Anda di halaman 1dari 8

Media Ilmiah Teknik Lingkungan

MITL Volume 2, Nomor 1, Februari 2017


Artikel Review, Hal. 37-44

Penurunan Kadar Surfaktan dan Sulfat dalam Limbah Laundry

Nani Apriyani
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
email: nani.apriyani@umpalangkaraya.ac.id

ABSTRAK. Jasa pencucian (laundry) di Indonesia yang semakin meningkat


setiap tahunnya diiringi dengan terjadinya pencemaran lingkungan khususnya air
akibat limbah yang dihasilkan. Detergen merupakan produk pembersih yang
umumnya digunakan dalam proses laundry dengan kandungan utamanya adalah
surfaktan dan fosfat dalam builder. Hal ini menyebabkan limbah laundry memiliki
kandungan surfaktan dan fosfat yang cukup tinggi. Seiring bertambahnya kegiatan
jasa laundry tersebut, maka perlu adanya pengelolaan limbah guna menurunkan
kadar surfaktan dan fosfat akibat limbah yang dihasilkan. Beberapa metode yang
telah dilaporkan dapat menurunkan kadar surfaktan dan fosfat adalah
biodegradasi, elektrokoagulasi, membran dan biofiler.

Kata kunci : limbah, laundry, surfaktan, sulfat, pencemaran

PENDAHULUAN konsentrasi fosfat yang terkandung dalam air


Kegiatan jasa pencucian (laundry) di limbah laundry tersebut sebesar 7,40 mg/L
Indonesia semakin meningkat setiap (Wandhana, 2013). Berlebihnya kandungan
tahunnya. Jasa ini memiliki manfaat besar fosfat dalam badan air dapat mengakibatkan
bagi masyarakat, baik bagi penyedia maupun terjadinya algae blooming atau eutrofikasi.
pengguna jasa laudry tersebut. Seiring Kasus di atas hanya merupakan salah
bertambahnya kegiatan jasa ini maka perlu satu dampak tercemarnya air akibat limbah
diikuti dengan pengelolaan guna mencegah laundry. Beberapa metode untuk menurunkan
terjadinya pencemaran akibat limbah yang konsentrasi zat pencemar dari limbah laundry
dihasilkan. banyak dilaporkan sebagai upaya
Dalam prakteknya, jasa laundry banyak menanggulangi pencemaran air. Tulisan ini
menggunakan deterjen sebagai bahan pencuci bertujuan memberikan informasi tentang
dikarenakan deterjen mempunyai sifat–sifat beberapa metode tersebut untuk menjaga dan
pembersih yang efektif dibandingkan dengan menanggulangi pencemaran lingkungan.
sabun biasa. Zat utama yang terkandung
dalam deterjen adalah senyawa ionik PEMBAHASAN
berupa natrium tripolifospat yang berfungsi Kandungan Detergen
sebagai builder dan surfaktan (Wardhana Detergen merupakan produk pembersih
dkk., 2009). yang merupakan penyempurnaan dari sabun.
Menurut Masduqi melaporkan bahwa Kelebihan deterjen dibandingkan sabun
dalam sehari usaha laundry di Daerah adalah kemampuannya dalam mengatasi air
Keputih Sukolilo, Surabaya bisa sadah dan larutan asam. Detergen sering
mengerjakan cucian sekitar 75 sampai 80 disebut dengan istilah detergen sintetis yang
kg dan air limbah laundry yang dihasilkan dibuat dari bahan-bahan sintetis (Zoller,
sebesar 35 sampai 40 liter dengan 2004).
Penurunan Kadar Surfaktan ... 38

Deterjen mengandung sekitar 25 macam


bahan yang secara umum dapat dikelompokan
menjadi: (1) surfaktan, (2) builder, (3)
bleaching agents dan (4) additives (Smulders,
E., 2002). Komponen terbesar dari detergen
Ujung hidrofobik Ujung hidrofilik
yaitu bahan builders antara 70-80%, bahan
dasar sekitar 20-30%, dan bahan aditif relatif
Gambar 1. Struktur surfaktan
sedikit antara 2-8%.
Pemakaian detergen akan menghasilkan Surfaktan dikelompokan menjadi
limbah karena setelah pemakaian, air bekas empat kelompok yaitu anionik, nonionik,
cucuian yang telah mengandung deterjen kationik, dan zwitterionik atau amfoterik
dibuang di lingkungan. Formulasi awal (Smulder, E., 2002 & Yu, et al, 2008). Contoh
detergen mengandung surfaktan surfaktan ditampilkan dalam Tabel 1.
nonbiodegradabel. Air limbah detergen Tabel 1. Contoh surfaktan
termasuk polutan bagi lingkungan karena Surfaktan Rumus molekul Jenis
mengandung zat ABS (alkyl benzene Alkil ( ) Nonionik
sulphonate) yang tergolong keras. Surfaktan (polietilen)
sebagai komponen utama dalam detergen glikol ether
Alkil Anionik
memiliki rantai kimia yang sulit
Sulfonat
didegradasi alam (Sutanto, 1996). Dialkil [ ( ) ] Kationik
Dimetil
Limbah Detergen: Surfaktan amonium
Surfaktan (surfactant: surface active klorida
Betaines ( ) Amfoterik
agents) merupakan senyawa yang dapat
(Sumber: Smulder, E., 2002)
menurunkan tegangan permukaan air.
Surfaktan berfungsi untuk mengangkat
Jenis surfaktan anionik merupakan jenis
kotoran pada pakaian baik yang larut dalam
yang paling banyak digunakan dalam kegiatan
air maupun yang tak larut dalam air. Hal ini
laundry karena biaya pembuatannya yang
dapat terjadi karena molekul surfaktan terdiri
mudah dan murah. Surfaktan anionik yang
dari satu ujung hidrofilik dan satu ujung
umum digunakan adalah Alkyl Benzene
hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau
Sulfonates (ABS) dan Linear Alkyl Benzene
lebih). Ujung hidrofobik surfaktan merupakan
Sulfonates (LAS) (Yu, et al, 2008).
satu rantai atau lebih hidrokarbon yang
ABS dikenal sebagai deterjen karena
mengandung 12 atom karbon atau lebih.
yang tahan terhadap penguraian biologis,
Molekul-molekul dan ion-ion yang
sehingga dikenal sebagai senyawa pencemar
diadsorbsi pada antar muka inilah yang
toksik bagi biota air (Chonnell dalam
dinamakan surface aktive agent atau
Hudori, 2008). Penggunaannya kemudian
surfaktan. Surfaktan disebut juga sebagai
digantikan dengan LAS pada tahun 1965.
amfifil karena molekul atau ionnya yang
LAS dapat menurunkan tegangan
mempunyai affinitas tertentu terhadap
permukaan dan mengemulsi lemak sehingga
pelarut polar maupun non polar. Hal ini
sebagai dimanfaatkan sebagai pelarut
tergantung pada jumlah dan sifat dari gugus-
lemak dan denaturasi protein. Jenis surfaktan
gugus polar dan non polar tersebut. Amfifil
lainnya juga digunakan sebagai pembersih
dapat bersifat hidrofilik (suka air), lipofilik
pakaian seperti Nonylphenol dan Sodium
(suka minyak) atau bersifat seimbang di
Lauryl Ether Sulphate dari kelompok
antara dua sifat ekstrim tersebut. Struktur
surfaktan nonionik (Hudori, 2008; Yu, et al,
dari surfaktan terlihat seperti Gambar 1.
2008). Struktur LAS dapat dilihat pada
Gambar 2.

Apriyani, N./MITL Vol. 2 No. 1 (2017):37-44


Penurunan Kadar Surfaktan ... 39

menempel kembali. Padatan yang terbentuk


akibat reaksi tersebut akan lebih tinggi bila air
yang digunakan memiliki tingkat kesadahan
tinggi, dan sebaliknya (Kohler, 2006; Hudori,
2008; Yu, et al, 2008).

Gambar 2. Struktur Linear Alkyl Benzene


Sulfonates; LAS: CnH2n – SO3Na
(n = 16-20, untuk produk komersial) Gambar 3. Struktur Sodium Tripolifosfat
(STTP)
Limbah Detergen: Fosfat
Komponen penting kedua penyusun Deterjen yang mengandung fosfat akan
deterjen adalah builder. Fungsi builder dalam menghasilkan limbah yang mengandung
deterjen adalah melunakkan air sadah dengan polifosfat, yang merupakan salah satu bentuk
cara mengikat mineral terlarut agar surfaktan dari fosfor selain fosfor organik dan
dapat berfungsi dengan baik. orthofosfat (H2PO4 , HPO4 , PO43-) (Hammer
- 2-

Builder dapat membantu terciptanya dan Viesman, 2005).


suasana asam yang tepat agar proses Adanya fosfat dalam air dapat
pembersihan berlangsung dengan lebih baik menghambat penguraian pada proses
serta membantu mensuspensikan kotoran biologis (Saefumilah, 2006). Fosfat
yang telah lepas. Senyawa kompleks yang merupakan bentuk persenyawaan fosfor yang
umum digunakan dalam builder adalah berperan penting sebagai penunjang
natrium sitrat, natrium karbonat, natrium kehidupan aquatik. Penggunaan deterjen
silikat, flourescent dan fosfat (Hudori, 2008). dapat meningkatkan konsentrasi fosfat pada
Jenis builder yang sering digunakan badan air buangan sehingga memicu
dalam deterjen adalah Sodium Tripolifosfat pertumbuhan algae (Paytan & McLaughin,
(STPP) (Tjandraatmadja dan Diaper, 2006). 2007).
Struktur STTP dapat dilihat pada Gambar 3. Fosfat tidak memiliki daya racun, tetapi
STPP bereaksi dengan ion magnesium dan akumulasinya dalam jumlah berlebihan dapat
ion kalsium dalam air untuk mengurangi menyebabkan pengkayaan unsur hara atau
keberadaan ion-ion tersebut karena dapat eutrofikasi yang ditandai dengan terjadinya
mengurangi efektivitas surfaktan. Reaksi ledakan pertumbuhan tanaman air sehingga
tersebut membentuk padatan dan senyawa menyebabkan pencemaran air (Widiyani,
lain yang juga mengandung fosfat dan 2010).
digunakan untuk mencegah kotoran

Metode Pengolahan Limbah Laundry


Beberapa penelitian tentang metode pengolahan limbah laundry disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Penelitian tentang metode pengolahan limbah laundry
Tahun Peneliti Metode Tujuan
- Argo Hadi Kusumo Adsorpsi Menggunakan Arang Batok Penurunan Konsentrasi
M. Razif Kelapa (Coconut Shells) Komersil Surfaktan
- Budiany Rachmawati Elektrokoagulasi Penurunan Konsentrasi
Yayok Surya P Surfaktan
Mohamad Mirwan
- Satria Pratama Putra Nasution Reaktor Biofilter Pemulihan Kualitas Air
Nieke Karnaningroem Limbah Laundry
2009 Budiawan, Biodegradabilitas Degradasi Surfaktan Linear
Yuni Fatisa, Alkilbenzena Sulfonat (LAS)
Neera Khairani

Apriyani, N./MITL Vol. 2 No. 1 (2017):37-44


Penurunan Kadar Surfaktan ... 40

2009 Hudori, Elektrokoagulasi Dengan Elektroda Pengolahan Deterjen


P. Soewondo Aluminium
2012 Novia Rahmawati, Koagulasi-Flokulasi, Filtrasi Dan Penyisihan Kekeruhan
Ratih Purnamasari Adsorbsi
2012 Cony Puspitahati Biosand Filter Penurunan Kandungan
Phosphat
2013 Vera Roni Setiawan, Membran Selulosa Diasetat Berbasis Pengolahan Limbah Cair
Cut Meurah Rosnelly, Selulosa Pulp Kayu Sengon Laundry
Darmadi (Paraserianthes Falcataria)
2013 Irawan Wisnu Wardhana, Penggunaan Karbon Aktif Dari Penurunan Kandungan
Dwi Siwi H., Sampah Plastik Phosphat
Dessy Ika R.
2013 Ni Made Yunarsih Membran Khitosan dari Kulit Udang Penurunan Fosfat
Galah (Macrobanchium Rosenbergii)
2013 Anggi Rizkia Utami Biosand Filter dan Activated Carbon Pengolahan Limbah Cair
Laundry
2013 Aufiyah, Membran Nanofiltrasi Aliran Penurunan Fosfat
Alia Damayanti Cross Flow
2015 Haryati Bawole Sutanto, Kombinasi Sistem Biofilter dan Penurunan Kandungan COD,
Tanaman Air Detergen dan Nutrien
(Phospat)
2015 Sri Widya Astuti, Metode Biosand Filter Degradasi Fosfat
Mersi Suriani Sinaga
2015 Ni G. A. M Dwi Adhi Suastuti, Biofilter Tanaman Kangkungan Penurunan Konsentrasi
I Wayan Suarsa, (Ipomoea Crassicaulis) dalam Sistem Surfaktan dan Fosfat
Dwi Kurnia Putra R Batch (Curah) Teraerasi

Berdasarkan Tabel tersebut, dapat Beberapa bakteri yang telah dilaporkan


dikelompokkan metode pengolahan limbah dapat melakukan biodegradasi adalah
laundry yaitu: (1) biodegradasi, (2) Flavobakterium sp., Acinetobacter sp.,
elektrokoagulasi, (3) membran dan (4) Pseudomonas spp. yang dapat tumbuh pada
biofilter. beberapa aromatik sulfonat, dan bakteri alami
Comamonas testosteroni T-3, yang mampu
Biodegradasi mendegradasi P-toluen-sulfonat (pTS) sebagai
Salah satu metode pengolahan limbah model senyawa aromatik (WHO, 1996).
secara biologi adalah biodegradasi, yaitu
proses oksidasi senyawa organik oleh Elektrokoagulasi
mikroorganisme, baik di tanah, perairan, atau Elektrokoagulasi adalah proses
pada instalasi pengolahan air limbah. Proses destabilisasi suspensi, emulsi dan larutan
ini dapat terjadi karena adanya metabolisme yang mengandung kontaminan dengan cara
zat organik melalui sistem enzim untuk mengalirkan arus listrik melalui air sehingga
menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi membentuk gumpalan yang mudah
oleh bakteri. dipisahkan (Mollah, 2004). Proses
LAS bersifat mudah dibiodegradasi elektrokoagulasi menurut Susetyaningsih
hingga 95-99,9% pada metode pengolahan merupakan gabungan proses elektrokimia
limbah cair dengan lumpur aktif (Prats dkk, dan koagulasi-flokulasi dan elektrokimia
2006). Biodegrasi LAS dapat dilakukan di (Retno, dkk 2008). Tiga proses mendasar
bawah kondisi aerobik pada media yang dalam elektrokoagulasi ini dinyatakan dalam
mengandung air, meskipun sejumlah 20-25% Diagram Venn pada Gambar 4 berikut.
fraksi penting terimobilisasi dalam limbah
padat dan persisten dalam kondisi aerobik
(Peinado, 2009). Dalam kondisi anaerobik,
sangat sedikt LAS yang dapat didegradasi.
Hal ini terjadi dikarenakan rantai alifatik tidak
dapat direduksi lebih lanjut.

Apriyani, N./MITL Vol. 2 No. 1 (2017):37-44


Penurunan Kadar Surfaktan ... 41

pada permukaan partikel. Hal ini


menyebabkan terbentuknya permukaan
Elektrokimia Elektrokoagulasi hydropobic yang menyebabkan partikel
dalam air limbah akan naik ke permukaan
dengan bantuan gelembung gas yang
terbentuk.
Flotasi
Koagulasi
Membran
Membran adalah lapisan tipis antara dua
Gambar 4. Diagram Venn elektrokoagulasi fase fluida yaitu fase umpan (feed) dan fasa
(Holt et al., 2001) permeat yang bersifat sebagai penghalang
(barrier) terhadap suatu spesi tertentu, yang
Pada elektrokoagulasi terjadi reaksi dapat memisahkan zat dengan ukuran yang
oksidasi-reduksi. Proses ini timbul karena berbeda. Membran dapat menahan spesi
adanya reaksi pada elektroda sebagai akibat tertentu yang lebih besar dari ukuran pori
masuknya aliran arus listrik searah dengan membran dan melewatkan spesi lain dengan
tegangan tertentu. Proses oksidasi-reduksi ini ukuran lebih kecil. Berdasarkan sifat ini,
bertujuan untuk mendestabilkan ion agar membran disebut bersifat semipermeabel.
memudahkan proses pengendapan serta Sifat selektif dari membran ini dapat
mengurangi sifat racun dari ion tersebut. digunakan dalam proses pemisahan.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses Pemisahan dengan membran dapat
elektrokoagulasi sebagai berikut. memindahkan komponen berdasarkan sifat
Reaksi redoks di katoda (elektroda negatif): fisik dan kimia dari membran serta komponen
yang dipisahkan. Perpindahan ini terjadi
karena adanya gaya dorong (driving force)
dalam umpan yaitu beda tekanan (∆P), beda
Reaksi redoks di anoda (elektroda positif): konsentrasi (∆C), beda potensial listrik (∆E)
dan beda temperatur (∆T) serta selektifitas
membran yang dinyatakan dengan rejeksi.
Gambar 5 menggambarkan skema pemisahan
Pada anoda yang merupakan tembaga oleh membran (Mulder,1996).
akan mengalami terjadi reaksi oksidasi air
Fase 1 Membran Fase 2
menjadi gas oksigen (O2), sedangkan di
katoda terjadi reduksi air menjadi gas
hidrogen (H2). Ion Cu2+ yang berasal dari
pelarutan anoda akan direduksi dengan ion
OH membentuk cuprum hidroksida Cu(OH)2 Umpan Permeat
menurut reaksi: Driving force
( ) ∆P, ∆C, ∆E, ∆T, R

Berdasarkan reaksi tersebut, pada anoda Gambar 5. Skema pemisahan oleh membran
akan dihasilkan gas, buih dan flok Cu(OH)2 (Mulder,1996).
yang kemudian menggumpalkan padatan
tersuspensi sehingga air menjadi jernih. Membran dapat membatasi
Gelembung gas O2 dan H2 yang terbentuk pengangkutan berbagai spesi berdasarkan
akan membantu mendorong polutan sifat fisik dan kimianya secara selektif
mengapung ke permukaan. Peristiwa ini sehingga diharapkan zat pencemar seperti
disebut dengan elektroflotasi. surfaktan dan fosfat dapat terdegradasi secara
Menurut Ge (2004) penyisihan maksimal. Teknologi membran
surfaktan pada proses elektrokoagulasi membutuhkan energi rendah, tidak
terjadi karena adanya adsorpsi surfaktan menghasilkan kontaminan dan polutan, lahan

Apriyani, N./MITL Vol. 2 No. 1 (2017):37-44


Penurunan Kadar Surfaktan ... 42

yang diperlukan relatif kecil dan mudah dan alga dan lapisan terdalam adalah bakteri,
dikombinasikan dengan produk teknologi jamur dan algae (Slamet dan Masduqi, 2000).
lain (Mulder, 1996). Ketersediaan unsur karbon (C),
Berdasarkan bahannya, membran Nitrogen (N), dan Fosfor (P) sebagai nutrien
dibedakan menjadi membran polimer dan dapat mempengaruhi pertumbuhan biofilm.
membran anorganik. Pada membran polimer, Metcalf dan Eddy (2004) melaporkan bahwa
bahan polimer yang umum digunakan adalah pertumbuhan lapisan biofilm dapat mencapai
selulosa dan turunannya (selulosa asetat), ketebalan antara 100 mikro meter sampai 10
polisulfon, poliamida, poliakrilonitril mm tergantung pada kondisi tempat tumbuh
(Wenten, 1999). Selulosa asetat dan biofilm.
turunannya banyak digunakan sebagai Gambar 6 berikut merupakan contoh
bahan polimer membran karena sifatnya reaktor biofilter dengan kombinasi tanaman
yang ramah lingkungan. bambu air yang dilaporkan oleh Sutanto
(2015).
Biofilter
tanaman bambu air
Biofilter adalah reaktor yang
inlet
dikembangkan dengan prinsip tumbuh dan
berkembangnya mikroba pada suatu media pasir

filter dan membentuk lapisan biofilm kerikil Ø 3


(attached growth) (Slamet dan Masduqi, mm
kerikil Ø 5 mm
2000). Proses biofilter dilakukan dengan
mengalirkan air limbah ke dalam reaktor zeolit Ø 6-10
mm
biologis yang telah diisi media penyangga outlet
sebagai pengembangbiakkan mikroorganisme.
Zat polutan di dalam air limbah, seperti fosfor Gambar 6. Reaktor biofilter kombinasi
akan terdifusi ke dalam lapisan biofilm yang tanaman bambu air
melekat pada permukaan media. (Sutanto, 2015)
Metode biofilter menggunakan tanaman
yang memiliki kelompok mikroorganisme Biofilter terjadi dalam 2 tahap yaitu
rhizosfer, yaitu kelompok mikroba yang proses aklimatisasi atau penyemaian bakteri
hidup bersimbiosis di sekitar akar tanaman, dan proses running. Proses aklimatisasi
baik tanaman di tanah maupun air. Mikroba dilakukan dengan merendam media dalam
rhizosfer dapat bahan organik maupun wadah dengan air limbah laundry yang
anorganik pada limbah (Waluyo, 2005). dibiarkan mengalami kontak langsung dengan
Secara umum, media biofilter yang udara. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan
digunakan berupa bahan organik atau bakteri aerob pembentuk biofilm.
anorganik. Media biofilter dari bahan organik Pertumbuhan biofilm ini diamati setelah 8
biasanya berbentuk jaring, tali, butiran tak sampai 14 hari yang ditandai dengan ditandai
teratur, papan dan bentuk sarang tawon. licinnya permukaan media (Rizki, 2012).
Untuk media anorganik, media dapat berupa Media ini kemudian dipindahkan pada reaktor
batu pecah, kerikil, marmer atau batu biofilter untuk proses running,yaitu
tembikar. pengambilan data pada selang waktu yang
Material organik yang terdiri dari ditentukan. Data diambil dari pemeriksaan
mikroorganisme terlekat pada matriks polimer sampel yang diambil dari outlet.
yang dibentuk oleh mikroorganisme itu
sendiri disebut dengan biofilm. Ketebalan PENUTUP
lapisan biofilm berkisar 100 µm-10 mm Surfaktan dan fosfat merupakan
(Barros, 2000). Lapisan biofilm yang sudah kandungan yang paling banyak terdapat
terbentuk sempurna akan tersusun dalam tiga dalam limbah laundry. Hal ini dikarenakan
lapisan kelompok bakteri, yaitu jamur pada kedua zat tersebut adalah komponen utama
lapisan terluar, lapisan tengah adalah jamur dalam detergen yang digunakan pada jasa

Apriyani, N./MITL Vol. 2 No. 1 (2017):37-44


Penurunan Kadar Surfaktan ... 43

laundry. Beberapa metode yang telah Cair Laundry dengan Adsorpsi


dilaporkan dapat menurunkan kadar surfaktan Menggunakan Arang Batok Kelapa
dan fosfat dalam limbah laundry adalah (Coconut Shells) Komersil, Artikel
biodegradasi, elektrokoagulasi, membran dan Hasil Penelitian, Fakultas Teknik Sipil
biofilter. dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA Utami, A. R., 2013, Pengolahan Limbah Cair
Budiawan, Fatisa, Y., Khairani N., 2009, Laundry dengan Menggunakan
Optimasi Biodegradabilitas dan Uji Biosand Filter dan Activated Carbon,
Toksisitas Hasil Degradasi Surfaktan Jurnal Teknik Sipil Untan, 13 (1), 59-
Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS) 71.
sebagai Bahan Deterjen Pembersih, Yunarsih, N. M., 2013, Efektifitas Membran
Makara Sains, 13 (2), 125-133. Khitosan dari Kulit Udang Galah
Hudori, Soewondo, P., 2009, Pengolahan (Macrobanchium rosenbergii) untuk
Deterjen Menggunakan Teknologi Menurunkan Fosfat dalam Air Limbah
Elektrokoagulasi dengan Elektroda Laundry, Tesis, Program Pascasarjana,
Aluminium, Jurnal Sains dan Universitas Udayana, Denpasar.
Teknologi Lingkungan, 1(2), 117‐125. Slamet, A., dan Masduqi, A., 2000, Satuan
Wardhana, I. W., Siwi, D. H., dan Ika, D. R., Proses, Institut Teknologi Sepuluh
2013, Penggunaan Karbon Aktif dari Nopember, Surabaya
Sampah Plastik untuk Menurunkan Wandhana, R., 2013, Pengolahan Air Limbah
Kandungan Phosphat pada Limbah Laundry Secara Alami (Fitoremediasi)
Cair (Studi Kasus: Limbah Cair Dengan Tanaman Kayu Apu (Pistia
Industri Laundry di Tembalang, Stratiotes), Skripsi, Teknik
Semarang), Jurnal Presipitasi , 10 (1), Lingkungan, Universitas
30-40. Pembangunan Nasional “Veteran”,
Sutanto, H. B., 2015. Studi Pengolahan Air Jawa Timur.
Limbah Industri Jasa Laundry Smulders, E., 2002, Laundry Detergents,
menggunakan Kombinasi Biofilter dan Wiley-VCH Verlag GmbH,
Tanaman Bambu Air. Laporan Weinheim, Germany.
Penelitian. Fakultas Bioteknologi, Mulder, M., 1996, Basic Principles of
Universitas Kristen Duta Wacana, Membrane Technology, Kluwer
Yogyakarta. Academic, Netherland.
Putra, I. K. S., 2015, Penurunan Kadar COD, D. Prats, D., Lopez, C., Vallejo, D., Varo, P.,
Surfaktan dan Fosfat Limbah Laundry dan Leon, V. M., 2006, J. Surfact.
dengan Biosistem Tanaman, Skripsi, Det., 9, 69–75.
Fmipa, Universitas Udayana, Peinado, M. S., Lopez, J. G., Toledo, M. V.
Denpasar. M., Pozo, dan C., Rodelas, B., 2009,
Astuti, S. W., Sinaga, M. S, 2015, Pengolahan Environ. Sci. Pollut. Res., 30.
Limbah Laundry Menggunakan WHO (World Health Organization), 1996,
Metode Biosand Filter untuk Linear Alkylbenzene Sulfonates and
Mendegradasi Fosfat, Jurnal Teknik Related Compounds, Environmental
Kimia USU, 4 (2), 53-58. Health Criteria 169, International
Nasution, S. P. P., Karnaningroem, N., Programme on Chemical Safety
Pemulihan Kualitas Air Limbah (IPCS), Geneva.
Laundry dengan Reaktor Biofilter, Ge, J., Qu, J., Lei, P., dan Liu, H., 2004, New
Artikel Hasil Penelitian, Fakultas Bipolar Electrocoagulation-
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Electroflotation Process for The
Teknologi Sepuluh Nopember, Treatment of Laundry Wastewater,
Surabaya. Separation and Purification
Kusumo, A. H., Razif, M., Penurunan Technology, 36, 33-39.
Konsentrasi Surfaktan dalam Limbah

Apriyani, N./MITL Vol. 2 No. 1 (2017):37-44


Penurunan Kadar Surfaktan ... 44

Holt, P. K., Barton, G. W., dan Mitchell, C. Perencanaan, Institut Teknologi


A., 2001, The role of current in Sepuluh Nopember, Surabaya.
determining pollutant removal in a Rizky, A., 2012, Penurunan Kadar COD Air
batch electrocoagulation reactor. In Limbah Pencucian Motor dengan
6th World Congress of Chemical Biofilter, Artikel Hasil Penelitian,
Engineering, Conference Media CD, Fakultas Teknik Sipil dan
Melbourne, Australia. Perencanaan, Institut Teknologi
Mollah, M. Y. A., Morkovsky, P., Gomes, J. Sepuluh Nopember, Surabaya.
A. G., Kesmez, M., Parga, J., dan Waluyo, L., 2005, Mikrobiologi Lingkungan,
Cocke, D. L., 2004, Fundamentals, Universitas Muhammadiyah Malang,
Present and FuturePerspectives of Malang.
Electrocoagulation, Journal of Puspitahati, C., 2012, Studi Kinerja Biosand
Hazardous Materials, B114, 199-210. Filter dalam Mengolah Limbah
Wenten, I. G., 1999, Teknologi Membran Laundry dengan Parameter Fosfat,
Industri, ITB Press, Bandung. Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan,
Metcalf dan Eddy, 1991, Waste Water Fakultas Teknik Sipil dan
Engineering Treatment, Disposal and Perencanaan, Institut Teknologi
Reuse, Mc. Graw-Hill, Inc., New Sepuluh Nopember, Surabaya.
York. Budiany Rachmawati, B., Surya, Y. P.,
Sutanto, H., 1996, Purification of Mirwan, M., Proses Elektrokoagulasi
Wastewater from Detergent Factory Pengolahan Limbah Laundry, Jurnal
by a Biological Rotor, International Ilmiah Teknik Lingkungan, 6 (1), 15-
Institute for Infrastructural, 22.
Hydraulic and Environmental Suastuti, Ni G. A. M. D. A., Suarsa, I. W.,
Enggineering. dan Putra R. D. K., 2015, Pengolahan
Widiyani, P., 2010, Dampak dan Penanganan Larutan Deterjen Dengan Biofilter
Limbah Deterjen, Fakultas Kedokteran Tanaman Kangkungan (Ipomoea
Hewan, Institut Pertanian Bogor, Crassicaulis) dalam Sistem Batch
Bogor. (Curah) Teraerasi, Jurnal Kimia, 9 (1),
Barros, L. A. F., Filho, L.S., dan Peres, A. E. 98-104.
C., 2000, Technical Note Plant Aufiyah dan Damayanti, A., 2013,
PracticeInnovations In A Phospate Pengolahan Limbah Laundry
Concentrator. Dept of Minning Menggunakan Membran Nanofiltrasi
Engineering, USP, Brazil. Aliran Cross Flow untuk Menurunkan
Slamet, A., dan Masduqi, A., 2000, Satuan Kekeruhan dan Fosfat, Jurnal Teknik
Proses, Fakultas Teknik Sipil dan POMITS, 2 (2).

Apriyani, N./MITL Vol. 2 No. 1 (2017):37-44

Anda mungkin juga menyukai