Anda di halaman 1dari 11

https://ejournal.unib.ac.id/index.

php/agroindustri
pISSN: 20885369 eISSN: 26139952
DOI :10.31186/j.agroind.11.1.32-42

PEMANFAATAN LOSSES MINYAK KERNEL (MINYAK INTI)


SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SABUN PADAT

UTILIZATION OF KERNEL OIL LOSSES (PALM KERNEL OIL) AS ROW


MATERIAL FOR MAKING SOLID BATH SOAP

Melki Edo Sinabang, Hasan Basri Daulay* , Bosman Sidebang, dan Devi Silsia
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
*Email korespondensi: hasanbasridaulay@gmail.com

Diterima 13-03-2021, diperbaiki 20-05-2021, disetujui 31-05-2021

ABSTRACT

Processing of palm kernels at the kernel station of the palm oil mill still has a loss of kernel oil in
the bulk silo kernel. This oil can be used as a raw material for solid soap. This study aims to determine
the characteristics of solid soap resulting from core oil losses in terms of physical, chemical and
organoleptic parameters and to obtain the right concentration of NaOH and fragrance oil volume to
produce solid soap according to SNI 06-3532-2016. This study used a completely randomized design
(CRD) with 2 factors, namely the concentration of NaOH and the amount of fragrance oil. The variables
observed were water content test, foam stability, free alkaline content, pH level, and organoleptic test.
Solid soap characteristics are : moisture content 10.22% - 39.17%, foam stability 45.93% - 69.4%, free
alkaline content 0.16% - 0.42%, pH 9 , 86 - 13,31. Panelist acceptance rates for texture 3 - 4.05, color
3.3 - 4.05, aroma 3.1 - 3, 85 and oerall 3.35 - 4, 05.Soaps made with 20% NaOH and 2 ml fragrance
oil has met SNI 06-3532-2016.

Keywords: palm kernel oil, solid bath soap and fragrance oil

ABSTRAK

Pengolahan kernel di stasiun inti PMKS menghasilkan losses minyak inti sawit pada kernel bulk.
Minyak ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku sabun padat. Penelitian ini bertujuan menentukan
karakteristik sabun padat yang dihasilkan dari losses minyak inti dilihat dari parameter fisik, kimia dan
organoleptik dan untuk mendapatkan konsentrasi NaOH dan volume fragrance oil yang tepat untuk
menghasilkan sabun padat yang sesuai dengan SNI 06-3532-2016. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu konsentrasi NaOH dan jumlah fragrance oil.
Variabel yang diamati adalah uji kadar air, stabilitas busa, kadar alkali bebas, kadar pH, dan uji
organoleptik. Sabun padat yang dihasilkan dari losses minyak inti sawit memiliki karakteristik kadar
air 10,22 % – 39,17 %, stabilitas busa 45,93 % - 69,4 %, kadar alkali bebas 0,16 % - 0,42 %, pH 9,86
– 13,31. Tingkat penerimaan panelis untuk tekstur 3 – 4,05, warna 3,3 – 4,05, aroma 3,1 – 3, 85 dan
oerall 3,35 – 4, 05. Sabun yang dibuat dengan NaOH 20 % dan fragrance oil 2 ml sudah memenuhi SNI
06-3532-2016.

Kata kunci: minyak inti sawit, sabun padat dan fragrance oil

32 | Jurnal Agroindustri Vol. 11 No. 1, Mei 2021: 32-42


PENDAHULUAN 2016 adalah : kadar air (%) maksimal 15 %,
jumlah asam lemak bebas (%) >70 untuk tipe
PT. Daria Dharma Pratama adalah 1 dan 64-70% untuk tipe II, alkali bebas
pabrik pengolahan kelapa sawit yang sebagai NaOH maks 0,1 %, asam lemak
mengolah tandan buah segar (TBS) bebas (%) < 2,5 dan minyak mineral negatif.
sebanyak 45 ton /jam. Dari pengolahan TBS Kandungan senyawa yang terdapat
tersebut dihasilkan produk utama yaitu dalam sabun sangat bervariasi, sesuai
minyak kelapa sawit (CPO) crude palm oil dengan jenis dan sifat sabun yang
dan inti kelapa sawit (palm kernel). Produksi diinginkan. Larutan Natrium hidroksida
kernel di PT. Daria Dharma Pratama (NaOH) digunakan untuk membuat sabun
mencapai 4,77 % per tahun. padat, sedangkan untuk membuat sabun
Kernel merupakan bagian terpenting lunak digunakan larutan kalium hidroksida
kedua setelah mesokarp, karena dari kernel (KOH). (Naomi, 2013). Untuk
inilah dihasilkan kernel palm oil (PKO) meningkatkan kualitas dan penerimaan
sebagai produk unggulan kedua setelah CPO terhadap sabun mandi, maka diperlukan
(Subha, 2018). Proses pengolahan kernel bahan tambahan seperti pengharum
meliputi pemisahan serabut dan biji dan (pewangi) (Suwito, 2013).
pemisahan cangkang dengan inti sawit Fragrance adalah salah satu zat aditif
(kernel). Proses pengolahan kernel berakhir yang yang dapat ditambahkan pada produk
pada kornel bulk silo. Standar mutu kernel cleansing, untuk meningkatkan penerimaan
yang ditetapkan oleh PT Daria Dharma konsumen. Fragrance dapat menutupi
Pratama adalah kadar air maksimal 7%, karakteristik bau dasar dari asam lemak atau
kadar kotoran maksimal 7% dan inti pecah fase minyak. Fragrance yang ditambahkan
maksimal 15 %. Hasil penelitian Subha tidak boleh merubah kestabilan dari produk
(2018) menunjukkan bahwa mutu kernel akhir. Jumlah fragrance yang ditambahkan
yang dihasilkan belum memenuhi target, pada pembuatan sabun padat bervariasi,
terutama kadar inti pecah. Tingginya kadar tergantung pada kebutuahn dan keinginan
inti pecah mengakibatkan banyaknya tetesan konsumen, jumlahnya berkisar dari 0,3%
minyak inti (losses minyak inti) di kernel hingga 1,5% (Barel et al, 2014).
bulk. Selama ini minyak ini belum Losses minyak inti yang terdapat di
dimanfaatkan dan hanya terbuang begitu stasiun kernel dapat dijadikan bahan baku
saja. untuk membuat sabun padat. Konsentrasi
Minyak inti sawit (palm kernel oil) ini NaOH dan penambahan fragrance oil yang
dapat dimanfaatkan menjadi sabun. Menurut tepat untuk menghasilkan sabun padat yang
Prasetiyo, dkk (2020), kandungan utama dari bermutu baik belum diketahui. Penelitian ini
minyak inti sawit adalah asam laurat yaitu bertujuan menentukan karakteristik sabun
sebesar 46-52%. Asam laurat memiliki sifat padat yang dihasilkan dari losses minyak inti
mengeraskan, membersihkan, menghasilkan dilihat dari parameter fisik, kimia dan
busa dan melembutkan dimana ketiga sifat organoleptik dan untuk mendapatkan
ini sangat dibutuhkan pada sabun. konsentrasi NaOH dan volume fragrance oil
Sabun adalah bahan pembersih yang yang tepat untuk menghasilkan sabun padat
dibuat dengan mereaksikan senyawa basa yang sesuai dengan SNI 06-3532-2016.
(natrium atau kalium) dengan asam lemak
dari minyak nabati dan atau lemak hewani. METODE PENELITIAN
Sabun yang terbentuk bisa berbentuk padat,
lunak ataupun cair. Untuk meningkatkan Penelitian ini dilakukan di
penerimaan bisa ditambahkan zat pewangi Laboratorium Teknologi Pertanian, Fakultas
atau bahan lainnya yang tidak berbahaya Pertanian, Universitas Bengkulu,.Alat yang
terhadap kesehatan (BSN, 2016). Standar digunakan dalam penelitian ini adalah oven
mutu sabaun padat menurut SNI 06-3532- (memmer), timbangan digital (YP6001N

Pemanfaatan Losses Minyak Kernel ….(Sinabang, et al.) | 33


electronic balance), hot plate (hotplate dan dengan kosentrasi 20%, 30 % , dan 40%
magnetic stirrer basic series), desikator, pH (sesuai perlakuan) kedalam campuran
meter (adwa AD10), kertas saring (kertas minyak sedikit demi sedikit sambil diaduk
saring lembaran ukuran 0,45µm), sampai homogen dan terjadi trace (kondisi
termometer (termometer batang Hg), sabun sudah terbentuk dengan tanda massa
cetakan dan alat gelas. Bahan yang sabun mengental). Setelah terjadi trace, suhu
digunakan dalam penelitian ini adalah adonan diturunkan sampai mencapai suhu
minyak inti sawit, fragrance oil (java soap), ±500C lalu ditambahkan fragrance oil sesuai
aquades, etanol, NaOH, KOH 0,1 N, HCl 0,1 perlakuan. Campuran tersebut diaduk
N dan indikator phenolphtalein. sampai terbentuk campuran yang homogen.
Selanjutnya diangkat dan dituangkan dalam
Rancangan Penelitian cetakan, kemudian didiamkan selama 24 jam
Rancangan penelitian yang digunakan dalam suhu ruang.
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 2 faktor. Faktor pertama, adalah Variabel Pengamatan
konsentrasi NaOH yang terdiri dari 3 taraf Kadar Air
yaitu 20%, 30% dan 40% faktor kedua Sampel sabun ditimbang sebanyak 4
adalah jumlah fragrance oil yang terdiri dari gram dan ditimbang berat wadahnya.
3 taraf yaitu: 1 ml, 1,5 ml dan 2 ml. Selanjutnya dipanaskan dalam oven pada
Penelitian ini masing-masing diulang suhu 1050C selama 2 jam, lalu didinginkan
sebanyak 3 kali pengulangan, sehingga dalam desikator, kemudian ditimbang
diperoleh 27 unit percobaan. kembali. Prosedur tersebut diulang sampai
didapat berat yang konstan. Kadar air
Tahapan Penelitian dihitung dengan rumus sebagai berikut (SNI
Persiapan Bahan Baku 06-3532-2016):
Pada tahap ini dipersiapkan bahan W1 − W2
Kadar air = x 100%
baku yaitu losses minyak inti sawit yang W
diambil dari stasiun pengolahan kernel PT. Keterangan:
Daria Dharma Pratama, fragrance oil (java 𝑊1 = berat sampel + wadah sebelum
dikeringkan (g)
soap) dan bahan kimia lainnya dalam 𝑊2 = berat sampel + wadah setelah
membuat sabun padat. dikeringnkan (g)
W = berat sampel (g)
Pemurnian Minyak Inti Sawit
Sebelum digunakan sampel (minyak Stabilitas Busa
inti sawit) dimurnikan terlebih dahulu, Tinggi busa diukur setiap 5 menit
dengan cara penyaringan. Penyaringan selama 15 menit berturut-turut untuk
dilakukan untuk memisahkan kotoran pada mengamati konsentrasi keberadaan busa.
minyak inti sawit dengan cara minyak Sampel ditimbang sebanyak 1 g,
dipanaskan sampai mencapai suhu 800C dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
diukur menggunakan termometer dan ditambahkan akuades sebanyak 10 ml.
kemudian disaring dengan menggunakan Campuran tersebut dikocok dengan
kertas saring (kertas saring lembaran ukuran membolak-balikan tabung reaksi.
0,45µm) (Ulfa, 2016) Selanjutnya diukur tinggi busa yang
dihasilkan. Tabung reaksi didiamkan selama
Tahapan Pembuatan Sabun padat 5 menit, kemudian diukur lagi tinggi
Tahapan-tahapan pembuatan sabun busanya. Stabiltas busa diukur dengan
padat sebagai berikut Minyak inti sawit rumus berikut: (Pradipto, 2009).
sebanyak 2000 g dipanaskan menggunakan
hotplate hingga mencapai suhu 700C. 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitas busa (%) = x 100%
tinggi busa awal
Kemudian ditambahkan larutan NaOH

34 | Jurnal Agroindustri Vol. 11 No. 1, Mei 2021: 32-42


Kadar Alkali Bebas tingkat penerimaan dan kesukaan dalam segi
Alkohol sebanyak 100 ml didihkan tekstur, warna, aroma dan tingkat kesukaan
dalam labu erlenmeyer 250 ml. Selanjutnya secara keseluruhan (overall). Tingkat skala
ditambahkan 0,5 ml indikator hedonik yang digunakan dari skala suka (5),
phenolphtalein dan didinginkan sampai suhu agak suka (4), netral (3), agak tidak suka (2)
70oC kemudian dinetralkan dengan KOH dan tidak suka (1). Hasil uji hedonik
0,1 N dalam alkohol. Selanjutnya ditabulasikan dalam tabel (Widyasanti,
masukan 5 gram sabun dan didihkan di 2017).
atas penangas air selama 30 menit. Apabila
larutan tidak berwarna merah, c a m p u r a n Analisis Data
t e r s e b u t didinginkan sampai suhu 700C Data yang didapatkan dari hasil
dan s e l a n j u t n ya d i t itrasi dengan larutan penelitian dianalisis dengan menggunakan
KOH 0,1 N dalam alkohol, sampai timbul metode Analysis of Variance (ANOVA)
warna yang tetap selama 15 detik. Apabila dua arah, Hasil analisis yang menujukkan
larutan berwarna merah maka dititrasi perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan
menggunakan HCl 0,1 N dalam alkohol dari uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range
mikro buret, sampai warna merah cepat Test) pada taraf signifikan 5%
hilang dan hasilnya dihitung dengan rumus menggunakan SPSS 24.
(SNI 06-3532-2016):
40 𝑥 𝑉 𝑥 𝑁
Alkali bebas = x100% HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑏
Keterangan:
V = volume HCl yang digunakan Kadar Air
N = normalitas HCl yang digunakan Analisa kadar air perlu dilakukan
b = berat contoh sampel untuk mengetahui kadar air yang terdapat
40 = berat ekuivalen NaOH
dalam sabun padat. Kualitas sabun akan
dipengaruhi oleh kadar air. Menurut
Derajat Keasaman (pH)
Hambali, dkk, (2005) kelarutan sabun
Ambil 5 g sabun kemudian larutkan
dipengaruhi oleh air yang ditambahkan
dengan 5 ml aquades. Ukur pH sabun
pada proses pembuatannya. Qisti (2009)
dengan pH meter dan dicatat pH yang
menyatakan apabila kandungan air pada
dihasilkan (SNI 06-3532-2016).
sabun terlalu tinggi maka akan
Uji Organoleptik
menyebabkan sabun mudah menyusut dan
Pada pengujian organoleptik ini
tidak nyaman saat digunakan. Nilai rata-
dilakukan oleh panelis semi terlatih
rata kadar air sabun padat yang dihasilkan
sebanyak 20 orang untuk memberikan
dapat dilihat pada Gambar 1.
penilaian dengan skala hedonik terhadap
45 39,17i
40
33,5h
35
29,28g
Kadar Air(%)

30 24,86f
23,08e
25 19,66d Fragrance oil (1ml)
20 15,43c
15 12,88b Fragrance oil (1,5ml)
10,22a
10 Fragrance oil (2ml)
5
0
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)

Gambar 1. Kadar air sabun padat pada berbagai konsentrasi NaOH dan penambahan
fragrance oil.

Pemanfaatan Losses Minyak Kernel ….(Sinabang, et al.) | 35


Hasil ANOVA pada taraf 5% yang sudah memenuhi SNI 06-3532-2016
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan adalah perlakuan NaOH 40 % dan fragrance
NaOH dan fragrance oil berpengaruh nyata oil 1,5 ml dan 2 ml.
terhadap nilai kadar air sabun dengan taraf
signifikan 0,00 < 0,05. Dari hasil uji lanjut Stabilitas Busa
dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Pengukuran stabilitas busa bertujuan
Test) pada taraf 5% dapat diketahui bahwa untuk mengetahui kestabilan busa yang
perlakuan NaOH dengan konsentrasi 20% dihasilkan oleh sabun. Menurut Widyasanti
dan fragrance oil (1 ml, 1,5 ml dan 2 ml) (2017) stabilitas busa adalah kemampuan
berbeda nyata dengan konsentrasi NaOH suatu bahan penghasil busa untuk
30% dan 40%. Makin tinggi konsentrasi mempertahankan busa yang dihasilkan.
NaOH dan jumlah fragrance oil, maka kadar Kecepatan pembentukan busa dan stabilitas
air sabun yang dihasilkan makin menurun. busa merupakan dua hal penting untuk
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian produk pembersih tubuh. Busa berperan
Baiq, (2014). Jika konsentrasi NaOH dalam proses pembersihan dan
semakin tinggi, maka air yang ditambahkan melimpahkan wangi sabun pada kulit. Nilai
semakin sedikit, dan jumlah air di dalam stabilitas busa yang dihasilkan pada
sabun juga sedikit (Sukeksi, dkk, 2018). penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa kadar air
80 68,47h 69,4i
70 66,53g
57,83f
56,83e
Stabilitas Busa (%)

60 53,63d
47,7c
50 45,93a 46,6b
40 Fragrance oil (1ml)

30 Fragrance oil (1,5ml)

20 Fragrance oil (2ml)


10
0
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)
Gambar 2. Stabilitas busa sabun padat pada berbagai konsentrasi NaOH dan penambahan
fragrance oil.

Hasil ANOVA pada taraf 5% nyata. Stabilitas busa yang diperoleh pada
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan penelitian ini berkisar antara 45,93-69,4 (%).
NaOH dan fragrance oil berpengaruh nyata
terhadap nilai stabilitas busa sabun mandi Alkali Bebas
dengan taraf signifikan 0,00 < 0,05. Uji Alkali bebas adalah alkali dalam sabun
lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range yang tidak terikat dengan asam lemak
Test) pada taraf 5% menunjukkan bahwa membentuk garam asam lemak (sabun).
perlakuan NaOH konsentrasi 20% dan Berdasarkan SNI 06-3532-2016 kadar alkali
fragrance oil (1 ml, 1,5 ml dan 2 ml) berbeda bebas dalam sediaan sabun padat maksimal
nyata. Sedangkan perlakuan NaOH 0,1%. Jika kadar alkali bebas terlalu tinggi,
konsentrasi 30 % dan fragrance oil (1 ml, 1,5 dapat menyebabkan kulit teriritasi. Menurut
ml dan 2 ml) berbeda nyata dan pada Hambali, dkk (2005) jika pada proses
perlakuan NaOH konsentrasi 40 % dan safonifikasi konsentrasi alkali yang
fragrance oil (1 ml, 1,5 ml dan 2 ml) berbeda digunakan terlalu pekat dan berlebih, maka

36 | Jurnal Agroindustri Vol. 11 No. 1, Mei 2021: 32-42


kandungan alkali bebasnya akan tinggi. yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar
Nilai rata-rata kadar alkali bebas sabun padat 3.

0.45 0,42g
0.40 0,37f
0,34e
Kadar Alkali Bebas

0.35
0.30 0,27d 0,26d
0.25 0,23c
0,19b Fragrance oil (1 ml)
0.20 0,17ab 0,16a
Fragrance oil (1,5 ml)
0.15
0.10 Fragrance oil (2 ml)

0.05
0.00
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)

Gambar 3. Kadar alkali bebas sabun padat pada berbagai konsentrasi NaOH dan penambahan
fragrance oil.

Hasil ANOVA pada taraf 5% akhir reaksi juga semakin besar. Sisa NaOH
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan dari reaksi penyabunan ini terdapat dalam
NaOH dan fragrance oil berpengaruh nyata sabun sebagai alkali bebas. Kadar alkali
terhadap nilai kadar alkali bebas sabun padat bebas yang dihasilkan pada semua perlakuan
dengan taraf signifikan 0,01 < 0,05. Uji belum memenuhi SNI 06-3532-2016.
lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range
Test) pada taraf 5% menunjukkan bahwa Kadar Derajat Keasaman (pH)
perlakuan NaOH konsentrasi 20% dan Pengukuran derajat keasaman (pH)
fragrance oil (I ml, 1,5 ml dan 2 ml). berbeda bertujuan untuk mengetahui aapakah sabun
nyata dengan perlakuan konsentrasi NaOH padat yang dihasilkan memiliki sifat asam
30% , fragrance oil (I ml, 1,5 ml dan 2 ml) atau basa. Pada SNI 06-3532-2016 pH
serta konsentrasi NaOH 40% , fragrance oil sabun padat tidak dipersyaratkan
(I ml, 1,5 ml dan 2 ml). standarnya. Nilai rata-rata kadar pH sabun
Gambar 3 menunjukkan bahwa makin padat yang dihasilkan pada penelitian ini
tinggi konsentrasi NaOH makin besar kadar dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4
alkali bebas sabun yang dihasilkan. Begitu menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
juga makin banyak jumlah fragrance oil nilai pH dengan meningkatnya konsentrasi
yang ditambahkan, makin tinggi kadar alkali NaOH. Hasil penelitian ini sejalan dengan
bebas. Menurut Prihanto dan Irawan (2018) penelitian Sukeksi, dkk (2018) dan hasil
jika konsentrasi NaOH ditingkatkan, maka pengukuran kadar alkali bebas.
kemungkinan jumlah NaOH yang bersisa di

Pemanfaatan Losses Minyak Kernel ….(Sinabang, et al.) | 37


c
14.00 12,66c 12,6c 13,01c 13,31c 13,31
11,60b 11,65b
12.00
10,26a 9,86a
10.00
8.00
pH

fragrance oil (1 ml)


6.00
fragrance oil (1,5 ml)
4.00
fragrance oil (2 ml)
2.00
0.00
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)

Gambar 4. Kadar pH sabun padat pada berbagai konsentrasi NaOH dan penambahan
fragrance oil.

Hasil analisis ANOVA pada taraf 5% sabun terlalu tinggi akan menyebabkan kulit
menunjukkan bahwa penambahan NaOH kering dan meningkatkan pertumbuhan
dan fragrance oil berpengaruh nyata bakteri. Hal ini karena pada pH tinggi dapat
terhadap nilai pH sabun padat yang terjadi pembekakan keratin sehingga bakteri
dihasilkan dengan taraf signifikan 0,02 lebih mudah masuk, kulit menjadi kering dan
kecil dari 0,05. Uji lanjut DMRT (Duncan’s pecah-pecah. Tetapi jika pH terlalu rendah
Multiple Range Test) pada taraf 5% dapat menyebabkan kulit menjadi iritasi.
menunjukkan bahwa perlakuan NaOH kadar
konsentrasi 20% dan fragrance oil (1,5 ml Tingkat Penerimaan Panelis terhadap
dan 2 ml) berbeda tidak nyata, namun pada Tekstur Sabun Padat
Fragrance oil (1 ml) berbeda nyata. Tekstur sabun padat dipengaruhi oleh
Sedangkan perlakuan NaOH konsentrasi kadar air. Jika kadar air tinggi, maka tesktur
30% dan fragrance oil (1 ml dan 1,5 ml) sabun menjadi lunak, dan jika kadar air
berbeda tidak nyata, namun pada fragrance rendah maka sabun tersebut memiliki
oil (2 ml) berbeda nyata. Pada konsentrasi struktur yang keras (Widyasanti, 2017).
NaOH 40% dan fragrance oil (1 ml, 1,5 dan Dari hasil uji yang dilakukan, diperoleh
2 ml) juga berbeda tidak nyata. nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap
Hasil pengamatan pada penelitian aroma sabun padat dengan skala hedonik 3
sabun padat dengan bahan baku utama sampai 4,05 antara netral hingga agak suka.
minyak inti sawit menunjukkan nilai pH Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap
sabun padat antara 9,86 - 13,31. Sabun yang tekstur sabun padat yang dihasilkan dapat
beredar di pasaran umumnya memiliki pH 9 dilihat pada Gambar 5.
– 10,8. Menurut Almazini (2009) jika pH

38 | Jurnal Agroindustri Vol. 11 No. 1, Mei 2021: 32-42


4.5 4c 4,05c
3,8bc 3,8bc
4 3,6bc
Organoleptik Tekstur

3.5 3,1a 3,35ab a


3a 3,1
3
2.5 Fragrance oil (1ml)
2 Fragrance oil (1,5 ml)
1.5
Fragrance oil (2ml)
1
0.5
0
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)
Gambar 5. Penerimaan Panelis terhadap tekstur sabun pada berbagai konsentrasi NaOH dan
penambahan fragrance oil.

Hasil ANOVA pada taraf 5% NaOH konsentrasi 20% dengan penambahan


menunjukkan bahwa perlakuan penambahan fragrance oil 2 ml dengan skala hedonik
NaOH dengan fragrance oil berpengaruh yaitu 4.05. Tekstur sabun padat dipengaruhi
nyata terhadap organoleptik tekstur maka oleh banyaknya NaOH yang digunakan. Jika
perlu dilanjutkan dengan uji DMRT pada jumlah konsentrasi NaOH tinggi, akan
taraf 5%. Hasil lanjut uji DMRT (Duncan’s menghasilkan sabun yang semakin padat
Multiple Range Test) pada taraf 5% (Hambali dkk, 2005).
menunjukkan bahwa tingkat penerimaan
terhadap tekstur untuk sabun dengan Tingkat Penerimaan Panelis terhadap
konsentrasi NaOH 20 % dengan NaOH 30 Warna Sabun Padat
dan 40 %. Tekstur sabun yang paling Pengujian warna terhadap sabun padat
disukai panelis terdapat pada perlakuan dilakukan untuk mengetahui tingkat
NaOH konsentrasi 20% dan penambahan penerimaan produk. Suwito (2013)
fragrance oil 2 ml dengan skala hedonik menyatakan warna merupakan salah satu
4,05 pada kisaran agak suka hingga suka. parameter yang dapat digunakan untuk
Gambar 5 menunjukkan bahwa menilai suatu produk, pengujian warna
penerimaan terhadap struktur sabun dilakukan dengan uji organoleptik. Dari
menurun dengan meningkatnya konsentrasi hasil uji yang telah dilakukan, diperoleh nilai
NaOH. Tingkat kesukaan panelis terendah rata-rata penerimaan panelis terhadap warna
terhadap tekstur sabun padat terdapat pada sabun padat dengan skala hedonik 3,3
perlakuan NaOH konsentrasi 40% dengan sampai 4,05 antara netral hingga agak suka.
penambahan fragrance oil 1,5 ml dengan Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap
skala hedonik 3 yaitu netral. Tingkat warna sabun padat yang dihasilkan dapat
kesukaan tertinggi terdapat pada perlakuan dilihat pada Gambar 6.

Pemanfaatan Losses Minyak Kernel ….(Sinabang, et al.) | 39


5 3,55abc
4.5 4,05d 3,95cd
4 3,8bcd 3,65abcd 3,8bcd
Organoleptik Warna

3,3a 3,4ab 3,33a


3.5
3
2.5 Fragrance oil (1ml)
2 Fragrance oil (1,5ml)
1.5
Fragrance oil (2ml)
1
0.5
0
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)

Gambar 6. Penerimaan Panelis terhadap warna sabun pada berbagai konsentrasi NaOH dan
penambahan fragrance oil.

Hasil ANOVA pada teraf 5% hedonik 4,55 pada kisaran agak suka hingga
menunjukkan bahwa tingkat penerimaan suka.
terhadap warna dipengaruhi oleh konsentrasi Tingkat Penerimaan Panelis terhadap
NaOH dan fragrance oil . Hasil uji lanjut Aroma Sabun Padat
DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) Aroma merupakan salah satu faktor
pada taraf 5% menunjukkan bahwa tingkat penting pada sabun padat untuk menarik
penerimaan terhadap warna pada minat konsumen. Sabun yang memiliki
konsentrasi NaOH 20 % berbeda dengan aroma harum dan tahan lama lebih disukai
NaOH 30 % dan 40 %. Warna sabun yang oleh konsumen (Fathoni, 2019). Rata-rata
paling disukai panelis terdapat pada penerimaan panelis terhadap aroma sabun
perlakuan NaOH 50 ml dengan konsentrasi padat berada pada skala 3,1-3,85 (antara
30 % dan fragrance oil 2 ml dengan skala netral hingga agak suka),seperti terlihat pada
Gambar 7.

4.5
3,85b 3,85b 3,8b 3,85b
4 3,55b 3,5b 3,55b 3,55b
Organoleptik Aroma

3.5 3,1a
3
2.5
Fragrance oil (1ml)
2
1.5 Fragrance oil (1,5ml)
1 Fragrance oil (2ml)
0.5
0
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)

Gambar 7. Penerimaan Panelis terhadap aroma sabun pada berbagai konsentrasi NaOH dan
penambahan fragrance oil.

40 | Jurnal Agroindustri Vol. 11 No. 1, Mei 2021: 32-42


Hasil ANOVA pada taraf 5% NaOH 50 ml dengan konsentrasi 20%, 30%
menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH dan dan 40% dengan penambahan fragrance oil
jumlah fragrance oil berpengaruh nyata 2 ml yaitu dengan skala hedonik 3,85 yaitu
terhadap tingkat penerimaan aroma. Uji antara netral hingga agak suka.
lanjut DMRT pada taraf 5% memperlihatkan
bahwa perlakuan NaOH dengan konsentrasi Tingkat Penerimaan Panelis Secara
30% dan fragrance oil 1 ml berbeda nyata Keseluruhan (overall)
dengan perlakuan lainnya. Overall merupakan gabungan dari
Tingkat kesukaan panelis terhadap tampak seperti tekstur, warna dan aroma.
aroma sabun padat yang memiliki nilai Dari hasil uji yang telah dilakukan diperoleh
terendah terdapat pada perlakuan NaOH 50 nilai 3,35 hingga 4,05 (antara netral sampai
ml dengan konsentrasi 30% dengan agak suka). Gambar 8 menunjukkan nilai
fragrance oil 1 ml dengan skala hedonik 3,1 rata-rata tingkat kesukaan keseluruhan
yaitu antara netral hingga agak suka. Tingkat panelis overall terhadap sabun.
kesukaan tertinggi terdapat pada perlakuan

4.5 4.05c 4c 3.85bc


4 3.8bc 3.8bc
3.35a 3.35a 3.5ab 3.5ab
3.5
3
Overall

2.5
Fragrance oil (1ml)
2
Fragrance oil (1,5ml)
1.5
Fragrance oil (2ml)
1
0.5
0
20 30 40
Konsentrasi NaOH (%)

Gambar 8. Penerimaan Panelis secara keseluruhan (over all) sabun pada berbagai konsentrasi
NaOH dan penambahan fragrance oil.

Hasil ANOVA pada taraf 5% dan 2 ml dan NaOH konsentrasi 40% dan
menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH dan fragrance oil 1,5 ml dan 2 ml dengan skala
fragrance oil berpengaruh nyata terhadap hedonik 3,35 ( netral dan agak suka),
tingkat kesukaan sabun secara keseluruhan sedangkan nilai tertinggi terdapat pada
(overall). Uji lanjut DMRT pada taraf 5% perlakuan NaOH konsentrasi 20% dan
memperlihatkan bahwa perlakuan NaOH fragrance oil 1 ml dengan skala hedonik
konsentrasi 20 % dan fragrance oil 1 ml, 1,5 4,05 (agak suka dan suka).
ml dan 2 ml , perlakuan NaOH 30 % dan
fragrance oil 1,5 Ml serta NaOH 40 % dan KESIMPULAN
fragrance oil 1 ml berbeda tidak nyata,
namun berbeda nyata dengan perlakuan Karakteristik sabun padat yang
lainnya. dihasilkan dari losses minyak inti sawit
Tingkat kesukaan secara keseluruhan adalah: kadar air 10,22 % – 39,17 %,
(overall) terhadap sabun padat yang stabilitas busa 45,93 % - 69,4 %, kadar alkali
memiliki nilai terendah terdapat pada bebas 0,16 % - 0,42 %, pH 9,86 – 13,31.
perlakuan NaOH 30% dan fragrance oil 1 ml Tingkat penerimaan panelis untuk tekstur 3

Pemanfaatan Losses Minyak Kernel ….(Sinabang, et al.) | 41


– 4,05, warna 3,3 – 4,05, aroma 3,1 – 3, 85 Menjadi Sabun Mandi. Jurnal
dan oerall 3,35 – 4, 05. Sabun yang yang Metana. 14(2), 54-59.
dihasilkan dari perlakuan NaOH 20 % dan
fragrance oil 2 ml sudah memenuhi SNI 06- Qisti, R. (2009). Sifat Kimia Sabun
3532-2016. Transparan Dengan Penambahan
Madu Pada Konsetrasi Yang
Berbeda. Skripsi. Jurusan Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Hasil ternak. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Baiq, R. M. (2014). Pengaruh Konsentrasi
NaOH Terhadap Kualitas Sabun Sadiyah, N. (2018). Formulasi Sabun padat
Padat Dari Minyak Kelapa (Cocos Berbasis Minyak Biji Kapuk Randu
Nucifera) yang Ditambahkan Sari (Ceiba pentandra Gaertn) Dengan
Bunga Mawar (Rosa L.). Jurnal Penambahan Jasmine Oil. Jurnal
Pendidikan Kimia. 1(2), 41-46. Inovasi Teknik Kimia. 3(2), 8-14.
Barel, A. O. M. Paye and H. Maibach. Sukeksi, L., M. Sianturi dan L. Setiawan.
(2014). Handbook of Cosmetic (2018). Pembuatan Sabun
Science and Technology. 3rd ed. Trasnsparan Berbasis minyak kelapa
Informa Healthcare USA, Inc. New dengan penambahan ekstarak buah
York. 6: 485-491 hal. mengkudu (morinda citrifolia)
sebagai bahan antioksidan. Jurnal
BSN. (2016). SNI 06-3532-2016. Sabun
Teknik Kimia. 7(2), 33-39.
padat. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta. Suwito. (2013). Tingkat Penerimaan Panelis
Terhadap Sifat Organoleptik Sabun
Fathoni, D. (2019). Kajian Pembuatan
Trasnparan yang Diformulasikan
Sabun Mandi Cair Dari Campuran
dari Minyak Sawit dengan
CPO dengan Penambahan Minyak
Penambahan Pewarna dan Pewangi.
Atsiri Jeruk Kalamansi. Skripsi.
Skripsi. Fakultas Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas
Universitas Riau. Riau.
Bengkulu, Bengkulu.
Ulfah, M., A. Ruswanto dan Ngatirah.
Hambali. E., T. Bunasor dan G. Kusuma.
(2016). Karakteristik Minyak
(2005). Aplikasi Dietanolamida dari
ampuran dari Red Palm Oil dengan
Asam Laurat Minyak Inti Sawit Pada
Palm Kernel Olein. Agritech. 36 (2),
Pembuatan Sabun Transparan.
145-151.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian.
15(2), 46-53. Widyasanti, A., D. Nugraha dan D. Rohdian.
(2017). Pembuatan Sabun Padat
Naomi, P., Gaol, A. M dan Toha, Y. (2013).
Transparan Berbasis Bahan Minyak
Pembuatan Sabun Lunak dari
Jarak (Castrol oil) Dengan
Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari
Penambahan Bahan Aktiv Ekstrak
Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal
Teh Putih (Camelia Sinesis). Jurnal
Teknik Kimia. 2(19), 42-48.
Ilmu-Ilmu Pertanian. 1(2), 140-151.
Prasetiyo, A. (2020). Formulasi Sabun Padat
Transparan dari Minyak Inti Sawit.
Jurnal Jamu Indonesia. 5(2), 39-44.

Prihanto, A dan B. Irawan. (2018).


Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas

42 | Jurnal Agroindustri Vol. 11 No. 1, Mei 2021: 32-42

Anda mungkin juga menyukai