Anda di halaman 1dari 13

Dimensi Kolom Distilasi

Yuli Amalia Husnil, PhD

Perancangan dimensi (diameter dan tinggi) kolom distilasi diawali dengan 6 tahapan
prosedur yang telah dijelaskan pada beberapa modul sebelum ini. Berikut adalah
rangkuman 6 tahapan tersebut.
1. Penetapan kondisi umpan kolom: laju alir mol total (181.59 kmol/hr), kondisi
termal (q = 0.8) dan fraksi mol tiap komponen penyusun.
Pada contoh sebelumnya satuan yang digunakan untuk umpan kolom debutanizer
adalah dalam mol/hr. Untuk contoh perancangan dimensi kolom pada modul 9 ini
satuan umpan diubah menjadi kmol/hr (komposisi tetap) untuk menghindari hasil
hitungan ukuran kolom yang terlalu kecil (dan tidak masuk akal untuk skala industri).
Perubahan satuan umpan ini tidak akan mengubah kondisi operasi kolom (T, P top
dan bottom) dan jumlah tray, namun tentu akan mengubah neraca massa dan energi.
Tabel 1. Komposisi Umpan
Komponen Laju alir mol (kmol/hr)
Ethane 0.2361
Propane 53.4087
i-Butane 24.8611
Butane 39.5526
i-Pentane 18.8501
Pentane 17.1249
Hexane 19.7036
Heptane 6.8827
Octane 0.5596
Nonane 0.4177
181.5971

2. Spesifikasi produk
Spesifikasi produk yang digunakan masih sama yaitu fraksi mol maksimum iC5 yang
diperbolehkan di produk atas adalah 0.5% sementara fraksi mol maksimum nC 4 di
produk bawah adalah 0.1%.
3. Komposisi produk atas dan bawah
Dari perhitungan neraca massa (Modul 6) diperoleh komposisi produk atas dan bawah
sebagai berikut.
Tabel 2. Komposisi Produk Atas dan Bawah
Distillate Prod. Bottom Prod.
Komponen kmol/hr Mole Frac kmol/hr Mole Frac
Ethane 0.2361 0.0020 0 0
Propane 53.4087 0.4504 0 0
i-Butane 24.8611 0.2096 0 0
Butane 39.4896 0.3330 0.0630 0.0010

1
Distillate Prod. Bottom Prod.
Komponen kmol/hr Mole Frac kmol/hr Mole Frac
i-Pentane 0.5929 0.0050 18.2572 0.2898
Pentane 0 0 17.1249 0.2718
Hexane 0 0 19.7036 0.3127
Heptane 0 0 6.8827 0.1092
Octane 0 0 0.5596 0.0089
Nonane 0 0 0.4177 0.0066
118.5884 63.0087

4. Kondisi operasi kolom distilasi


Dari prosedur penentuan temperatur dan tekanan bagian atas dan bawah kolom distilasi,
seperti yang telah dijelaskan pada Modul 6, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Kondisi Operasi Kolom Distilasi
Temperatur (0C) Tekanan (atm)

Overhead vapor 50.5 7.9*

Condensate 37 7.9

Bottoms liquid 128.7 8.2

Boil-up & Bottoms Product 128.7 8.2

P condenser = 0
Catatan: pada beberapa modul sebelum ini temperatur dan tekanan umpan tidak
disertakan informasinya. Meskipun tidak mempengaruhi perhitungan—nilai q yang lebih
dibutuhkan—sertakan juga informasi temperatur dan tekanan umpan yang sesuai untuk
mendapatkan nilai q umpan yang telah ditentukan dan sesuai dengan kondisi kolom.
Misalnya pada contoh ini diketahui tekanan kolom adalah antara 7.9-8.2 atm, maka
tekanan umpan tidak mungkin lebih kecil dari 7.9 atm. Untuk memastikan umpan dapat
memasuki kolom maka tekanan umpan sebaiknya sedikit lebih tinggi dari 8.2 atm,
misalnya 8.5 atm. Pada tekanan 8.5 atm, untuk mendapatkan nilai q umpan = 0.8
(fraksi vapor = 0.2), maka temperatur yang tepat untuk umpan pada contoh ini,
dengan komposisi yang telah ditetapkan di awal, adalah 63.7 0C (Modul 4).
5. Jumlah tray
Jumlah tray yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan pada modul 7 adalah 24 tray
dengan feed tray terletak pada tray ke-7 dari atas. Laju alir reflux adalah sebesar 94.5
kmol/hr (mengikuti satuan yang digunakan untuk umpan). Jumlah tray tidak berubah
meskipun laju alir umpan menjadi lebih besar karena yang mempengaruhi jumlah tray
adalah fraksi mol atau komposisi senyawa di umpan dan produk.
6. Neraca energi
Setelah mendapatkan nilai untuk laju alir reflux, laju alir untuk aliran lain seperti boil-up
dan bottoms liquid dapat dihitung. Dari prosedur perhitungan seperti yang telah
dijelaskan pada Modul 8, laju alir boil-up dan bottoms liquid adalah 176.805 kmol/hr

2
dan 239.814 kmol/hr. Kemudian neraca energi dapat diselesaikan untuk menentukan
laju alir fluida pendingin dan fluida pemanas. Ringkasan hasil perhitungan neraca energi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Perhitungan Neraca Energi untuk Condenser

Masuk (overhead) Keluar (Condensate)


n (mol/h) H (J/mol) n*H n (mol/h) H (J/mol) n*H
Ethane 236.099 1395.120 329386.0068 236.099 1451.89 342788.6733
Propane 53408.678 1960.908 104729488.272 53,408.678 1469.98 78509772.28
i-Butane 24861.095 2387.913 59366139.216 24,861.095 1751.03 43532580.26
Butane 39489.558 2645.315 104462306.797 39,489.558 1736.53 68574620.64
i-Pentane 592.942 3209.767 1903205.229 592.942 1942.45 1151762.25
Water 61847.939 377.50 23347770.041 61847.93886 1649.638991 102026771.5
Hin (J/h) 294138295.6 Hout (J/h) 294138295.6

Tabel 5. Ringkasan Hasil Perhitungan Neraca Energi untuk Reboiler

Masuk (Bottoms Liquid) Keluar (Boil-up)


n (mol/h) H (J/mol) n*H n (mol/h) H (J/mol) n*H
Butane 176.805 16915.852 2990804.331 176.805 13316.549 2354430.220
i-Pentane 51230.358 18430.798 944216391.495 51230.358 16334.653 836830110.001
Pentane 48053.186 18914.117 908883570.430 48053.186 16293.452 782952308.444
Hexane 55289.191 21737.719 1201860911.112 55289.191 19413.778 1073372098.049
Heptane 19312.999 25674.158 495844982.829 19312.999 22497.716 434498355.613
Octane 1570.264 28079.841 44092763.679 1570.264 25581.622 40169899.935
Nonane 1172.029 31047.793 36388912.119 1172.029 28693.008 33629036.057
Steam/Cond 82537.790 4253.69 351090512.563 82537.790 9469.15 781562610.241
Hin (J/h) 3985368848.559 Hout (J/h) 3985368848.559

Dari sini kita dapat memulai perancangan dimensi (diameter dan tinggi) kolom distilasi.

STEP 1. Menghitung densitas uap dan liquid pada bagian atas dan bawah kolom
distilasi
Densitas uap atau gas, jika diasumsikan sebagai gas ideal, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan,
𝑃 ∙ 𝑀𝑟
𝜌 =
𝑅∙𝑇
dimana P adalah tekanan (Pa), Mr adalah berat molekul masing-masing senyawa kimia
(kg/mol), R adalah konstanta gas universal (8.314 J/mol.K), dan T adalah temperatur
(K).
Densitas liquid, jika merupakan fungsi temperatur, dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
𝑇 𝑛
−(1− )
𝜌 = 𝐴𝐵 𝑇𝑐

3
dimana A, B dan n adalah koefisien regresi yang spesifik untuk tiap senyawa kimia, T
adalah temperatur pengukuran densitas (K) dan Tc adalah temperatur kritis (K). Data A,
B, n dan Tc dapat dilihat pada buku Chemical Properties Handbook. Berikut adalah
data koefisien regresi dan temperatur kritis untuk tiap senyawa yang digunakan pada
kasus perancangan kolom distilasi ini.
Tabel 6. Koefisien Regresi dan Temperatur Kritis

Component A B n Tc
Ethane 0.20087 0.2733 0.2833 305.42
Propane 0.22151 0.27744 0.287 369.82
i-Butane 0.22281 0.27294 0.27301 408.14
Butane 0.22827 0.2724 0.2863 425.18
i-Pentane 0.23725 0.2761 0.28673 460.43
Pentane 0.23143 0.26923 0.28215 469.65
Hexane 0.23242 0.265 0.2781 507.43
Heptane 0.23237 0.2602 0.2791 540.26
Octane 0.22807 0.25476 0.2694 568.83
Nonane 0.23364 0.25556 0.28571 595.65

Kedua persamaan di atas adalah untuk menghitung densitas masing-masing senyawa.


Karena semua aliran di kolom distilasi terdiri dari campuran beberapa senyawa maka
densitas yang harus dihitung adalah densitas campuran.

𝜌𝑚𝑖𝑥 = ∑ 𝑥𝑖 ∙ 𝜌𝑖

𝑥𝑖 adalah fraksi mol tiap senyawa dan 𝜌𝑖 adalah densitas senyawa tersebut. Kalikan
densitas tiap senyawa dengan fraksi molnya lalu jumlahkan semuanya untuk
mendapatkan densitas campuran.
Densitas uap yang dimaksud untuk contoh ini adalah densitas overhead vapor dan
boil-up. Sementara densitas liquid adalah densitas campuran pada aliran reflux
(condensate) dan aliran bottoms liquid. Dengan menggunakan dua persamaan di atas
diperoleh nilai densitas untuk aliran-aliran tersebut sebagai berikut.

Overhead vapor (top,V)


T = 348.5 K (50.5 0C)
P = 799549.57 Pa (7.89 atm)

Component mole frac  (kg/m3) top,V (kg/m3)


Ethane 0.002 8.189 0.016
Propane 0.450 12.009 5.408
i-Butane 0.210 15.829 3.318
Butane 0.333 15.829 5.271
i-Pentane 0.005 19.649 0.098
14.112

Reflux (top,L)

4
T = 335 K (37 0C)
P = 799549.57 Pa (7.89 atm)

Component mole frac  (kg/m3) top,L (kg/m3)


Ethane 0.002 0.000 0.000
Propane 0.450 424.640 191.245
i-Butane 0.210 501.899 105.219
Butane 0.333 525.722 175.064
i-Pentane 0.005 575.672 2.878
474.407

Perhatikan bahwa densitas ethane diasumsikan nol karena temperatur pengukuran


densitas (335 K) lebih tinggi dari temperatur kritis ethane. Artinya pada temperatur
tersebut ethane sudah tidak lagi berada pada kondisi liquid sehingga tidak disertakan
dalam perhitungan densitas campuran liquid.

Boil-up (bottom,V)
T = 426.72 K (128.72 0C)
P = 834000.07 Pa (8.24 atm)

Component mole frac  (kg/m3) bottom,V (kg/m3)


Butane 0.001 13.663 0.014
i-Pentane 0.290 16.960 4.914
Pentane 0.272 16.960 4.610
Hexane 0.313 20.257 6.335
Heptane 0.109 23.555 2.573
Octane 0.009 26.852 0.238
Nonane 0.007 30.149 0.200
18.884

Bottoms liquid (bottom,L)


T = 426.72 K (128.72 0C)
P = 834000.07 Pa (8.24 atm)

Component mole frac  (kg/m3) bottom,L (kg/m3)


Butane 0.001 0.000 0.000
i-Pentane 0.290 435.834 126.286
Pentane 0.272 451.402 122.685
Hexane 0.313 515.422 161.179
Heptane 0.109 555.251 60.652
Octane 0.009 584.488 5.191
Nonane 0.007 605.209 4.012
480.005

Densitas butane juga diasumsikan nol karena temperatur bottoms liquid sudah melebihi
temperatur kritis butane.

5
STEP 2. Menentukan laju alir massa gas dan liquid di bagian atas dan bawah
Dari prosedur penentuan jumlah tray diperoleh hasil bahwa feed diumpankan pada tray
ke-7 dari atas. Feed tray membagi kolom distilasi menjadi 2 bagian. Untuk contoh ini 6
tray di atas feed tray disebut sebagai bagian atas (top) sementara 17 tray di bawah
feed tray disebut sebagai bagian bawah. Perancangan dimensi kolom distilasi dibagi
menjadi dua yaitu perancangan diameter bagian bawah dan bagian atas. Oleh karena
itu besaran-besaran seperti laju alir liquid dan vapor dihitung untuk bagian atas dan
bawah.
Sebelum menghitung laju alir massa gas dan liquid di bagian atas dan bawah, hitung
terlebih dahulu berat molekul masing-masing aliran (MRtop dan MRbottom). MR campuran
dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian fraksi mol tiap senyawa dengan MR
senyawa tersebut.

𝑴𝑹𝒕𝒐𝒑 = ∑ 𝑥𝑖,𝑡𝑜𝑝 𝑀𝑅𝑖,𝑡𝑜𝑝

𝑴𝑹𝒃𝒐𝒕𝒕𝒐𝒎 = ∑ 𝑥𝑖,𝒃𝒐𝒕𝒕𝒐𝒎 𝑀𝑅𝑖,𝒃𝒐𝒕𝒕𝒐𝒎

Fraksi mol campuran overhead vapor dan reflux nilainya sama maka MR untuk kedua
aliran tersebut juga sama. Begitu juga untuk bottoms liquid dan boil-up.
BAGIAN ATAS
Overhead Vapor (𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 )

𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 = 𝑛𝑡𝑜𝑝,𝑉 ∙ 𝑴𝑹𝒕𝒐𝒑

Dimana 𝑛𝑡𝑜𝑝,𝑉 = 𝑉 = 213.12 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟 dan 𝑀𝑅𝑡𝑜𝑝 = 51.82 𝑘𝑔/𝑘𝑚𝑜𝑙, maka

𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 = 11043.76 𝑘𝑔/ℎ = 3.07 𝑘𝑔/𝑠

Reflux (𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 )

𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 = 𝑛𝑡𝑜𝑝,𝐿 ∙ 𝑴𝑹𝒕𝒐𝒑

Dimana 𝑛𝑡𝑜𝑝,𝐿 = 𝑅 = 94.54 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟 dan 𝑀𝑅𝑡𝑜𝑝 = 51.82 𝑘𝑔/𝑘𝑚𝑜𝑙, maka

𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 = 4898.69 𝑘𝑔/ℎ = 1.36 𝑘𝑔/𝑠

BAGIAN BAWAH
Bottoms Liquid (𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚𝑠,𝐿 )

𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 = 𝑛𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚𝑠,𝐿 ∙ 𝑴𝑹𝒃𝒐𝒕𝒕𝒐𝒎

Dimana 𝑛𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 = 𝐿 = 239.81 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟 dan 𝑀𝑅𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 80.33 𝑘𝑔/𝑘𝑚𝑜𝑙, maka

𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 = 19264.15 𝑘𝑔/ℎ = 5.35 𝑘𝑔/𝑠

Boil-up (𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 )

𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 = 𝑛𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 ∙ 𝑴𝑹𝒃𝒐𝒕𝒕𝒐𝒎

Dimana 𝑛𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 = 𝐵𝑢 = 176.80 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟 dan 𝑀𝑅𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 80.33 𝑘𝑔/𝑘𝑚𝑜𝑙, maka

6
𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 = 14202.68 𝑘𝑔/ℎ = 3.94 𝑘𝑔/𝑠

STEP 3. Menentukan Liquid-Vapor Flow Factor (Parameter)


Liquid-Vapor Flow Factor, FLV, adalah parameter yang merepresentasikan rasio antara
energi kinetik liquid dan vapor. Parameter ini kemudian akan digunakan untuk
menentukan kecepatan maksimum yang diperbolehkan untuk vapor. Jika vapor
mengalir ke atas dengan kecepatan di atas maksimum, maka ada dua hal yang bisa
terjadi. Yang pertama adalah entrainment yaitu fenomena terbawanya liquid bersama
aliran vapor ke overhead. Yang kedua, karena banyak liquid yang terbawa bersama aliran
vapor, akibatnya liquid berhenti mengalir ke bawah sehingga menyebabkan liquid
terakumulasi di salah satu tray. Fenomena ini dinamakan dengan flooding dan bisa
dimulai dari tray manapun di kolom. Persamaan FLV dirumuskan dari hasil pengalaman
bertahun-tahun para praktisi di lapangan dan masih digunakan sebagai standard untuk
memprediksi entrainment flooding di dunia perancangan kolom distilasi.
BAGIAN ATAS

𝑘𝑔
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 𝜌𝑡𝑜𝑝,𝑉 1.36 𝑘𝑔/𝑠 14.112 𝑚3
𝐹LV,𝑡𝑜𝑝 = √ = √ = 0.077
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 𝜌𝑡𝑜𝑝,𝐿 3.07 𝑘𝑔/𝑠 474.407 𝑘𝑔
𝑚3
BAGIAN BAWAH

𝑘𝑔
𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 5.35 𝑘𝑔/𝑠 18.884 3
𝐹LV,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = = √ 𝑚 = 0.269

𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 3.945 𝑘𝑔/𝑠 480.005 𝑘𝑔
𝑚3

STEP 4. Menentukan Kecepatan Maksimum Vapor (𝝁𝒔 )


Nilai FLV yang diperoleh dari Step 3 kemudian digunakan untuk memperoleh load factor
atau capacity factor, K1 (satuannya m/s), melalui pembacaan pada kurva Flooding
Velocity (Gambar 1). Dengan mengambil asumsi plate spacing (jarak antar tray) adalah
0.6 m, maka diperoleh.
K1,top = 0.105 m/s
K1,bottom = 0.075 m/s

7
Top
Bottom

Gambar 1. Flooding velocity (FLV) untuk sieve plate (Fig. 11.27, Coulson & Richardson’s Chemical
Engineering, Volume 6)

Kecepatan maksimum vapor (𝜇𝑠 )


BAGIAN ATAS

𝑘𝑔
𝜌𝑡𝑜𝑝,𝐿 − 𝜌𝑡𝑜𝑝,𝑉 (474.407 − 14.112) 3
𝑚
𝜇𝑠,𝑡𝑜𝑝 = 𝐾1,𝑡𝑜𝑝 √ = 0.105 𝑚/𝑠√ 𝑘𝑔
= 0.596 𝑚/𝑠
𝜌𝑡𝑜𝑝,𝑉 14.112
𝑚3

BAGIAN BAWAH

𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 − 𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑣
𝜇𝑠,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝐾1,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 √
𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑣

𝑘𝑔
(480.005 − 18.884)
𝑚3
= 0.075 𝑚/𝑠√ 𝑘𝑔
= 0.371 𝑚/𝑠
18.884
𝑚3

8
STEP 5. Menentukan Kecepatan Aktual Vapor
Kecepatan aliran vapor menaiki kolom sebaiknya tidak diatur sama dengan kecepatan
maksimumnya. Kecepatan aktual vapor menaiki kolom sebaiknya lebih kecil dari
kecepatan maksimum yang diperbolehkan untuk mencegah terjadinya fenomena
entrainment (Gambar 3) yang dapat menyebabkan flooding (Gambar 2) pada salah satu
atau beberapa tray di kolom. Oleh karena itu kecepatan maksimum yang sudah terhitung
di Step 4 kemudian dikalikan dengan persen flooding untuk mendapatkan kecepatan
aktualnya. Persen flooding merepresentasikan ‘sejauh apa’ kondisi kolom distilasi dari
fenomena flooding. Persen flooding 85% artinya dengan kecepatan vapor yang
digunakan, kondisi liquid di tiap tray berada 15% dari mencapai fenomena flooding.
Dengan demikian persen flooding adalah parameter disain yang nilainya diasumsikan
atau dipilih pada saat perancangan, dan digunakan untuk menghitung kecepatan aktual
vapor.

Gambar 2. Fenomena flooding


Nilai persen flooding yang disarankan berada pada rentang 80- 90%. Misalkan kita
pilih persen flooding 85%, maka kecepatan aktual vapor.
BAGIAN ATAS
𝜇𝑎𝑐𝑡,𝑡𝑜𝑝 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑓𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝜇𝑠,𝑡𝑜𝑝 = 85% × 0.596 𝑚/𝑠 = 0.506 𝑚/𝑠

BAGIAN BAWAH
𝜇𝑎𝑐𝑡,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑓𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 × 𝜇𝑠,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 85% × 0.371 𝑚/𝑠 = 0.315 𝑚/𝑠

STEP 6. Menentukan Laju Alir Volumetrik Vapor Maksimum


BAGIAN ATAS

9
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝑉 3.07 𝑘𝑔/𝑠
𝑄𝑉,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 = = = 0.215 𝑚3 ⁄𝑠 = 7.576 𝑓𝑡 3 ⁄𝑠
𝜌𝑣,𝑡𝑜𝑝 14.112 𝑘𝑔⁄𝑚3

BAGIAN BAWAH
𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑉 3.945 𝑘𝑔/𝑠
𝑄𝑉,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 = = = 0.209 𝑚3 ⁄𝑠 = 7.378 𝑓𝑡 3 ⁄𝑠
𝜌𝑣,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 18.884 𝑘𝑔⁄𝑚3

#Penting untuk dipahami


Gambar 3 berikut ini menunjukkan irisan membujur kolom distilasi. Active area atau
bubbling area adalah wilayah di tray dimana kontak antara vapor dan liquid terjadi. Di
area inilah terjadi peristiwa perpindahan dari liquid ke vapor dan sebaliknya. Downcomer
adalah ruang di bagian kiri dan kanan tray tempat liquid yang terakumulasi di atas tray
mengalir ke tray di bawahnya. Outlet weir ibarat pagar yang mengelilingi tray, yang
fungsinya membatasi tinggi liquid yang terakumulasi di atas tray. Jika tinggi liquid
melebihi tinggi outlet weir maka terjadi flooding di tray tersebut. Weeping, seperti artinya
yaitu menangis, adalah fenomena menetesnya liquid melalui hole tray (terutama pada
kolom dengan sieve tray). Fenomena weeping terjadi jika laju alir vapor menaiki kolom
terlalu rendah. Sebaliknya, jika laju alir vapor terlalu tinggi, maka fenomena entrainment
dan lalu flooding yang terjadi.

Gambar 3. Fenomena entrainment dan weeping

10
STEP 7. Menentukan bubbling area untuk kontak uap-cair
Untuk menentukan bubbling area dibutuhkan nilai system factor dimana untuk masing
masing jenis komponen memiliki system factor yang berbeda beda. System factor dapat
dihitung menggunakan persamaan umum sebagai berikut:
2.915 3
𝜌𝑣 0.32 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜌𝑣 > 29.1 𝑘𝑔/𝑚
𝑆𝐹𝐾𝑜𝑐ℎ =( )
1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜌𝑣 ≤ 29.1 𝑘𝑔/𝑚3

Karena nilai densitas vapor untuk top dan bottom nilainya lebih kecil dari 29.1 𝑘𝑔/𝑚3
sehingga nilai SF sama dengan 1. Dan karena persen flooding yang diambil pada step 5
adalah 85% maka persamaan untuk menentukan bubbling area adalah sebagai berikut:
BAGIAN ATAS
𝑄𝑉,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 0.215 𝑚3 ⁄𝑠
𝐴𝑛𝑡𝑜𝑝 = = = 0.499 𝑚2
𝑆𝐹𝑡𝑜𝑝 ∙ %𝐹𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝜇𝑎𝑐𝑡,𝑡𝑜𝑝 1 × 0,85 × 0.506 𝑚⁄𝑠

BAGIAN BAWAH

𝑚3
𝑄𝑉,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 0.209
𝐴𝑛𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = = 𝑠 = 0.780 𝑚2
𝑆𝐹𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 ∙ %𝐹𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝜇𝑎𝑐𝑡,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 1 × 0,85 × 0.315 𝑚⁄𝑠

STEP 8. Menentukan Luas Downcomers (Ad)


Untuk menentukan luas downcomers nilai yang harus diketahui adalah jarak tiap tray
yang diasumsikan diawal, yaitu pada step 4 yang nilainya sebesar 0.6 m ≈ 24 in dan
nilai downcomer velocity yang nilainya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Maximum Downcomers Velocity

Foaming Clear liquid velocity in downcomer, ft/s


Example
tendency 18-in spacing 24-in spacing 30-in spacing
Low - pressure (<100-psia)
Low Light hydrocarbons, 0,4 - 0,5 0,5 - 0,6 0,6 - 0,7
Stabilizers, air-water simulator
Oil systems , crude oil ,
distillation
Medium Absorbers, midpressure (100 - 0,3 - 0,4 0,4 - 0,5 0,5 - 0,7
300 psia)
Hydrocarbons
Amine , Glycerine, glycols, high
High Pressure (> 300 - psi) light 0,2 - 0,25 0,2 - 0,25 0,2 -0,3
Hydrocarbon
Sumber : H.Z Kister, Distillation operation .1992.Mc Graw-Hill

11
Karena tekanan operasi lebih besar dari 100 psia (6.8 atm) maka proses pemisahan
pada kolom debutanizer ini termasuk dalam kategori foaming tendency medium. Dengan
tray spacing 24 in sehingga diperoleh downcomer velocity pada rentang 0.4 – 0.5 ft/s.
Misal untuk contoh ini diambil downcomer velocity sebesar 0.45 ft/.

Karena yang mengalir melalui downcomer adalah liquid maka data yang dibutuhkan
adalah laju alir volumetrik liquid maksimum di bagian atas dan bawah kolom.
BAGIAN ATAS
𝑚𝑡𝑜𝑝,𝐿 1.361 𝑘𝑔⁄𝑠
𝑄𝐿,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 = = 3
= 0.003 𝑚3 ⁄𝑠 = 0.101 𝑓𝑡 3 ⁄𝑠
𝜌𝑡𝑜𝑝,𝐿 ⁄
474.407 𝑘𝑔 𝑚

BAGIAN BAWAH

𝑚𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 5.351 𝑘𝑔⁄𝑠


𝑄𝐿,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 = = = 0.011 𝑚3 ⁄𝑠 = 0.394 𝑓𝑡 3 ⁄𝑠
𝜌𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝐿 480.005 𝑘𝑔⁄𝑚3

Maka luas downcomer untuk bagian atas dan bawah yaitu:


BAGIAN ATAS

𝑓𝑡 3
𝑄𝐿,𝑡𝑜𝑝,𝑚𝑎𝑥 0.101 𝑠
𝐴𝑑𝑡𝑜𝑝 = = = 0.225 𝑓𝑡 2 = 0.0207 𝑚2
𝜇𝑑𝑜𝑤𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑓𝑡
0.45 𝑠

BAGIAN BAWAH

𝑓𝑡 3
𝑄𝐿,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 0.394 𝑠
𝐴𝑑𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = = = 0.875 𝑓𝑡 2 = 0.0805 𝑚2
𝜇𝑑𝑜𝑤𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑓𝑡
0.45 𝑠
STEP 9. Menentukan Luas Penampang Lintang Kolom (Ac)
Luas penampang lintang kolom diperoleh dengan menjumlahkan luas bubbling area
pada step 7 dan luas downcomer pada step 8.
BAGIAN ATAS

𝐴𝑐𝑡𝑜𝑝 = 𝐴𝑛𝑡𝑜𝑝 + 𝐴𝑑𝑡𝑜𝑝 = 0.499 𝑚2 + 0.0207 𝑚2 = 0.519 𝑚2

BAGIAN BAWAH

𝐴𝑐𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝐴𝑛𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 + 𝐴𝑑𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 0.780 𝑚2 + 0.0805 𝑚2 = 0.861 𝑚2

STEP 10. Menentukan Diameter Kolom (Dc)


BAGIAN ATAS

4 𝐴𝑐𝑡𝑜𝑝 4 × 0.519 𝑚2
𝐷𝑐𝑡𝑜𝑝 = √ =√ = 0.813 𝑚
𝜋 3.14

12
BAGIAN BAWAH

4 𝐴𝑐𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 4 × 0.861 𝑚2
𝐷𝑐𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = √ =√ = 1.047 𝑚
𝜋 3.14

STEP 11. Menentukan Tinggi Kolom (HC )

Holdup

Sebelum keluar sebagai bottoms liquid (L), liquid dari tray terakhir ditampung di bagian
bawah kolom (bottom sump). Liquid yang tertampung ini dinamakan sebagai holdup.
Volume holdup bergantung pada waktu tinggal (holding time) yang telah ditentukan pada
saat perancangan. Penentuan waktu tinggal bergantung pada destinasi produk bottom,
apakah ke storage tank atau ke unit lain. Untuk contoh ini asumsi holding time yang
digunakan adalah 5 menit.
Volume holdup (VH) dan tinggi holdup atau bottom sump (HS) dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:

VH = 𝑄𝐿,𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚,𝑚𝑎𝑥 ∙ t H = 0.011 m3 /s ∙ 300 s = 3.3 m3

VH 3.3 m3
Hs = = = 3.886 m
𝐴𝑐𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 0.861 𝑚2
Tinggi kolom (HC) adalah total dari tinggi tray (HT) dan tinggi bottom sump.
HT = N ∙ tray spacing = 24 ∙ 0.6 m = 14.4 m
maka,
HC = HT + Hs = 14.4 + 3.886 m = 18.286 m

13

Anda mungkin juga menyukai