Anda di halaman 1dari 107

BAHAN PEMBERSIH

- Sabun
- Detergen
- Shampo
- Surfaktan
- Pembuatan surfaktan

1
Sabun
Sabun adalah garam Na atau K dari asam lemak yang
mengandung 8-22 atom C
Contoh: Natrium stearat C17 H35 COO- Na+
.
Asam lemaknya umumnya campuran antara yang jenuh
dengan yang tidak jenuh, sabun jenuh dan tidak jenuh
- Sabun Jenuh: CH3(CH2)n COOM (M=Na; K; R4N+ )
- Sabun tidak jenuh
mono : CH3(CH2)n CH2CH=CHCH2(CH2)m -COOM
poli : CH3(CH2CH=CH)x CH2(CH2)y-COOM

2
Kerja sabun sebagai pembersih terutama karena daya
mengemulsi dan kemampuannya menurunkan tegangan
permukaan air
Konsep ini dapat dimengerti dengan mempertimbangkan
sifat mendua sabun anion alami
Struktur sabun terdiri dari bagian head (kepala) dan
tail(ekor) yaitu ion karboksil (sebagai kepala) dan rantai
panjang hidrokarbon sebagai ekor

Sabun membentuk emulsi zat organik dalam air, anion


membentuk koloid sabun yang disebut misel 3
Sabun yang berada dalam minyak, lemak dan bahan
organik tidak larut air lainnya cenderung pada bagian
ekornya sementara bagian kepala berarah pada bagian air.

4
Pembuatan Sabun
Reaksi dasar: Saponifikasi (penyabunan)
3 NaOH + C17H35COO3C3H5 3 C17H35COONa + C3H5 (OH)3
Natrium hidroksida gliseril stearat natrium stearat gliserin

Cara lain : pemecahan (splitting)lemak penetralan


Pemecahan
(C17H35COO)3C3H5 + 3H2O lemak 3C17H35COOH + C3H5 (OH)3

C17H35COOH + NaOH penetralan C17H35COONa +H2O


(basa yang umum digunakan: NaOH; KOH; Na2CO3; trietanolamina)

Saponifikasi metanol ester (hasil metanolisis trigliserida


dengan bantuan Lipase)
katalis
(C17H35COO)3C3H5 + 3CH3OH 3C17H35COOCH3 + C3H5 (OH)3
Metilstearat gliserin
saponifikasi
(C17H35COO)3C3H5 + 3H2O 3C17H35COONa + C3H5 (OH)3
5
Deterjen
Detejen merupakan pembersih yang terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan sabun, detergen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
detergen pun mengandung bahan surfaktan. Pada detergen, jenis
muatan yang dibawa surfaktan adalah anionik. Kadang
ditambahkan surfaktan kationik sebagai bakterisida atau pembunuh
bakteri.
Bahan aktif ini berfungsi sama, yaitu menurunkan tegangan
permukaan air, sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan, termasuk racun pestisida yang
menempel pada sayur dan buah.
Kemampuan detergen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang
menempel pada tangan, kain, dan bahan lain mengurangi
keberadaan kuman dan bakteri, yang menyebabkan infeksi dan
meningkatkan umur pakai kain, karpet, alat rumah tangga, dan
6
peralatan rumah lainnya sudah tidak diragukan lagi.
Zat aktif permukaan surface-active agent (surfactan)
bekerja sebagai zat penurun tegangan permukaan air,
pembasahan permukaan kain lebih mudah terjadi
Surfaktan akan terkonsentrasi pada permukaan air dan
gas (udara), zat padat (kotoran) dan minyak atau lemak
Penyebabnya pembentukan struktur amfifilik artinya :
bagian molekul polar atau bagian ionik (kepala)memiliki
aktifitas besar terhadap air , bagian lain (hidrokarbon =ekor
berlawanan arah
Berikut struktur surfaktan alkyl benzene sulfonate (ABS)

7
Detergen sintetis memiliki sifat pembersihan yang baik
sebab tidak membentuk endapan dengan ion-ion
penyebab kesadahan air
Detergen memiliki keunggulan karena dibentuk dari
garam asam kuat, sehingga tidak membentuk endapan
jadi tidak mengurangi sifat sabunnya.
Potensi pencemaran oleh detergen tinggi disebabkan
jumlah pemakaiannya yang sangat banyak.
Tahun 2004 diperkirakan 1.5 milyar kg surfaktan
detergen digunakan di USA

8
Sampai 1960 ABS merupakan surfaktan utama yang
digunakan dalam detergen. Kemudian diketahui sifat
ABS yang tidak mudah terdegradasi telah menimbulkan
pencemaran
Busa yang ditimbulkan oleh detergen telah menyulitkan
proses pengolahan limbah.
pengoperasian tangki aerasi pada sisitem pengolahan
lumpur aktif menjadi sulit oleh adanya selimut busa;
mempersulit proses flokulasi akibat penurunan tegangan
permukaan yang akan
timbul emusi dengan minyak,
berkurangnya jumlah bakteri berguna/ pengurai
Degradasi yang terjadi sangat lambat, ini ternyata
disebabkan struktur ABS yang bercabang LAS
menggantikan ABS

9
Linier alkil sulfonat (LAS) merupakan suatu benzen
sulfonat. Cincin benzen dapat terikat pada gugus alkil
manapun kecuali pada ujung rantai
LAS lebih mudah diurai (biodegradable) cincin pada alkil
tidak bercabang sehingga tidak memiliki atom karbon
tersier yang sulit didegradasi
Sejak LAS menggantikan ABS dalam detergen,
masalah pencemaran air oleh surfaktan berkurang

10
builders atau zat pengisi
Zat pengisi detergen yang terus-menerus di
buang ke lingkungan sejalan penggunaan
detergen menimbulkan masalah setelah jangka
waktu lama sebab builder terikat pada ion-ion
keras yang menimbulkan sifat basa.
Detergen komersial mengandung 10-30%
surfactant.
Komposisi detergen lainnya adalah; polifosfat,
penukar ion, natrium karbonat, anti korosif
(natrium silikat) amida, optical brighteners,
pewangi, zat warna dan NaSO4
Enzim (biasanya lipase dan selulase)
ditambahkan pada detergen untuk menggantikan
klorin dan fosfat 11
Shampo
terdiri atas

(1) bahan pembersih, umumnya berupa sistem surfaktan. Kadang selain


surfaktan, ditambahkan pula sedikit booster busa untuk mengubah sifat
busa yang dihasilkan surfaktan. Bahan surfaktan yang umum digunakan
adalah surfaktan anionik, seperti natrium lauril eter sulfat (juga sering
disebut natrium lauret sulfat), natrium lauril sulfat, dan senyawa
amonium.

(2) bahan conditioner, biasanya digunakan bahan berupa surfaktan


kationik, seperti olealkonium klorida, distearildimonium klorida, dan
isostearil etildimonium etosulfat

(3) bahan aditif fungsional, termasuk di dalamnya bahan yang dapat


mengontrol viskositas sampo. Dapat dibayangkan apabila sampo terlalu
encer, sampo akan sukar dipakai, demikian pula jika sampo, misalnya,
sekental pasta gigi. Bahan yang umum digunakan adalah surfaktan
amfoterik, seperti kokamidopropil betain atau kokamidopropil
hidroksisultain. Aditif lain adalah pengontrol pH, agar sampo mempunyai
12
pH antara 3,5 dan 4,5.
Shampo

(4) pengawet. Shampo tanpa pengawet akan merupakan


tempat ideal bagi berkembangnya berbagai jenis bakteri.
Hal ini akan membuat produknya cepat rusak dan dapat
membahayakan kesehatan. Pengawet yang umum
digunakan adalah natrium benzoat, paraben,
tetranatrium EDTA.

(5) bahan aditif estetik, termasuk di dalamnya pewarna,


parfum yang membuat sampo enak dipakai.

(6) bahan-bahan aktif medis, misalnya beberapa shampo


mengandung seng piritionin yang dapat mengobati
ketombe, atau pantenol yang penting untuk pertumbuhan
rambut dan yang meningkatkan kelembaban rambut.
13
SURFAKTAN
Surfaktan (surface active agent) adalah bahan yang menurunkan tegangan
permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-
cair), sehingga mempermudah penyebaran dan pemerataan.
Antarmuka adalah bagian dimana dua fasa saling bertemu/kontak. Permukaan
yaitu antarmuka dimana satu fasa kontak dengan gas, biasanya udara
Surfaktan adalah senyawa kimia, yang dalam molekulnya memiliki dua ujung
yang berbeda interaksinya dengan air (amphiphilic) yakni ujung yang biasa
disebut kepala (hidrofil), sifatnya `suka` air dan ujung yang disebut ekor
(lipofil), sifatnya tidak `suka` air.
Dalam proses pencucian menggunakan air, bagian hidrofil akan berinteraksi
dengan air, sedangkan bagian lipofil akan berinteraksi dengan kontaminan
(mis. Pestisida). Dengan demikian, surfaktan bertindak sebagai jembatan dan
dengan sendirinya akan meningkatkan efektivitas pencucian pestisida
menggunakan air. Karena, sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran dari
badan dan pakaian.
14
Struktur kimia
1. Skema Molekul Surfaktan
Ekor : Hidrofobik (grup nonpolar) Kepala : Hidrofilik (grup polar)
o Bersifat hidrofobik dalam media air o Bersifat hidrofilik dalam media
o Bersifat hidrofilik dalam media air
hidrokarbon o Bersifat hidrofobik dalam media
hidrokarbon

15
2. Gugus Hidrofilik
Gugus hidrofilik molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif maupun tidak
bermuatan. Jenis muatan tersebut akan
menentukan jenis surfaktan yang terbentuk.
a. Bermuatan negatif --> surfaktan anionik
b. Bermuatan positif --> surfaktan kationik
c. Bermuatan positif dan negatif --> surfaktan
amfoterik (ampholyte, zwitterion)
d. Tidak bermuatan --> surfaktan nonionik

16
3. Gugus Hidrofobik
a. Hidrokarbon
Dapat berupa rantai alkyl lurus, becabang,
jenuh, tidak jenus, sebagian siklik ataupun
aromatik
b. Perfluorohidrokarbon
Dapat berupa rantai lurus atau bercabang, per-
fluoronated sempurna atau diikat pada
hidrokarbon
c. Siloxane
Seringkali diikatkan ke gugus hidrofilik melalui
perantara rantai alkyl pendek 17
Struktur kimia

4. Struktur Molekul Surfaktan dalam suatu Sistem


Emulsi

18
Struktur kimia

5. Kelompok Surfaktan

19
Sifat & Kegunaan
Surfaktan dapat larut dalam pelarut organik dan air.
Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala jenis air dan akan dapat dibilas
dengan mudah dan sempurna.
Umumnya, surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih. Hal ini, karena
surfaktan lebih ramah lingkungan. Bahkan, aplikasi surfaktan sangat luas, tak
terbatas dalam industri pembersih (shampoo, sabun, dll) tapi juga pada industri
cat, pangan, polimer, tekstil, dan lain-lain.
Surfaktan merupakan unsur yang berperan menyatukan air dan minyak,
misalnya produk fatty ester dimanfaatkan untuk kosmetik, fatty alcohol
sulphate untuk bahan detergen dan sabun, fatty silphosuccinate untuk industri
plastik, juga untuk industri lainnya seperti industri pangan, kertas, tekstil,
hingga untuk pengeboran minyak.
Dari surfaktan juga dapat dihasilkan bahan pewarna tekstil, pelumas, bahan
baku farmasi untuk obat, dan pembuatan vaksin, serta aditif bagi bahan bakar
minyak
20
Pembuatan Surfaktan
Linear Alkylbenzenesulphonate (LAS)
Pada awalnya, sumber alkil untuk LAS adalah tetramer propilena
yang merupakan campuran senyawa. Tetramer tersebut diubah
menjadi dodekena non linear C12H24, yang kemudian dalam prosedur
Friede-Craft digunakan untuk alkilasi benzena. Selanjutnya dilakukan
sulfonasi dan diakhiri dengan penambahan basa
CH3 CH3 CH3
H+
4CH3-CH=CH2 CH3-CH-CH2-CH-CH2-CH-CH=CH=CH3

(C12H24 nonlinear)

HF 1) SO3
C12H24 + C12H25 C12H25 SO3-Na+
2) NaOH
Nonlinear alkylbenzenesulphonate

Nonlinear alkylbenzenesulphonate menjadi dasar untuk bubuk pembersih di


rumah tangga dengan daya pembersihan yang bagus, tapi sungai penuh buih
karena enzim dalam bakteri tidak dapat menguraikan detergen keras tersebut21
Kini, sebagai sumber alkil digunakan n-alkana (C10-C14) yang dipisah dari
fraksi kerosena minyak bumi (dengan cara dikompleks dengan urea atau
dengan saringan molekul). Diawali dengan klorinasi pada karbon sekunder,
dilanjutkan dengan alkilasi Friedel-Craft diikuti dengan sulfonasi dan
penambahan basa, membentuk alkil benzenasulphonate yang lebih linier
(LAS) yang lunak dan biodegradable.

Cl2
Linear C12H26 hv
C10H21-CH-CH3 + 3,4,5 dan 6-Cl isomer
(+ C10-C14) Cl AlCl3

CH3 CH3
1) SO3 --SO3-Na+
C10H21-CH- C10H21-CH-
2) NaOH
LAS

Sumber alkil LAS detergen lainnya adalah linear -olefin yang dihasilkan dari
dehidrogenasi n-alkana, kemudian melalui reaksi Friedel-Craft dan seterusnya
membentuk LAS

22
Linear Alcohol Ethoxysulfate (AES)
Linear Alcohol Ethoxysulphate (AES), memiliki daya busa yang
tinggi sehingga baik untuk shampoo,juga digunakan untuk detergen
pencuci piring. AES paling kecil kepekaannya terhadap air sadah

AES dibuat dengan mereaksikan 3-7 mol etilena oksida alkohol


primer linier C12-C14, membentuk etoksilat ber BM rendah,
dilanjutkan dengan sulfonasi dan penambahan basa
O
SO3 atau
C14H29OH + nCH2-CH2 C14H29O-(CH-CH2O)n-H
ClSO3H

O O
NaOH
C14H29-O-(CH2-CH2-O)n- S-OH C14H29O-(CH2-CH2O)n-S-O-Na+
O O
AES

23
Terima Kasih,
Sampai Jumpa Lagi, Wassalam
Bahan Kimia
untuk Pangan
1. Pemanis alami dan buatan
2. Pengawet
3. Pewarna
4. flavor
Bahan Makanan
Bahan alamiah yang dapat menjadi sumber kalori dan
dapat memberikan bahan2 yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses kehidupan
Kelompok bahan makanan
Makronutrient : ber-jenis2 karbohidrat, lemak/minyak
dan protein
Mikronutrient : mineral dan vitamin serta air & udara
(oksigen)
Bahan ikutan : aroma atau penyedap alami, zat
warna alami
Aditif : pengawet, pemanis, pewarna, penyedap, dll
Metabolit : alkohol, asam asetat, aflatoksin, racun
botulinum
Pemanis Alami dan Buatan
Fungsi bahan tambahan: untuk men-jaga
kualitas bahan makanan & meningkatkan
keamanannya
Pemanis: memberikan rasa manis yang
sensasional namun memberikan sedikit
energi makanan.
Kelompok pemanis: sintetik, semi-sintetik,
dan alami (turunan karbo-hidrat, garam
asam organik, terpenoid, dan bahkan
protein)
1. Kalium Acesulfam (ACS-K)
ACS-K (C6H3SO4N+K+): Pemanis yang
mempunyai kelarutan dalam air yang sangat
baik dibandingkan dengan pemanis sintetik yang
lain.
Kemanisannya fsac.g(30) = 200
fsac.g(x): potensi kemanisan relatif terhadap
larutan sukrosa x % pada bobot dasar.
Pemanis ini stabil pada suhu masak dan suhu
pemanggangan, serta penggunaannya telah
disetujui dalam produk makanan di lebih 90
negara.
Metoda Analisis: kromatografi penukar ion,
2. Sakarin (C5H4SO3N)
Sakarin (orto-benzoat sulfamida): pemanis yang
paling awal ada di pasaran, Nilai konsumsi
harian yang diperbolehkan oleh FAO antara 0
dan 5 mg/kg berat badan tiap hari.
Kemanisannya fsac.g(10) = 450, tersedia dalam
bentuk sakarin asam, natrium sakarin, kalsium
sakarin
Pada pH rendah dapat terhidrolisis menjadi
asam 2-sulfobenzoat dan 2 sulfomilbenzoat
Pemanis ini digunakan di lebih dari 90 negara
Metoda Analisis: Potensiometri, spektrofotometri,
dan berbagai teknik kromatografi.
3. Siklamat (C6H5NHSO3Na)
Asam siklamat larut dalam air, dan
kelarutannya ditingkatkan dalam bentuk garam
natrium atau kalsium.
Kemanisannya fsac.g(10) = 35
Stabil pada kisaran pH dan suhu yang luas
Diperbolehkan di beberapa negara namun
dilarang di Amerika karena dugaan
toksisitasnya
Metoda Analisis: kromatografi cair kinerja
tinggi, kromatografi gas, dan elektroforesis
kapiler
4. Dulcin (C6H4OC2H5N2H3O)
Kemanisannya fsac.g(5) = 109
Dulcin terhidrolisis menjadi
aminofenol, yang dapat
menyebabkan efek samping dalam
penggunaan jangka panjang
Pemanis ini diduga menyebabkan
toksisitas, sehingga tidak digunakan
secara luas
Metoda Analisis: kromatografi
5. Aspartam (C13H15O5N2)
Aspartam berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau
Tingkat kemanisan fsac.g(10) = 133, Nilai kalori: 17 kj/g
Tergolong pemanis non-nutrisi
Relatif stabil dalam bentuk kering, terdegradasi dalam
larutan (tergantung pH dan suhu)
Tidak stabil pada pH < 3, akan terhidrolisis menghasilkan
aspartilfenilalanin
Pada pH 6 akan membentuk asam 5-benzil-3,6-diokso-2-
piperazin asetat.
Tidak sesuai untuk agent pemanis dalam makanan yang
dipanaskan
Pemanis ini diperbolehkan di lebih 90 negara
Metoda Analisis: berbagai jenis kromatografi, elektro-
foresis kapiler, spektroskopi
6. Sukralosa (C12H9O8Cl3)

Sukralosa dapat ditambahkan ke


makanan yang melalui pemanasan,
waktu kadaluwarsa yang lama
Tingkat kemanisan fsac.g(2) = 750
Pemanis ini diperbolehkan di lebih
60 negara
Metoda Analisis: berbagai jenis
kromatografi dan elektroforesis
kapiler.
7. Alitam (C14H23O4N3)
Alitam tersusun atas asam amino, asam L-
aspartat dan D-alanin dengan sifat amida baru
(terbentuk dari 2,2,4,4-tetrametil-tieanilamin)
Merupakan pemanis yang tidak ada rasa
lanjutan setelah penggunaan
Tingkat kemanisan fsac.g(10) = 2000
Tergolong pemanis non-nutrisi
Relatif stabil terhadap hidrolisis dan panas
karena ada gugus amidanya yang unik
Diperbolehkan di negara Australia, Selandia
Baru, China, namun dilarang di Amerika & Uni
Eropa
8. Neohesperidin Dihidrokalkon
(NHDK)
Neohesperidin Dihidrokalkon merupakan agent
pemanis sintetik yang disiapkan dari Neohes-
peridin atau narigin, dua flavanon yang
diekstraksi dari biji jeruk
Tingkat kemanisan fsac.g(10) = 667
Dalam larutan berair, stabilitas paling baik pada
2,5 3,5
Pemanis ini diperbolehkan di Uni Eropa, namun
di Amerika hanya digunakan sebagai agent
flavor
Metoda Analisis: Spektroskopi UV
Pengawet
o Bahan pengawet merupakan salah satu jenis
bahan tambahan yang sering ada dalam makanan,
ditambahkan untuk tujuan meningkatkan waktu
guna produk makanan dan antioksidan yang
digunakan untuk melindungi produk terhadap
oksidasi agar tidak menjadi tengik
o Bahan tambahan makanan: bahan yang
ditambahkan dan dicampurkan sewaktu
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu
(Menkes RI No. 329/Menkes/PER/XII/1976) .
o Termasuk ke dalam bahan tambahan: pengawet,
pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemantap,
antioksidan, pengemulsi, antigumpal, pemucat,
dan pengental.
1. Asam Sorbat (C6H8O2) &
Garamnya
Asam sorbat tergolong asam lemak mono-
karbolsilat berantai lurus dan mempunyai
ikatan tak jenuh (a-diena), bentuk yang
digunakan umumnya garam Na- atau K-
sorbat
Asam sorbat digunakan sebagai pengawet
dalam berbagai jenis makanan, mampu
menghambat jamur dan pada umumnya
ditambahkan ke bahan makanan dalam
bentuk garamnya
Asupan harian yang diterima (accepteble
2. Asam Benzoat (C7H11O2)
Asam benzoat menghambat pertumbuhan yeast
& jamur, digunakan sebagai pengawet pada
bahan makanan yang asam
Digunakan sebagai pencegah pertumbuhan
khamir & bakteri
Digunakan dalam bentuk garamnya (Na-
benzoat), yang dalam bahan makanan bersifat
asam akan diubah menjadi asam benzoat
Asupan harian yang diterima (acceptable daily
intake/ADI): 5 mg/kg berat badan
Metoda Analisis: dengan teknik kromatografi
3. Nitrit/Nitrat
Garam nitrit digunakan untuk proses curing daging
untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah
pertumbuhan mikroba
Penggunaan Natrium nitrit dalam ikan & daging
membahayakan kesehatan, karena dapat berikatan
dengan amino atau amida membentuk turunan
nitrosamin yang bersifat toksik (karsinogenik)
Metoda Analisis:
a) metoda Gries I (reaksi diazotasi antara asam nitrit
dengan amin aromatis primer/asam sulfanilat, lalu
direaksikan dengan alfa-naftilamin membentuk
senyawa berwarna yang dapat diukur pada 520 nm,
b) metoda Gries II (menggunakan sulfanilamid dan
naftiletilen diamin/NED).
4. Sulfit
Ditetapkan dalam bentuk sulfur dioksida
dalam bahan makanan:
metode langsung dengan titrimetri,
polarografi, dan kolorimetri
metode tidak langsung dengan destilasi
dengan penyerapan sulfur dioksida dalam
suatu agent pengoksidasi berupa iodium
atau hidrogen peroksida. Penetapannya
dilakukan secara volumetri, gravimetri atau
kolorimetri sebagai sulfur dioksida bebas
dan sulfur dioksida total.
Pewarna
o Zat warna merupakan kelompok bahan
tambahan yang paling menarik karena sering
kali warna suatu produk makanan/minuman
menentukan ketertarikan konsumen
o Berdasarkan asalnya: alami (karoten) & sintetik
o Ada 5 kelompok utama zat warna: senyawa
Azo, pewarna dengan gugus triarilmetan,
turunan kinoptalon dari Quinolin Yellow, anten
sebagai eritrosin, dan zat warna indigo
o Metoda Analisis: spektroskopi & kromatografi
KAYU DAN INDUSTRI
KERTAS
- Kimia Kayu
- Bahan kimia dari hidrolisis dan
fermentasi kayu
- Industri Kertas
Kimia Kayu
Untuk mengisi struktur selulosa ini, ada bahan polisakarida lain
yang berbobot molekul rendah dan memiliki rantai samping yang
pendek.
Karbohidrat yang dimaksud umumnya merupakan kombinasl
kombinasi dari gula berkarbon 5 (xilosa dan arabinosa) dan gula
ber karbon 6 (glukosa, manosa, dan galaktosa). Kombinasi gula
tersebul amat berbeda dengan selulosa (terutama dalam
konformasi dan bobot molekul), namun semua cukup seragam bila
dikelompokkan di bawah istilah hemiselulosa
Penyusun utama kimia kayu yang ketiga ialah lignin, yaitu
molekul polifenol yang strukturnya tiga dimensi dan bercabang
banyak. Strukturnya kompleks dan bobot molekulnya tinggi.
Lignin sering dljuluki bahan pengerak mengingat distribusinya
terutama pada jaringan kayu yang sudah dewasa.
Penampang kayu

Keterangan:
X = penampang lintang transversal
R = penampang radial
T = penampang tangensial
Distribusi Komponen Kimia Kayu

Polisakarida, menyebabkan dinding bersifat higroskopis (atau


hidrofilik). Gugus hidroksil pada molekul dan hemiselulosa
bertanggung jawab atas afinitas air ini dan tingginya potensi
membentuk ikatan hidrogen.
Lignin hanya memiliki sedikit gugus hidroksil bebas, karena
itu tidak higroskopis. alasan praktis, lignin dapat dikatakan
hidrofobik (benci air).
Penataan molekul polisakarida di dalam dinding sel, terutama
selulosa, juga memperlihatkan efek menonjol pada sifat fisik
dan mekanis setiap sifat kayu secara keseluruhan.
Sebagai konsekuensi dari kehidrofilannya, jaringan kayu
akan mempertahankan kadar air kesetimbangan dengan
lingkungannya, melalui penyerapan atau pelepasan air.
Jika kayu menyerap air, dinding sel mengembang sampai
dinding sel jenuh air. Kadar air dalam keadaan ini
dinamakan titik jenuh serat. Sebaliknya, lepasnya air (di
bawah titik jenuh serat) karena difusi atau evaporasi,
menyebabkan kayu mengerut. Kadar air dalam sel kayu
juga nyata mempengaruhi sifat mekanis kayu.
Lignin ada di dalam dinding sel maupun di daerah
antarsel (atau lamela tengah) dan menyebabkan kayu
menjadi keras dan kaku sehingga mampu menahan
tekanan mekanis yang besar.

47
Daerah lamela mengandung 70-80% lignin (berdasar bobot)
dan membantu merekat semua sel kayu menjadi satu.
Walaupun daerah lamela tengah berkadar lignin tinggi, tetapi
dinding sel yang volumenya besar juga mengandung lignin.
Sekitar 70% dari total lignin berada dalam dinding sel ini
Terima Kasih,
Sampai Jumpa Lagi, Wassalam
Bahan Kimia dari Hidrolisis dan Fermentasi
Kayu
Polisakarida kayu biasanya dihidrolisis dengan asam, walaupun
enzim juga dapat digunakan (Gambar 8.1). Hidrolisis asam
dilakukan dengan asam pekat atau encer. Dalam prosesnya,
larutan HCl atau H2S04 dilewatkan pada bahan kayu pada suhu
tinggi (140-180C).
Hidrolisat terus menerus dikeluarkan untuk mencegah
dekomposisi monosakarida yang sudah terlepas. Hidrolisat
yang mengandung 4-6% gula ini dinetralkan dan dipekatkan
melalui penguapan. Hasil hidrolisis biasanya berkadar gula 50-
55% (berdasar bobot).
Sejumlah besar selulosa tetap tak terhidrolisis jika digunakan
larutan asam encer, tetapi hemiselulosa hampir seluruhnya
dikonversi menjadi monosakarida
Dalam era bioteknologi, penggunaan enzim menjadi
pusat perhatian. Tujuannya adalah memproduksi glukosa
dari limbah yang mengandung selulosa.
Salah satu enzim selulase yang memberi harapan
berasal dari jamur tropis Tricoderma viride. Tetapi,
hambatan utama ialah hidrolisis selulosa yang tak
sempurna karena terbatasnya aksesibilitas daerah teratur
bagi enzim.
Produk fermentasi utama dari hidrolisat kayu berupa
heksosa ialah etanol, sedangkan pentosa dan asam
alifatik digunakan untuk produksi protein. Sejumlah
bahan kimia, termasuk etilena, etilena oksida,
asetaldehida, dan asam asetat dapat diproduksi dari
etanol. Salah satu harapan dalam penggunaan alkohol
ialah sebagai pencampur bensin untuk motor (dikenal
dengan sebutan gasohol).
51
Pentosa penting dari kayu yaitu xilosa, dapat diproduksi dari
kayu daun melalui hidrolisis asam secara ringan. Reduksi
xilosa menghasilkan xilitol, suatu pemanis yang dapat
mencegah karies gigi.
Manitol, salah satu produk reduksi dari heksosa, dapat
dipisahkan dari alditol lain melalui kristalisasi.
Dengan kondisi yang berat, pentosa dan heksosa terkonversi
menjadi gliserol, etilena glikol, dan glikol lain
Pada suhu yang lebih tinggi, pentosa dikonversi oleh asam
menjadi furfural, sedangkan heksosa dikonversi menjadi
hidroksimetilfurfural, yang selanjutnya terdegradasi menjadi
asam levulinat.
Furfural dapat diproduksi langsung dari kayu daun melalui
hidrolisis dua tahap. Bahan baku dikukus dalam ketel,
dengan katalis asam. Uap yang mengembun terutama terdiri
dari furfural dan air. Air dipisahkan dengan cara penyulingan
azeotropik.
Furfural. kemudian dikeringkan. Furfural digunakan sebagai
pelarut dalam industri dan sebagai bahan baku untuk
berbagai bahan kimia dan polimer. Hidroksimetilfurfural tak
dapat diproduksi secara pengukusan, karena tidak cukup
atsiri. Cara pemisahannya adalah dengan ekstraksi larut.

Padatan residu kayu yang tersisa sesudah hidrolisis asam


terutama berupa lignin yang terkondensasi karena suasana
asam. Kegunaannya ialah sebagai bahan bakar atau bahan
dalam pembuatan fenol.

53
INDUSTRI KERTAS
Pada zaman dahulu orang menulis pesan di dinding2 goa atau batu
tulis. Orang Mesir menulis pada batang tanaman papyrus (asal mula
kata paper), ada juga bangsa lain yang menulis di kulit binatang.
Kertas pertama dibuat di Cina pada tahun 105 S.M oleh Tsai lun,
terbuat dari bambu dan bagian dalam kulit pohon murbei yang dibuat
pulp kemudian dibuat lembaran pipih dan dikeringkan.
Kertas penting bagi kehidupan manusia, bermanfaat sebagai media
pencatatan, penyimpanan, dan penyebar luasan data dan informasi,
untuk keperluan pembungkusan, percobaan di laboratorium, bahan
penutup/sampul buku atau majalah, pembuatan sepatu, tas, pakaian
jadi, pemintal benang/tekstil, tissue, dan sebagainya.
Konsumsi kertas dapat merupakan salah satu ukuran kemajuan suatu
bangsa, contoh: Amerika Serikat menduduki urutan pertama di dunia
dalam konsumsi kertas (301 kg/kapita), Indonesia urutan ke 13 (24,5
kg/kapita) pada tahun 2006.
Data tahun 2007: kapasitas produksi terpasang seluruh industri kertas
Indonesia sebesar 10,292 juta ton/tahun .
Proses Pembuatan Kertas
1) Pemecahan kayu menjadi serat penyusunnya
(pulp)
2) Pelarutan serat di dalam air
3) Penggilingan atau penghalusan pulp
4) Pencampuran bahan tambahan (pengisi, lem,
pengikat kekuatan basah, dsb)
5) Pembentukan tikar serat
6) Pengurasan air
7) Pengeringan lembaran untuk tipe kertas
Proses Pembuatan Pulp
1. Cara mekanis: proses kayu asah, batu & kayu asah, mesin
penghalus.
Kelebihan : rendemen serat 95-99%, biaya pulp rendah.
Kelemahan: kekuatn pulp rendah, kertas berwarna kuning
(karena masih ada lignin & karbohidrat tertentu dalam
pulpnya).

2. Cara energi panas (Termomekanis): penghalusan tatal-


tatal kayu dilakukan di bawah tekanan uap pada suhu
120 - 135oC, produknya disebut TMP.
Kelebihan: kerusakan serat lebih rendah, kekuatan dan
peresapan meningkat.
3. Cara Kimia & energi panas:
a. Proses sulfit, tahun 1874-75, menggunakan asam sulfit &
amonium Mg-, Ca/Na sulfit.
Kelebihan : pulp berkualitas tinggi, cocok untuk kertas tulis
Kelemahan: sukar dalam pemulihan cairan pemasak & proses
panasnya, tidak ekonomis , tidak cocok untuk pulp
kayu lunak berdamar.
b. Proses sulfat, tahun 1884, menggunakan NaOH & Na2S,
Na2SO4 , disebut: proses Kraft.
Kelebihan : cairan pemasak dapat dipulihkan, efektif untuk pulp
semua jenis spesies kayu, menghilangkan kekakuan
serat, kualitas pulp tinggi.
Kelemahan: Menimbulkan bau busuk (belerang), rendemen
rendah (44-45%), biaya pulp tinggi.
4. Cara semi-kimia(kimia mekanis): tatal kayu dikenakan cairan kimia
pemasak pulp dalam jangka pendek, lalu dilewatkan ke mesin
penghalus mekanis untuk memisahkan serat2 penyusunnya .
Kelebihan: rendemen pulp 65-75%, energi mekanis hemat,
kerusakan serat menurun.
Skema tahap-tahap pembuatan
kertas
Kualitas Kertas
Kekuatan (tarik, jebol, sobek)
Daya serap (tinta, cahaya)
Kecerahan/keputihan
Kehalusan permukaan
Ketahanan lipat
Dan lain-lain
Hubungan Kayu dengan Sifat Kertas
Kayu yang memiliki sel dinding tebal tersusun
atas`proporsi selulosa yang tinggi dengan
hemiselulosa dan lignin yang rendah, meng-
hasilkan kertas berkekuatan jebol, lipat dan
tarik rendah, tetapi ketahanan sobek tinggi
Makin panjang serat kayu makin tinggi
ketahanan sobek kertasnya
Gambar 3. Reaksi lignin dengan alkali
62
Isolat lignin dari lindi hitam mempunyai reaktivitas
yang baik dengan formaldehida, karena setiap 0,5
mol formaldehida dapat bereaksi dengan 1 mol
lignin (dengan asumsi bobot molekul 1 mol lignin
sebesar 180 gram, yang merupakan bobot rataan
dari unit fenil propana).
Proses hidroksimetilasi lignin yang dilakukan dengan
cara menambahkan formaldehida, air, trietilena glikol,
NaOH dan asam asetat glasial pada isolat lignin, serta
menggunakan katalis asam sambil diaduk secara
mekanis pada pH sekitar 5,5 dan suhu ruangan, akan
menghasilkan perekat kayu yang memiliki kekuatan
rekat yang tinggi dan tahan terhadap air.
Proses hidroksimetilasi ini dipengaruhi oleh kondisi
waktu, suhu, dan nisbah mol reaktan-reaktan yang
digunakan.
63
Terima Kasih,
Sampai Jumpa Lagi, Wassalam
(SALUTAN & PEREKAT)
Pendahuluan
Jenis coating
Komposisi dasar coating
Pigmen
Binder
Definisi adhesive (perekat)
Bentuk adhesive

Proses adhesi

65
Pendahuluan

Coating & adhesive: penggunaan lain dari polimer

dijual dalam satuan volume, mis: galon


Umumnya padatan dilarutkan dalam pelarut

Pemanfaatan: rumah & bangunan, mobil, dsb

Coating : lapisan tipis yang menutupi suatu benda,


tujuan dekoratif, protektif, fungsional
Coating melibatkan :
adhesi (tarik menarik antara coating dengan bahan lain)
kohesi (tarik menarik di antara sesama partikel coating)
66
Jenis Coating

Sangat beragam, formula diubah disesuaikan dengan


aplikasi
Paint : Coating yang diberi pigmen, selalu legap
(opaque, tidak transparan)

Varnish : Coating yang tanpa pigmen, jernih dan


transparan, mengering dengan evaporasi
pelarutnya dan oksidasi atau polimerisasi resin

Lacquer : Coating yang cepat mengering hanya dengan


peguapan pelarutnya, terlarut kembali dalam
solven, sedikit pigmen.
Shellac : Produk alami sekresi serangga. Hard-tough,
penyusun utama: asam polihidroksi alifatik C60
67
Komposisi Dasar Coating
Coating: formula kompleks, 4 penyusun dasar (pigmen,
binder, thinner, additive)
Pigmen : Pewarna legap, ada yang transparan

Binder : resin polimer atau bahan pembentuk resin

Thinner : solven volatil yang meninggalkan lapisan tipis


setelah penguapan

Additive : Pengawa busa (defoamer), pengental


(thickener), pengering, biosida dsb
68
Pigmen
Manfaat pengunaan /fungsi pigmen pada coating:
- Mempengaruhi kelegapan dan warna coating
- Mengatur kilap coating
- Meningkatkan sifat antikorosif
- Membantu menguatkan binder
Sifat Umum Pigmen
-Lembam, tidak larut dalam vehicle (binder&thinner),
- mudah berdispersi,
-tidak dipengaruhi perubahan suhu,
-nontoksik, nonkorosif
- bebas dari garam terlarut.
- Tahan terhadap sinar
69
Sifat penting untuk seleksi pigmen
- Hiding power: kemampuan untuk menyamarkan warna dasar
Luas permukaan (m2) yang dapat ditutup oleh 1 kg cat
Warna gelap, hp lebih besar dp warna terang, partikel kecil
lebih baik dp partikel besar
- Tinting strength: kapasitas relatif pigmen untuk memberi
warna pada dasar putih.
Jumlah pigmen warna yang diperlukan untuk mencat
(mewarnai)sejumlah masa pigmen putih.
Tidak tergantung pada hiding power
- Light fastness: kemampuan bertahan terhadap
perusakan oleh sinar matahari dan uap.
(Banyak pigmen yang pucat, atau lebih gelap, setelah
kena cahaya

70
Pigmen anorganik
-Banyak yang ditemukan di alam sebagai mineral yang digali,
dihancurkan, dicuci dan dipisahkan berdasarkan ukuran
-stabilitas terhadap sinar, derajat kelegapan, dan resistensi
terhadap bahan kimia pada pigmen anorganik alami, tinggi
- Penggolongan pimen anorganik

Putih : Titanium dioksida, Seng oksida, Antimon oksida,


timbal putih, timbal sulfat
Warna : Besi oksida, timbal merah, kadmium merah &
kuning , timbal kromat, seng kromat, biru
prusian, kromium oksida
Metalik : Alumunium, seng, timbal
Ekstender : Putih paris, mika, talk
Ekstender; padatan yang juga dalam medium cat tapi mempengaruhi
kelegapan atau warna sedikit atau tidak samasekali 71
Pigmen putih
- Kontributor utama dalam formulasi cat
- Digunakan tidak hanya untuk cat putih, tapi juga untuk cat
warna (memberikan warna yang lebih muda dari pada
hanya pigmen warna)
Titanium dioksida
2 jalur pembuatan: Jalur sulfat & jalur klorida

- Anatase
H2SO496%

Ilmenit
Dilarutkan hidrolisis dicuci
(FeOTiO2)
Fe Padatan
taklarut

Kalsinasi
TiO2 giling kristalisasi
1000oC 72
(anatase)
- Rutile gas O2

rutile klorinasi destilasi Oksidasi


TiO2
(TiO2) 1500oC

Daur ulang Cl2

Pigmen putih lain


Timbal putih (PbCO3.Pb(OH)2, ,sangat toksik, batas 0,06%bbk
lithopone (campuran ZnS&BaSO4, nonreaktif, interior coating)
BaSO4 + 4C BaS + 4CO
BaS + ZnSO4 BaSO4 + ZnS
Antimon oksida Sb2O3, nonreaktif, untuk cat penahan api bila
berikatan dengan resin beklor
api Sb O 2 3
resin-Cl Cl2 SbCl2 (selimut nyala api)
73
Pigmen Warna
Pigmen kuning & jingga
Besi oksida (FeO(OH): sintetik & alami, hidingpower
tinggi, bertahan lama untuk eksterior, resistensi
tinggi terhadap nbaha kimia dan pelarut.
Timbalkromat (PbCrO4): warna kuning sedang, light-
fastness tinggi, tinting strength tingi, kelegapan
tinggi, tidak tahan terhadap udara bersulfur.
Seng kromat (ZnCrO4): dekoratif, antikorosif,
nontoksik, tahan terhadap udara bersulfur,
kelegapan rendah, tinting strength rendah

74
Pigmen merah
- Besioksida Fe2O3 tahan lama, yang alami dari hematit.
Dibuat dengan mengiling hematit
- Timbal merah Pb3O4: protective coat. toksisk

Pigmen biru
- Ultramarine blue: kompleks natrium alumunium silikat
& sulfida, banyak digunakan dalam laundry untuk
menetralkan warna kuning katun.
- Prussian blue [KFe(Fe(CN)6]: pigmen biru merah,
- Timbal kromat hijau: PbCrO4:KFe(Fe(CN)6, hijau
muda-hijau tua

75
Pigmen hitam
- Besioksida hitam Fe3O4,, tinting strength sangat endah,
digunakan untuk lapisan dasar, dibuat dengan
oksidasi Fe(OH)2
Pigmen metalik
digunakan pada permukaan benda untuk mengkilapkan.
Diperoleh dengan menambahkan alumunium, seng, baja
tahan karat
Pigmen ekstender
- Mineral anorganik putih yang relatif kurang warna
dan kelegapan, digunakan sebagai pengganti partial
dari pigmen utama yang mahal
- Fungsi: memperbanyak, mengatur dansitas dan sifat
alir cat (utama), mempengaruhi permeabilitas,
kekerasan, Meningkatkan resistensi korosi dan uv.
76
- Kalsium karbonat, silika, kaolin, bentonit, talk
Pigmen organik
- Pewarna (dye) alami: indigo, berry. Dibuat kurang larut
dalam air dengan cara menambah bahan pengendap
- Warna lebih terang, lebih transparan (hiding power
lebih rendah), tinting strength lebih kuat, heat &
light-fastness lebih rendah dari pigmen anorganik

Carbon Black
- Dibuat dengan oksidasi partial hidrokarbon dari minyak
mentah
- 7% digunakan untuk cat dan tinta, 93% untuk elastomer
- Tidak larut dalam pelarut, stabil terhadap asam dan
basa, light fastness tinggi

77
Pigmen merah
- Toluidine red : pewarna azo tak larut, merah terang,
light fastness sedang, hiding power tinggi,
resistensi pada bahan kimia tinggi.
- Barium lithol red : merah terang, light fastness
rendah jadi hanya cocok untuk interior, resistensi
pada bahan kimia rendah
- Asam 2-hidroksi-3-naftoic (BON) dipasangkan
dengan senyawa diazo & garam kalsium: resisten
tehadap bleeding. Warna stabil, resisten terhadap
asam dan basa, nontoksik.
HO COOH
OH
NO2 HO SO3 CH3
N=N N=N
CH3 -N=N-
Ba2+ Ca2+
SO3-
Cl

Toluidine red Barium lithol red 78


Calicium BON red
pigmen kuning
Pigmen azo tak larut, 4 golongan utama:
- monoarylide: Hansa yellow, untuk cat emulsi, kelegapan
rendah, larut dalam pelarut aromatik
- diarylide: pigmen bisazo , warna kuat, cukup resisten
terhadap panas dan bahan kimia, light-fastness rendah
- benzimidiazolone: kelegapan tinggi, resistensi terhadap
panas dan pelarut tinggi, light-fastness tinggi
- heterosiklik: nikel-azo, light-fastness tinggi
NO2
COCH3
CH3 -N=N-CH-C-NH-
O

Hansa yellow

79
Pigmen hijau

- Phthalocyanine green
Mempunyai 16 Cl atau 16 (Cl + Br). Warna bervariasi
dari hijau biru sampai kuning (tergantung pada nisbah
Br-Cl). Br 9-10 atom: hijau - kuning
Light fastness tinggi, sangat stabil

Pigmen biru
- Copper phthalocianine (CPC)
Tinting strength & kelegapan tinggi, stabil terhadap
cahaya & panas (sampai 500C), nontoksik, rsisten
terhadap bahan kimia

80
Terima Kasih,
Sampai Jumpa Lagi, Wassalam
BINDER
Binder mengikat partikel pigmen dan mempertahankannya
pada permukaan.
Polyunsaturated oil ( minyak ikan dsb), resin alami,
rosin dari pinus, damar dsb.
- Alkyd: resin larut dalam solven, BM relatif rendah, dibuat
dari polyol (gliserol, pentaerithritol), asam divalen (asam
ftalat, asam isoftalat), minyak (kedelai, jarak);
nonoksidasi & oksidasi
- Poliester: dari asam polikarboksilat & polialkohol, bebas
asam lemak, tidak oksidatif
- Akrilat: paling banyak digunakan pada industri coating.,
termoplasti& termoset
- Vinil: vinil asetat, vinil propionat, vinil laurat. Kopolimer:
82
ester asam akrilat, maleat, fumarat
SOLVENT
Liquid volatil yang ditambahkan untuk melarutkan atau
mendispersi bahan coating. Menguap selama
pengeringan, tidak menjadi bagian dari lapisan kering
Peran:
- mengatur aplikasi
- mengatur konsistensi & karakter akhir
- mengatur laju evaporasi
- menyesuaikan level padatan yang mempengaruhi
ketebalan aplikasi
- Mengatur dan mempengaruhi viskositas coating
3 kelas: hidrokarbon, beroksigen, air.
- Solvent hidrokarbon: alifatik, aromatik
- Solvent teroksigenasi: keton, ester, ester glikol, alkohol.
Daya melarutkan lebih kuat
- Air: bahan utama emulsi cat, digunakan tunggal atau 83
campur dengan alkohol, eter
ADITIF
Bahan yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke cat untuk
meningkatkan atau memodifikasi sifat tertentu hasil coating
atau selama pembuatan, penyimpanan, transport, aplikasi.
Penggolongan berdasar fungsi:
- Pengental (thickening): meningkatkan viskositas
organoclay, silikat, poliamida.
- Bahan aktif permukaan (surface active agent):
pembasah & pendispersi (surfaktan, molekul amfifilik),
antibusa (antifoam, defoamer, tak larut air, hidrofobik,
minyak)
penunjang adhesi (meningkatkan kekuatan adhesi :silan,
silikon, senyawa titanium, amida, fosfat, polimer khusus)

84
PEREKAT & PEREKATAN
Definisi /istilah pada sistem adhesive
Teori perekat dan proses perekatan
Proses pengerasan perekat dan pembentukan
garis perekat
Faktor faktor yang mempengaruhi perekatan
Teknik perekatan
Tujuan pengempaan
Pengujian sifat perekat

85
Definisi pada sistem Adhesive
Perekat: suatu bahan yang dapat menahan 2 buah benda berdasarkan
ikatan permukaan
Perekatan:
(1) suatu keadaan atau kondisi ikatan dimana dua permukaan menjadi
satu karena adanya gaya-gaya pengikat antar permukaan, yaitu gaya
valensi atau gaya ikatan ion dan gaya saling mencengkeram antara
perekat dengan bahan yang direkat atau interlocking forces
(2) suatu sistem yang terdiri atas gaya-gaya ikatan yang berbeda yang
berasosiasi bersama membentuk suatu ikatan antara garis perekat
dengan bahan yang direkat, sedang garis perekat sendiri dipengaruhi
oleh mobilitas bahan perekat dan kondisi permukaan perekat
Pengeras (Katalis): Suatu bahan yang ditambahkan untuk mengatur
pengerasan perekat.

86
Masa simpan (Storage life): Lamanya bahan perekat dapat disimpan
sebelum dicampur dengan bahan lain tanpa mengurangi kualitas perekat.
Bila masa simpan dilampaui maka perekat menjadi rusak dan tidak dapat
dipakai lagi
Masa labur (Working life): Lamanya perekat setelah dicampur dengan
bahan lain sampai perekat itu tidak baik lagi untuk dilaburkan
Masa tunggu (Assembly time): Waktu antara pelaburan dengan
pengempaan. Masa tunggu yang terlalu pendek kurang baik karena
perekat masih terlalu basah. Kalau terlalu lama juga kurang baik karena
terlalu kering
Ekstender (Bahan tambahan): Suatu bahan yang bersifat perekat
(mengandung pati, protein) yang ditambahkan pada perekat dengan
tujuan untuk mengubah sifat perekat dan mengurangi biaya. Makin banyak
bahan ini ditambahkan, makin rendah keteguhan rekatnya. Contoh: tepung
gaplek, tepung terigu, tapioka
Pengisi (Filler): Suatu bahan yang umumnya tidak bersifat perekat yang
dicampurkan pada perekat untuk mengubah sifat perekat terutama
kekentalan dan sampai jumlah tertentu dapat menaikkan keteguhan rekat.
Contoh: tepung tempurung kelapa, tepung kayu, kaolin. 87
Teori Perekat & Proses Perekatan
Adhesi terjadi dengan pembentukan ikatan kovalen atau elektrovalen,
atau menggunakan atraksi sekunder seperti ikatan hidrogen, gaya
London, dispersi, dwikutub terinduksi, atau gaya Van der Waals.

1. Garis perekatan merupakan suatu sistem yang terdiri atas 5 (lima)


rantai gaya garis perekat, seperti gambar berikut :

adherent
4 Interlocking forces
4 dan 5 gaya kohesi sirekat

2 2 dan 3 gaya adhesi perekat

1
dan sirekat
Glue line
1 gaya kohesi perekat
3 Interlocking forces

5 Adherent

Gaya kohesi perekat dipengaruhi oleh komposisi bahan perekatnya,


sedangkan gaya adhesi bahan yang direkat dan bahan perekat kekuatan-
nya dipengaruhi oleh permukaan bahan yang direkat. Gaya kohesi
sebelum direkat dipengaruhi oleh sifat bahan yang direkatnya. 88
2. Sistem perekatan merupakan hasil kerja dua buah gaya perekatan
yaitu perekatan spesifik dan perekatan mekanik.
Bahan yang direkat
Interlocking forces
Garis Perekat
Interlocking forces
Bahan yang direkat

Gambar. Dua Garis Perekatan Dalam Sistem Perekatan

Gaya perekatan mekanik terbentuk karena meresapnya perekat ke


dalam rongga sel kayu membentuk akar-akar perekat sehingga menimbulkan
gaya pencengkeraman (Interlocking forces).

Gaya spesifik timbul karena adanya gaya tarik menarik antara atom atau
molekul perekat dan permukaan bahan yang direkat.

Kedua Gaya tsb dipengaruhi oleh sifat perekat itu sendiri (inherent
characteristic)

keteguhan rekat dihasilkan oleh total gaya perekatan mekanika dan


gaya perekatan spesifik
89
Proses pengerasan perekat dan pembentukan
garis perekat

1. Flow (Aliran Sisi atau Aliran Samping): pergerakan perekat


karena gaya berat dan perbedaan ketinggian permukaan
bahan yang direkat atau karena adanya tekanan dalam proses
pengempaan. Aliran perekat ini merupakan pergerakan massa
perekat karena alur perekat cukup banyak mengandung
perekat.
2. Transfer ( Perpindahan perekat dari sisi terlabur ke sisi tak
terlabur), pergerakan perekat seperti pencetakan, tinta
menempel pada permukaan yang dicetak. Perpindahan
perekat ini agak sulit dibandingkan dengan aliran sisi,
memerlukan ekstra mobilitas molekul perekat. Seringkali
perpindahan perekat terjadi bersama-sama dengan aliran sisi
(Marra, 1992) 90
3. Penetration (Penetrasi):pergerakan perekat ketiga yang
membawa perekat masuk ke dalam bahan yang direkat
yang berpori. Penetrasi perekat harus diatur sedemikian
rupa sehingga terbentuk akar perekat dengan tetap
meninggalkan garis perekat film yang utuh dan pejal.
Seperti pada aliran sisi dan perpindahan perekat,
penetrasi merupakan pergerakan perekat dalam jumlah
besar sehingga memerlukan ekstra mobilitas molekul.
4. Wetting (Pembasahan Kayu): pergerakan perekat berupa
kegiatan spontan molekul-molekul perekat sewaktu
bersinggungan dengan molekul-molekul bahan yang
direkat di permukaan. Oleh karena itu pergerakan perekat
pada tahap ini tergantung pada kecocokan antara dua
molekul yang berbeda tersebut (perekat dan bahan yang
direkat).
91
5. Solidification (Pemadatan atau Pengerasan Perekat):
langkah terakhir dari urutan pengerasan perekat. Pada
tahap ini pergerakan perekat berhenti dan perekat
membentuk garis perekat yang pejal dan kuat. Pengerasan
perekat dapat terjadi karena kehilangan pelarut (pada
umumnya perekat akan mengeras dengan cara ini),
kehilangan panas (perekat yang menampakkan sifat
thermoplastic), reaksi kimia (polimerisasi dari perekat
sintetis) dan kombinasi dari ketiganya.

92
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perekatan
Bahan yang direkat:
(1). Sifat anatomi dan struktur bahan yang
direkat, struktur dan anatomi bahan yang
direkat berhubungan dengan bagaimana
sel-sel atau jaringan sel pembentuk bahan
tersebut tersusun atau diorganisir
sehingga bersatu disertai dengan
pengetahuan tentang mekanisme
pembentukannya.
93
(2). Sifat Fisik Bahan yang Direkat
Bobot jenis kayu atau kerapatan bahan: Berat jenis bahan mempunyai
korelasi yang positif terhadap parameter perekatan yaitu keteguhan
rekatnya. Semakin tinggi berat jenis bahan yang direkat, kekuatan rekat
diduga semakin meningkat.
Bahan-bahan dengan berat jenis lebih dari 0,80 tidak akan memproduksi
kekuatan rekat yang lebih besar dari kekuatan rekat bahan dengan berat
jenis 0,80

Tolok ukur perekatan yang lain yang dipengaruhi oleh berat jenis bahan
adalah kerusakan bahan (%). Pengaruh berat jenis bahan terhadap
kerusakan bahan berkorelasi negatif dengan berat jenis. Kenaikan berat
jenis bahan, akan menurunkan kerusakan bahan. Hal ini disebabkan
lebih besarnya kekuatan bahan di sekitar garis perekat karena kenaikan
berat jenis bahan sehingga terjadi pergeseran beban.

Hubungan berat jenis bahan dengan kerusakan bahan sama seperti pada
hubungan berat jenis dengan kekuatan/keteguhan rekat kayu dengan titik
batas 0,80. 94
Kadar Air: Kadar air yang tinggi atau bahan dalam keadaan basah
mengakibatkan proses penguapan air dari bahan yang relatif cepat
walaupun dalam kondisi suhu kamar.

- Kadar air bahan yang tinggi dapat mengakibatkan pengenceran


perekat atau adonan perekat (glue mix) yang telah dilaburkan pada
permukaan bahan sehingga mobilitas molekul-molekul perekat
menjadi sangat tinggi. Apabila kondisi seperti ini tetap berlangsung
pada waktu rakitan bahan yang direkat dikempa, maka larutan perekat
akan lari keluar dari garis perekat bila bahan direkat sudah tidak
mampu menampungnya karena porousitas rendah. Kejadian ini
disebut kegagalan perekatan squeezed out atau perekat keluar.
- Kadar air yang tinggi juga menyebabkan perekat akan masuk ke
dalam bahan direkat dalam jumlah yang banyak sehingga terjadi over
penetration/ perekat terhisap yang akan menyebabkan kegagalan
perekatan yang disebut starved glue line atau garis perekat kurang.

95
Untuk kegagalan perekatan bahan akibat kekurangan air dalam bahan
(kadar air rendah), yang paling sering dijumpai adalah kerusakan
perekatan yang disebut powdery glue line yang diakibatkan oleh
meresapnya air dari dalam larutan perekat sehingga perekat tidak
mampu membentuk garis perekat yang pejal. Kegagalan perekatan ini
ditandai dengan bentuk garis perekat berupa tepung perekat.
Porousitas bahan (tingkat keadaan dimana bahan yang sedang
dipertimbangkan yaitu substrat bahan dapat dilalui bahan cair karena
bahan tersebut bersifat porous atau karena bahan tersebut disusun
oleh kumpulan bahan porous)
Bahan yang mempunyai tingkat porousitas yang tinggi mendukung
mobilitas kelarutan perekat yang meninggi pula, sebaliknya bahan
yang berporousitas rendah mengakibatkan larutan perekat mempunyai
tingkat mobilitas yang rendah. Ini berarti bahan berporousitas rendah
membutuhkan jumlah minimum perekat yang dilaburkan lebih rendah
dibandingkan perekat terlabur untuk bahan-bahan yang berporousitas
tinggi.
96
Kegagalan yang terjadi apabila perekat yang dilaburkan lebih
rendah daripada jumlah perekat minimum yang diminta oleh bahan
dengan porousitas tertentu adalah kegagalan perekatan yang disebut
garis perekat kurang/starved glue joint/starved glue line yaitu
keadaan dimana garis perekat kekurangan perekat untuk
memenuhi kebutuhan proses terjadinya perekatan yang baik atau
terbentuknya garis perekat yang pejal (solid glue line).
Wetabilitas bahan (tingkat kemampuan bahan untuk dibasahi yang
seringkali disebut dengan sifat pembasahan/keterbasahan bahan).
Wetabilitas bahan diukur dengan sudut singgung yang kemudian
dikonversikan sebagai cosinus sudut singgung. Bahan-bahan yang
mempunyai sudut singgung kecil mempunyai kemampuan untuk
dibasahi atau sifat pembasahan dan sifat keterbasahan yang besar,
sedangkan bahan-bahan yang mempunyai sudut singgung yang besar
berarti bahan tersebut tidak mampu dibasahi atau sifat
pembasahannya kecil.

97
Bahan perekat
Jenis perekat :
(1) Perekat sintetik, seperti urea formaldehida, melamin formaldehida,
phenol formaldehida dan resorsinol formaldehida.
(2) Perekat alam yang dipakai sebelum adanya perekat sintetik seperti
perekat protein (perekat tulang, kulit, kedelai, dll), perekat
karbohidrat (amilum, perekat soda silikat) dan perekat resin alam
(shellak).
Setiap jenis perekat mempunyai sifat sendiri (inherent
characteristics) baik dalam pembentukan garis perekat maupun
dalam pencampuran dengan bahan lain sebagai bahan tambahan
pada adonan perekat.
Bahan tambahan perekat seperti pengisi, pengembang, pengeras,
katalisator, bahan pengawet, bahan penolak api, dan lain
sebagainya dicampurkan untuk meramu adonan perekat menurut
tujuan perekatan bahan.

98
Teknik perekatan
1.Persiapan perekat, agar diperoleh hasil perekatan yang berkualitas,
diperlukan persiapan yang meliputi pemilihan perekat yang tepat sesuai
dengan tujuan dan penggunaan akhir bahan yang direkat dan
pembuatan adonan perekat yang tepat.
Bila akan membuat kayu lapis ekterior maka harus memakai perekat
eksterior (mis: MF, PF dan RF). Bila yang akan dibuat adalah kayu lapis
interior maka dipakai perekat interior (mis: UF, PVA).
Bagi perekat yang tidak siap pakai perlu dilakukan pencampuran bahan
perekat dengan bahan lain. Adonan perekat dibuat dengan mencampur
perekat yang telah dipilih dengan bahan tambahan perekat seperti
pengisi (filler), pengembang (extender), pengeras (hardener), katalisator
(catalyst), bahan pengawet (preservative) dan bahan lain yang
diperlukan. Komposisi perekat akan mempengaruhi sifat perekat (mis;
kekentalan, yang akan mempengaruhi keteguhan rekat).
99
Bobot labur (glue spread): sejumlah perekat yang dilaburkan per
kesatuan luas permukaan bahan yang akan direkat. Bobot labur yang
terlalu sedikit akan mengurangi keteguhan rekat, sedangkan yang
terlalu banyak akan menaikkan biaya produksi dan dapat mengurangi
keteguhan rekat.

Masa tunggu: setelah perekat dilaburkan tidak langsung dikempa,


namun dibiarkan beberapa saat agar perekat meresap ke dalam bahan
yang direkat dan mengental. Masa tunggu yang terlalu lama kurang
baik karena perekat sudah terlalu kering.

Pada kayu lapis masa tunggu ini terbagi atas; setelah pelaburan, selama
pengempaan dingin dan sebelum pengempaan panas. Bila tidak
memakai pengempaan dingin, masa tunggu dilakukan setelah pelaburan
(termasuk penyusunan), dibiarkan beberapa saat kemudian dilakukan
pengempaan panas.

100
Pengempaan: Pengempaan produk perekatan atau rakitan perekatan bertujuan
untuk menempelkan lebih rapat sehingga garis perekat dapat terbentuk serata dan
sepejal mungkin dengan ketebalan yang setipis mungkin
Pengempaan di dalam proses perekatan dibagi kedalam dua tipe, (1) pengempaan
dingin (repressing atau cold pressing), (2) hot pressing atau pengempaan panas
yang dijalankan dengan suhu dan tekanan tertentu.
Pengempaan dingin sebagai tahap akhir dari proses pematangan perekat
memerlukan waktu yang lama tetapi ongkos/biaya pengempaan murah,
sedangkan pada sistem kempa panas, waktu pengempaan akan menjadi pendek
sehingga dapat menaikkan kapasitas pengempaan sekaligus menaikkan produksi,
tetapi memerlukan ongkos yang tinggi untuk menaikkan suhunya.
Bila ditinjau dari segi ukuran produk yang direkat, pengempaan dingin
mempunyai keunggulan dibanding pengempaan panas, yaitu pengempaan dalam
pembuatan produk laminasi struktural/laminated beams, dimana ukuran yang
besar menghalangi mesin kempa panas karena biaya/ongkos menaikkan suhu
untuk barang yang relatif lebih besar masih tidak mungkin/terlalu mahal.
Pengempaan dingin juga dilakukan sebagai pengempaan permulaan/repressing
sebagai tahap setingkat sebelum tahap akhir dalam proses pematangan perekat.
101
Tujuan Pengempaan
1. Membantu proses pengaliran sehingga perekat membentuk lapisan
tipis
2. Membantu proses pemindahan, sehingga perekat akan dapat
berpindah dari satu permukaan ke permukaan lain
3. Membantu proses penembusan, sebagian perekat dipaksa masuk ke
dalam rongga sel dari kayu. Akibat tekanan ini ada sel bahan yang
pecah sehingga dapat dimasuki perekat
4. Menahan bahan yang direkat sampai perekat memadat. Karena
proses pemadatan belangsung beberapa saat maka selama proses
itu kayu harus ditahan (tetap berhubungan secara rapat).
Sehubungan dengan proses ini dikenal adanya pengempaan dingin
(suhu kamar) dan pengempaan panas
5. Membuat bentuk tertentu pada bahan yang direkat seperti pada
pembuatan kayu lapis lengkung.
102
Tujuan pengempaan permulaan dengan pengempaan
dingin:
Mengempa panel sehingga kesulitan dalam pengempaan panas dapat
dikurangi. Kesulitan ini berupa waktu yang dibutuhkan untuk memuat
panel-panel ke dalam mesin kempa panas.
Untuk menaikkan kapasitas mesin kempa panas. Hal ini disebabkan
karena menipisnya tebal panel yang siap masuk ke mesin kempa panas
sehingga jumlah ruangan dalam mesin kempa dapat dimaksimumkan.
Mengefisienkan pengempaan panas dalam arti bahwa waktu yang
diperlukan untuk memproduksi satu panel lebih pendek setelah
prepressing.
Pematangan perekat berjalan lebih cepat karena telah didahului dengan
prepressing yang membuat perekat menjadi suatu garis yang
bersambungan, melakukan penetrasi secukupnya dan kekentalan naik
sehingga perekat bersifat lekat/tacky.
103
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
proses pengempaan:

Lama waktu kempa (lama waktu tekan), lama waktu kempa


tergantung dari beberapa faktor antara lain: tipe atau jenis
perekat yang dipergunakan. Prinsip yang dipakai untuk
menentukan lama waktu pengempaan adalah perilaku jenis
perekat dan kondisi adonan perekat yang dipakai sewaktu
dikenai tekanan, dan bila pengerasan perekat dengan suhu
tinggi adalah perhitungan penambahan panas dari alat kempa
sampai ke garis perekat yang paling dalam dari rakitan
perekatan tersebut. Sebagai contoh jenis perekat UF yang
merupakan jenis perekat untuk kayulapis interior memerlukan
waktu kempa rata-rata selama 2-4 menit, sedangkan jenis
perekat PF untuk produk eksterior memerlukan waktu kempa
rata-rata selama 5-7 menit dengan kondisi yang sama. Waktu
kempa juga dipengaruhi oleh ketebalan bahan yang direkat
dan komposisi adonan atau larutan perekat.
104
Tekanan spesifik, tekanan spesifik berfungsi sebagai
pembatas kemungkinan terjadinya pecah pada venir panel
karena tegangan yang dapat diterima oleh jenis kayu atau venir
dan bahan direkat kayu terlampaui. Tekanan spesifik untuk
rakitan perekatan didasarkan pada berat jenis kering tanur dari
panel yang sedang dikerjakan atau berdasarkan jenis kayu
yang dipergunakan.
Suhu pengempaan, suhu pengempaan berhubungan dengan
waktu pengempaan. Suhu yang tinggi diperlukan untuk
mematangkan perekat dengan cepat tetapi kurang ekonomis
karena diperlukan biaya yang tinggi untuk membawa suhu
kempa ke suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar. Suhu yang
rendah dipakai untuk mematangkan perekat tetapi diperlukan
waktu yang lebih lama. Kompromi antara biaya dan waktu
pengempaan berarti membentuk kombinasi keduanya yang
selanjutnya akan menentukan kapasitas pabrik berjalan untuk
memproduksi produk perekatan. 105
Pengujian Sifat Perekat
Setiap pabrik perekat memberitahukan sifat perekat yang dibuatnya. Sifat
ini perlu diuji untuk mengetahui sampai sejauhmana kebenarannya.
Pengujian dilakukan terhadap perekat yang belum dicampur (resin) dan
yang sudah dicampur. Sifat perekat dapat mempengaruhi sifat keteguhan
rekat kayu lapis. Pengujian perekat meliputi:
Rupa : warna, keadaan dan adanya benda asing (pengotor), pengujian
dilakukan secara visual
Bobot jenis: dilakukan dengan cara piknometer
Kadar padat: dilakukan dengan cara gravimetri
Kekentalan: dilakukan dengan viskotester (sistem rotor berputar), sistem
bola jatuh (Stoke) atau viskosimeter (Ostwald)
Lamanya pengerasan (Gelatinous time)
Keasaman (pH): dilakukan dengan melalui kertas lakmus atau dengan pH-
meter
Keteguhan rekat: menggunakan alat UTM
Emisi formaldehida: Cara desikator 2 jam (IHPA), 24 jam (JAS), WKI, 106
Chamber, menggunakan alat spektrofotometer.
Selmoga materi kuliah
ini bemanfaat bagi
hidup anda

Selamat Ujian

Semoga
sukses
107

Anda mungkin juga menyukai