Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sabun cuci tangan merupakan kebutuhan pokok bagi para konsumen bagi
masyarakat menengah ke atas, dan pada umumnya sabun cuci tangan di gunakan
pada fasilitas toilet umum, restorant, hotel,tempat makan karna untuk membersihkan
tangan dari sisa makanan yang menempel pada tangan dengan bantuan air untuk
mencuci tangan.
Menurut Departemen Kesehatan Tahun 2007 tentang cuci tangan, masyarakat
di anjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun cuci tangan. Karena dengan
mencuci tangan dapat membersihkan tangan dan kuku dari infeksi penyakit, debu
dan kotoran di tangan yang telah beraktivitas pada benda-benda di sekitar yang
telah terkontaminasi bakteri dan kuman supaya tidak terinfeksi penyakit oleh
lingkungan sekitar dan pada benda yang tak terlihat bakteri dan kuman secara kasat
mata. Perbedaan mencuci tangan dengan sabun cuci tangan dengan sabun batang
adalah pemakain sabun cuci tangan yang lebih efisien dan praktis ketimbang sabun
cuci tangan batangan,karena sabun cuci tangan memiliki keunggulan yaitu mudah di
bawa dan mudah larut dalam air, banyak peminat dari pada sabun cuci tangan
batangan.
Banyak masyarakat yang membutuhkan handsoap untuk membersihkan
tangan karena lebih efisien menggunakan handsoap dari pada sabun batangan.
Dengan cara mempromosikan barang yang kita produksi di rumah-rumah makan,
dan di sekolah taman kanak-kanak. Di pasaran banyak beredar sabun yang bersifat
khusus dan umum mencuci tangan. Sabun cuci tangan yang bersifat umum adalah
seperti sabun mandi, sedangkan sabun yang bersifat khusus yaitu sabun sepeda
motor, sabun cuci piring dan hand shoap.
Banyak peminat sabun cuci tangan cair dengan aroma buah-buah dan bunga
Kemasan sabun cuci tangan yang beredar dipasaran memiliki kemasan dalam
bentuk botolan dan di beri motif-motif dan bentuk yang unik dengan tujuan untuk
agar menarik perhatian konsumen (Departemen Kesehtan, 2007).

1
1.2 Tujuan Percobaan
 Mahasiswa bisa memahami manfaat dari sabun cuci tangan dan jenis bahan yang
bisa dijadikan aromateraphy.
 Mahasiswa bisa mengetahui proses pembuatan sabun cuci tangan.
 Mahasiswa bisa mengerti pH yang terkandung dalam sabun cuci tangan.
 Mahasiswa dapat menganalisa formulasi bahan yang sesuai agar didapatkan
produk sabun cuci tangan yang tepat.
 Mahasiswa dapat membedakan tekstur sabun cuci tangan yang sesuai dengan
standart sabun cuci tangan yang benar

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun Cuci Tangan


Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak
dengan Alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam
Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik)
panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah
kation dari kelompok alkali atau Ion Ammonium.
Pembuatan sabun melibatkan teknologi kimia yang dapat mengontrol sifat
fisika alami yang terdapat pada sabun. Saponifikasi pada minyak dilihat dari
beberapa perubahan fasa untuk menghilangkan impurity (zat pengganggu) dan uap
air serta dilihat dengan recovery gliserin sebagai produk samping dari reaksi
saponifikasi. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya air, gliserin,
garam, dan impurity lain (Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S, 1990).
Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing, Tallow) menjadi sabun
menurut cara kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (bersifat
basa), hal ini telah dilakukan sejak 2300 tahun yang lalu oleh bangsa Romawi kuno.
Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar
sabun antara lain:
•Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
•Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida
yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak.

1
Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam
saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.
•Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung ketidak jenuhan minyak atau lemak,
semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh.
Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk
mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
Sifat-Sifat Sabun
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi,
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air, karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka
akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam
hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam
air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 → Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang
bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non
polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (sukar air) dan larut
dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 Polar : COONa-
(larut dalam minyak, hidrofobik, larut dalam air, hidrofilik, memisahkan kotoran
non polar ,memisahkan kotoran polar)
Molekul-molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang dengan satu
gugus ionik yang sangat polar pada salah satu ujungnya. Ujung ini bersifat
hidrofilik (tertarik atau larut dalam air) dan ujung rantai hidrokarbon bersifat
lipofilik (tertarik atau larut dalam minyak dan lemak). Pengotor umumnya
melekat pada pakaian atau badan dalam bentuk lapisan minyak yang sangat tipis.

1
Jika lapisan minyak ini dapat dibuang, partikel-partikel pengotor dikatakan telah
tercuci. Dalam proses pencucian, lapisan minyak sebagai pengotor akan tertarik
oleh ujung lipofilik sabun, kemudian kotoran yang telah terikat dalam air pencuci
karena ujung yang lain (hidrofilik) dari sabun larut dalam air (Purba Michael,
2006).
2.2 Texapon
Texapon adalah bahan kimia yang mempunyai fungsi salah satunya
mengangkat lemak dan kotoran atau zat yang memiliki sifat
surfaktan. texapon sudah sangat di kenal dalam industri pembuatan bahan untuk
kebersihan seperti cairan pencuci piring, cairan pencuci tangan, shampoo dan lain
sebagainya. Texapon adalah surfaktan buatan yang dapat digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan sabun cair, sampo, dan pasta gigi.
Texapon disebut juga Sodium laurilsulfate (C12H25SO4Na). Jenis surfaktan ini
mempunyai kemampuan mengeluarkan busa dalam jumlah cukup banyak dan
mempunyai daya bersih yang cukup tinggi. Kelarutannya dalam air mendekati
100 % (larut sempurna) hanya kecepatan pelarutnya rendah. Artinya, untuk
melarutkanya membutuhkan waktu lama (Arif Rachman, 2015).

2.3 Arkopal
Arkopal berfungsi sebagai surfaktan pelengkap. Bahan ini berbentuk cairan
sedikit kental, kering dan berwarna kekuning-kuningan, tidak seperti texapon,
arkopal mudah larut dalam air.
Arkopal N 100 yang merupakan golongan surfaktan. Surfaktan merupakan
senyawa kimia yang mempunyai 2 gugus berbeda yaitu gugus yang larut dalam air
(bersifat polar) dan gugus yang tidak larut dalam air (bersifat nonpolar). Gugus yang
larut dalam air disebut hidrofilik, lipofobik, atau oleofobik. Sedang gugus yang
tidak larut dalam air disebut hidrofobik, lipofilik, atau oleofilik. Komposisi, lokasi,
dan ukuran relatif dari masing-masing gugus berkaitan erat dengan kemampuan
untuk menurunkan tegangan permukaan. Perubahan kecil dalam komposisi
surfaktan dapat mengakibatkan perubahan kelarutan dan tegangan permukaan.
Larutan surfaktan memiliki sifat-sifat antara lain : berbusa, agen pembasah,
pengemulsi, dan pendispersi.

1
Berdasarkan gugus hidrofilnya surfaktan dibagi menjadi empat kategori, yaitu
ionik, nonionik, kationik dan amfoterik. Gugus hidrofil surfaktan anionik adalah
karboksilat, sulfonat, sulfat dan fosfat. Gugus hidrofil surfaktan nonionik adalah
gugus hidroksin dan rantai polyoksietilen. Gugus hidrofil surfaktan kationik adalah
amina primer, sekunder, tersier, gugus amonium kuartener. Gugus hidrofil surfaktan
amfoterik merupakan kombinasi dari surfaktan anionik dan kationik (Ria Dwita,
2013).
2.4 Larutan Garam 1:4
Garam atau Natrium Kloria ( NaCl ) berfungsi sebagai pengental. Jenis yang
dipakai adalah garam biasa atau garam dapur. Garam perlu dilarutkan dengan air
hingga mencapai konsentrasi tertentu. Tanpa pelarutan, volume garam akan kecil
dan konsentrasinya maksimal sehingga dikhawatirkan efek pengentalannya tidak
akan merata.
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di
dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk
memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan
dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap.
NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas (Rudianto, 2007).

2.5 EDTA2Na
EDTA merupakan bahan pengawet yang banyak dipakai pada produk - produk
untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Sebenarnya, produk sabun tangan cair
tidak mutlak menggunakan bahan pengawet, sejauh peredaran dikonsumen cukup
cepat. Harga bahan ini relatif mahal. Oleh karena itu, penggunaanya harus
dimimimalkan. Hal itu akan menghemat atau menekan harga pokok material secara
keseluruhan (Mahendra, 2014).
EDTA atau Asam etilen diamin tetra asetat merupakan salah satu jenis asam
amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus

1
karboksil-nya atau disebut liganmultidentat yang mengandung lebih dari dua atom
koordinasi per molekul,misalnya asam 1,2-diamino etana tetra asetat
(asam etilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen
penyumbang dan empat atomoksigen penyumbang dalam molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantapdengan sejumlah besar
ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif (Jujuamin,2014)

2.6 Parfum
Bau atau aroma parfum mempunyai kelebihan untuk meredam bau tidak sedap
dan lainnya. Dari sekian banyak parfum, jenis yang sering dipakai pada sabun
tangan cair adalah yang beraroma tahan lama.
Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek
wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan dalam pembuatan sabun
adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga, tanaman
herbal dan lain-lain) (Abi Aksar, 2010).

2.7 Pewarna
Pewarna untuk sabun tangan cair cukup bervariasi, seperti merah, kuning dan
hijau. Pemberian warna disarankan dalam jumlah cukup banyak. Hal ini bertujuan
untuk memberi kesan lebih pekat pada cairan produk.
Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan produk
sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna
untuk kosmetik grade (Abi Aksar, 2010).

1
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alur Skema Percobaan

Menimbang Texapon 130 gram ke dalam beaker glass 1000


mL

Menambahkan 4 gram EDTA dan 10 mL Arkopal

Kemudian diaduk dengan sendok hingga homogen

Menambahkan 180 mL Larutan garam sedikit demi sedikit dan


diaduk hingga benar-benar homogen

Setelah itu tambahkan Aquadest secara perlahan hingga


volume larutan sabun cuci 1000 mL

Kemudian ditambahkan pewarna dan pewangi secukupnya


pada larutan diatas

Setelah semua bahan tercampur aduk lagi sampai betul-betul


merata.

Kemudian cek pH yang ada pada sabun tersebut

Pindahkan larutan sabun ke dalam botol yang telah disediakan


dan Sabun cuci tangan siap digunakan

Gambar 3.1.1 Gambar alur (skema) percobaan

1
3.2 Alat dan Bahan Percobaan
3.2.1 Alat :
 Beaker glass 1000 ml 1 buah
 Gelas ukur 100 ml 1 buah
 Gelas ukur 50 ml 1 buah
 Gelas piala plastik 2000 ml 1 buah
 Gelas piala plastik 1000 ml 1 buah
 Sendok 5 buah
 Pipet tetes plastik 1 buah
 Kaca arloji 1 buah

3.2.2 Bahan :
 Texapon 130 gram
 Arkopal 10 gram
 Larutan Garam 180 mL
 EDTA2Na 4 gram
 Pewarna secukupnya
 Bibit parfum secukupnya

1
3.3 Gambar Alat

Gambar 3.3.1 Beaker glass 1000 ml Gambar 3.3.2 Gelas ukur 100 ml

Gambar 3.3.3 Gelas ukur 50 ml Gambar 3.3.4 Gelas piala plastik 2000 ml

Gambar 3.3.5 Pipet tetes plastik Gambar 3.3.6 Kaca arloji

1
Gambar 3.3.7 Gelas piala plastik 1000 ml
Gambar 3.3.8 Sendok plastik

1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Data Hasil Percobaan (Laporan Sementara) Dibutuhkan pengadukan yang kuat
hingga Texapon benar-benar homogen dengan bahan lainnya.

Analisa massa :
Berat wadah : 50gr
Berat wadah + sample : 1,2kg
Berat sample : 1,5kg

Anda mungkin juga menyukai