Mata Kuliah
Perancangan Proses STK-4265
Dosen Pengampu:
Prof. Dr.Eng Ir. Irvan, M. Si
Kelompok 7:
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada pembuatan makalah adalah:
1. Memahami bahan yang akan digunakan pada pembuatan detergen dan penyedian bahan
baku kimia dasar.
2. Memahami proses yang dilakukan pada pembuatan detergen.
3. Memahami proses pembuatan Liner Alkylbenzena Sulfonat?
BAB II
Pembahasan
2.2 Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl
Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (garam ammonium), Non ionic
(Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines). Surfaktan biasanya berupa
senyawa organik yang bersifat amfifil, yang artinya mereka memiliki baik gugus hidrofobik (ekor)
dan gugus hidrofilik (kepala).[3] Oleh karena itu, surfaktan mengandung komponen tak larut air
(atau larut dalam minyak) dan komponen yang larut dalam air sekaligus. Surfaktan akan terdifusi
dalam air dan teradosorpsi pada antarmuka antara udara dan air atau antarmuka antara minyak dan
air, ketika air dicampur dengan minyak. Gugus hidrofobik yang tidak larut dalam air dapat
menerobos keluar dari fase air, menuju fase udara atau fase minyak, sementara gugus kepala yang
larut dalam air tetap berada di fase air.
Produksi surfaktan dunia diperkirakan sekitar 15 Mton/tahun, yang sekitar setengahnya
adalah sabun. Surfaktan lain yang diproduksi dalam skala besar adalah alkilbenzena sulfonat (1700
kton/tahun), lignin sulfonat (600 kton/tahun), lemak alkohol etoksilat (700 kton/tahun), dan
alkilfenol etoksilat (500 kton/tahun)
Adapun jenis-jenis surfaktan yaitu:
1. Surfaktan anionic. Surfaktan anionik memiliki ujung molekul bermuatan negatif yang
bersifat hidrofilik. Bagian molekul yang bermuatan negatif ini biasanya berupa sulfonat,
sulfat, atau karboksilat. Contoh surfaktan anionik adalah natrium alkilbenzena sulfonat,
natrium stearat, dan kalium alkohol sulfat yang banyak ditemukan dalam sabun dan
detergen.
2. Surfaktan nonionic. Surfaktan nonionik adalah jenis surfaktan yang tidak memiliki ion.
Surfaktan ini memperoleh polaritasnya karena molekul di salah satu ujung memiliki bagian
yang kaya oksigen dan di ujung lainnya memiliki molekul organik besar. Contoh surfaktan
nonionik adalah alkohol etoksilat, alkohol polietilena nonilfenoksi, dan kopolimer blok
etilen oksida/propilena oksida. Surfaktan nonionik umumnya tidak berbusa atau minim
busa sehingga cocok untuk digunakan sebagai bahan pembuatan detergen dengan busa
sedikit.
3. Surfaktan kationik. Surfaktan kationik adalah molekul bermuatan positif yang biasanya
berasal dari senyawa nitrogen. Banyak surfaktan kationik memiliki sifat sanitasi atau
membersihkan, seperti bakterisida atau lainnya. Surfaktan ini berguna untuk membuat
disinfektan yang meninggalkan lapisan disinfektan kationik di permukaan. Contoh
surfaktan kationik adalah alkil amonium klorida.
4. Surfaktan amfoterik. Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang muatannya mengalami
perubahan dengan pH. Surfaktan ini bisa merupakan jenis anionik, nonionik, atau kationik,
tergantung pada pH. Surfaktan amfoterik sering digunakan dalam produk perawatan
pribadi, seperti sampo dan kosmetik. Contoh surfaktan amfoterik adalah betaine dan amino
oksida