- Sabun
- Detergen
- Shampo
- Surfaktan
- Pembuatan surfaktan
1
Sabun
Sabun adalah garam Na atau K dari asam lemak yang
mengandung 8-22 atom C
Contoh: Natrium stearat C17 H35 COO- Na+
.
Asam lemaknya umumnya campuran antara yang jenuh
dengan yang tidak jenuh, sabun jenuh dan tidak jenuh
- Sabun Jenuh: CH3(CH2)n COOM (M=Na; K; R4N+ )
- Sabun tidak jenuh
mono : CH3(CH2)n CH2CH=CHCH2(CH2)m -COOM
poli : CH3(CH2CH=CH)x CH2(CH2)y-COOM
2
Kerja sabun sebagai pembersih terutama karena daya
mengemulsi dan kemampuannya menurunkan tegangan
permukaan air
Konsep ini dapat dimengerti dengan mempertimbangkan
sifat mendua sabun anion alami
Struktur sabun terdiri dari bagian head (kepala) dan
tail(ekor) yaitu ion karboksil (sebagai kepala) dan rantai
panjang hidrokarbon sebagai ekor
4
Pembuatan Sabun
Reaksi dasar: Saponifikasi (penyabunan)
3 NaOH + C17H35COO3C3H5 3 C17H35COONa + C3H5 (OH)3
Natrium hidroksida gliseril stearat natrium stearat gliserin
7
Detergen sintetis memiliki sifat pembersihan yang baik
sebab tidak membentuk endapan dengan ion-ion
penyebab kesadahan air
Detergen memiliki keunggulan karena dibentuk dari
garam asam kuat, sehingga tidak membentuk endapan
jadi tidak mengurangi sifat sabunnya.
Potensi pencemaran oleh detergen tinggi disebabkan
jumlah pemakaiannya yang sangat banyak.
Tahun 2004 diperkirakan 1.5 milyar kg surfaktan
detergen digunakan di USA
8
Sampai 1960 ABS merupakan surfaktan utama yang
digunakan dalam detergen. Kemudian diketahui sifat
ABS yang tidak mudah terdegradasi telah menimbulkan
pencemaran
Busa yang ditimbulkan oleh detergen telah menyulitkan
proses pengolahan limbah.
pengoperasian tangki aerasi pada sisitem pengolahan
lumpur aktif menjadi sulit oleh adanya selimut busa;
mempersulit proses flokulasi akibat penurunan tegangan
permukaan yang akan
timbul emusi dengan minyak,
berkurangnya jumlah bakteri berguna/ pengurai
Degradasi yang terjadi sangat lambat, ini ternyata
disebabkan struktur ABS yang bercabang LAS
menggantikan ABS
9
Linier alkil sulfonat (LAS) merupakan suatu benzen
sulfonat. Cincin benzen dapat terikat pada gugus alkil
manapun kecuali pada ujung rantai
LAS lebih mudah diurai (biodegradable) cincin pada alkil
tidak bercabang sehingga tidak memiliki atom karbon
tersier yang sulit didegradasi
Sejak LAS menggantikan ABS dalam detergen,
masalah pencemaran air oleh surfaktan berkurang
10
builders atau zat pengisi
Zat pengisi detergen yang terus-menerus di
buang ke lingkungan sejalan penggunaan
detergen menimbulkan masalah setelah jangka
waktu lama sebab builder terikat pada ion-ion
keras yang menimbulkan sifat basa.
Detergen komersial mengandung 10-30%
surfactant.
Komposisi detergen lainnya adalah; polifosfat,
penukar ion, natrium karbonat, anti korosif
(natrium silikat) amida, optical brighteners,
pewangi, zat warna dan NaSO4
Enzim (biasanya lipase dan selulase)
ditambahkan pada detergen untuk menggantikan
klorin dan fosfat 11
Shampo
terdiri atas
15
2. Gugus Hidrofilik
Gugus hidrofilik molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif maupun tidak
bermuatan. Jenis muatan tersebut akan
menentukan jenis surfaktan yang terbentuk.
a. Bermuatan negatif --> surfaktan anionik
b. Bermuatan positif --> surfaktan kationik
c. Bermuatan positif dan negatif --> surfaktan
amfoterik (ampholyte, zwitterion)
d. Tidak bermuatan --> surfaktan nonionik
16
3. Gugus Hidrofobik
a. Hidrokarbon
Dapat berupa rantai alkyl lurus, becabang,
jenuh, tidak jenus, sebagian siklik ataupun
aromatik
b. Perfluorohidrokarbon
Dapat berupa rantai lurus atau bercabang, per-
fluoronated sempurna atau diikat pada
hidrokarbon
c. Siloxane
Seringkali diikatkan ke gugus hidrofilik melalui
perantara rantai alkyl pendek 17
Struktur kimia
18
Struktur kimia
5. Kelompok Surfaktan
19
Sifat & Kegunaan
Surfaktan dapat larut dalam pelarut organik dan air.
Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala jenis air dan akan dapat dibilas
dengan mudah dan sempurna.
Umumnya, surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih. Hal ini, karena
surfaktan lebih ramah lingkungan. Bahkan, aplikasi surfaktan sangat luas, tak
terbatas dalam industri pembersih (shampoo, sabun, dll) tapi juga pada industri
cat, pangan, polimer, tekstil, dan lain-lain.
Surfaktan merupakan unsur yang berperan menyatukan air dan minyak,
misalnya produk fatty ester dimanfaatkan untuk kosmetik, fatty alcohol
sulphate untuk bahan detergen dan sabun, fatty silphosuccinate untuk industri
plastik, juga untuk industri lainnya seperti industri pangan, kertas, tekstil,
hingga untuk pengeboran minyak.
Dari surfaktan juga dapat dihasilkan bahan pewarna tekstil, pelumas, bahan
baku farmasi untuk obat, dan pembuatan vaksin, serta aditif bagi bahan bakar
minyak
20
Pembuatan Surfaktan
Linear Alkylbenzenesulphonate (LAS)
Pada awalnya, sumber alkil untuk LAS adalah tetramer propilena
yang merupakan campuran senyawa. Tetramer tersebut diubah
menjadi dodekena non linear C12H24, yang kemudian dalam prosedur
Friede-Craft digunakan untuk alkilasi benzena. Selanjutnya dilakukan
sulfonasi dan diakhiri dengan penambahan basa
CH3 CH3 CH3
H+
4CH3-CH=CH2 CH3-CH-CH2-CH-CH2-CH-CH=CH=CH3
(C12H24 nonlinear)
HF 1) SO3
C12H24 + C12H25 C12H25 SO3-Na+
2) NaOH
Nonlinear alkylbenzenesulphonate
Cl2
Linear C12H26 hv
C10H21-CH-CH3 + 3,4,5 dan 6-Cl isomer
(+ C10-C14) Cl AlCl3
CH3 CH3
1) SO3 --SO3-Na+
C10H21-CH- C10H21-CH-
2) NaOH
LAS
Sumber alkil LAS detergen lainnya adalah linear -olefin yang dihasilkan dari
dehidrogenasi n-alkana, kemudian melalui reaksi Friedel-Craft dan seterusnya
membentuk LAS
22
Linear Alcohol Ethoxysulfate (AES)
Linear Alcohol Ethoxysulphate (AES), memiliki daya busa yang
tinggi sehingga baik untuk shampoo,juga digunakan untuk detergen
pencuci piring. AES paling kecil kepekaannya terhadap air sadah
O O
NaOH
C14H29-O-(CH2-CH2-O)n- S-OH C14H29O-(CH2-CH2O)n-S-O-Na+
O O
AES
23
Terima Kasih,
Sampai Jumpa Lagi, Wassalam
Bahan Kimia
untuk Pangan
1. Pemanis alami dan buatan
2. Pengawet
3. Pewarna
4. flavor
Bahan Makanan
Bahan alamiah yang dapat menjadi sumber kalori dan
dapat memberikan bahan2 yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses kehidupan
Kelompok bahan makanan
Makronutrient : ber-jenis2 karbohidrat, lemak/minyak
dan protein
Mikronutrient : mineral dan vitamin serta air & udara
(oksigen)
Bahan ikutan : aroma atau penyedap alami, zat
warna alami
Aditif : pengawet, pemanis, pewarna, penyedap, dll
Metabolit : alkohol, asam asetat, aflatoksin, racun
botulinum
Pemanis Alami dan Buatan
Fungsi bahan tambahan: untuk men-jaga
kualitas bahan makanan & meningkatkan
keamanannya
Pemanis: memberikan rasa manis yang
sensasional namun memberikan sedikit
energi makanan.
Kelompok pemanis: sintetik, semi-sintetik,
dan alami (turunan karbo-hidrat, garam
asam organik, terpenoid, dan bahkan
protein)
1. Kalium Acesulfam (ACS-K)
ACS-K (C6H3SO4N+K+): Pemanis yang
mempunyai kelarutan dalam air yang sangat
baik dibandingkan dengan pemanis sintetik yang
lain.
Kemanisannya fsac.g(30) = 200
fsac.g(x): potensi kemanisan relatif terhadap
larutan sukrosa x % pada bobot dasar.
Pemanis ini stabil pada suhu masak dan suhu
pemanggangan, serta penggunaannya telah
disetujui dalam produk makanan di lebih 90
negara.
Metoda Analisis: kromatografi penukar ion,
2. Sakarin (C5H4SO3N)
Sakarin (orto-benzoat sulfamida): pemanis yang
paling awal ada di pasaran, Nilai konsumsi
harian yang diperbolehkan oleh FAO antara 0
dan 5 mg/kg berat badan tiap hari.
Kemanisannya fsac.g(10) = 450, tersedia dalam
bentuk sakarin asam, natrium sakarin, kalsium
sakarin
Pada pH rendah dapat terhidrolisis menjadi
asam 2-sulfobenzoat dan 2 sulfomilbenzoat
Pemanis ini digunakan di lebih dari 90 negara
Metoda Analisis: Potensiometri, spektrofotometri,
dan berbagai teknik kromatografi.
3. Siklamat (C6H5NHSO3Na)
Asam siklamat larut dalam air, dan
kelarutannya ditingkatkan dalam bentuk garam
natrium atau kalsium.
Kemanisannya fsac.g(10) = 35
Stabil pada kisaran pH dan suhu yang luas
Diperbolehkan di beberapa negara namun
dilarang di Amerika karena dugaan
toksisitasnya
Metoda Analisis: kromatografi cair kinerja
tinggi, kromatografi gas, dan elektroforesis
kapiler
4. Dulcin (C6H4OC2H5N2H3O)
Kemanisannya fsac.g(5) = 109
Dulcin terhidrolisis menjadi
aminofenol, yang dapat
menyebabkan efek samping dalam
penggunaan jangka panjang
Pemanis ini diduga menyebabkan
toksisitas, sehingga tidak digunakan
secara luas
Metoda Analisis: kromatografi
5. Aspartam (C13H15O5N2)
Aspartam berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau
Tingkat kemanisan fsac.g(10) = 133, Nilai kalori: 17 kj/g
Tergolong pemanis non-nutrisi
Relatif stabil dalam bentuk kering, terdegradasi dalam
larutan (tergantung pH dan suhu)
Tidak stabil pada pH < 3, akan terhidrolisis menghasilkan
aspartilfenilalanin
Pada pH 6 akan membentuk asam 5-benzil-3,6-diokso-2-
piperazin asetat.
Tidak sesuai untuk agent pemanis dalam makanan yang
dipanaskan
Pemanis ini diperbolehkan di lebih 90 negara
Metoda Analisis: berbagai jenis kromatografi, elektro-
foresis kapiler, spektroskopi
6. Sukralosa (C12H9O8Cl3)
Keterangan:
X = penampang lintang transversal
R = penampang radial
T = penampang tangensial
Distribusi Komponen Kimia Kayu
47
Daerah lamela mengandung 70-80% lignin (berdasar bobot)
dan membantu merekat semua sel kayu menjadi satu.
Walaupun daerah lamela tengah berkadar lignin tinggi, tetapi
dinding sel yang volumenya besar juga mengandung lignin.
Sekitar 70% dari total lignin berada dalam dinding sel ini
Terima Kasih,
Sampai Jumpa Lagi, Wassalam
Bahan Kimia dari Hidrolisis dan Fermentasi
Kayu
Polisakarida kayu biasanya dihidrolisis dengan asam, walaupun
enzim juga dapat digunakan (Gambar 8.1). Hidrolisis asam
dilakukan dengan asam pekat atau encer. Dalam prosesnya,
larutan HCl atau H2S04 dilewatkan pada bahan kayu pada suhu
tinggi (140-180C).
Hidrolisat terus menerus dikeluarkan untuk mencegah
dekomposisi monosakarida yang sudah terlepas. Hidrolisat
yang mengandung 4-6% gula ini dinetralkan dan dipekatkan
melalui penguapan. Hasil hidrolisis biasanya berkadar gula 50-
55% (berdasar bobot).
Sejumlah besar selulosa tetap tak terhidrolisis jika digunakan
larutan asam encer, tetapi hemiselulosa hampir seluruhnya
dikonversi menjadi monosakarida
Dalam era bioteknologi, penggunaan enzim menjadi
pusat perhatian. Tujuannya adalah memproduksi glukosa
dari limbah yang mengandung selulosa.
Salah satu enzim selulase yang memberi harapan
berasal dari jamur tropis Tricoderma viride. Tetapi,
hambatan utama ialah hidrolisis selulosa yang tak
sempurna karena terbatasnya aksesibilitas daerah teratur
bagi enzim.
Produk fermentasi utama dari hidrolisat kayu berupa
heksosa ialah etanol, sedangkan pentosa dan asam
alifatik digunakan untuk produksi protein. Sejumlah
bahan kimia, termasuk etilena, etilena oksida,
asetaldehida, dan asam asetat dapat diproduksi dari
etanol. Salah satu harapan dalam penggunaan alkohol
ialah sebagai pencampur bensin untuk motor (dikenal
dengan sebutan gasohol).
51
Pentosa penting dari kayu yaitu xilosa, dapat diproduksi dari
kayu daun melalui hidrolisis asam secara ringan. Reduksi
xilosa menghasilkan xilitol, suatu pemanis yang dapat
mencegah karies gigi.
Manitol, salah satu produk reduksi dari heksosa, dapat
dipisahkan dari alditol lain melalui kristalisasi.
Dengan kondisi yang berat, pentosa dan heksosa terkonversi
menjadi gliserol, etilena glikol, dan glikol lain
Pada suhu yang lebih tinggi, pentosa dikonversi oleh asam
menjadi furfural, sedangkan heksosa dikonversi menjadi
hidroksimetilfurfural, yang selanjutnya terdegradasi menjadi
asam levulinat.
Furfural dapat diproduksi langsung dari kayu daun melalui
hidrolisis dua tahap. Bahan baku dikukus dalam ketel,
dengan katalis asam. Uap yang mengembun terutama terdiri
dari furfural dan air. Air dipisahkan dengan cara penyulingan
azeotropik.
Furfural. kemudian dikeringkan. Furfural digunakan sebagai
pelarut dalam industri dan sebagai bahan baku untuk
berbagai bahan kimia dan polimer. Hidroksimetilfurfural tak
dapat diproduksi secara pengukusan, karena tidak cukup
atsiri. Cara pemisahannya adalah dengan ekstraksi larut.
53
INDUSTRI KERTAS
Pada zaman dahulu orang menulis pesan di dinding2 goa atau batu
tulis. Orang Mesir menulis pada batang tanaman papyrus (asal mula
kata paper), ada juga bangsa lain yang menulis di kulit binatang.
Kertas pertama dibuat di Cina pada tahun 105 S.M oleh Tsai lun,
terbuat dari bambu dan bagian dalam kulit pohon murbei yang dibuat
pulp kemudian dibuat lembaran pipih dan dikeringkan.
Kertas penting bagi kehidupan manusia, bermanfaat sebagai media
pencatatan, penyimpanan, dan penyebar luasan data dan informasi,
untuk keperluan pembungkusan, percobaan di laboratorium, bahan
penutup/sampul buku atau majalah, pembuatan sepatu, tas, pakaian
jadi, pemintal benang/tekstil, tissue, dan sebagainya.
Konsumsi kertas dapat merupakan salah satu ukuran kemajuan suatu
bangsa, contoh: Amerika Serikat menduduki urutan pertama di dunia
dalam konsumsi kertas (301 kg/kapita), Indonesia urutan ke 13 (24,5
kg/kapita) pada tahun 2006.
Data tahun 2007: kapasitas produksi terpasang seluruh industri kertas
Indonesia sebesar 10,292 juta ton/tahun .
Proses Pembuatan Kertas
1) Pemecahan kayu menjadi serat penyusunnya
(pulp)
2) Pelarutan serat di dalam air
3) Penggilingan atau penghalusan pulp
4) Pencampuran bahan tambahan (pengisi, lem,
pengikat kekuatan basah, dsb)
5) Pembentukan tikar serat
6) Pengurasan air
7) Pengeringan lembaran untuk tipe kertas
Proses Pembuatan Pulp
1. Cara mekanis: proses kayu asah, batu & kayu asah, mesin
penghalus.
Kelebihan : rendemen serat 95-99%, biaya pulp rendah.
Kelemahan: kekuatn pulp rendah, kertas berwarna kuning
(karena masih ada lignin & karbohidrat tertentu dalam
pulpnya).
Proses adhesi
65
Pendahuluan
70
Pigmen anorganik
-Banyak yang ditemukan di alam sebagai mineral yang digali,
dihancurkan, dicuci dan dipisahkan berdasarkan ukuran
-stabilitas terhadap sinar, derajat kelegapan, dan resistensi
terhadap bahan kimia pada pigmen anorganik alami, tinggi
- Penggolongan pimen anorganik
- Anatase
H2SO496%
Ilmenit
Dilarutkan hidrolisis dicuci
(FeOTiO2)
Fe Padatan
taklarut
Kalsinasi
TiO2 giling kristalisasi
1000oC 72
(anatase)
- Rutile gas O2
74
Pigmen merah
- Besioksida Fe2O3 tahan lama, yang alami dari hematit.
Dibuat dengan mengiling hematit
- Timbal merah Pb3O4: protective coat. toksisk
Pigmen biru
- Ultramarine blue: kompleks natrium alumunium silikat
& sulfida, banyak digunakan dalam laundry untuk
menetralkan warna kuning katun.
- Prussian blue [KFe(Fe(CN)6]: pigmen biru merah,
- Timbal kromat hijau: PbCrO4:KFe(Fe(CN)6, hijau
muda-hijau tua
75
Pigmen hitam
- Besioksida hitam Fe3O4,, tinting strength sangat endah,
digunakan untuk lapisan dasar, dibuat dengan
oksidasi Fe(OH)2
Pigmen metalik
digunakan pada permukaan benda untuk mengkilapkan.
Diperoleh dengan menambahkan alumunium, seng, baja
tahan karat
Pigmen ekstender
- Mineral anorganik putih yang relatif kurang warna
dan kelegapan, digunakan sebagai pengganti partial
dari pigmen utama yang mahal
- Fungsi: memperbanyak, mengatur dansitas dan sifat
alir cat (utama), mempengaruhi permeabilitas,
kekerasan, Meningkatkan resistensi korosi dan uv.
76
- Kalsium karbonat, silika, kaolin, bentonit, talk
Pigmen organik
- Pewarna (dye) alami: indigo, berry. Dibuat kurang larut
dalam air dengan cara menambah bahan pengendap
- Warna lebih terang, lebih transparan (hiding power
lebih rendah), tinting strength lebih kuat, heat &
light-fastness lebih rendah dari pigmen anorganik
Carbon Black
- Dibuat dengan oksidasi partial hidrokarbon dari minyak
mentah
- 7% digunakan untuk cat dan tinta, 93% untuk elastomer
- Tidak larut dalam pelarut, stabil terhadap asam dan
basa, light fastness tinggi
77
Pigmen merah
- Toluidine red : pewarna azo tak larut, merah terang,
light fastness sedang, hiding power tinggi,
resistensi pada bahan kimia tinggi.
- Barium lithol red : merah terang, light fastness
rendah jadi hanya cocok untuk interior, resistensi
pada bahan kimia rendah
- Asam 2-hidroksi-3-naftoic (BON) dipasangkan
dengan senyawa diazo & garam kalsium: resisten
tehadap bleeding. Warna stabil, resisten terhadap
asam dan basa, nontoksik.
HO COOH
OH
NO2 HO SO3 CH3
N=N N=N
CH3 -N=N-
Ba2+ Ca2+
SO3-
Cl
Hansa yellow
79
Pigmen hijau
- Phthalocyanine green
Mempunyai 16 Cl atau 16 (Cl + Br). Warna bervariasi
dari hijau biru sampai kuning (tergantung pada nisbah
Br-Cl). Br 9-10 atom: hijau - kuning
Light fastness tinggi, sangat stabil
Pigmen biru
- Copper phthalocianine (CPC)
Tinting strength & kelegapan tinggi, stabil terhadap
cahaya & panas (sampai 500C), nontoksik, rsisten
terhadap bahan kimia
80
Terima Kasih,
Sampai Jumpa Lagi, Wassalam
BINDER
Binder mengikat partikel pigmen dan mempertahankannya
pada permukaan.
Polyunsaturated oil ( minyak ikan dsb), resin alami,
rosin dari pinus, damar dsb.
- Alkyd: resin larut dalam solven, BM relatif rendah, dibuat
dari polyol (gliserol, pentaerithritol), asam divalen (asam
ftalat, asam isoftalat), minyak (kedelai, jarak);
nonoksidasi & oksidasi
- Poliester: dari asam polikarboksilat & polialkohol, bebas
asam lemak, tidak oksidatif
- Akrilat: paling banyak digunakan pada industri coating.,
termoplasti& termoset
- Vinil: vinil asetat, vinil propionat, vinil laurat. Kopolimer:
82
ester asam akrilat, maleat, fumarat
SOLVENT
Liquid volatil yang ditambahkan untuk melarutkan atau
mendispersi bahan coating. Menguap selama
pengeringan, tidak menjadi bagian dari lapisan kering
Peran:
- mengatur aplikasi
- mengatur konsistensi & karakter akhir
- mengatur laju evaporasi
- menyesuaikan level padatan yang mempengaruhi
ketebalan aplikasi
- Mengatur dan mempengaruhi viskositas coating
3 kelas: hidrokarbon, beroksigen, air.
- Solvent hidrokarbon: alifatik, aromatik
- Solvent teroksigenasi: keton, ester, ester glikol, alkohol.
Daya melarutkan lebih kuat
- Air: bahan utama emulsi cat, digunakan tunggal atau 83
campur dengan alkohol, eter
ADITIF
Bahan yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke cat untuk
meningkatkan atau memodifikasi sifat tertentu hasil coating
atau selama pembuatan, penyimpanan, transport, aplikasi.
Penggolongan berdasar fungsi:
- Pengental (thickening): meningkatkan viskositas
organoclay, silikat, poliamida.
- Bahan aktif permukaan (surface active agent):
pembasah & pendispersi (surfaktan, molekul amfifilik),
antibusa (antifoam, defoamer, tak larut air, hidrofobik,
minyak)
penunjang adhesi (meningkatkan kekuatan adhesi :silan,
silikon, senyawa titanium, amida, fosfat, polimer khusus)
84
PEREKAT & PEREKATAN
Definisi /istilah pada sistem adhesive
Teori perekat dan proses perekatan
Proses pengerasan perekat dan pembentukan
garis perekat
Faktor faktor yang mempengaruhi perekatan
Teknik perekatan
Tujuan pengempaan
Pengujian sifat perekat
85
Definisi pada sistem Adhesive
Perekat: suatu bahan yang dapat menahan 2 buah benda berdasarkan
ikatan permukaan
Perekatan:
(1) suatu keadaan atau kondisi ikatan dimana dua permukaan menjadi
satu karena adanya gaya-gaya pengikat antar permukaan, yaitu gaya
valensi atau gaya ikatan ion dan gaya saling mencengkeram antara
perekat dengan bahan yang direkat atau interlocking forces
(2) suatu sistem yang terdiri atas gaya-gaya ikatan yang berbeda yang
berasosiasi bersama membentuk suatu ikatan antara garis perekat
dengan bahan yang direkat, sedang garis perekat sendiri dipengaruhi
oleh mobilitas bahan perekat dan kondisi permukaan perekat
Pengeras (Katalis): Suatu bahan yang ditambahkan untuk mengatur
pengerasan perekat.
86
Masa simpan (Storage life): Lamanya bahan perekat dapat disimpan
sebelum dicampur dengan bahan lain tanpa mengurangi kualitas perekat.
Bila masa simpan dilampaui maka perekat menjadi rusak dan tidak dapat
dipakai lagi
Masa labur (Working life): Lamanya perekat setelah dicampur dengan
bahan lain sampai perekat itu tidak baik lagi untuk dilaburkan
Masa tunggu (Assembly time): Waktu antara pelaburan dengan
pengempaan. Masa tunggu yang terlalu pendek kurang baik karena
perekat masih terlalu basah. Kalau terlalu lama juga kurang baik karena
terlalu kering
Ekstender (Bahan tambahan): Suatu bahan yang bersifat perekat
(mengandung pati, protein) yang ditambahkan pada perekat dengan
tujuan untuk mengubah sifat perekat dan mengurangi biaya. Makin banyak
bahan ini ditambahkan, makin rendah keteguhan rekatnya. Contoh: tepung
gaplek, tepung terigu, tapioka
Pengisi (Filler): Suatu bahan yang umumnya tidak bersifat perekat yang
dicampurkan pada perekat untuk mengubah sifat perekat terutama
kekentalan dan sampai jumlah tertentu dapat menaikkan keteguhan rekat.
Contoh: tepung tempurung kelapa, tepung kayu, kaolin. 87
Teori Perekat & Proses Perekatan
Adhesi terjadi dengan pembentukan ikatan kovalen atau elektrovalen,
atau menggunakan atraksi sekunder seperti ikatan hidrogen, gaya
London, dispersi, dwikutub terinduksi, atau gaya Van der Waals.
adherent
4 Interlocking forces
4 dan 5 gaya kohesi sirekat
1
dan sirekat
Glue line
1 gaya kohesi perekat
3 Interlocking forces
5 Adherent
Gaya spesifik timbul karena adanya gaya tarik menarik antara atom atau
molekul perekat dan permukaan bahan yang direkat.
Kedua Gaya tsb dipengaruhi oleh sifat perekat itu sendiri (inherent
characteristic)
92
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perekatan
Bahan yang direkat:
(1). Sifat anatomi dan struktur bahan yang
direkat, struktur dan anatomi bahan yang
direkat berhubungan dengan bagaimana
sel-sel atau jaringan sel pembentuk bahan
tersebut tersusun atau diorganisir
sehingga bersatu disertai dengan
pengetahuan tentang mekanisme
pembentukannya.
93
(2). Sifat Fisik Bahan yang Direkat
Bobot jenis kayu atau kerapatan bahan: Berat jenis bahan mempunyai
korelasi yang positif terhadap parameter perekatan yaitu keteguhan
rekatnya. Semakin tinggi berat jenis bahan yang direkat, kekuatan rekat
diduga semakin meningkat.
Bahan-bahan dengan berat jenis lebih dari 0,80 tidak akan memproduksi
kekuatan rekat yang lebih besar dari kekuatan rekat bahan dengan berat
jenis 0,80
Tolok ukur perekatan yang lain yang dipengaruhi oleh berat jenis bahan
adalah kerusakan bahan (%). Pengaruh berat jenis bahan terhadap
kerusakan bahan berkorelasi negatif dengan berat jenis. Kenaikan berat
jenis bahan, akan menurunkan kerusakan bahan. Hal ini disebabkan
lebih besarnya kekuatan bahan di sekitar garis perekat karena kenaikan
berat jenis bahan sehingga terjadi pergeseran beban.
Hubungan berat jenis bahan dengan kerusakan bahan sama seperti pada
hubungan berat jenis dengan kekuatan/keteguhan rekat kayu dengan titik
batas 0,80. 94
Kadar Air: Kadar air yang tinggi atau bahan dalam keadaan basah
mengakibatkan proses penguapan air dari bahan yang relatif cepat
walaupun dalam kondisi suhu kamar.
95
Untuk kegagalan perekatan bahan akibat kekurangan air dalam bahan
(kadar air rendah), yang paling sering dijumpai adalah kerusakan
perekatan yang disebut powdery glue line yang diakibatkan oleh
meresapnya air dari dalam larutan perekat sehingga perekat tidak
mampu membentuk garis perekat yang pejal. Kegagalan perekatan ini
ditandai dengan bentuk garis perekat berupa tepung perekat.
Porousitas bahan (tingkat keadaan dimana bahan yang sedang
dipertimbangkan yaitu substrat bahan dapat dilalui bahan cair karena
bahan tersebut bersifat porous atau karena bahan tersebut disusun
oleh kumpulan bahan porous)
Bahan yang mempunyai tingkat porousitas yang tinggi mendukung
mobilitas kelarutan perekat yang meninggi pula, sebaliknya bahan
yang berporousitas rendah mengakibatkan larutan perekat mempunyai
tingkat mobilitas yang rendah. Ini berarti bahan berporousitas rendah
membutuhkan jumlah minimum perekat yang dilaburkan lebih rendah
dibandingkan perekat terlabur untuk bahan-bahan yang berporousitas
tinggi.
96
Kegagalan yang terjadi apabila perekat yang dilaburkan lebih
rendah daripada jumlah perekat minimum yang diminta oleh bahan
dengan porousitas tertentu adalah kegagalan perekatan yang disebut
garis perekat kurang/starved glue joint/starved glue line yaitu
keadaan dimana garis perekat kekurangan perekat untuk
memenuhi kebutuhan proses terjadinya perekatan yang baik atau
terbentuknya garis perekat yang pejal (solid glue line).
Wetabilitas bahan (tingkat kemampuan bahan untuk dibasahi yang
seringkali disebut dengan sifat pembasahan/keterbasahan bahan).
Wetabilitas bahan diukur dengan sudut singgung yang kemudian
dikonversikan sebagai cosinus sudut singgung. Bahan-bahan yang
mempunyai sudut singgung kecil mempunyai kemampuan untuk
dibasahi atau sifat pembasahan dan sifat keterbasahan yang besar,
sedangkan bahan-bahan yang mempunyai sudut singgung yang besar
berarti bahan tersebut tidak mampu dibasahi atau sifat
pembasahannya kecil.
97
Bahan perekat
Jenis perekat :
(1) Perekat sintetik, seperti urea formaldehida, melamin formaldehida,
phenol formaldehida dan resorsinol formaldehida.
(2) Perekat alam yang dipakai sebelum adanya perekat sintetik seperti
perekat protein (perekat tulang, kulit, kedelai, dll), perekat
karbohidrat (amilum, perekat soda silikat) dan perekat resin alam
(shellak).
Setiap jenis perekat mempunyai sifat sendiri (inherent
characteristics) baik dalam pembentukan garis perekat maupun
dalam pencampuran dengan bahan lain sebagai bahan tambahan
pada adonan perekat.
Bahan tambahan perekat seperti pengisi, pengembang, pengeras,
katalisator, bahan pengawet, bahan penolak api, dan lain
sebagainya dicampurkan untuk meramu adonan perekat menurut
tujuan perekatan bahan.
98
Teknik perekatan
1.Persiapan perekat, agar diperoleh hasil perekatan yang berkualitas,
diperlukan persiapan yang meliputi pemilihan perekat yang tepat sesuai
dengan tujuan dan penggunaan akhir bahan yang direkat dan
pembuatan adonan perekat yang tepat.
Bila akan membuat kayu lapis ekterior maka harus memakai perekat
eksterior (mis: MF, PF dan RF). Bila yang akan dibuat adalah kayu lapis
interior maka dipakai perekat interior (mis: UF, PVA).
Bagi perekat yang tidak siap pakai perlu dilakukan pencampuran bahan
perekat dengan bahan lain. Adonan perekat dibuat dengan mencampur
perekat yang telah dipilih dengan bahan tambahan perekat seperti
pengisi (filler), pengembang (extender), pengeras (hardener), katalisator
(catalyst), bahan pengawet (preservative) dan bahan lain yang
diperlukan. Komposisi perekat akan mempengaruhi sifat perekat (mis;
kekentalan, yang akan mempengaruhi keteguhan rekat).
99
Bobot labur (glue spread): sejumlah perekat yang dilaburkan per
kesatuan luas permukaan bahan yang akan direkat. Bobot labur yang
terlalu sedikit akan mengurangi keteguhan rekat, sedangkan yang
terlalu banyak akan menaikkan biaya produksi dan dapat mengurangi
keteguhan rekat.
Pada kayu lapis masa tunggu ini terbagi atas; setelah pelaburan, selama
pengempaan dingin dan sebelum pengempaan panas. Bila tidak
memakai pengempaan dingin, masa tunggu dilakukan setelah pelaburan
(termasuk penyusunan), dibiarkan beberapa saat kemudian dilakukan
pengempaan panas.
100
Pengempaan: Pengempaan produk perekatan atau rakitan perekatan bertujuan
untuk menempelkan lebih rapat sehingga garis perekat dapat terbentuk serata dan
sepejal mungkin dengan ketebalan yang setipis mungkin
Pengempaan di dalam proses perekatan dibagi kedalam dua tipe, (1) pengempaan
dingin (repressing atau cold pressing), (2) hot pressing atau pengempaan panas
yang dijalankan dengan suhu dan tekanan tertentu.
Pengempaan dingin sebagai tahap akhir dari proses pematangan perekat
memerlukan waktu yang lama tetapi ongkos/biaya pengempaan murah,
sedangkan pada sistem kempa panas, waktu pengempaan akan menjadi pendek
sehingga dapat menaikkan kapasitas pengempaan sekaligus menaikkan produksi,
tetapi memerlukan ongkos yang tinggi untuk menaikkan suhunya.
Bila ditinjau dari segi ukuran produk yang direkat, pengempaan dingin
mempunyai keunggulan dibanding pengempaan panas, yaitu pengempaan dalam
pembuatan produk laminasi struktural/laminated beams, dimana ukuran yang
besar menghalangi mesin kempa panas karena biaya/ongkos menaikkan suhu
untuk barang yang relatif lebih besar masih tidak mungkin/terlalu mahal.
Pengempaan dingin juga dilakukan sebagai pengempaan permulaan/repressing
sebagai tahap setingkat sebelum tahap akhir dalam proses pematangan perekat.
101
Tujuan Pengempaan
1. Membantu proses pengaliran sehingga perekat membentuk lapisan
tipis
2. Membantu proses pemindahan, sehingga perekat akan dapat
berpindah dari satu permukaan ke permukaan lain
3. Membantu proses penembusan, sebagian perekat dipaksa masuk ke
dalam rongga sel dari kayu. Akibat tekanan ini ada sel bahan yang
pecah sehingga dapat dimasuki perekat
4. Menahan bahan yang direkat sampai perekat memadat. Karena
proses pemadatan belangsung beberapa saat maka selama proses
itu kayu harus ditahan (tetap berhubungan secara rapat).
Sehubungan dengan proses ini dikenal adanya pengempaan dingin
(suhu kamar) dan pengempaan panas
5. Membuat bentuk tertentu pada bahan yang direkat seperti pada
pembuatan kayu lapis lengkung.
102
Tujuan pengempaan permulaan dengan pengempaan
dingin:
Mengempa panel sehingga kesulitan dalam pengempaan panas dapat
dikurangi. Kesulitan ini berupa waktu yang dibutuhkan untuk memuat
panel-panel ke dalam mesin kempa panas.
Untuk menaikkan kapasitas mesin kempa panas. Hal ini disebabkan
karena menipisnya tebal panel yang siap masuk ke mesin kempa panas
sehingga jumlah ruangan dalam mesin kempa dapat dimaksimumkan.
Mengefisienkan pengempaan panas dalam arti bahwa waktu yang
diperlukan untuk memproduksi satu panel lebih pendek setelah
prepressing.
Pematangan perekat berjalan lebih cepat karena telah didahului dengan
prepressing yang membuat perekat menjadi suatu garis yang
bersambungan, melakukan penetrasi secukupnya dan kekentalan naik
sehingga perekat bersifat lekat/tacky.
103
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
proses pengempaan:
Selamat Ujian
Semoga
sukses
107