ABSTRAK
Reaksi saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak/lemak dicampur dengan larutan
alkali(contoh NaOH).Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama, Sabun digunakan untuk membersihkan badan yang berbusa dan tidak
menyebabkan iritasi atau peradangan pada kulit. Tujuan praktikum ini adalah dapat
mengetahui tahap pembuatan sabun dan mengetahui formulasi sabun yang baik serta
mengetahui pengertian sabun. Metode praktikum yang digunakan adalah metode saponifikasi
dengan mereaksikan),minyak zaitun dan minyak kelapa dengan alkali (biasanya
menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na
(sabun). Parameter yang diamati diantaranya uji organoleptis,uji ph dan uji tinggi busa. Hasil
uji organoleptis didapatkan hasil sabun berwarna cream atau putih susu, masih terdapat bau
minyak setelah pemberian fragrance dengan tekstur setengah padat. Nilai ph sudah sesuai
yakni 9,55. Dan tinggi busa berkisar antara 9cm sampai 6cm dengan persentasi stabilitas busa
sebesar 66,67% sehingga memenuhi persyaratan kestabilan busa. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dari praktikum dapat disimpulkan bahwa sediaan sabun kelompok satu memenuhi
persyaratan sabun padat. Uji organoleptis,uji ph, uji tinggi busa, persentase stabilitas busa.
Kata Kunci: sabun padat, saponifikasi, formulasi sabun
PENDAHULUAN
Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Metode pembuatan sabun
pada zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan metode yang digunakan saat ini, walaupun
tentunya kualitas produk yang dihasilkan saat ini jauh lebih baik. Sabun dibuat dengan
metode saponifikasi yaitu mereaksikan trigliserida dengan soda kaustik (NAOH) sehingga
menghasilkan sabun dan produk samping berupa gliserin. Bahan baku pembuatan sabun
dapat berupa lemak atau minyak nabati atau lemak hewan. Penggunaan sabun dalam
kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi, terutama sesuai dengan fungsi utamanya yaitu
membersihkan. Berbagai jenis sabun ditawarkan dengan beragam bentuk mulai dari sabun
cuci (krim dan bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun
pembersih peralatan rumah tangga (krim dan cair). (Apriana, 2013).
Sabun tersusun dari asam lemak, minyak dan lilin, di mana senyawa itu mengandung ikatan
tidak jenuh yang akan mudah teroksidasi. Reaksi tersebut ditandai dengan keluarnya bau
tengik pada sabun. Untuk menjaga kualitas sabun dari reaksi oksidasi diperlukan bahan
antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat atau mencegah
terjadinya oksidasi pada substrat yang mudah teroksidasi dan telah banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat. Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal
bebas penyebab penyakit karsinogenis, kardiovaskular dan penuaan dalam tubuh manusia
serta menangkal radikal bebas yang berasal dari polusi, radiasi dan asap rokok. Antioksidan
diperlukan karena tubuh manusia tidak memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup,
sehingga apabila terjadi paparan radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan
eksogen (berasal dari luar). (Muchtadi dalam Arsyad, 2014). Berdasarkan sumbernya
antioksidan dikelompokkan menjadi dua yaitu, antioksidan yang diperoleh secara alami
(antioksidan alami) dan sinetik (antioksidan sintetik).
Pada penelitian pengaruh konsentrasi NaOH terhadap Kualitas sabun padat dari minyak
kelapa (Cocos nucifera) yang ditambahkan sari bunga melati. Konsentrasi NaOH yang paling
baik dalam formulasi sabun padat yaitu 30%, jika diatas 30% akan melebihi kadar alkali
dalam sabun padat dan menyebabkan iritasi dibawah 30% membutuhkan waktu yang lama
untuk mencapai reaksi (Maripa, 2014), peningkatan penambahan ekstrak dalam sabun dapat
menurunkan kandungan nutrisi sebagai anti jamur dan kesukaan penelis terhadap warna,
tekstur dan kekerasan sabun (Hernani, 2020). Produk yang beredar di pasaran dengan brand-
brand ternama pun banyak mengandung zat kimia apalagi untuk menghilangkan bau tengik
pada sabun dan juga menjaga kualitas sabun padat, dan produk yang dijual di pasaran pun
kebanyakan merupakan produk sabun padat antibakteri.
Dalam penelitian ini diharapkan sabun dihasilkan sesuai dengan standar SNI dan produk
yang dihasilkan minimal mendekati kualitas sabun padat yang beredar di pasaran, dengan
memperhatikan formula sediaan sabun padat tersebut yang ditinjau dari variasi penambahan 3
jenis minyak dengan komposisi tertentu yaitu terdiri dari minyak kelapa sawit, minyak kelapa
dan minyak zaitun yang masing-masing memiliki kandungan tersendiri yang berpengaruh
pada pembuatan sabun padat, minyak kelapa sawit banyak mengandung asam palmitat yaitu
42% yang bermanfaat untuk mengeraskan dan menstabilkan busa, minyak kelapa banyak
mengandung asam laurat yaitu 48% yang berguna untuk menghasilkan banyak busa,
mengeraskan dan membersihkan, sedangkan minyak zaitun mengandung asam oleat yang
berfungsi untuk melembabkan kulit.
METODE
Bahan dan Alat
Bahan :
1. NaOH
2. Aquadest
3. Minyak Kelapa
4. Minyak Sawit
5. Minyak Zaitun
6. Fragrance
Alat :
1. Cetakan
2. Gelas Beaker
3. Batang Pengaduk
4. Cawan Porselin
5. Timbangan Analitik
6. Gelas Ukur
7. Penggaris
8. Sendok
Laboratorium Teknologi Sediaan/Program Studi Farmasi/Fakultas Kehatan/Universitas
Hamzanwadi/2022
Laporan Praktikum
Teknologi Sediaan Cair Semi Padat
9. PH meter
10. Kertas Perkamen
Jalannya Praktikum
1. Rancangan Formulasi
Nama bahan Jumlah bahan Fungsi
Minyak sawit 35 gram Menghasilkan busa yang
stabil
Minyak Kelapa 15 gram Menghaluskan dan
melembabkan kulit
Minyak Zaitun 10 gram Melembabkan kulit
NaOH 8,85 gram Bahan pemadat sabun
Fragrance 1,20 mL Pengharum
Aquadest 20,65 gram Pelarut
4. Uji pH
1) Ditimbang sabun batang transparan 0,1 gram.
2) Lalu direndam sabun dalam 10 mL aquadest selama 24 jam.
3) Setelah 24 jam dicek pH sabun.
4) Diamati pH aquadest sebelum dan sesudah direndam sabun batang apabila pH
sabun 9-11 maka sabun memenuhi standar pH sabun mandi untuk kulit.
5. Uji Tinggi Busa
Tinggi busa dilakukan dengan cara yaitu diambil gram sabun dimasukkan ke dalam gelas
ukur 25 ml dan ditambahkan 10 mL aquadest lalu ditambahkan air suling, kocok dengan
membolak-balikkangelas ukur.Selanjutnya diamati tinggi busa yang dihasilkan dan 5
menit kemudianamati kembali tinggi busanya. Rusli (2019) . Kriteria stabilitas busa yang
baikyaitu, apabila dalam waktu tersebut berdasarkan teori Harry (1973) dalam margareta
(2022) menyebutkan bahwa ketinggian busa pada sabun berbasis minyak berkisar antara
4-22 cm.
6. Persentase stabilitas busa
Untuk mengevaluasi stabilitas busa yang dihasilkan, dilakukan dengan mengambil 5g sediaan
sabun cair dari formula uji dan kontrol yang dimasukkan ke dalam wadah tabung ukur
kemudian ditambahkan air sebanyak 250 mL. lakukan proses pengadukan dengan pengaduk
mekanik untuk memperoleh kecepatan pengadukan yang seragam, kemudian ketinggian busa
diukur pada menit pertama dan kelima. Stabilitas busa dapat dirumuskan sebagai berikut
(murti,2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pengujian Hasil
9,51
Uji pH
T. Awal: 9 cm
T. Akhir: 6 cm
PEMBAHASAN
Evaluasi sediaan sabun padat yang telah kami lakukan pada praktikum ini bertujuan untuk
mendapatkan sediaan sabun dengan mutu yang baik. Uji yang dilakukan meliputi
pemeriksaan mutu sabun mandi yaitu organoleptis, stabilitas busa, dan pH.
Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Uji
organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara melakukan
pengamatan warna, aroma, dan bentuk dari sediaan.(rusli 2019).
Hasil pengujian secara organoleptik dilakukan pada penyimpanan suhu ruang yang
menunjukkan bahwa sediaan sabun dalam keadaan baik dan tidak rusak setelah disimpan
pada suhu ruangan. Berdasarkan parameter tersebut sabun padat dapat memenuhi uji evalusi
organoleptik (stabil secara organoleptik formula C)selama masa penyimpanan pada suhu
ruangan (25- 30ºC).
KESIMPULAN
Sabun padat adalah sabun yang dibuat dari reaksi saponifikasi dari lemak padat dengan
NaOH, yang digunakan untuk membersihkan badan yang berbusa dan tidak menyebabkan
iritasi atau peradangan pada kulit. Sabun yang baik memiliki pH berkisar antara 9-11, tinggi
busa 4-22cm dan kestablisan busa berkisar 60%-80%Dari praktikum yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa sabun sudah memenuhi persyaratan dalam sabun yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,L,Yulianti,M Shoviantari,F Sabban,F,I.2017 ‘Formulasi dan Evaluasi Sabun Mandi
Cair dengan Ekstrak Tomat (Solanum Lycopersicum L.) sebagai Antioksidan’jurnal
wiyata,4(2),106-107.
Rusli,N,Nurhikma,E,Sari,E,P2019, ‘Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Daun Lamun
(Thalassia hemprichii)’jurnal warta farmasi,8(2),56.
Marifa, Baiq Riani, Yeti Kurniasih, Dan Ahmadi. 2014. Pengaruh konsentrasi NaOH
terhadap kualitas sabun padat dari minyak kelapa (Cocos nucifera) yang ditambahkan sari
bunga mawar (Rosa L). Pendidikan kimia. IKIP Mataram.
Apriana, Dwi. 2013. Uji kinerja alat centrifuge proses pemisahan sabun pada proses
saponifikasi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Margareta,R Purnavita,S, Hermawati,L 2022 ‘PEMBUATAN SABUN MANDI PADAT
BERBASIS MINYAK SAWIT BEKAS DENGAN AROMA SEREH’ inovasi teknik
kimia,7(2),2-3.