Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI MUTU SABUN PADAT TRANSPARAN DARI

MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PENAMBAHAN


SLS (Sodium Lauryl Sulfate) DAN SUKROSA

QUALITY EVALUATION OF SOLID TRANSPARENT SOAP FROM


USED COOKING OIL WITH THE ADDITION OF
SLS (Sodium Lauryl Sulfate) AND SUCROSE

Khairil Hardian1, Akhyar Ali2, Yusmarini2


Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
thekailah@gmail.com

ABSTRACT

This research aims were to obtain the best concentration of sodium lauryl
sulfate and sucrose and to know the characteristics consumer acceptance of
transparent soap from purified used cooking oil. This research used completely
randomized design (CRD) with 17 treatments and three replications. Observations
of the purified used cooking oil were water content, free fatty acids, saponification
number and descriptive organoleptic test. Meanwhile, the observations of
transparent soap includes moisture content, free fatty acids, saponification number,
pH, foam test, irritation test and organoleptic tests. The results showed that best
formulation of transparent soap was 1,5% sodium lauryl sulfate and 15,5% sucrose
with water content 4,46%, free fatty acid not detected, the volume of foam is
166,49 cm3, pH 9,8, hardness test 0,37 cm/second and no cause irritation.

Keyword: cooking oil, transparent solid soap, sodium lauryl sulfate, sucrose.

PENDAHULUAN
Minyak goreng merupakan merupakan minyak yang telah rusak,
salah satu bahan penting yang dimana penurunan kualitas minyak
dibutuhkan masyarakat sehari-hari. disebabkan frekuensi penggunaan dan
Meskipun bahan dasar minyak suhu penggorengan. Bila ditinjau dari
goreng beragam, secara kimia tidak komposisi kimianya, minyak jelantah
jauh berbeda, yaitu terdiri dari asam mengandung senyawa-senyawa yang
lemak jenuh dan asam lemak tidak bersifat karsinogenik yang terbentuk
jenuh. Sterol terdapat dalam jumlah selama proses penggorengan.
kecil, asam lemak bebas, pigmen Sodium Lauryl Sulfate (SLS)
larut lemak dan hidrokarbon. Hal termasuk salah satu jenis surfaktan
yang membedakan minyak goreng yang merupakan suatu molekul
satu dengan yang lainnya adalah sekaligus memiliki gugus hidrofilik
komposisi zat gizinya. dan gugus lipofilik sehingga dapat
Seringkali pedagang gorengan mempersatukan campuran yang
di pinggir jalan menggunakan minyak terdiri dari air dan minyak. Surfaktan
goreng berulang kali, hingga warna adalah bahan aktif permukaan..
minyak menjadi cokelat tua atau Berdasarkan penelitian Widiyanti
hitam. Minyak goreng bekas (2009), konsentrasi surfaktan yang

1. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Pertanian , Universitas Riau
Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
digunakan dalam pembuatan sabun merupakan hasil terbaik yang
padat transparan adalah 3%. memberikan pengaruh berbeda nyata
Penggunaan surfaktan ini harus terhadap asam lemak bebas, kadar air,
diperhatikan karena dapat memicu bilangan iod, penilaian organoleptik
terbentuknya senyawa yang bersifat bau dan berbeda tidak nyata terhadap
karsinogenik. Bila surfaktan yang bilangan penyabunan dan penilaian
digunakan pada konsentrasi lebih dari organoleptik warna.
4%, maka dapat menimbulkan iritasi Berdasarkan penelitian
pada kulit (Williams dan Schmitt., Noviani (2011) sabun padat
2002). transparan yang menggunakan 100
Sukrosa merupakan senyawa ml minyak goreng bekas yang telah
nonionik dalam bentuk bebas dan dimurnikan dengan bentonit 35g
mempunyai sifat pengemulsi, terbaik didapat dari kombinasi 8%
pembusaan, deterjensi dan pelarutan asam stearat dan 15% gliserin dengan
yang sangat baik (Purnamawati, formulasi 20% minyak goreng, 17%
2006). Widiyanti (2009) menyatakan NaOH 30%, 15% alkohol 96%, 15%
bahwa kekerasan sabun dipengaruhi sukrosa, 3% SLS, 5% air, 0,5% NaCl
oleh adanya asam lemak jenuh dalam dan 1% pewangi, menghasilkan
sabun. Semakin banyak jumlah asam sabun padat transparan dengan
lemak jenuh dalam sabun, maka karakteristik kadar air 5,78%, asam
sabun akan menjadi semakin keras. lemak bebas tidak terdeteksi,
Sukrosa dapat mengemulsi minyak bilangan penyabunan 125,54 ml/g,
yang digunakan, sehingga volume busa 139,83 cm3, pH 10,5,
mempengaruhi asam lemak bebas warna agak kekuningan dan iritasi 1.
yang terdapat pada sabun padat Pada penelitian ini masih terjadi
transparan. Sukrosa berfungsi sebagai iritasi terhadap panelis. Hal ini
transparent agent dan humektan diduga karena penggunaan surfaktan
dalam formulasi sabun padat yang belum tepat. Selain itu, sabun
transparan. yang dihasilkan masih berwarna
Hasil penelitian Hendra kekuningan dan kurang transparan.
(2009) menunjukkan bahwa minyak Untuk memperbaiki warna maka
goreng bekas yang digunakan oleh diberikan perlakuan terhadap
pedagang makanan jajanan nabati di konsentrasi sukrosa, karena sukrosa
Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru diduga dapat memberikan warna
sudah tidak layak lagi dikonsumsi, yang lebih bening (transparan) dan
ditandai dengan perubahan sifat penambahan sukrosa juga diduga
fisiko-kimia antara lain kadar kotoran dapat mempengaruhi kekerasan pada
6,084%, kadar asam lemak bebas sabun padat transparan. Berdasarkan
0,428%, bilangan peroksida 53,908 uraian di atas, maka dilakukan
meq/kg, bobot jenis 0,914 dan penelitian lanjutan dengan judul
bilangan iodium 32,429 setelah 10 ”Evaluasi Mutu Sabun Padat
kali penggunaan. Menurut penelitian Transparan dari Minyak Goreng
Ayu dan Ali (2010) menunjukkan Bekas dengan Penambahan SLS
bahwa pemurnian 100 ml minyak (Sodium Lauryl Sulfate) dan
goreng bekas dengan bentonit 35g Sukrosa”.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


BAHAN DAN METODE Kombinasi perlakuan sebagai berikut
Tempat dan Waktu :
Penelitian telah dilaksanakan SkGk : Sabun padat transparan
di Laboratorium Pengolahan Hasil komersial (perlakuan kontrol)
Pertanian dan Analisis Hasil S1G1 : SLS 1,5% , Sukrosa 17%
Pertanian Program Studi Teknologi S1G2 : SLS 1,5%, Sukrosa 16,5%
Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi S1G3 : SLS 1,5%, Sukrosa 16%
Pertanian, Fakultas Pertanian, S1G4 : SLS 1,5%, Sukrosa 15,5%
Universitas Riau. Penelitian S2G1 : SLS 2%, Sukrosa 17%
dilaksanakan selama tiga bulan. S2G2 : SLS 2%, Sukrosa 16,5%
S2G3 : SLS 2%, Sukrosa 16%
Bahan dan Alat S2G4 : SLS 2%, Sukrosa 15,5%
Bahan utama yang digunakan S3G1 : SLS 2,5%, Sukrosa 17%
adalah asam stearat dan minyak S3G2 : SLS 2,5%, Sukrosa 16,5%
goreng bekas yang berasal dari S3G3 : SLS 2,5%, Sukrosa 16%
pedagang gorengan kaki lima S3G4 : SLS 2,5%, Sukrosa 15,5%
disekitar Kecamatan Tampan Kota S4G1 : SLS 3%, Sukrosa 17%
Pekanbaru. Minyak goreng bekas ini S4G2 : SLS 3%, Sukrosa 16,5%
dipilih dengan kriteria minyak goreng S4G3 : SLS 3%, Sukrosa 16%
bekas untuk menggoreng bahan S4G4 : SLS 3%, Sukrosa 15,5%
nabati seperti tahu, tempe, bakwan,
pisang dan ubi, dengan periode Pelaksanaan Penelitian
penggorengan empat kali. Perbaikan Sifat Fisiko-Kimia
Bahan-bahan lain yang Minyak Goreng Bekas
digunakan pada penelitian ini adalah Perbaikan minyak goreng
NaOH 30%, gliserin, Alkohol 96%, bekas melalui beberapa tahapan
surfaktan (Sodium Lauryl proses, yaitu penghilangan kotoran,
Sulfate/SLS), sukrosa, NaCl, air, pemucatan (despicing), dan analisis
pewangi lemon, sabun padat minyak goreng bekas yang telah
transparan komersial, indikator dimurnikan.
phenolphthalein dan akuades. Penghilangan Kotoran
Alat yang digunakan dalam Perbaikan sifat fisiko-kimia
penelitian ini adalah oven, desikator, minyak goreng bekas diawali dengan
sentrifuse, termometer air raksa, perlakuan memisahkan minyak
buret, timbangan analitik, labu ukur, goreng bekas dari kotoran yang
hot plate, stirrer, kertas saring terlarut di dalamnya. Minyak goreng
Whatman no 41, alumunium voil dan bekas yang telah disaring kemudian
cetakan sabun. disentrifuse selama 30 menit dengan
kecepatan 2000 rpm, sehingga dapat
Metode Penelitian dipisahkan dengan kotoran yang ada
Penelitian ini dilaksanakan (Ketaren, 2008).
secara eksperimen menggunakan Pemucatan (Bleaching)
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pemucatan dilakukan dengan
dengan 17 perlakuan dan tiga kali cara pemanasan yaitu minyak yang
ulangan dengan kombinasi perlakuan telah dihilangkan kotorannya
konsentrasi SLS (Sodium Lauryl dipanaskan pada suhu 70ºC.
Sulfate) dan konsentrasi sukrosa. Kemudian bentonit 35g dimasukkan

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


ke dalam masing-masing 100 ml hasil dimasukkan ke dalam cetakan sabun
penghilangan kotoran lalu diaduk dan ditutup dengan plastik. Sabun
selama 60 menit dengan suhu dibiarkan selama 24 jam pada suhu
mencapai 70ºC, selanjutnya disaring kamar hingga sabun memadat,
dengan menggunakan kertas saring kemudian dievaluasi mutunya.
Whatman no 41 untuk memisahkan
kotoran agar diperoleh hasil Pengamatan
penjernihan minyak goreng bekas Pengamatan yang dilakukan
(Dalimunthe, 2008). yaitu karakteristik kimia minyak
Analisis Minyak Goreng Bekas goreng bekas yang telah dimurnikan
yang telah Dimurnikan dengan bentonit dan terhadap sabun
Minyak goreng bekas yang padat transparan yang dihasilkan.
telah dimurnikan kemudian dianalisis Pengamatan pada minyak goreng
yang meliputi kadar air, asam lemak bekas yang telah dimurnikan meliputi
bebas, bilangan penyabunan dan uji kadar air, asam lemak bebas, bilangan
organoleptik. penyabunan dan uji organoleptik
warna dan aroma secara deskriptif.
Proses Pembuatan Sabun Padat Sedangkan, pengamatan untuk mutu
Transparan sabun padat transparan meliputi kadar
Formulasi perlakuan sabun air, asam lemak bebas, pH, uji busa,
padat transparan merupakan uji iritasi dan uji organoleptik
formulasi terbaik dari penelitian meliputi warna, aroma dan tekstur.
tahap pertama dengan perubahan
beberapa konsentrasi pada Analisis Data
formulasinya. Data yang dihasilkan
Pembuatan sabun padat dianalisis secara statistik sidik ragam
transparan diawali dengan dengan catatan sabun yang akan
pencampuran antara fraksi lemak, dianalisis adalah sabun yang berhasil
yaitu asam stearat dan minyak goreng dijadikan sabun padat transparan.
hasil reprosesing dengan alkali yaitu Rancangan respon yang digunakan
NaOH 30% untuk membuat stok adalah uji ANOVA. Jika Fhitung lebih
sabun. Setelah stok sabun terbentuk, besar atau sama dengan Ftabel maka
ke dalam adonan ditambahkan bahan- dilakukan uji lanjut menggunakan uji
bahan lain, yaitu gliserin, alkohol Tukey pada taraf 5%. Sedangkan Uji
96%, NaCl, sukrosa, SLS, air dan organoleptik dilakukan secara non
pewangi. Adonan kemudian diaduk parametrik. Jika Fhitung lebih besar
pada suhu 70-80°C sampai semua dari Ftabel maka dilakukan uji lanjut
bahan tercampur dengan sempurna. Friedman pada taraf 5%.
Larutan sabun yang telah mengental

HASIL DAN PEMBAHASAN kekerasan, dan uji iritasi pada sabun


Berdasarkan hasil analisis padat transparan dari minyak goreng
sidik ragam penilaian karakteristik bekas dengan penambahan SLS
kadar air, ALB, bilangan (Sodium Lauryl Sulfate) dan sukrosa
penyabunan, volume busa, pH, uji dapat dilihat pada Tabel 1.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Tabel 1. Penilaian karakteristik kadar air, ALB, bilangan penyabunan, volume
busa, pH, uji kekerasan, dan uji iritasi.
Penilaian Karakteristik
Kadar Bilangan Volume Uji Uji
Perlakuan
air ALB penyabunan busa pH kekerasan irit
(%) (ml/g) (cm3) (cm/detik) asi
SkGk 4,74 - 124,29abcdef 272,29c 10,5abcd 0,37cdef -
efg
S1G1 4,32 - 142,56 119,20ab 11,3d 0,27a -
bcdefg
S1G2 5,73 - 125,75 129,49ab 11,1bcd 0,32abcde 1
gh
S1G3 4,96 - 156,59 137,38ab 10,1ab 0,39def -
S1G4 4,46 - 104,90abcd 166,49ab 9,8a 0,37bcdef -
efg
S2G1 5,60 - 140,86 142,74ab 10,7abcd 0,29ab -
abc
S2G2 4,70 - 97,23 126,56ab 10,5abcd 0,36bcdef 1
abcdef
S2G3 6,32 - 120,39 151,57ab 11,3d 0,41f 1
g
S2G4 5,14 - 181,97 145,68ab 10,6abcd 0,43f -
fgh
S3G1 6,23 - 153,74 167,76ab 10,9bcd 0,25a -
S3G2 7,15 - 91,28a 157,46ab 10,6abcd 0,31abcd 1
efgh
S3G3 4,82 - 150,13 122,14ab 10,4abcd 0,40f -
cdefg
S3G4 4,98 - 130,92 105,95a 11,1cd 0,42f 1
ab
S4G1 5,11 - 92,87 136,85ab 10,3abc 0,29abc 1
efgh
S4G2 4,72 - 151,45 125,08ab 10,1ab 0,38def 2
abcde
S4G3 5,12 - 118,12 161,87ab 10,5abcd 0,39ef 2
S4G4 4,88 - 134,32defg 144,21ab 11,3cd 0,43f 2
Keterangan : Nilai dengan superskrip huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05)

Kadar Air
Tabel 1 menunjukkan bahwa Selain itu, air yang digunakan untuk
pada setiap perlakuan memberikan melarutkan natrium hidroksida pada
pengaruh yang tidak nyata terhadap semua perlakuan dalam jumlah yang
kadar air sabun padat yang sama. Hal ini sesuai dengan
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena pernyataan Rahadia (2006), bahwa
minyak goreng bekas yang digunakan kadar air sabun dipengaruhi oleh
sebagai bahan baku sabun padat juga kadar air bahan baku yang digunakan.
memiliki kadar air yang relatif sama.
Kadar air merupakan yaitu maksimal 15%. Kadar air dapat
banyaknya air yang terdapat di dalam mempengaruhi tingkat kekerasan dari
bahan yang dinyatakan dalam persen. sabun padat transparan. Semakin
Rata-rata kadar air sabun padat tinggi kadar air sabun maka tingkat
minyak goreng bekas yang dihasilkan kekerasan sabun akan semakin lunak,
berkisar antara 4,32% hingga 7,15% sebaliknya semakin rendah kadar air
dan telah memenuhi standar mutu sabun maka tingkat kekerasan sabun
sabun padat (SNI 06-3532-1994) akan semakin keras.
Asam Lemak Bebas
Penilaian terhadap kadar asam jambu. Hal ini diduga bahwa kadar
lemak bebas sabun padat transparan asam lemak bebas sabun dianggap
dianggap tidak terdeteksi, karena tidak ada, karena asam lemak bebas
ketika proses pengujian sebelum pada minyak telah bereaksi dengan
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N basa sehingga terbentuk sabun dan
larutan sabun telah berwarna merah gliserol. Asam lemak bebas sabun

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


padat batangan menurut SNI 06- Bila surfaktan yang digunakan pada
3532-1994 adalah kurang dari 2,5%. konsentrasi lebih dari 4%, maka
Asam lemak yang terlalu tinggi akan dapat menimbulkan iritasi pada kulit
mempengaruhi proses emulsi sabun (Williams dan Schmitt., 2002).
dengan kotoran. Tabel 1 juga menunjukkan
Kadar asam lemak bebas peningkatan bilangan penyabunan
sabun dapat dipengaruhi oleh kadar seperti pada perlakuan S3G3, S4G2,
asam lemak minyak yang digunakan S3G1, S1G3 dan S2G4. Peningkatan
dan jumlah basa yang digunakan. bilangan penyabunan disebabkan oleh
Kandungan asam lemak bebas pada persentase minyak goreng dan NaOH
minyak yang digunakan yaitu yang digunakan pada penelitian ini
0,965%, dan diduga asam lemak jumlahnya sama untuk setiap
bebas tersebut telah bereaksi perlakuan, sedangkan konsentrasi
seluruhnya dengan NaOH yang SLS dan sukrosa yang digunakan
digunakan. Hal ini diperkuat oleh berbeda pada setiap perlakuan.
Ketaren (2008), bahwa pemakaian Sukrosa merupakan senyawa non
larutan kaustik soda (NaOH) pada ionik dalam bentuk bebas dan
konsentrasi tinggi akan bereaksi mempunyai sifat pengemulsi,
dengan minyak sehingga mengurangi pembusaan, deterjensi dan pelarutan
minyak dan menambah jumlah sabun yang sangat baik (Purnamawati,
yang terbentuk. Wijana dkk., (2005) 2006). Dalam hal ini sukrosa
menambahkan bahwa penambahan mengemulsi minyak yang digunakan,
NaOH harus tepat karena apabila sehingga mempengaruhi bilangan
terlalu banyak dapat memberikan penyabunan pada sabun padat
pengaruh negatif yaitu iritasi kulit transparan.
dan apabila terlalu sedikit maka
sabun yang dihasilkan akan Uji Busa
mengandung asam lemak bebas Tabel 1 menunjukkan bahwa
tinggi yang mengganggu proses perlakuan SkGk (sabun padat
emulsi sabun dan kotoran. transparan komersial) berbeda nyata
dengan kombinasi perlakuan lainnya.
Bilangan Penyabunan Hal ini disebabkan karena bahan
Hasil pengamatan bilangan dasar minyak atau lemak yang
penyabunan sabun padat transparan digunakan. Sabun padat transparan
minyak goreng bekas setelah yang digunakan sebagai pembanding
dianalisis sidik ragam menunjukkan berbahan dasar minyak kelapa yang
bahwa perlakuan SkGk berbeda tidak banyak mengandung asam laurat
nyata dengan setiap perlakuan kecuali yang bersifat mengeraskan,
pada perlakuan S1G3 dan S2G4. Rata- membersihkan dan menghasilkan
rata bilangan penyabunan dapat busa yang banyak dan lembut. Hal ini
dilihat pada Tabel 1. Hal ini diduga sesuai dengan Suryani dkk., (2007)
penggunaan konsentrasi SLS yang yang menyatakan bahwa pembusaan
tidak berbeda jauh. Sesuai dengan sabun dipengaruhi oleh beberapa
penelitian Widiyanti (2009), faktor yaitu adanya bahan aktif sabun
konsentrasi surfaktan yang digunakan atau surfaktan (sodium lauryl sulfate),
dalam pembuatan sabun padat penstabil busa serta bahan penyusun
transparan adalah 3%. Penggunaan sabun yang lain seperti jenis minyak
surfaktan ini harus diperhatikan yang digunakan.
karena dapat memicu terbentuknya Perlakuan S1G1 berbeda tidak
senyawa yang bersifat karsinogenik. nyata dengan hampir semua

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


perlakuan, kecuali perlakuan SkGk. Nilai pH merupakan
Hal ini disebabkan karena perbedaan karakteristik yang sangat penting
konsentrasi surfaktan (sodium lauryl dalam menentukan mutu sabun.
sulfate) yang digunakan pada semua Sabun yang baik memiliki pH yang
perlakuan hanya berbeda sedikit yaitu tidak jauh dari pH kulit (5,5-6,5).
0,5%. Menurut Mariana (2006) Nilai pH yang terlalu tinggi dapat
bahwa surfaktan yang digunakan menyebabkan iritasi dan dehidrasi
dalam pembuatan sabun merupakan kulit. Handayani dan Joelianingsih
bahan aktif yang menghasilkan busa. (2003) menambahkan bahwa pH kulit
Busa merupakan sistem koloid yang manusia bersifat asam. Nilai pH
fase terdispersinya berupa gas dan tersebut merupakan asam pelindung
medium pendispersinya berupa zat bagi kulit dan batas pH pada sabun
cair. Pada umumnya orang menyukai tidak boleh terlalu basa karena dapat
sabun yang menghasilkan busa yang menyebabkan kulit menjadi kering
banyak. Sabun maupun deterjen yang serta akan membunuh
dilarutkan dalam air pada proses mikroorganisme yang dapat menjaga
pencucian akan membentuk emulsi permukaan kulit. Menurut Rahadia
bersama kotoran yang akan terbuang (2006), pH sabun yang terlalu basa
saat dibilas. yaitu antara 10-12 dianggap sebagai
Busa dengan luas permukaan penyebab iritasi. Nilai pH dapat
yang besar memang dapat dikontrol dengan penambahan asam
mengangkat kotoran seperti debu dan misalnya asam sitrat, asam
lemak, tetapi dengan adanya karboksilat dan asam klorida yang
surfaktan, pembersihan sudah dapat dapat menurunkan pH sabun.
dilakukan tanpa perlu adanya busa
yang berlimpah. Surfaktan yang Uji Kekerasan
digunakan dalam pembuatan sabun Data hasil pengamatan
merupakan bahan aktif untuk terhadap nilai kekerasan sabun padat
menghasilkan busa dan harganya transparan minyak goreng bekas
lebih murah. Penghasil busa dapat setelah dilakukan analisis sidik ragam
membantu pemerataan produk menunjukkan bahwa konsentrasi SLS
dengan lebih baik saat digunakan, dan sukrosa memberikan pengaruh
namun akibatnya ketika dibilas nyata terhadap nilai kekerasan sabun
produk ini tidak hanya membersihkan padat transparan dari minyak goreng
tapi juga mengangkat kelembaban bekas yang dihasilkan. Rata-rata nilai
dari lapisan atas kulit (Mariana, kekerasan sabun padat disajikan pada
2006). Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan
Penilaian pH bahwa nilai yang semakin rendah
Tabel 1 menunjukkan nilai menyatakan tingkat kekerasan yang
rata-rata nilai pH sabun berkisar semakin tinggi. Pada perlakuan SkGk
antara 9,8-11,3. Hal ini disebabkan berbeda tidak nyata hampir pada
bahan baku yang digunakan dalam semua perlakuan namun
pembuatan sabun padat transparan menunjukkan peningkatan nilai
adalah minyak goreng bekas dan kekerasan pada beberapa perlakuan
asam stearat yang merupakan asam seperti S1G1, S2G1 dan S3G1.
lemak jenuh. Selain itu, diduga Peningkatan nilai kekerasan diduga
karena penambahan natrium akibat perbedaan konsentrasi dari
hidroksida yang digunakan pada sukrosa. Sukrosa merupakan senyawa
proses penyabunan atau saponifikasi. non ionik dalam bentuk bebas dan

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


mempunyai sifat pengemulsi. surfaktan dapat menimbulkan iritasi
Semakin banyak konsentrasi sukrosa kulit, kulit gatal-gatal, ataupun kulit
yang ditambahkan maka sabun padat terasa panas, terutama bagi pengguna
transparan yang dihasilkan semakin yang memiliki kulit sensitif.
keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Faktor lain penyebab iritasi
Purnamawati (2006) yang karena nilai pH sabun yang masih
menyatakan bahwa penggunaan tinggi (Tabel 1) dibandingkan dengan
sukrosa tidak boleh lebih dari 20% pH kulit manusia, sehingga dapat
karena akan mengakibatkan sabun menyebabkan iritasi pada jenis kulit
yang dihasilkan akan menjadi sangat tertentu. Sabun yang baik memiliki
keras dan menghasilkan busa yang pH yang tidak jauh dari pH kulit yang
sedikit. berkisar antara 5,5-6,5 sampai pH
Menurut Widiyanti (2009) netral (pH 7). Nilai pH sabun padat
faktor lain yang juga berpengaruh transparan yang dihasilkan berkisar
pada kekerasan sabun adalah kadar 9,8-11,3. Nilai pH sabun yang terlalu
air. Semakin tinggi kadar air, tekstur tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
sabun akan semakin lunak dan dehidrasi kulit. Iritasi kulit manusia
semakin rendah kadar air, tekstur sering terjadi karena sensitifitas kulit
sabun akan semakin keras. Sabun seseorang yang tergantung hormon,
yang lebih keras dan padat memiliki kesehatan kulit atau sifat genetiknya
umur simpan yang lebih lama serta pigmen yang terkandung di
daripada sabun yang lunak. lapisan kulit manusia. Sifat iritasi
sabun tidak hanya tergantung pada
Penilaian Iritasi kandungan zat yang digunakan pada
Uji iritasi sabun padat bahan pembuatan sabun dan nilai pH
transparan minyak goreng bekas sabun, tetapi juga pada lamanya
dilakukan terhadap 20 orang. Dari sabun berada di kulit seseorang dan
hasil uji iritasi menunjukkan bahwa kemampuan kulit mengabsorbsi
dari 20 orang panelis ada beberapa sabun tersebut.
orang yang mengalami iritasi. Pada Sabun padat transparan yang
perlakuan S4G2, S4G3 dan S4GS4 dihasilkan sebenarnya sudah dapat
masing-masing mengalami iritasi berfungsi sebagai bahan pembersih,
berjumlah 2 orang, sedangkan pada sebab sudah mampu mengangkat
perlakuan S1G2, S2G2, S2G3, S3G2, kotoran, debu serta lemak yang
S3G4, dan S4G1 masing-masing ada 1 menempel pada permukaan. Namun,
orang yang mengalami iritasi. Gejala agar lebih menarik perlu ditambahkan
yang terjadi yaitu bintik-bintik merah bahan-bahan lain untuk tujuan
dan gatal-gatal pada kulit. tertentu. Bahan-bahan lain yang
Penggunaan surfaktan dapat ditambahkan misalnya pewarna,
menyebabkan iritasi. Menurut Henie pengharum dan pengawet.
(2007), sodium lauryl sulfate yang
digunakan dalam pembuatan sabun Penilaian Keseluruhan
berfungsi sebagai surfaktan (surface Hasil penilaian organoleptik
active agent) atau agen pembersih, terhadap penilaian keseluruhan
karena bersifat pembersih, maka terhadap sabun padat transparan
lemak-lemak yang berfungsi untuk minyak goreng bekas menunjukkan
melindungi kulit juga ikut larut, pengaruh yang berbeda tidak nyata
sehingga kulit menjadi kering dan pada semua perlakuan. Rata-rata
berakibat iritasi. Mariana (2006) juga terhadap penerimaan keseluruhan
menjelaskan bahwa penggunaan disajikan pada Tabel 2.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Penilaian organoleptik panelis keseluruhan sabun padat berkisar
terhadap penilaian keseluruhan antara 2,90 hingga 3,85 (agak suka
merupakan hasil penilaian terhadap sampai suka). Panelis cenderung
hasil keseluruhan parameter lebih menyukai sabun padat
organoleptik yaitu aroma, warna, transparan yang berwarna agak
tekstur dan busa. Data pengujian bening.
organoleptik terhadap penilaian

Tabel 2. Rata-rata skoring penerimaan keseluruhan sabun padat transparan minyak


goreng bekas
Penilaian
Perlakuan
Keseluruhan
SkGk (sabun padat transparan komersial) 3,85
S1G3 (SLS 1,5%, Sukrosa 16%) 3,50
S1G2 (SLS 1,5%, Sukrosa 16,5%) 3,45
S2G2 (SLS 2% , Sukrosa 16,5%) 3,35
S3G2 (SLS 2,5%, Sukrosa 16,5%) 3,30
S4G2 (SLS 3% , Sukrosa 16,5%) 3,25
S2G3 (SLS 2% , Sukrosa 16%) 3,25
S2G1 (SLS 2% , Sukrosa 17%) 3,20
S4G1 (SLS 3% , Sukrosa 17%) 3,20
S3G4 (SLS 2,5% , Sukrosa 15,5%) 3,20
S2G4 (SLS 2% , Sukrosa 15,5%) 3,20
S1G1 (SLS 1,5% , Sukrosa 17%) 3,10
S4G4 (SLS 3% , Sukrosa 15,5%) 3,10
S4G3 (SLS 3% , Sukrosa 16%) 3,05
S3G3 (SLS 2,5% , Sukrosa 16%) 3,05
S3G1 (SLS 2,5% , Sukrosa 17%) 3,00
S1G4 (SLS 1,5% , Sukrosa 15,5%) 2,90
Keterangan: Hasil uji organoleptik menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) pada semua
perlakuan.

Menurut Rahadia (2006), ditambah dengan pewarna dan hanya


pada umumnya orang menyukai ditambah pewangi. Hal ini juga
sabun yang memiliki warna yang mempengaruhi penilaian secara
menarik dan aromanya harum. Pada keseluruhan dari sabun yang
penelitian ini, pembuatan sabun tidak dihasilkan.

KESIMPULAN DAN SARAN serta uji organoleptik busa. Formulasi


Kesimpulan sabun padat transparan terbaik terbaik
Berdasarkan hasil penelitian yaitu perlakuan S1G4 (SLS 1,5%,
ini dapat disimpulkan bahwa Sukrosa 15,5%) dengan karakteristik
penambahan sodium lauryl sulfate kadar air 4,46%, bilangan
dan sukrosa yang digunakan untuk penyabunan 104,90 ml/g, volume
bahan baku sabun padat transparan busa 166,49 cm3, pH 9,8, nilai
berpengaruh nyata pada bilangan kekerasan 0,37 mm/detik dan
penyabunan, uji busa, penilaian pH, penerimaan keseluruhan yang hampir
uji kekerasan, aroma sabun padat mendekati kontrol.
transparan dan berpengaruh tidak
nyata pada kadar air, warna, tekstur

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Saran ini perlu dilanjutkan dengan
Untuk mendapatkan sabun penelitian perbaikan terhadap
padat dengan mutu yang lebih baik formulasi bahan dalam pembuatan
yaitu pH rendah dan tidak sabun padat transparan.
menimbulkan iritasi, maka penelitian
merupakan salah satu bagian dari
UCAPAN TERIMA KASIH rangkaian Penelitian Hibah Bersaing
Terima kasih diucapkan DP2M Dikti Tahun 2011. Semoga
kepada Dirjen Pendidikan Tinggi penelitian ini bermanfaat.
(Dikti) Republik Indonesia yang telah
mendanai penelitian ini. Penelitian ini
transparan. Skripsi. Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Tenologi Pertanian. IPB,
Ayu, D. F. dan A. Ali. 2010. Bogor.
Optimasi saponifikasi dan Ketaren, S. 2008. Pengantar
evaluasi mutu sabun padat teknologi minyak dan lemak
dari minyak goreng bekas pangan. UI–Press. Jakarta.
makanan jajanan di Kota Mariana, L. 2006. Sabun, deterjen
Pekanbaru. Laporan dan busa.
Penelitian Hibah http://www.wikimu.com/New
Bersaing.Universitas Riau, s. diakses pada tanggal 10
Pekanbaru. Oktober 2009.
Dalimunthe, N. A. 2008. Noviani, D.V. 2013. Evaluasi mutu
Pemanfaatan minyak sabun padat transparan
goreng bekas menjadi sabun dari minyak goreng bekas
mandi padat. https://usu- dengan penambahan asam
library.com. Diakses pada 28 stearat dan gliserin. Skripsi
Juli 2010. Fakultas Pertanian,
Handayani, S dan Joelianingsih. Universitas Riau. Pekanbaru.
2003. Penambahan ekstrak Tidak diterbitkan.
mengkudu sebagai bahan Purnamawati, D. 2006. Kajian
aditif dalam pembuatan pengaruh konsentrasi
sabun mandi padat dan sukrosa dan asam sitrat
sabun transparan. Seminar terhadap mutu sabun
Nasional Teknik Kimia transparan. Skripsi Fakultas
Indonesia. Yogyakarta. Teknologi Pertanian. Institut
Hendra. 2009. Evaluasi sifat fisiko- Pertanian Bogor. Bogor.
kimia minyak goreng yang Rahadia, P.K. 2006. Komposisi dan
digunakan oleh pedagang evaluasi hasil pembuatan
makanan jajanan di sabun padat virgin coconut
kecamatan tampan, kota oil (VCO) dengan sari jeruk
pekanbaru. Skripsi Fakultas nipis. Skripsi Fakultas
Pertanian, Universitas Riau. Matematika dan Ilmu
Pekanbaru. Pengetahuan Alam,
Henie, G. A. 2007. Aplikasi DEA Universitas Andalas.
(dietanolamida) dari Suryani, A., S. Windarwati dan E.
minyak inti sawit pada Hambali. 2007. Pemanfaatan
pembuatan sabun gliserin hasil samping

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


produksi biodiesel dari Teknologi Pertanian. Institut
berbagai bahan baku (sawit, Pertanian Bogor. Bogor.
jarak, kelapa) untuk sabun Wijana, S., Hidayat, N., dan Hidayat,
transparan. Pusat Penelitian A. 2005. Mengolah minyak
Surfaktan Dan Bioenergi goreng bekas. Trubus
Jakarta. LPPM. IPB, Bogor. Agrisarana. Surabaya
SNI 06-3532-1994. Badan Williams, D. F. dan W. H. Schmitt.
Standarisasi Nasional 2002. Kimia dan teknologi
Indonesia. Dewan Standar industri kosmetika dan
Nasional. Jakarta. produk-produk perawatan
Widiyanti, Y. 2009. Kajian diri. Terjemahan. Fakultas
pengaruh jenis minyak Teknologi Pertanian. IPB.
terhadap mutu sabun Bogor.
transparan. Skripsi Fakultas

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai