkan atau memutihkan bahan berwarna
(khromofor) dari pada pulp. Proses pemutihan dapat dianggap sebagai sebuah lanjutan
proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari
pada pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna
yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk
menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu, ini harus dihilangkan atau diputihkan.
Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga merupakan faktor lain yang penting
dalam proses pemutihan.
Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang
tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan
mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, sehingga menghasilkan kualitas
pulp yang rendah. Pada normalnya pada proses penghilangan lignin adalah melarutkan pulp
kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk lignin merupakan kehilangan
sebagian dari hasil pada proses pemutihan, yang mana ini adalah diantara 5% sampai
dengan 10% (dihitung dari mulai pulp yang telah selesai dimasak), tergantung kepada
metoda pemasakan dan sasaran brightness dari pulp.
Tujuan dari proses pemutihan adalah untuk menghasilkan derajat putih (brightness)
pulp,meningkatkan kemurnian pulp, mengurangi kandungan resin dengan cara
menghilangkan lignin yang tersisa pada proses pemasakan dan delignifikasi oksigen.
Parameter dasar dalam proses bleaching pulp adalah jenis bahan kimia yang digunakan,
strenght bahan kimia, waktu, temperatur, dan pH yang terdapat dalam setiap tahapan
proses bleaching
Menurut Fengel,D.1995 mengatakan bahwa banyak nya lignin yang tersisa
(biasanya dinyatakan dalam bilangan kappa) merupakan kriteria apakah pulp akan
digunakan sebagai kualitas kertas yang tidak akan dikelantang atau kertas kualitas cetak
yang dikelantang. Biasanya pulp yang tidak dikelantang mempunyai warna gelap (derajat
putih rendah), yang terutama disebabkan oleh gugus-gugus khromofor dalam lignin yang
tersisa, yang dibentuk selama pemasakkan alkalis.
Adapun bahan kimia yang digunakan dalam proses bleaching adalah Klorin,
Kaustik dan Klorin Dioksida. Berikut dampak variasi dari setiap bahan kimia bleaching ;
Lignin Dapat
Kaustik diokisidasi, larut/dihilangkan Dapat Dapat
dilarutkan dan dengan level dihilangkan dikurangi
dihilangkan berbeda
Berdampak kecil
Klorin Dioksidasi dan Dapat Dapat
diluar kondisi yang
Dioksida dihilangkan dihilangkan dikurangi
tepat
Sumber : Buku Manual Training PT.Riau Andalan Pulp And Paper, Bleaching
Plant.
Proses pemutihan ini terdiri dari 4 tahapan (Lampiran 2), yakni adalah :
1. Tahap 1 Klorin Dioksida (D0)
Proses pemutihan pada tahap ini, bahan yang digunakan dengan jenis Element
Chlorine Free (ECF), dimana tidak menggunakan unsur klor (Cl2) murni tetapi
menggunakan senyawa Klorin Dioksida (ClO2).
Pada proses klorinasi terhadap pulp, gas klorin harus larut dan bereaksi secara
menyebar terhadap serat pulp. Reaksi klorin dengan lignin adalah sangat cepat dimana
klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan subsitusi. Reaksi–reaksi ini mengeluarkan
lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap klorinasi
1. Konsitensi : 11 %
2. Suhu : 70-73oC
3. pH : 2.4 – 2.6
5. Brightness : 63 – 65 % ISO
Penambahan klorin dioksida pada tahapan pertama di proses bleaching mempunyai banyak
keuntungan yaitu ;
1. Pemakaian bahan kimia lebih sedikit,
2. Hasil yang lebih tinggi dan biaya yang lebih murah,
3. Shive dan dirt yang lebih sedikit,
4. Brightness lebih stabil,
5. BOD dan COD lebih rendah.
Variabel-variabel yang berpengaruh pada tahap D0 adalah ;
1. Pemakaian klorin
Pemakaian klorin merupakan faktor yang paling penting dalam delignifikasi dan
dapat menyebabkan kerusakan selulosa. Pemakaian klorin didasarkan pada kebutuhan
dalam menghilangkan kandungan lignin. Penghilangan lignin dapat diukur dengan tahap
klorinasi dan tahap ekstraksi kaustik. Unbleach pulp yang memiliki 10 kappa number, pada
tahap klorinasi dan ekstraksi mampu menghilangkan 80% lignin, yang akan diproduksi
pulp pada Post EO yang memiliki kappa number sekitar 2.0. (kappa number adalah derajat
pengukuran kandungan lignin oleh pemakaian permanganat)
Catatan penting bahwa degradasi selulosa dapat terjadi berdasarkan pada pemakaian
klorin. Pada temperatur tinggi, klorin akan terpakai dengan sempurna. Namun, pada suhu
rendah residual klorin akan tinggal di dalam pulp pada saat keluar dari tabung klorinasi.
2. Temperatur
Suatu reaksi dapat terjadi dengan cepat pada temperatur yang tinggi dan lambat
pada temperatur yang rendah. Temperatur yang ditingkatkan setidaknya meningkatkan
dengradasi pulp. Tinggi nya temperatur juga dapat meningkatkan pemakaian klorin dan
jika jumlah pemakaian ini tidak dikontrol, hal tersebut akan meningkatkan degradasi.
3. Waktu
Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikan terhadap waktu reaksi pada saat
parameter-parameter lainnya dijaga tetap. Hal ini secara terus menerus berkurang setelah
suatu reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada dua bentuk reaksi untuk menghilangkan
lignin, sebuah tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan sebuah akhir
delignifikasi yang lambat. Masing-masing mereka disebut eliminasi lignin yang bersifat
mudah dan eliminasi lignin dengan cara lambat.
4. Pengadukkan
Pengaduk dipakai untuk menjamin hasil pengadukan yang sempurna. Tujuan dari
pengadukkan adalah untuk penyebaran klorin dioksida dan klorin secara merata didalam
pulp. Pengadukkan yang baik sangat penting dalam kendali kemampuan sensor on-line
dalam tahap klorinasi. Pengadukkan yang buruk dapat mengakibatkan hilangnya strenght
pulp dan residual klorin kurang sempurna bereaksi.
2. Tahap 2 Ekstraksi & Oksidasi (E&O)
Pada tahap ini merupakan reaksi ekstraksi dan oksidasi yang tujuan untuk
melarutkan dan mengoksidasi lignin dan resin yang dipisahkan. Pada tahap ini, bahan
kimia yang digunakan adalah NaOH (Ekstraksi), Oksigen (Oksidasi). Derajat keputihan
yang diperoleh pada tahap ini adalah 66 – 80 % ISO.
Adapun kondisi pemutihan pada tahap E&O ini adalah:
1. Konsitensi : 11-12%
2. Suhu : 80-90oC
3. pH : 10.8-11.58
2. pH : 4.0-4.5
2. Suhu : 70-75oC
3. pH : 4.0-4.5
Pulp setelah tahap pemutihan dikirim ke tempat penyimpanan yang disebut High
Density Bleach Tower (HDT) yang selanjutnya diolah ke pulp mesin untuk dibuat lembaran
pulp dan kertas.
2.7. Blok Diagram Proses Pembuatan Pulp
MAKALAH
TEKNOLOGI PULP AND PAPER
PROSES PEMBUATAN PULP DAN KERTAS
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses pembuatan pulp………………………….. ……………………..2
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan pulp ……………7
2.3 Pencucian dan penyaringan……………………………………………..8
2.4 Pembentukan lembaran pulp……………………………………………11
2.5. Bilangan Kappa…………………………………………………………13
2.6. Proses pembuatan pulp di PT.RAPP……………………………………17
2.7. Blok diagram proses pembuatan pulp …………………………………18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….....14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
Bahn, N. 1983. Pembuatan Pulp dengan Pelarut Organik. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Industri Selulosa Bandung :Bandung
Casey, J.P. 1966. Pulp and Paper: Chemistry and Chemical Technology I.
Interscience Publisher: New York
Casey, J.P. 1980. Pulp and Paper: Chemistry and Chemical Technology VI:
Pupling and Bleaching, 2th edition: New York