Disusun oleh :
1. Arya Adji Prastya (061740421856)
2. Dinah Wika Maharani (061740421859)
Kelas : 3 KIB
Dosen Pengajar :
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara heterogen dari segi aktifitas perindustriannya,
meskipun bukan termasuk negara perindustrian di Dunia. Perindustrian di
Indonesia mulai dari industri rumah tangga, industri dengan beraggotakan
komunitasnya saja, hingga industri global dengan berbagai kerjasama dan
cabang-cabang dari negara lain.
Adapun kota-kota besar di Indonesia yang merupakan kota industri
terbesar adalah Surabaya, Sidoarjo dan Bekasi. Beberapa perusahaan di kota
tersebut merupakan cabang/ kerjasama dari negara lain misalnya PT. Kao
Indonesia, yang salah satu hasil produksinya adalah Sabun dan Detergent. Tidak
hanya perusahaan tersebut yang memproduksi sabun di Indonesia, namun juga
PT. Wings Indonesia, PT. Unilever dan lain sebagainya.
Proses pembuatan Detergent pada skala industri rumah tangga atau
konvensional memang tidak terlalu rumit, namun apabila produksi ini dilakukan
pada skala besar/ sekitar beberapa ton perhari tentulah membutuhkan ilmu khusus
untuk melakukannya.
Hal yang harus dilakukan pada proses pembuatan Detergent adalah
persiapan raw material (bahan baku), pengendalian proses, pengendalian alat, dan
treatment hasil produksi. Semua hal tersebut akan dibahas pada makalah yang
berjudul “Proses Pembuatan Sabun dan Detergent” ini.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah pembuatan Detergent?
Bagaimana Proses Pembuatan Detergent?
Apa Saja Bahan baku dalam pembuatan deterjen ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bahan baku pembuatan Detergent.
2. Mengetahui Proses Pembuatan Detergent.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Deterjen Cair
Secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Yang
membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya deterjen cair ini belum
dikomersilkan, biasanya digunakan untuk laundry modern menggunakan mesin
cuci yang kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.
b. Deterjen krim
Bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi kandungan formula
bahan baku keduanya berbeda.
c. Deterjen bubuk
`Jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai sewaktu
mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen bubuk dapat
dibedakan menjadi dua yaitu deterjen bubuk berongga dan deterjen bubuk padat.
Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok tersebut disebabkan oleh perbedaan
proses pembuatannya.
Deterjen bubuk berongga
Deterjen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya berongga seperti bola
sepak yang didalamnya berongga. Butiran deterjen jenis berongga ini dihasilkan
oleh proses spray drying ( proses pengabutan dilanjutkan dengan proses
pengeringan). Kelebihan deterjen bubuk berongga dengan deterjen bubuk padat
adalah deterjen bubuk berongga tampak volumenya lebih besar.
Deterjen bubuk padat
Bentuk butiran deterjen bubuk padat bentuknya seperti bola tolak peluru, yaitu
semua bagian butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak berongga. Butiran
deterjen yang padat ini merupakan hasil olahan dari proses pencampuran kering
(dry mixing). Kekurangan deterjen bubuk padat ini tampak volumenya tidak besar
sehingga kelihatan sedikit.
Berdasarkan kegunaannya
Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis deterjen adalah sebagai berikut :
a. Detergen pencuci kain, mengandung alkohol etoksilat dan alkil
fenoletoksilat
b. Detergen pencuci piring mengandung zat seperti detergen pencuci tangan
c. Detergen pembersih peralatan rumah tangga yang mengandung heksa
dekiltrimetil amonium klorida
d. Detergen pembersih industri mengandung zat seperti detergen pembersih
rumah tangga
e. Detergen pembersih gigi yang mengandung natrium lauril sarkosionat
f. Detergen pelembut kain yang mengandung diokta dekildimetil amonium
klorida
D. Komposisi Deterjen
1. Bahan Aktif
merupakan bahan inti dari deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa
sodium lauryl ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal dengan beberapa nama
dagang dengan nama texapone, cottoclarin, ataupun ultra SLES. Bahan ini
berfungsi dalam meningkatkan daya bersih, saat digunakan bahan aktif ini
mempunyai busa banyak, dan berbentuk gel translucent (pasta). Selain SLES,
bahan aktif dari sabun bubuk adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat (LAS),
bentuknya gel/pasta berwarna kuning muda. Fungsi LAS sama seperti Ultra
SLES, sebagai bahan pembersih utama pembuatan Sabun Bubuk, dengan LAS,
pengisi dari keseluruhan bahan baku. Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan
untuk memperbesar atau memperbanyak volume. Bahan penambah volume
3. Bahan penunjang
(Na2CO3) yang berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai
meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh
terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci
pakaian. Bahan penunjang lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang
dapat menyuburkan tanaman, hal Ini dapat dibuktikan dengan menyiramkan air
bekas cucian ke tanaman, maka tanaman tersebut akan menjadi subur. Hal ini
disebabkan oleh kandungan fosfat yang merupakan salah satu unsur dalam jenis
pupuk tertentu.
redeposisi), bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan
deterjen. Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah Enzym AR yang berbentuk
serbuk putih.
bahwa suatu deterjen dengan kualitas baik , Harum akan disukai konsumen.
parfum ini sangat penting, karena biasanya konsumen selalu merasakan dulu
wangi dari barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk memakai produk
tersebut.
seperti darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya cuci
sabun terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah, makanan bayi,
susu, saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis
Pemakaian 2-10%.
pemakiannya 3-10%
Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk.
Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang
mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih mudah
dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%
1. Surfaktan
Surfaktan adalah bahan yang dapat meningkatkan sifat rambatan suatu
cairan pada suatu objek. Sifat zat seperti ini dimanfaatkan untuk menurunkan
tegangan permukaan suatu cairan atau pada larutan dimana antara dua larutan
memiliki efek interfacial tension.
Proses pencucian meliputi :
1. Dengan membasahi kotoran dan permukaan kotoran yang ingin dicuci
dengan larutan detergen
2. Memindah kotoran dari permukaan
3. Memelihara kotoran pada larutan stabil
Dalam air cucian, detergen mempunyai wetting agent yang dapat
mempermudah menembus ke serat pakaian dan mengangkat kotoran. Setiap
molekul larutan pencuci dapat dianggap sebagai rantai panjang. Ujung rantainya
adalah hidrofobik dan ujung yang lainnya adalah hidrofilik. Bagian hidrofobik
bekerja menyelubungi dan mengikat noda. Pada waktu yang bersamaan, bagian
hidrofilik dari detergen berikatan dengan air sehingga noda dapat terangkat dari
serat pakaian mengikuti aliran air.
Klasifikasi surfaktan :
1. hydrofobik merupakan hidrokarbon dengan jumlah 8 hingga 18 atom
karbon yang berbentuk lurus ataupun bercabang. Ada juga benzene yang
mengganti ikatan atom karbon tersebut, contohnya C12H25-, C9H19.C6H4-.
2. hydrofilik dapat berupa anionik, contohnya –OSO4- atau SO32-; kationik,
contohnya –N(CH3)3+ atau C5H5N+; atau nonionik –(OCH2CH2)nOH. Pada
senyawa anionik, senyawa yang paling banyak dipakai adalah linear
alkylbenzene sulfonate (LAS) dari minyak bumi dan alkyl sulfates dari
lemak hewan dan tumbuhan. Anionik dan kationik tidak cocok untuk
sabun. Kondensasi etilen oksida dari fatty alkohol adalah contoh non-ionik
surfaktan. Non-ionik lebih efektif dari anionik dalam mengangkat kotoran
pada temperatur yang lebih rendah untuk serat kain.
2 . Builders
Kompleks fosfat, seperti natrium tripolifosfat banyak digunakan karena
dapat mencegah menempelnya kembali noda dari air cucian ke serat kain.
Polifosfat mempunyai aksi sinergis dengan surfaktan sehingga meningkatkan
efektifitas dalam proses pembersihan dan mengurangi biaya keseluruhan.
Peningkatan cepat produksi detergen dikarenakan penggunaan polifosfat. Selama
tahun 1960-an, pertumbuhan alga dan eutrofikasi di danau berhubungan dengan
adanya fosfat di detergen sehingga banyak negara menganjurkan zat pengganti
fosfat. Senyawa yang pertama kali disarankan untuk mengganti fosfat adalah
nitrilotriacetic acid (NTA), tetapi senyawa tersebut dinyatakan karsinogen pada
tahun 1970. Builders lainnya aalah sitrat, karbonat, dan silikat. Pengganti fosfat
terbaru yang menjanjikan adalah zeolit. Di tahun 1982, 136 kt/tahun zeolit
digunakan sebagai builders detergen. Di tahun 1980, builder mengandung 50%
fosfat, 12% zeolit, 13% silikat, 12% karbonat, serta NTA dan sitrat masing-
masing 2%.
3.Filler
4. Aditif
Penghambat korosi, seperti natrium silikat melindungi logam dan alat
pencuci dari kerja detergen dan air. Karboksimetil selulosa digunakan sebagai
antiredeposition. Penghilang noda, contohnya benzotriazole bekerja bersama
penghambar korosi untuk melindungi logam seperti stainless steel. Zat untuk
membuat serat kain lebih bercahaya adalah pewarna fluorescent karena memiliki
kemampuan untuk mengubah sinar ultraviolet ke cahaya tampak. Bluings
meningkatkan putihnya kain dengan menangkal kencenderungan kain untuk
menjadi kuning secara alami. Agen antimikroba meliputi carbanilides,
salicylanilides, dan kationik. Type pemutih peroxygen (sejenis enzym) digunakan
untuk menguraikan kotoran dan membuat partikel kotoran tersebut lebih mudah
untuk terangkat dari serat pakaian.
1. Akibat Surfaktan
Di dalam air, sisa detergen harus mampu mengalami degradasi
proses degradasi ini mengakibatkan timbulnya busa di atas permukaan air, dalam
jumlah yang makin lama makin banyak. Hal ini disebabkan oleh bentuk struktur
surfaktan yang dipakai.Jika struktur kimia berupa rantai lurus, gugus surfaktan ini
Masalah yang ditimbulkan oleh gugus pembentuk yaitu gugus ini akan mengalami
yang bisa mengakibatkan tanaman alga dan tanaman air tumbuh secara liar.
Pada produksi surfaktan anionik digunakan H2SO4 encer dengan reaktor film tipis.
Terdapat dua macam limbah atau buangan utama yang harus diperhatikan yaitu
limbah air cucian dari pembersih bejana yang dinetralkan dan sisa SO3 yang tidak
bereaksi.
Air cucian biasanya sedikit mengandung bahan aktif permukaan anionik yang
biasanya diolah dengan proses biologi yang serupa dengan pengolahan limbah
menjadi karbon dioksida dan air. Limbah asam dari reactor dicuci dan
dinetralisasi dengan air kapur membentuk kalsium sulfat yang tidak larut. Gas
sulfonat yang dihasilkan dialirkan ke dalam siklon untuk memisahkan kabut asam
dari gas-gas. Asam hasil pemisahan di masukkan kembali ke aliran produknya dan
bila gas itu masih mengandung SO3akan dilewatkan kembali ke zona reaksi. Gas
cerobong yang mengandung SO2 dan SO3 mula-mula akan dilewatkan ke dalam
pengendap elektrostatik untuk mengusir asam sulfat dan asam sulfit yang
mungkin terbentuk karena adanya uap dalam instalasinya. Gas dari pengendapan
akan dimasukkan ke dalam suatu penggosok arus, yang akan bercampur dengan
suatu larutan soda kaustik di dalam air. Proses ini digunakan untuk mengusir
Pada bab ini akan menjelaskan beberapa proses untuk menghasilkan produk yang
berupa detergen.AdapunProses pembuatan detergen, diantaranya:
1. Sulfonasi Dedocyl benzene dengan sulfonating agent Oleum (SO3H2SO4).
2. Sulfonasi Dedocyl benzene dan Lauryl alcohol dengan sulfating agent Oleum.
A. Macam Proses
Produk yang keluar dari sulfonator selanjutnya dipompa menuju sulfator. Sulfator
yang berisi larutan Dedocyl benzene sulfonat acid (DDBSA), kemudian
ditambahkan larutan Lauryl Alkohol (LA) yang dipompa dari tangki penampung.
Larutan diaduk secara terus menerus supaya homogen. Untuk menjaga agar suhu
dalam sulfator konstan pada suhu 55 0C, maka dilewatkan steam yang melewati
coil.
Produk yang keluar dari sulfator selanjutnya dipompa menuju netralizer,
sedangkan steam yang keluar diproses kembali untuk dialirkan ke steam
condensat. Larutan direaksikan dengan NaOH 25% yang dipompa dari tangki
pengencer. Dalam tangki pengecer terdapat Naoh 48% yang dipompa dari tangki
penampung kemudian dilarutkan dengan air dan diaduk secara terus menerus
hingga homogen. Larutan yang keluar dari tangki pengencer berupa NaOH 25%.
Larutan didalam netralizer diaduk terus menerus dan dialirkan air pendingin yang
meliwati coil agar reaksi dapat berlangsung. Netralizer bekerja pada suhu 94⁰C
dan tekanan 1 atm.
Reaksi yang terjadi:
Detergent liquid dalam Spray dryer akan dikeringkan dengan menggunakan udara
kering yang dihembuskan Blower melewati Heater. Udara mempunyai suhu
100⁰C. Produk yang keluar dari Spray dryer berupa bubuk, sedangkan detergent
bubuk yang dibawa udara akan ditampung dalam Cyclone 1.
Cyclone 1 berfungsi untuk memisahkan debu dari detergent bubuk yang lebih
halus. Selanjutnya udara dibuang ke udara bebas sedangkan debu yang terpisah
dan detergent bubuk yang keluar dari Spry Dyer diangkut Screw Conveyor ke
tangki penampung. Dalam Screw Conveyor, detergent bubuk ditambahkan parfum
dengan perbandingan tetentu. Dari Bucket elevator detergent bubuk dimasukan
dalam bin. Produk detergent bubuk siap untuk dikemas lalu dimasukan ke gudang
dan selanjutnya dipasarkan. (Diagram 2) (Grogin S, 1976).
B. Uraian Proses
Dedocyl benzene (DDB)dari tangki penampung dipompa ke Sulfonator. Didalam
Sulfonator larutan DDB ditambahkan dengan larutan Oleum dari tangki penampung
dengan perbandingan DDB dan Oleum sebesar 1 : 1. Kemudian diaduk secara terus
menerus hingga homogen. Suhu dalam Sulfonator dijaga konstant, yaitu 55 ⁰C, tekanan
Sulfonator adalah 1 atm. Produk yang keluar selanjutnya dipompa menuju Sulfator
Sulfator yang berisi larutan Dedocyl Benzene Sulfonat Acid (DDBSA), kemudian
ditambahkan larutan Lauryl Alkohol (LA) yang dipompa dari tangki penampung .
Larutan diaduk secara terus menerus supaya homogen. Untuk menjaga agar suhu dalam
sulfator konstan pada 55 ⁰C, maka dilewatkan steam yang melewati coil. Produk yang
keluar selajutnya dipompa menuju Netralizer , sedangkan steam yang keluar diproses
kembali untuk dialirkan ke steam condensat. Larutan direaksikan dengan NaOH 25%
yang dipompa dari tangki pengencer . Dalam tangki pengencer terdapat NaOH 48%
yang dipompa (dari tangki penampung kemudian dilarutkan dengan air dan diaduk
secara terus-menerus hingga homogen.
Larutan yang keluar dari tangki pengencer berupa NaOH 25%. Larutan didalam
Netralizer diaduk terus-menerus dan dialirkan air pendingin yang melewati coil agar
reaksi dapat berlangsung. Netralizer bekerja pada suhu 94⁰C dan tekanan 1 atm. Larutan
yang keluar dari Netralizer merupakan larutan Surfactant, selanjutnya larutan Surfactant
dipompa ke Crutcher. Didalam Crutcher larutan Surfactant ditambahkan dengan Builder
dan Aditive untuk kesempurnaan detergent yang diproduksi. Builder yang digunakan
yaitu:
1. Sodium sulfate (Na2SO4)
2. Sodium carbonat (Na2CO3)
3. Sodium tripolyphosphate (Na5P3O10)
Aditive yang digunakan adalah:
1. Sodium carboxyl methyl cellouse (Na-CMC)
2. Sodium silicate (Na2SiO3)
Builder dan aditive dari tangki penampung diangkut Belt Conveyor menuju Crutcher .
Larutan dalam Crutcher diaduk secara terusmenerus. Produk yang keluar dari crutcher
berupa detergent liquid dengan suhu 45⁰C. Detergent liquid selanjutnya dipompa
menuju Spray dryer . Detergent liquid dalam spray dryer akan dikeringkan dengan
menggunakan udara kering yang dihembuskan Blower melewati Heater . Udara kering
mempunyai suhu 120⁰C. Produk yang keluar dari Spray dryer berupa bubuk, sedangkan
detergent bubuk yang dibawa udara akan ditampung dalam Cyclone satu .
Cyclone 1 berfungsi untuk memisahkan debu dari detergent bubuk yang lebih halus.
Selanjutnya udara dibuang ke udara bebas sedangkan debu yang terpisah dan detergent
bubuk yang keluar dari Spry Dyer diangkut Screw Conveyor ke Rotary cooler . Dalam
Screw Conveyor, detergent bubuk ditambahkan parfum dengan perbandingan tetentu.
Dari Bucket elevator maka detergent bubuk dimasukan dalam bin . Produk detergent
bubuk siap untuk dikemas lalu dimasukan ke gudang dan selanjutnya dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA