Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proses pembuatan Pulp
Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat
(selulosa) dari bahan berserat. Selulosa harus bersih dari lignin supaya kualitas
kertas yang diperoleh tidak berubah warna selama pemakaian. Pada dasarnya
proses pembuatan pulp konvensional dapat dibagi atas 3 cara yaitu proses
mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Pada Proses pembuatan pulp juga
bertujuan untuk melepaskan serat-serat. Serat ini harus dikecilkan ukurannya
terlebih dahulu. Tujuan pengecilan ukuran bahan pembuatan pulp adalah:
a. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi.
b. Penyesuaian dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan bentuk
tertentu.
c. Untuk menambah luas permukaan padatan.
d. Mempermudah pencampuran bahan secara merata.
Dalam proses kimia, bahan baku dimasak dalam bejana pemasak
(digester) dan ditambahkan dengan bahan kimia untuk melarutkan komponen
dalam bahan baku yang tidak diinginkan sehingga diperoleh pulp dengan
kandungan selulosa yang tinggi. Pulp secara kimia bertujuan memisahkan serat
selulosa dari bahan baku melalui delignifikasi (penghilang lignin) tanpa
terdegradasi karbohidrat. Proses delignifikasi dilakukan untuk melarutkan lignin
dan sebagian hemiselulosa dengan merendam bahan lignoselulosa dalam larutan..
Pada proses secara kimia ada beberapa cara tergantung dari larutan pemasak yang
digunakan, yaitu proses sulfit, proses sulfat, proses kraft dan lain-lain.
2.1.1. Proses Pulp Mekanik
Proses pulp mekanik dikembangkan oleh E.G. Kellen (Jerman). Pada
proses ini, kayu dihancurkan menjadi lumpur di dalam rotary grind mill stone
dengan menambahkan air, kemudian ditarik-tarik sambil berjalan di dalam rotary
scrubber sehingga secara fisik serat rusak. Hal ini menyebabkan pulp yang
dihasilkan dari proses ini mempunyai kekuatan yang rendah (mudah sobek). Pada
tahun 1970-an, grind stone dimodifikasi sehingga dapat berputar dengan
kecepatan dan tekanan tinggi serta tidak merusak serat, sehingga pulp yang
dihasilkan mempunyai kekuatan yang lebih baik.
2.1.2. Proses Pulp Thermomekanik
Proses pulp thermomekanik merupakan perbaikan dari proses mekanik
dimana sebelum dilakukan penggilingan kayu terlebih dahulu dimasak/dikukus
pada temperatur dan tekanan tinggi. Pulp yang dihasilkan telah mempunyai
kekuatan yang lebih baik tapi membutuhkan energi yang lebih banyak.
2.1.3. Proses Pulp Semikimia
Proses pulp semikimia merupakan perbaikan dari proses sebelumnya
dimana setelah dihancurkan dengan penggiling, potongan-potongan serat proses
pada tahap impregnasi (penyerapan) dengan larutan encer (sulfit, natrium sulfat,
soda abu) terlebih dahulu kemudian pulp yang dihasilkan disaring. Salah satu
proses semikimia yang dipakai adalah memasak serpihan/potongan kayu dengan
larutan natrium sulfat, bisulfit, sebelum didefiberasi secara mekanik di dalam
penggiling.
Tabel 1. Perbandingan sifat produk untuk berbagai proses konevensional

2.1.4. Proses Pulp Kimia


Pada proses ini lignin dihilangkan sama sekali sehingga serat-serat kayu
mudah dihilangkan oleh larutan pemasak. Proses ini dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu :
1. Proses soda
Proses soda dikenalkan oleh C. Watt dan H. Burges pada tahun 1850.
Pada proses ini sistem pemasakan menggunakan senyawa alkali yaitu natrium
hidroksida (NaOH) sebagai larutan pemasak di kolom bertekanan, dengan
perbandingan 4 : 1 dari jumlah kayu yang digunakan. Kemudian larutan pemasak
bekas dipekatkan dengan proses penguapan (evaporasi).
2. Proses sulfit
Proses sulfit ditemukan oleh Benyamin Tilghman pada tahun 1866,
dimana pembuatan pulp dilakukan di dalam kolom bertekanan menggunakan
larutan kalsium sulfat dan belerang dioksida. Pada tahun 1950-an, penggunaan
kalsium diganti dengan magnesium atau natrium dan ammonium sulfat yang lebih
banyak keuntungannya.
3. Proses sulfat
Proses sulfat ini disebut juga proses pulp kraft. Pada proses ini
digunakan larutan NaOH ditambah bubuk Na2SO4 yang ditambahkan direduksi di
dalam tungku pemutih menjadi Na2S, yang diperlukan untuk delignifikasi. Pada
proses ini juga digunakan bahan penggumpal seperti klorida sehingga pulp kraft
mempunyai derajat putih yang berkualitas.
4. Proses Organosolv
Proses organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan bahan
yang lebih mudah didegradasi seperti pelarut organik. Pada proses ini, penguraian
lignin terutama disebabkan oleh pemutusan ikatan eter. Beberapa senyawa
organik yang dapat digunakan antara lain adalah asam asetat, etanol dan metanol.
Proses organosolv tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap
lingkungan dan daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah. Beberapa
proses organosolv yang berkembang pesat pada saat ini, yaitu:
a. Proses Acetocell yaitu proses yang menggunakan bahan kimia pemasak berupa
asam asetat.
b. Proses Alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pembuatan pulp dengan bahan
baku kimia pemasak yang berupa campuran alkohol dan NaOH.
5. Proses Asetosolv
Proses pemisahan serat dengan menggunakan asam asetat sebagai
pelarut organic seperti asam asetat disebut asetosolv. Kekuatan tarik pulp
asetosolv setara dengan kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv dalam
pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan antara lain bebas senyawa sulfur,
daur ulang limbah dapat dilakukan dengan metode penguapan dengan tingkat
kemurnian cukup tinggi, yaitu dengan destilasi saja daur ulang pemakaian asam
asetat sabagai bahan pemasaknya, dan nilai hasil daur ulangnya lebih mahal
dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft.
Keuntungan lain dari asetosolv adalah bahwa bahan pemasak yang
digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas
pemasak. Tidak seperti proses pemasakan pulp dengan metode kraft, yang limbah
larutan pemasaknya atau black liquor harus dimasukkan ke dalam furnace yang
panas, dan bertekanan tinggi untuk mendapatkan sisa larutan pemasak yang
mengandung senyawa sulfir dalam bentuk abu, yang kemudian abu ini harus
dicampur dengan lime atau CaO untuk menghilangkan bahan kimia asal seperti
NaOH, Na2S, dan Na2CO3 membentuk green liquor. Proses asetoslv lebih
menguntungkan karena tidak perlu menggunakan dapur untuk pembakaran daur
ulang black liquor, karena hanya dengan pemisahan secara destilasi saja sudah
bias, tidak terlalu memahan biaya untuk bahan bakar pada pembakaran didapur.
Degradasi dari lignin menyebabkan alfa selulosa yang sebelumnya terikat oleh
lignin akan terlepas dari lignin sehingga didapatkan kandungan pulp dengan kadar
alfa selulosa yang lebih tinggi
Tabel 2. Perbandingan proses pembuatan pulp

2.1.5. Proses Kombinasi


Proses kombinasi pada prinsipnya adalah kombinasi dari cara mekanis
dan kimia. Umumnya cara ini dilakukan dengan merendam bahan baku dengan
bahan kimia, kemudian mengolahnya secara mekanis, yaitu memisahkan serat-
serat sehingga menjadi pulp. Warna pulp yang dihasilkan lebih pucat. Ada dua
macam proses pembuatan pulp secara semi kimia, yaitu Proses Sulfit Netral dan
Proses Soda Dingin.
1. Proses Sulfit Netral
Proses sulfit netral pada dasarnya ditandai dengan tahapan penggilingan
secara mekanik. Proses semi kimia yang paling penting adalah Proses Natural
Sulfite Semi Chemical (NSSC), yang telah digunakan secara luas di Amerika
Serikat sejak 1926. Dalam 20 tahun terakhir proses NSSC juga telah digunakan di
Eropa dan di banyak negara lain di seluruh dunia. Proses ini memanfaatkan cairan
pemasak Sodium Sulfit dengan penambahan Sodium Karbonat untuk menetralkan
asam-asam organik yang dilepas dari kayu selama pemasakan.
2. Proses Soda Dingin
Proses soda dingin digunakan untuk kayu keras yang berkerapatan
tinggi. Langkah yang paling penting dalam pembuatan pulp soda dingin adalah
impregnasi dengan lindi alkalis (NaOH) pada temperatur 20-30oC, hingga terjadi
penetrasi yang cepat tapi menyeluruh pada serpih-serpih kayu. Proses ini
dilakukan dengan konsentrasi NaOH rendah, yaitu 0,25-2,5% dan dengan waktu
antara 15-120 menit, kemudian dilakukan tahap penggilingan pada serpih-serpih.
Pada tahun 1960-an, produk kraft lebih banyak dipakai dibanding pulp sulfit,
karena telah memiliki sifat-sifat pulp yang lebih baik dan bahan kimia yang lebih
sederhana. Meskipun saat ini lebih dari 80% pulp kimia, yang dihasilkan adalah
pulp kraft, tetapi kelemahan-kelemahan proses ini masih susah untuk diatasi,
misalnya : bau dari gas.
2.1.6. Pemasakan Proses Kraft
Pemilihan proses pemasakan ini tergantung pada hasil pulp yang
diinginkan. Proses ini bertujuan untuk memisahkan serat-serat dalam kayu secara
kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin pada dinding serat. Selain itu,
pemilihan proses kraft mempunyai banyak keuntungan bila dibandingkan dengan
proses lain. Keuntungannya antara lain :
a. Dapat digunakan untuk berbagai jenis kayu
b. Dapat meningkatkan kekuatan pulp
c. Waktu pemasakan cukup pendek
d. Pulp yang dihasilkan dapat diputihkan dengan tingkat keputihan (brightness)
yang lebih tinggi.
Lignin lebih mudah larut dalam proses sulfat (kraft), karena adanya ion-
ion hidroksil dan hidrogen sulfida. Ion hidrogen sulfida sangat membantu
delignifikasi karena nukleofilisitas mereka yang berat jika dibandingkan dengan
ion-ion hidroksil dan hidrogen sulfida, juga akan menghasilkan kenaikan
hidrofilisitas lignin karena pelepasan gugus-gugus hidroksi fenol. Lignin yang
terdegradasi larut dalam lindi pemasakan sebagai natrium fenolat.
Tabel 3. Perbedaan karakteristik proses

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Pulp


Proses pembuatan pulp dipengaruhi oleh kondisi proses antara lain:
a. Konsentrasi larutan pemasak
konsentrasi larutan pemasak yang makin besar, maka jumlah larutan
pemasak yang bereaksi dengan lignin semakin banyak. Akan tetapi, pemakaian
larutan pemasak yang berlebihan tidak terlalu baik karena akan menyebabkan
selulosa terdegradasi. Asam asetat bisa digunakan sebagai larutan pemasak
sampai dengan konsentrasi 100%.
b. Suhu
dengan meningkatnya suhu, maka akan meningkatkan laju delignifikasi
(penghilangan lignin). Namun, Jika suhu di atas 16℃ menyebabkan terjadinya
degradasi selulosa.
c. Waktu pemasakan
Semakin lamanya waktu pemasakan akan menyebabkan reaksi hidrolisis
lignin makin meningkat. Namun, waktu pemasakan yang terlalu lama akan
menyebabkan selulosa terhidrolisis, sehingga hal ini akan menurunkan kualitas
pulp. Waktu pemasakan yang dilakukan sebelum 1 jam pulp belum terbentuk.
Untuk waktu pemasakan di atas 5 jam selulosa akan terdegradasi.
d. Ukuran
Bahan baku yang berbeda menyebabkan luas kontak antar bahan baku
dengan larutan pemasak berbeda. Semakin kecil ukuran bahan baku akan
menyebabkan luas kontak antara bahan baku dengan larutan pemasak semakin
luas, sehingga reaksi lebih baik.
e. Kecepatan pengadukan
Pengadukan berfungsi untuk memperbesar tumbukan antara zat-zat yang
bereaksi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan baik.
2.3. Pencucian dan penyaringan (washing and screening)
2.3.1 Deknoting
Setelah tahap pemasakan, sebagian besar pulp masih mengandung knot
(mata kayu) yang tidak masak. Kandungan tersebut harus dipisahkan, dari pulp
pada tahap awal dari proses. Pemisahan knot tilakukan dalam tiga tahap untuk
pemisahan yang efisien. Dengan tujuan untuk mengurangi kandungan serat
sekecil mungkin terbawa pada pemisahan tahap ketiga (reject dari coarse screen) .
2.3.2. Screening
Screening dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
a. Primary screening
b. Secondary screening
c. Teriary screening
Pada primary screening sebagian besar shive adalah reject, tetapi dalam
pemisahan masih banyak serat yang terikut. Agar tidak banyak fiberatau serat
yang terbuang, maka reject dari tahap pertama (primary sereening) disaring lagi
pada tahap kedua (secondary sereening). Reject dari tahap kedua ini akan disaring
lagi pada tahap ketiga (tertiary screening) sebelum dikeluarkan dari sistem melalui
reject press ini adalah untuk mengurangi bahan kimia (chemical loss) dan
mempermudah penanganan reject. Accept dari tahap kedua dan tahap ketiga ini
akan di kembalikan lagi ke inlet dari tahap sbelumnya (cascade). Bersama-sama
shive pasir juga terbawa oleh aliran reject screen dan dibawa ke reject press,
karena dalam pengoprasian sebagian besar pasir terbawa aliran accept bersama
filtrate. Untuk mencegah penumpukan pasir didalam system yang menyebabkan
kerusakan pada alat, maka pasir dipisahkan dari filtrate pada sand separator.
2.3.3. Brown stock washing
Plup yang dihembus (blown) dari digester, masih bercampur dengan
sebagian cairan pemasak yang mengandung sisa bahan kimia pemasak dan juga
lignin yang terlarut dalam kayu. Kotoran-kotoran yang terlarut dalam pulp
tersebut dicuci di brown stock yang dilakukan secara berlawanan arah (counter
current), dimana air panas hanya digunakan sebagai pencuci pada tahap akhir dri
rantai pencuci.
Selepas dari blow tank dan screening room, pencucian brown stock telah
mengalami dua tahapan, tahapan pertama di hi-heat washing zone dan digester
continous dan kemudian didalam presure diffuser. Tahap ketiga atau tahap
terakhir dari pencucian brown stock adalah dewatering press sebelum O2 reaktor.
Pada dewatering press, pulp di press untuk mencapai konsentrasi sekitar
10% setelah itu pulp diencerkan dengan filtrat dari first oxigen press pada screw
dilution sehingga konsentrasinya menjadi 12%. Alkali yang digunakan untuk
delignifikasi ditambahkan bersama dengan cairan pengencer. Filtrat yang
meninggalkan dewatering press masih mengandung sebagian besar fiber yang
harus dipisahkan. Pemisahan tersebut dilakukan dalam liquor screen, dari sana
filtrat yang bersih di salurkan ke pressure diffuser, dan serat. Yang lebih
dipisahkan akan dikembalikan ke accumulator tank bersamasama dengan filtrat
lainya.
2.3.4. O2 Delignification
Proses oksigen dilignifikasi merupakan proses pre-blcaching yang
berguna untuk mengurangi kandungan lignin dari pulp coklat (yang belum
mengalami proses pemutihan). Setelah mengalami proses oksigen dilignifikasi
maka bilangan kappa berkurang ±14. Adapun fungsi oksigen delignifikasi adalah
untuk menghemat bahan-bahan kimia yang mahal di tahap pemutihan dan dlam
waktu yang bersmaan dapat menurunkan dampak terhadap lingkungan. Proses
oksigen dilignifikasi berlangsung pada medium konsentrasi dengan tempertur dan
tekanan tinggi, sedangkan bahan kimia yang dipakai adalah oksigen dan Alkali,
dipakai salah satu NaOH atau while liquar oksidasi. Sebelum masuk ke reactor,
pulp dipanaskan terlebih dahulu dengan menambahkan steam sampai 100oC.
Delignifikasi berlangsung didalam aliran ke atas reactor, dimana waktu
yang dibutuhkan (retention time) menurut waktu yang dirancang adalah satu jam.
Untuk mencegah waktu singkat didalam reactor yang disebabkan chanelling, yang
menyebabkan pendeknya retention time, maka aliran yang merata dan stabil di
dalam reactor sangat diperlukan, yang dapat dicapai dengan menjaga konsentrasi
pulp sekitar 10% Bleaching Proses pemutihan di PT Lontar papyrus terdiri dari 2
line, dimana line 1 yang terdiri dari tahap CD-EOP-DI-D2 masih menggunakan
proses konvensional atau proses non EFC (Elementary chlorine free) yaitu proses
pemutihan dengan menggunakan senyawa chlor (Cl2), sedangkan untuk line 2
tahapan yang digunakan adalah D0-EOP-DI yang merupakan proses EFC yang 27
menggunakan khlorin dalam bentuk senyawa lain yaitu khlordioksida sehingga
dapat menurunkan tingkat pencemaran. Proses pemutihan pada line 1 memiliki
urutan-urutan yang terdiri dari tahapan berikut:
1. Tahap pemutihan (C+D), yaitu menggunakan Cl2 dan ClO2 yang berfungsi
untuk mengikat kandungan lingnin dan pulp.
2. Tahap ekstraksi (EOP), yaitu menggunakan NaOH, O2, H2O2 yang berfungsi
untuk mengikat zat-zat orgnik dan kandungan lignin dalam pulp serta
mempertahankan ikatan sellulosa.
3. Tahap pemutihan kembali (D1 dan D2), yaitu menggunakan ClO2 yang
berfungsi untuk mengikat kandungan lignin dalam pulp.
Sedangkan pada line 2 memiliki tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pemutihan D0, yaitu menggunakan ClO2 yang berfungsi untuk mengikat
kandungan lignin dan pulp.
2. Tahap extraksi (EOP), yaitu menggunakan NaOH, O2, HO2 yang berfungsi
untuk mengikat zat-zat organik dan kandungan lignin dalam pulp serta
mempertahankan ikatan sellulosa.
3. Tahap pemutihan kembali (D1), yaitu menggunakan ClO2 yang berfungsi
untuk mengikat kandungan lignin dalam pulp.
2.4. Pembentukan lembaran pulp
Pulp yang telah diputihkan selanjutnya dikirim ke unit pulp machine
(M/C) yang mengenai masalah penyediaan pulp sheet (lembaran) dengan proses
kerja sebagai berikut:
1. Screening , merupakan tahap penyaringan dan membentuk serat yang lebih
homogen tanpa ada pengontor yang halus maupun kasar.
2. Dewatering, merupakan tahap pengurangan kadar air yang terdiri dari dua tahap
yaitu DWP dan HDP.
3. Drying, merupakan tahap pengeringan lembaran pulp dengan menggunakan
steam atau uap panas.
4. Pulp cutting dan Bale Handling merupakan tahap akhir proses pulp machine
disini dilakukan pemotongan dan pengemasan.
2.4.1 Tahap penyaringan (Sereening)
Screening plant merup akan proses bleaching dan Dwatering machine
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran yang ada pada bubur serat
(fiber). Stock yang dihasilkan di screening plant disuplay ke Dwatering machine
untuk di proses menjadi lembaran pulp yang merupakan produk utama dari PT.
LPPPI.
Bahan yang melalui proses pemutihan di bleaching di pompakan ke
HDT dengan konsistensi 10%. Selanjutnya bahan tersebut diencerkan dengan air
pengencer dari filtrate chest pada bagian dasar HDT menjadi 5%. Stock yang ada
di HDT dipompakan ke stock chest, setelah diencerkan menjadi 4% kemudian
dilakukan penyaringan yang terdiri dari protection screen atau combitrap. Pressure
screen atau fine screen, penyaringan pada centry cleaner, penyaringan pada satomi
dan proses screening ini diakhiri dengan pengentakan pulp yang bertujuan untuk
meningkatkan konsistensi.
2.4.2 Tahap pengurangan kadar Air (Dewatering)
Dewatering plant adalah proses pengurangan kadar air dari bubur serat
serta proses pembuatan lembaran pulp . pulp cair diencerkan hingga
konsentrasinya mencapai 1,2-1,8% kemudian disemprotkan menggunakan
headbox. Dari headbox disalurkan dengan tekanan ke foarming board “DWP”
untuk pembentukan foemesi lembaran pulp. Pada DWP (Double Wire Press)
terjadi proses pengurangan kadar air dengan menggunakan dua lembaran kawat
mesh (bottom dan top wire) dengan lebar 7,4 meter yang saling menekan dan
berputar berlawanan arah. Kadar air yang berkurang pada proses pengeringan ini
mencapai 30-35%. Proses selanjutnya berlangsung di Heavy Duty Press (HDP 1
dan 2), dimana pengurangan air dilakukan dengan cara penekanan dengan Main
Press Roll dan artinya diserap oleh felt pada bagian atas dan bawah HDP 1
sehingga akan terjadi lagi pengurangan kadar air sampai dengan 20% pada akhir
proses HDP 2, dan formasi lembaran pun semakin sempurna.
2.4.3. Tahap pengeringan akhir (Drying)
Proses pengeringan pulp dengan menggunakan udara panas yang di
hembuskan ke permukaan bagian atas dan bawah pulp, dimana Drying cabinet
disini terdiri dari menara kipas (fan section) dan tiap bagian mempunyai kipas
sirkulasi (circulation fan), pipa yang berisi uap pemanas (steam heated coil) dan
blowbox, sehingga akan terjadi lagi pengurangan kadar air sampai dengan 35-
40%.
2.4.4. Tahap pemotongan (pulp cutting dan bale Handling)
Pulp yang keluar dari dryer kemudian masuk ke bagian cutter lay boy
untuk dipotong sesuai dengan ukuan standar yaitu 616 mm x 840 mm, kemudian
ditampung didalam lay boy untuk disusun menjadi Bale (pengepakan) di unit bale
handling. Ada babrapa urutan proses bale handling antara lain:
1. Scale, yaitu alat untuk menimbang pulp dalam 1 bale (250 AD Kg)
2. Balling press, yaitu alat untuk mengpres pulp dalam 1bale dari tinggi semula 80
cm menjadi 45-50 cm
3. Wrapper, yaitu alat untuk memberikan pembungkus
4. Tying, yaitu pengikat setelah bale pulp dibungkus. Tali pengikatnya adalah
kawat diameter 2 mm
5. Stenciller, yaitu alat untuk membuat merk
6. Folder, yaitu alat untuk membungkus pulp
7. Stacker, yaitu alat untuk menumpuk bale pulp menjadi 4 bale
8. Unityer, yaitu alat untuk mengikat 8 bale pulp dengan kawat diameter 3 mm
2.4.5. Penyimpanan (Warehouse) dan Distribusi
Setelah pulp dijadikan dalam satu unit (8 bale), kemudian diangkat
dengan menggunakan forkilift untuk disimpan di gedung produksi (warehouse),
untuk siap dipanaskan. 30 Untuk menangani. penyimpanan produk baik untuk
pulp, tissue maupun produk Chemical memiliki beberapa gudang baik gudang
terbuka maupun gudang tertutup yang dikelola dengan rapi dan penanganan yang
cepat.
2.5. Bilangan Kappa
Bilangan kappa merupakan kandungan lignin dalam pulp yang
menandakan derajat delignifikasi. Hubungan antara kappa number dengan
kandungan lignin adalah

% Lignin = 0.147 x Kappa Number

Sebelum kappa masuk kedalam proses bleaching, maka perlu dilakukan


pengukuran bilangan kappa pada tahap sebelum nya:
1. Bilangan kappa pada Pre-O2

Tujuan dari pengukuran bilangan kappa pada tahap ini adalah untuk
mengevaluasi keefektifan proses pemasakan pulp sebelum nya dan sebagai
referensi untuk mengetahui reduksi kappa pada tahap selanjut nya sehingga akan
dikehendaki seberapa banyak bahan kimia yang akan diberikan pada tahap
delignifikasi oksigen.

2. Bilangan kappa pada Post-O2


Tujuan dilakukan pengukuran tahap ini adalah untuk mengevaluasi
keefektifan proses delignifikasi oksigen dan untuk memprediksi konsumsi bahan
kimia pada proses bleaching. Bilangan kappa yang terlalu tinggi yang masuk
kedalam proses bleaching, akan menyebabkan tinggi nya bahan kimia yang
dibutuhkan, susah untuk di bleaching, serta memungkinkan untuk terjadi
masalah pada produk akhir pulp seperti dirt count dan shive, dan kontribusi
meningkat nya COD (Chemical Oxygen Demand), sedangkan jika bilangan
kappa terlalu rendah, kebutuhan bahan kimia pada proses bleaching juga rendah,
mudah untuk di bleaching, tetapi memungkinkan terjadinya kerusakan serat
Adapun Parameter yang mempengaruhi harga bilangan kappa dalam
proses sebelum tahapan bleaching adalah:
a. Temperatur
Kappa number dipengaruhi oleh temperatur proses, hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan pada proses delignifikasi oksigen di
O2 reaktor maka harga bilangan kappa akan semakin rendah, karena suhu yang
tinggi mengoptimalkan kinerja O2 dalam mendegrasi lingin dapat terjadi dengan
sempurna, sehingga diperoleh harga bilangan kappa yang rendah. Begitu sebalik
nya, apabila suhu reaktor proses rendah, maka degradasi lignin kurang efektif.
b. Waktu
Kappa number berbanding terbalik dengan waktu, dimana harga bilangan
kappa akan menurun seiring lama nya waktu reaksi dan proses itu terjadi. Ini
menunjukan bahwa lebih mudah mendegradasi lignin dengan waktu yang lama
dibandingkan dengan waktu yang cepat.
c. pH reaksi
pH berpengaruh terhadap reaksi degradasi lignin. Oleh karena itu, jika pH
reaksi rendah/tinggi menyebabkan reaksi tidak berlangsung sempurna sehingga
penurunan bilangan kappa tidak efektif.
d. Konsitensi
Konsitensi sangat berpengaruh terhadap dosis kimia yang berperan aktif
dalam mendegradasi senyawa lignin dalam pulp. Oleh karena itu semakin tinggi
konsitensi maka dosis kimia menjadi tidak seimbang, sehingga penurunan
bilangan kappa kurang efektif, namun sebaliknya apabila terlalu rendah maka
oksigen (dalam O2 reaktor) lebih banyak bereaksi dengan liqour dibanding pulp
sehingga harga bilangan kappa masih tinggi.
2.6. Proses pembuatan pulp PT. Riau Andalan Pulp And Paper
Proses pembuatan pulp di PT. Riau Andalan Pulp And Paper pada Fiberline 2
menggunakan metode kraft dengan proses sistem super bacth.
1. Persiapan dan Pengolahan Kayu
Kayu yang di peroleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI) akan masuk kedalam
tahapan logging. Logging merupakan proses pengolahan untuk memproduksi gelondongan
kayu, yang tahapan proses nya meliputi: Penebangan (Felling), Penyeradaan (Skedding),
Pemotongan (Bucking), Bongkar muat (Loading & Unloading) sampai pada pengangkutan
untuk dikirim ke lokasi pabrik pulp.
Kayu dari hutan disimpan di wood yard yang selanjutnya kayu-kayu tersebut
diproses di wood room yang tahapan nya meliputi: Pengulitan (Debarking), Penyerpihan
(Chipping), Penyimpanan serpihan kayu (Chip Storaging) dan Penyaringan serpihan kayu
(Chip Screening). Tujuan dari tahap ini untuk menjamin kualitas kayu dan menghasilkan
chip kayu yang berukuran seragam yang diperlukan untuk pemasakan pulp.

2. Tahap Pemasakan (Digester)


Digester adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp kimia
dengan menggunakan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu (chip) dengan proses
kraft (sulfat) dipergunakan larutan pemasak yang disebut lindi putih (white liquor).
Senyawa yang terkandung dalam lindi putih adalah Natrium Hidroksida(NaOH) dan
Natrium Sulfida (Na2S). Proses pemasakan dilakukan pada suhu 165oC– 170oC. Jumlah
siklus waktu pemasakan ini berlangsung selama ± 260 menit.
Uraian siklus pemasakan dengan sistem super bacth digester adalah ;
1) Tahap Pengisian Chip (Chip Filling)
Pengisian chip adalah proses pengisian serpihan kayu (chip) yang dikirim dari
pemapungan chip dengan menggunakan belt conveyor ke chip silo, dari chip silo serpihan
dimasukkan ke digester dengan menggunakan screw conveyor. Selama pengisian chip,
udara didalam digester dihilangkan melalui saringan sirkulasi. Proses pengisian chip
berlangsung selama 30 menit.
2) Tahap Pengisian Larutan Lindi Hitam (Warm Black Liquor)
Setelah pengisian chip dilakukan, larutan lindi hitam di pompakan. Proses ini
disebut impregnasi. Liquor bersuhu 100oC ini akan dipompakan ke dasar digester secara
kontiniu. Fungsi nya adalah menyempurnakan udara didalam rongga-rongga chip kayu
dengan udara di dalam digester dan pemanasan awal yang bertujuan untuk penetrasi dan
difusi chip agar reaksi kimia antara serpihan kayu dengan alkali aktif terdispersi secara
homogen. Proses impregnasi ini berlangsung selama 30 menit.
3) Tahap Pengisian Hot Black Liquor dan Hot White Liquor
Proses pengisian hot black liquor bertujuan untuk menaikkan panas dari warm
black liquor pada suhu dibawah ± 100oC digantikan oleh hot black liquor pada suhu ±
140oC pada siklus digester. Proses pengisian ini berlangsung selama 25 menit. Setelah hot
black liquor dipompakan ke digester, berikut nya secara bersama hot white liquor di pompa
kan. Hot white liquor ini merupakan bahan kimia utama dalam proses pemasakan. Proses
pengisian ini berlangsung selama 21 menit.

4) Tahap Proses Pemanasan (Heating) dan Pemasakan (Cooking)


Setelah hot white liquor diisikan, suhu didalam digester hampir mendekati suhu
pemasakan. Tujuan dari fase ini adalah untuk menaikkan suhu sampai ± 170oC dengan
tekanan medium yang dimasukkan kedalam jalur sirkulasi digester. Pada fase pemasakan
yaitu bertujuan untuk mempertahan kan suhu pada ± 170oC sampai pada waktu yang
diperlukan. Proses pemanasan dan pemasakan ini berlangsung selama 90 menit.
5) Tahap Displacment dan Discharging
Bila fase pemasakan sudah dilakukan, selanjut nya adalah fase displacement, yakni
bertujuan untuk menghentikan reaksi pemasakan dan merupakan tahap pencucian awal.
Tahapan ini berlangsung selama 20 menit. Pada tahap discharging adalah proses
pemompaan pulp yang sudah masak di digester ke tanki penampungan (discharge tank).
3. Tahap Pencucian Pulp (Washing)
Pulp dari hasil pemasakan di digester yang dikirim ke sistem pembersihan atau
pencucian, dimana tujuan nya untuk memisahkan material–material yang tidak diinginkan
yang terdapat dalam pulp. Sebagai persiapan sebelum proses delignifikasi oksigen. Dalam
proses ini secara kontiniu memisahkan kotoran dari hasil pemasakan di digester yang
meliputi tahap sebagai berikut :
1) Deknotting
Tujuan dari deknotting adalah untuk memisahkan material–material yang memiliki
ukuran dimensi yang lebih besar daripada saringan yakni untuk memisahkan chip– chip
yang tidak matang dari pulp (knot).
2) Washing (Pencucian)
Pencucian dilakukan untuk memisahkan serat dari kotaran–kotoran yang dapat larut dalam
air yang terdiri dari senyawa organik (lignin) dan senyawa anorganik (soda) yang
merupakan sisa bahan kimia pemasak.

3) Screening (Penyaringan)
Tujuan dari penyaringan pada tahap ini adalah untuk memisahkan kotoran–kotoran
berdasarkan berat dan dimensi lebih besar daripada serat (fiber).
4. Tahap Delignifikasi Oksigen
Proses delignifikasi oksigen merupakan kelanjutan dari proses pemasakan di
digester yang tujuannya untuk menurunkan kadar lignin dalam pulp sebelum dilakukan
proses pengelantangan (bleaching). Bahan kimia yang aktif dalam proses reaksi
delignifikasi oksigen adalah gas oksigen dan lindi putih (NaOH, Na2S dan Na2CO3) khusus
nya NaOH yang ditambahkan untuk memperoleh suasana basa.
5. Tahap Pemutihan (Bleaching)
Pemutihan telah dirancang untuk meningkatkan derajat kecerahan pulp dan
kemurnian pulp. Tahap ini mampu menghilangkan atau memutihkan bahan berwarna
(khromofor) dari pada pulp. Proses pemutihan dapat dianggap sebagai sebuah lanjutan
proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari
pada pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna
yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk
menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu, ini harus dihilangkan atau diputihkan.
Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga merupakan faktor lain yang penting
dalam proses pemutihan.
Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang
tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan
mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, sehingga menghasilkan kualitas
pulp yang rendah. Pada normalnya pada proses penghilangan lignin adalah melarutkan pulp
kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk lignin merupakan kehilangan
sebagian dari hasil pada proses pemutihan, yang mana ini adalah diantara 5% sampai
dengan 10% (dihitung dari mulai pulp yang telah selesai dimasak), tergantung kepada
metoda pemasakan dan sasaran brightness dari pulp.
Tujuan dari proses pemutihan adalah untuk menghasilkan derajat putih (brightness)
pulp,meningkatkan kemurnian pulp, mengurangi kandungan resin dengan cara
menghilangkan lignin yang tersisa pada proses pemasakan dan delignifikasi oksigen.
Parameter dasar dalam proses bleaching pulp adalah jenis bahan kimia yang digunakan,
strenght bahan kimia, waktu, temperatur, dan pH yang terdapat dalam setiap tahapan
proses bleaching
Menurut Fengel,D.1995 mengatakan bahwa banyak nya lignin yang tersisa
(biasanya dinyatakan dalam bilangan kappa) merupakan kriteria apakah pulp akan
digunakan sebagai kualitas kertas yang tidak akan dikelantang atau kertas kualitas cetak
yang dikelantang. Biasanya pulp yang tidak dikelantang mempunyai warna gelap (derajat
putih rendah), yang terutama disebabkan oleh gugus-gugus khromofor dalam lignin yang
tersisa, yang dibentuk selama pemasakkan alkalis.

Adapun bahan kimia yang digunakan dalam proses bleaching adalah Klorin,
Kaustik dan Klorin Dioksida. Berikut dampak variasi dari setiap bahan kimia bleaching ;

Tabel 4. Dampak Variasi Dari Setiap Bahan Kimia Bleaching

Komposisi dan karateristik pulp


Bahan Lignin dan
Kimia Senyawa Hemiselulosa Ekstraktif Shive
Lignin
Terlarut dan
Dapat Dapat
Klorin hilang Berdampak kecil
dihilangkan dikurangi
sebagian

Lignin Dapat
Kaustik diokisidasi, larut/dihilangkan Dapat Dapat
dilarutkan dan dengan level dihilangkan dikurangi
dihilangkan berbeda
Berdampak kecil
Klorin Dioksidasi dan Dapat Dapat
diluar kondisi yang
Dioksida dihilangkan dihilangkan dikurangi
tepat
Sumber : Buku Manual Training PT.Riau Andalan Pulp And Paper, Bleaching
Plant.

Proses pemutihan ini terdiri dari 4 tahapan (Lampiran 2), yakni adalah :
1. Tahap 1 Klorin Dioksida (D0)
Proses pemutihan pada tahap ini, bahan yang digunakan dengan jenis Element
Chlorine Free (ECF), dimana tidak menggunakan unsur klor (Cl2) murni tetapi
menggunakan senyawa Klorin Dioksida (ClO2).
Pada proses klorinasi terhadap pulp, gas klorin harus larut dan bereaksi secara
menyebar terhadap serat pulp. Reaksi klorin dengan lignin adalah sangat cepat dimana
klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan subsitusi. Reaksi–reaksi ini mengeluarkan
lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap klorinasi

Subtitusi : Cl2 + (lignin) (lignin) – Cl + HCl


Oksidasi : Cl2 + (lignin) (lignin teroksidasi) + 2HCl
Tujuan dari tahap ini untuk merusak dan memisahkan struktur lignin yang terdapat
dalam selulosa. Derajat kecerahan yang diperoleh pada tahap ini adalah 40 – 65 % ISO.

Kondisi pemutihan di tahap D0 ini adalah;

1. Konsitensi : 11 %

2. Suhu : 70-73oC

3. pH : 2.4 – 2.6

4. Waktu reaksi : 60 menit

5. Brightness : 63 – 65 % ISO
Penambahan klorin dioksida pada tahapan pertama di proses bleaching mempunyai banyak
keuntungan yaitu ;
1. Pemakaian bahan kimia lebih sedikit,
2. Hasil yang lebih tinggi dan biaya yang lebih murah,
3. Shive dan dirt yang lebih sedikit,
4. Brightness lebih stabil,
5. BOD dan COD lebih rendah.
Variabel-variabel yang berpengaruh pada tahap D0 adalah ;
1. Pemakaian klorin
Pemakaian klorin merupakan faktor yang paling penting dalam delignifikasi dan
dapat menyebabkan kerusakan selulosa. Pemakaian klorin didasarkan pada kebutuhan
dalam menghilangkan kandungan lignin. Penghilangan lignin dapat diukur dengan tahap
klorinasi dan tahap ekstraksi kaustik. Unbleach pulp yang memiliki 10 kappa number, pada
tahap klorinasi dan ekstraksi mampu menghilangkan 80% lignin, yang akan diproduksi
pulp pada Post EO yang memiliki kappa number sekitar 2.0. (kappa number adalah derajat
pengukuran kandungan lignin oleh pemakaian permanganat)
Catatan penting bahwa degradasi selulosa dapat terjadi berdasarkan pada pemakaian
klorin. Pada temperatur tinggi, klorin akan terpakai dengan sempurna. Namun, pada suhu
rendah residual klorin akan tinggal di dalam pulp pada saat keluar dari tabung klorinasi.
2. Temperatur
Suatu reaksi dapat terjadi dengan cepat pada temperatur yang tinggi dan lambat
pada temperatur yang rendah. Temperatur yang ditingkatkan setidaknya meningkatkan
dengradasi pulp. Tinggi nya temperatur juga dapat meningkatkan pemakaian klorin dan
jika jumlah pemakaian ini tidak dikontrol, hal tersebut akan meningkatkan degradasi.
3. Waktu
Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikan terhadap waktu reaksi pada saat
parameter-parameter lainnya dijaga tetap. Hal ini secara terus menerus berkurang setelah
suatu reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada dua bentuk reaksi untuk menghilangkan
lignin, sebuah tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan sebuah akhir
delignifikasi yang lambat. Masing-masing mereka disebut eliminasi lignin yang bersifat
mudah dan eliminasi lignin dengan cara lambat.

4. Pengadukkan
Pengaduk dipakai untuk menjamin hasil pengadukan yang sempurna. Tujuan dari
pengadukkan adalah untuk penyebaran klorin dioksida dan klorin secara merata didalam
pulp. Pengadukkan yang baik sangat penting dalam kendali kemampuan sensor on-line
dalam tahap klorinasi. Pengadukkan yang buruk dapat mengakibatkan hilangnya strenght
pulp dan residual klorin kurang sempurna bereaksi.
2. Tahap 2 Ekstraksi & Oksidasi (E&O)
Pada tahap ini merupakan reaksi ekstraksi dan oksidasi yang tujuan untuk
melarutkan dan mengoksidasi lignin dan resin yang dipisahkan. Pada tahap ini, bahan
kimia yang digunakan adalah NaOH (Ekstraksi), Oksigen (Oksidasi). Derajat keputihan
yang diperoleh pada tahap ini adalah 66 – 80 % ISO.
Adapun kondisi pemutihan pada tahap E&O ini adalah:
1. Konsitensi : 11-12%

2. Suhu : 80-90oC

3. pH : 10.8-11.58

4. Waktu reaksi : 90-120 menit

5. Brightness : 80-82 % ISO

3. Tahap 3 Dioksida I (D1)


Pada tahap ini merupakan tahap utama yang terjadi antara klorin dioksida (ClO2)
dan lignin yang bertujuan untuk meningkatkan derajat putih pulp. Bahan kimia yang
digunakan adalah klorin dioksida (ClO2).
Penambahan ClO2 pada tahap ini lebih sedikit dibandingkan pada tahap D0, dengan
konsentrasi kimia yang lebih rendah, reaksi klorin dapat terjadi dengan waktu yang lebih
lama dan dengan temperatur yang lebih tinggi dari pada pada tahap D0 tanpa mengurangi
hasil dan kekuatan serat pulp. Derajat keputihan yang diperoleh pada tahap ini adalah 88 –
89.0 % ISO.
Adapun kondisi pemutihan pada tahap ini adalah:
1. Suhu : 70-75oC

2. pH : 4.0-4.5

3. Waktu reaksi : 180 menit

4. Brightness : 88.5-89.5 % ISO

4. Tahap 4 Dioksida II ( D2)


Pada tahap ini bertujuan untuk lebih meningkatkan derajat keputihan hingga 89.0 –
90.5 % ISO. Bahan kimia yang digunkan adalah klorin dioksida (ClO2) dan SO2. SO2
digunakan untuk menetralkan residual klorin dioksida.Tahap D2 dalam tahap bleaching
yang dirancang dan dioperasikan sama seperti tahap D1 yang semua kandungan lignin telah
dihilangkan. Penambahan ClO2 pada tahap ini adalah untuk menghilangkan senyawa lain
yang mengandung warna dalam pulp untuk meningkatkan derajat kecerahan pulp.

Adapun kondisi pemutihan pada tahap ini adalah:


1. Konsitensi : 10-13%

2. Suhu : 70-75oC

3. pH : 4.0-4.5

4. Waktu reaksi : 180 menit

5. Brightness : 90-90.5 % ISO

Pulp setelah tahap pemutihan dikirim ke tempat penyimpanan yang disebut High
Density Bleach Tower (HDT) yang selanjutnya diolah ke pulp mesin untuk dibuat lembaran
pulp dan kertas.
2.7. Blok Diagram Proses Pembuatan Pulp
MAKALAH
TEKNOLOGI PULP AND PAPER
PROSES PEMBUATAN PULP DAN KERTAS

Nama: Leni Wulandari


Nim: 03031381722110
Dosen Pengampuh : Ir.Pamilia Coniwati, M.T.

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya Palembang
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat serta karunianya saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“ Proses pembuatan pulp dan kertas” dan saya juga berterima kasih pada
Ibu Pamilia coniwati selaku Dosen mata kuliah “Teknologi pulp and kertas” yang
telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang industri kertas. saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, 20 Febuari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………… ...1
1.3 Tujuan Makalah……………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses pembuatan pulp………………………….. ……………………..2
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan pulp ……………7
2.3 Pencucian dan penyaringan……………………………………………..8
2.4 Pembentukan lembaran pulp……………………………………………11
2.5. Bilangan Kappa…………………………………………………………13
2.6. Proses pembuatan pulp di PT.RAPP……………………………………17
2.7. Blok diagram proses pembuatan pulp …………………………………18
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….....14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kertas adalah salah satu produk yang sangat diperlukan oleh banyak
orang. Tidak diragukan lagi bahwa kertas memiliki banyak fungsi dalam
kehidupan. Fungsi utama dari kertas adalah sebagai media tulis. Namun, sekarang
bukan hanya itu. Kertas banyak digunakan pula sebagai salah satu bahan dalam
pembuatan suatu karya seni.
Sebagian besar orang tidak mengetahui proses pembuatan kertas. Bukan
hanya dari kalangan masyarakat biasa, kalangan mahasiswa pun yang
notabenenya biasa bergelut dengan kertas, belum tentu mengetahui proses
pembuatannya. Selain itu, mereka juga belum tentu mengetahui
mengenai pulp yang sangat berkaitan dengan proses pembuatan kertas.
Kertas yang sering digunakan untuk menuliskan hal-hal yang penting, atau
kadang pula digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, yang begitu
sederahana, namun prosesnya belum tentu sesederhana produknya.Begitupun
dengan bahan-bahan bakunya. Dalam hal ini, proses pembuatan kertas pun
melibatkan proses kimia serta proses mekanik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pembuatan pulp dan kertas ?
2. Bagaimana proses washing dalam pembuatan pulp dan kertas ?
1.3. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui proses pembuatan pulp dan kertas.

1.4. Manfaat Makalah


Mampu mengetahui dan memahami proses pembuatan pulp dan kertas.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Proses pembuatan pulp secara konvensional umumnya terdiri dari 3
proses yaitu proses mekanik, semi kimia dan kimia. Proses kimia dibagi lagi
menjadi 3 yaitu proses soda, proses sulfit dan proses sulfat.

DAFTAR PUSTAKA
Bahn, N. 1983. Pembuatan Pulp dengan Pelarut Organik. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Industri Selulosa Bandung :Bandung
Casey, J.P. 1966. Pulp and Paper: Chemistry and Chemical Technology I.
Interscience Publisher: New York
Casey, J.P. 1980. Pulp and Paper: Chemistry and Chemical Technology VI:
Pupling and Bleaching, 2th edition: New York

Anda mungkin juga menyukai