Perancangan dimensi (diameter dan tinggi) kolom distilasi diawali dengan 6 tahapan
prosedur yang telah dijelaskan pada beberapa modul sebelum ini. Berikut adalah
rangkuman 6 tahapan tersebut.
1. Penetapan kondisi umpan kolom: laju alir mol total (181.59 kmol/hr), kondisi
termal (q = 0.8) dan fraksi mol tiap komponen penyusun.
Pada contoh sebelumnya satuan yang digunakan untuk umpan kolom debutanizer
adalah dalam mol/hr. Untuk contoh perancangan dimensi kolom pada modul 9 ini
satuan umpan diubah menjadi kmol/hr (komposisi tetap) untuk menghindari hasil
hitungan ukuran kolom yang terlalu kecil (dan tidak masuk akal untuk skala industri).
Perubahan satuan umpan ini tidak akan mengubah kondisi operasi kolom (T, P top
dan bottom) dan jumlah tray, namun tentu akan mengubah neraca massa dan energi.
Tabel 1. Komposisi Umpan
Komponen Laju alir mol (kmol/hr)
Ethane 0.2361
Propane 53.4087
i-Butane 24.8611
Butane 39.5526
i-Pentane 18.8501
Pentane 17.1249
Hexane 19.7036
Heptane 6.8827
Octane 0.5596
Nonane 0.4177
181.5971
2. Spesifikasi produk
Spesifikasi produk yang digunakan masih sama yaitu fraksi mol maksimum iC5 yang
diperbolehkan di produk atas adalah 0.5% sementara fraksi mol maksimum nC 4 di
produk bawah adalah 0.1%.
3. Komposisi produk atas dan bawah
Dari perhitungan neraca massa (Modul 6) diperoleh komposisi produk atas dan bawah
sebagai berikut.
Tabel 2. Komposisi Produk Atas dan Bawah
Distillate Prod. Bottom Prod.
Komponen kmol/hr Mole Frac kmol/hr Mole Frac
Ethane 0.2361 0.0020 0 0
Propane 53.4087 0.4504 0 0
i-Butane 24.8611 0.2096 0 0
Butane 39.4896 0.3330 0.0630 0.0010
1
Distillate Prod. Bottom Prod.
Komponen kmol/hr Mole Frac kmol/hr Mole Frac
i-Pentane 0.5929 0.0050 18.2572 0.2898
Pentane 0 0 17.1249 0.2718
Hexane 0 0 19.7036 0.3127
Heptane 0 0 6.8827 0.1092
Octane 0 0 0.5596 0.0089
Nonane 0 0 0.4177 0.0066
118.5884 63.0087
Condensate 37 7.9
P condenser = 0
Catatan: pada beberapa modul sebelum ini temperatur dan tekanan umpan tidak
disertakan informasinya. Meskipun tidak mempengaruhi perhitungan—nilai q yang lebih
dibutuhkan—sertakan juga informasi temperatur dan tekanan umpan yang sesuai untuk
mendapatkan nilai q umpan yang telah ditentukan dan sesuai dengan kondisi kolom.
Misalnya pada contoh ini diketahui tekanan kolom adalah antara 7.9-8.2 atm, maka
tekanan umpan tidak mungkin lebih kecil dari 7.9 atm. Untuk memastikan umpan dapat
memasuki kolom maka tekanan umpan sebaiknya sedikit lebih tinggi dari 8.2 atm,
misalnya 8.5 atm. Pada tekanan 8.5 atm, untuk mendapatkan nilai q umpan = 0.8
(fraksi vapor = 0.2), maka temperatur yang tepat untuk umpan pada contoh ini,
dengan komposisi yang telah ditetapkan di awal, adalah 63.7 0C (Modul 4).
5. Jumlah tray
Jumlah tray yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan pada modul 7 adalah 24 tray
dengan feed tray terletak pada tray ke-7 dari atas. Laju alir reflux adalah sebesar 94.5
kmol/hr (mengikuti satuan yang digunakan untuk umpan). Jumlah tray tidak berubah
meskipun laju alir umpan menjadi lebih besar karena yang mempengaruhi jumlah tray
adalah fraksi mol atau komposisi senyawa di umpan dan produk.
6. Neraca energi
Setelah mendapatkan nilai untuk laju alir reflux, laju alir untuk aliran lain seperti boil-up
dan bottoms liquid dapat dihitung. Dari prosedur perhitungan seperti yang telah
dijelaskan pada Modul 8, laju alir boil-up dan bottoms liquid adalah 176.805 kmol/hr
2
dan 239.814 kmol/hr. Kemudian neraca energi dapat diselesaikan untuk menentukan
laju alir fluida pendingin dan fluida pemanas. Ringkasan hasil perhitungan neraca energi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Perhitungan Neraca Energi untuk Condenser
Dari sini kita dapat memulai perancangan dimensi (diameter dan tinggi) kolom distilasi.
STEP 1. Menghitung densitas uap dan liquid pada bagian atas dan bawah kolom
distilasi
Densitas uap atau gas, jika diasumsikan sebagai gas ideal, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan,
𝑃 ∙ 𝑀𝑟
𝜌 =
𝑅∙𝑇
dimana P adalah tekanan (Pa), Mr adalah berat molekul masing-masing senyawa kimia
(kg/mol), R adalah konstanta gas universal (8.314 J/mol.K), dan T adalah temperatur
(K).
Densitas liquid, jika merupakan fungsi temperatur, dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
𝑇 𝑛
−(1− )
𝜌 = 𝐴𝐵 𝑇𝑐
3
dimana A, B dan n adalah koefisien regresi yang spesifik untuk tiap senyawa kimia, T
adalah temperatur pengukuran densitas (K) dan Tc adalah temperatur kritis (K). Data A,
B, n dan Tc dapat dilihat pada buku Chemical Properties Handbook. Berikut adalah
data koefisien regresi dan temperatur kritis untuk tiap senyawa yang digunakan pada
kasus perancangan kolom distilasi ini.
Tabel 6. Koefisien Regresi dan Temperatur Kritis
Component A B n Tc
Ethane 0.20087 0.2733 0.2833 305.42
Propane 0.22151 0.27744 0.287 369.82
i-Butane 0.22281 0.27294 0.27301 408.14
Butane 0.22827 0.2724 0.2863 425.18
i-Pentane 0.23725 0.2761 0.28673 460.43
Pentane 0.23143 0.26923 0.28215 469.65
Hexane 0.23242 0.265 0.2781 507.43
Heptane 0.23237 0.2602 0.2791 540.26
Octane 0.22807 0.25476 0.2694 568.83
Nonane 0.23364 0.25556 0.28571 595.65
𝜌𝑚𝑖𝑥 = ∑ 𝑥𝑖 ∙ 𝜌𝑖
𝑥𝑖 adalah fraksi mol tiap senyawa dan 𝜌𝑖 adalah densitas senyawa tersebut. Kalikan
densitas tiap senyawa dengan fraksi molnya lalu jumlahkan semuanya untuk
mendapatkan densitas campuran.
Densitas uap yang dimaksud untuk contoh ini adalah densitas overhead vapor dan
boil-up. Sementara densitas liquid adalah densitas campuran pada aliran reflux
(condensate) dan aliran bottoms liquid. Dengan menggunakan dua persamaan di atas
diperoleh nilai densitas untuk aliran-aliran tersebut sebagai berikut.
Reflux (top,L)
4
T = 335 K (37 0C)
P = 799549.57 Pa (7.89 atm)
Boil-up (bottom,V)
T = 426.72 K (128.72 0C)
P = 834000.07 Pa (8.24 atm)
Densitas butane juga diasumsikan nol karena temperatur bottoms liquid sudah melebihi
temperatur kritis butane.
5
STEP 2. Menentukan laju alir massa gas dan liquid di bagian atas dan bawah
Dari prosedur penentuan jumlah tray diperoleh hasil bahwa feed diumpankan pada tray
ke-7 dari atas. Feed tray membagi kolom distilasi menjadi 2 bagian. Untuk contoh ini 6
tray di atas feed tray disebut sebagai bagian atas (top) sementara 17 tray di bawah
feed tray disebut sebagai bagian bawah. Perancangan dimensi kolom distilasi dibagi
menjadi dua yaitu perancangan diameter bagian bawah dan bagian atas. Oleh karena
itu besaran-besaran seperti laju alir liquid dan vapor dihitung untuk bagian atas dan
bawah.
Sebelum menghitung laju alir massa gas dan liquid di bagian atas dan bawah, hitung
terlebih dahulu berat molekul masing-masing aliran (MRtop dan MRbottom). MR campuran
dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian fraksi mol tiap senyawa dengan MR
senyawa tersebut.
Fraksi mol campuran overhead vapor dan reflux nilainya sama maka MR untuk kedua
aliran tersebut juga sama. Begitu juga untuk bottoms liquid dan boil-up.
BAGIAN ATAS
Overhead Vapor (𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 )
Reflux (𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 )
BAGIAN BAWAH
Bottoms Liquid (𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚𝑠,𝐿 )
Boil-up (𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 )
6
𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 = 14202.68 𝑘𝑔/ℎ = 3.94 𝑘𝑔/𝑠
𝑘𝑔
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 𝜌𝑡𝑜𝑝,𝑉 1.36 𝑘𝑔/𝑠 14.112 𝑚3
𝐹LV,𝑡𝑜𝑝 = √ = √ = 0.077
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 𝜌𝑡𝑜𝑝,𝐿 3.07 𝑘𝑔/𝑠 474.407 𝑘𝑔
𝑚3
BAGIAN BAWAH
𝑘𝑔
𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 5.35 𝑘𝑔/𝑠 18.884 3
𝐹LV,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = = √ 𝑚 = 0.269
√
𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 3.945 𝑘𝑔/𝑠 480.005 𝑘𝑔
𝑚3
7
Top
Bottom
Gambar 1. Flooding velocity (FLV) untuk sieve plate (Fig. 11.27, Coulson & Richardson’s Chemical
Engineering, Volume 6)
𝑘𝑔
𝜌𝑡𝑜𝑝,𝐿 − 𝜌𝑡𝑜𝑝,𝑉 (474.407 − 14.112) 3
𝑚
𝜇𝑠,𝑡𝑜𝑝 = 𝐾1,𝑡𝑜𝑝 √ = 0.105 𝑚/𝑠√ 𝑘𝑔
= 0.596 𝑚/𝑠
𝜌𝑡𝑜𝑝,𝑉 14.112
𝑚3
BAGIAN BAWAH
𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 − 𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑣
𝜇𝑠,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝐾1,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 √
𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑣
𝑘𝑔
(480.005 − 18.884)
𝑚3
= 0.075 𝑚/𝑠√ 𝑘𝑔
= 0.371 𝑚/𝑠
18.884
𝑚3
8
STEP 5. Menentukan Kecepatan Aktual Vapor
Kecepatan aliran vapor menaiki kolom sebaiknya tidak diatur sama dengan kecepatan
maksimumnya. Kecepatan aktual vapor menaiki kolom sebaiknya lebih kecil dari
kecepatan maksimum yang diperbolehkan untuk mencegah terjadinya fenomena
entrainment (Gambar 3) yang dapat menyebabkan flooding (Gambar 2) pada salah satu
atau beberapa tray di kolom. Oleh karena itu kecepatan maksimum yang sudah terhitung
di Step 4 kemudian dikalikan dengan persen flooding untuk mendapatkan kecepatan
aktualnya. Persen flooding merepresentasikan ‘sejauh apa’ kondisi kolom distilasi dari
fenomena flooding. Persen flooding 85% artinya dengan kecepatan vapor yang
digunakan, kondisi liquid di tiap tray berada 15% dari mencapai fenomena flooding.
Dengan demikian persen flooding adalah parameter disain yang nilainya diasumsikan
atau dipilih pada saat perancangan, dan digunakan untuk menghitung kecepatan aktual
vapor.
BAGIAN BAWAH
𝜇𝑎𝑐𝑡,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑓𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝜇𝑠,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 85% × 0.371 𝑚/𝑠 = 0.315 𝑚/𝑠
9
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 3.07 𝑘𝑔/𝑠
𝑄𝑉,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 = = = 0.215 𝑚3 ⁄𝑠 = 7.576 𝑓𝑡 3 ⁄𝑠
𝜌𝑣,𝑡𝑜𝑝 14.112 𝑘𝑔⁄𝑚3
BAGIAN BAWAH
𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 3.945 𝑘𝑔/𝑠
𝑄𝑉,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 = = = 0.209 𝑚3 ⁄𝑠 = 7.378 𝑓𝑡 3 ⁄𝑠
𝜌𝑣,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 18.884 𝑘𝑔⁄𝑚3
10
STEP 7. Menentukan bubbling area untuk kontak uap-cair
Untuk menentukan bubbling area dibutuhkan nilai system factor dimana untuk masing
masing jenis komponen memiliki system factor yang berbeda beda. System factor dapat
dihitung menggunakan persamaan umum sebagai berikut:
2.915 3
𝜌𝑣 0.32 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜌𝑣 > 29.1 𝑘𝑔/𝑚
𝑆𝐹𝐾𝑜𝑐ℎ =( )
1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜌𝑣 ≤ 29.1 𝑘𝑔/𝑚3
Karena nilai densitas vapor untuk top dan bottom nilainya lebih kecil dari 29.1 𝑘𝑔/𝑚3
sehingga nilai SF sama dengan 1. Dan karena persen flooding yang diambil pada step 5
adalah 85% maka persamaan untuk menentukan bubbling area adalah sebagai berikut:
BAGIAN ATAS
𝑄𝑉,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 0.215 𝑚3 ⁄𝑠
𝐴𝑛𝑡𝑜𝑝 = = = 0.499 𝑚2
𝑆𝐹𝑡𝑜𝑝 ∙ %𝐹𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝜇𝑎𝑐𝑡,𝑡𝑜𝑝 1 × 0,85 × 0.506 𝑚⁄𝑠
BAGIAN BAWAH
𝑚3
𝑄𝑉,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 0.209
𝐴𝑛𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = = 𝑠 = 0.780 𝑚2
𝑆𝐹𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 ∙ %𝐹𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝜇𝑎𝑐𝑡,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 1 × 0,85 × 0.315 𝑚⁄𝑠
11
Karena tekanan operasi lebih besar dari 100 psia (6.8 atm) maka proses pemisahan
pada kolom debutanizer ini termasuk dalam kategori foaming tendency medium. Dengan
tray spacing 24 in sehingga diperoleh downcomer velocity pada rentang 0.4 – 0.5 ft/s.
Misal untuk contoh ini diambil downcomer velocity sebesar 0.45 ft/.
Karena yang mengalir melalui downcomer adalah liquid maka data yang dibutuhkan
adalah laju alir volumetrik liquid maksimum di bagian atas dan bawah kolom.
BAGIAN ATAS
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 1.361 𝑘𝑔⁄𝑠
𝑄𝐿,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 = = 3
= 0.003 𝑚3 ⁄𝑠 = 0.101 𝑓𝑡 3 ⁄𝑠
𝜌𝑡𝑜𝑝,𝐿 ⁄
474.407 𝑘𝑔 𝑚
BAGIAN BAWAH
𝑓𝑡 3
𝑄𝐿,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 0.101 𝑠
𝐴𝑑𝑡𝑜𝑝 = = = 0.225 𝑓𝑡 2 = 0.0207 𝑚2
𝜇𝑑𝑜𝑤𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑓𝑡
0.45 𝑠
BAGIAN BAWAH
𝑓𝑡 3
𝑄𝐿,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 0.394 𝑠
𝐴𝑑𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = = = 0.875 𝑓𝑡 2 = 0.0805 𝑚2
𝜇𝑑𝑜𝑤𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑓𝑡
0.45 𝑠
STEP 9. Menentukan Luas Penampang Lintang Kolom (Ac)
Luas penampang lintang kolom diperoleh dengan menjumlahkan luas bubbling area
pada step 7 dan luas downcomer pada step 8.
BAGIAN ATAS
BAGIAN BAWAH
4 𝐴𝑐𝑡𝑜𝑝 4 × 0.519 𝑚2
𝐷𝑐𝑡𝑜𝑝 = √ =√ = 0.813 𝑚
𝜋 3.14
12
BAGIAN BAWAH
4 𝐴𝑐𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 4 × 0.861 𝑚2
𝐷𝑐𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = √ =√ = 1.047 𝑚
𝜋 3.14
Holdup
Sebelum keluar sebagai bottoms liquid (L), liquid dari tray terakhir ditampung di bagian
bawah kolom (bottom sump). Liquid yang tertampung ini dinamakan sebagai holdup.
Volume holdup bergantung pada waktu tinggal (holding time) yang telah ditentukan pada
saat perancangan. Penentuan waktu tinggal bergantung pada destinasi produk bottom,
apakah ke storage tank atau ke unit lain. Untuk contoh ini asumsi holding time yang
digunakan adalah 5 menit.
Volume holdup (VH) dan tinggi holdup atau bottom sump (HS) dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:
VH 3.3 m3
Hs = = = 3.886 m
𝐴𝑐𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 0.861 𝑚2
Tinggi kolom (HC) adalah total dari tinggi tray (HT) dan tinggi bottom sump.
HT = N ∙ tray spacing = 24 ∙ 0.6 m = 14.4 m
maka,
HC = HT + Hs = 14.4 + 3.886 m = 18.286 m
13