Anda di halaman 1dari 18

Formulasi Sabun Mandi Padat Berbasis Minyak Biji Kapuk Sandu

(Ceiba pentandra Gaertn) dengan Penambahan Jasmine Oil

• Tujuan Percobaan :
1. Untuk mengetahui pengaruh variable NaOH terhadap sabun
yang dihasilkan
2. Mengetahui hasil analisa sabun yang meliputi organoleptic,
kadar air, alkali bebas, dan derajat keasaman (pH)
• Penentuan proses :
Dalam pembuatan sabun tersebut digunakan metode panas (full
boiled) dengan dibuktikan pernyataan sebagai berikut “19,1 gram
sampel minyak biji kapuk dipanaskan dalam beaker glass 100ml
sampai mencapai suhu 700C” dan “…dengan tetap menjaga kestabilan
suhu pada 70-800C”
Formulasi Sabun Mandi Padat Berbasis Minyak Biji Kapuk Sandu
(Ceiba pentandra Gaertn) dengan Penambahan Jasmine Oil

• Faktor yang mempengaruhi proses :


1. Variabel tetap
1.1 Minyak biji kapuk sebanyak 19,1 gram
1.2 Jasmin Oil sebanyak 10 tetes
1.3 Ekstraksi dengan pelarut etanol : n-hexane sebanyak 5:95
2. Variabel berubah
2.1 penggunaan NaOH dengan nilai 2; 2,5; 3; 3,5 dan 4 gram

Penggunaan variable NaOH berpengaruh terhadap berat sabun dimana pada


NaOH 2,5 gram menghasilkan 4,22 gram sedangkan pada NaOH 3, 3,5, dan 4
mengahasilkan 5,68 gram, 6,95 gram, dan 7,04 gram
Medicinal and cosmetics soap production
from Jatropha oil
• Tujuan Percobaan :
1. Untuk mencari metode yang cocok untuk menghilangkan phorbol
ester dari minyak jarak
2. Mengetahui parameter pembuatan sabun seperti % yield
kemurnian sabun minyak jatropha, nilai TFM sabun, total alkali,
alkali bebas, pH, akitivitas antrimikroba, dan CMC pada sabun
• Penentuan proses :
Dalam pembuatan sabun tersebut digunakan metode dingin (cold
process) dengan dibuktikan pernyataan sebagai berikut “Larutan 200
g/dm ditambahkan langsung dengan lemak/minyak dengan ratio 1:1
(v/v) di dalam container stainless steel. Dimana minyak/lemak panas
secara perlahan”
Medicinal and cosmetics soap production
from Jatropha oil
• Faktor yang mempengaruhi proses :
1. Ekstraksi Jatropha Oil dengan ektraksi mekanik menggunakan
ram-press atau engine-driven expeller
2. Removal of phorbol from oil dengan NaHCO3 mengurangi 44%,
kombinasi ozone treatment dengan NaHCO3 mengurangi 75%, kombinasi
heat treatment dengan NaHCO3 mengurangi 56% dan saat kombinasi
tersebut ditambahkan air mengurangi 76%, one time adsorpstion
mengurangi 98% dan two time adsorpstion mengurangi 99,5%
The adsorption method could be used the more suitable method for
detoxification of toxic Jatropha oil.
Formasi dan Uji Mutu Fisik Sabun Padat
Ekstrak Ubi Ungu (Ipomea batatas L.)
• Tujuan Percobaan :
1. Untuk mendapatkan formulasi dan karakter fisik terbaik dari sabun
padat ekstrak ubi ungu
• Penentuan proses :
Dalam pembuatan sabun tersebut digunakan metode panas (full
boiled) dengan dibuktikan pernyataan sebagai berikut “Minyak kelapa
hingga suhu 70-80oC, dimasukkan ke dalam NaOH yang telah dilarutkan
dengan aquadest larut.”
Formasi dan Uji Mutu Fisik Sabun Padat
Ekstrak Ubi Ungu (Ipomea batatas L.)
• Faktor yang mempengaruhi proses :
1. Variabel tetap
1.1 Minyak kelapa sebanyak 5%
1.2 Ekstraksi Ubi Ungu sebanyak 50%
1.3 Gliserin sebanyak 8%
2. Variabel berubah
2.1 penggunaan NaOH dengan nilai 2,5%, 6,25%, 10%

Note : dilakukan pengujian sabun seperti organoleptis, uji keasaman (pH), uji
stabilitas busa, dan kadar air
PERBANDINGAN PROPORSI UMBI RUMPUT TEKI
SEBAGAI SABUN PADAT DITINJAU DARI SIFAT FISIK
(ORGANOLEPTIK)
• Tujuan Percobaan :
1) Untuk mengetahui pengaruh perbandingan proporsi umbi rumput teki (cyperus
rotundus l.) pada hasil jadi sabun padat yang meliputi warna, aroma, tekstur, dan
daya buih.
2) Untuk mengetahui uji organoleptik dari hasil jadi sabun padat umbi rumput teki.
• Penentuan proses yang dipilih :
Sebelum eksperimen telah dilakukan pra eksperimen menggunakan
perbandingan 0,5% hingga 1,5% dengan menggunakan metode hot process dan cold
process. Berdasarkan hasil pra eksperimen yang memungkinkan digunakan adalah
dengan metode cold process karena hasil yang di dapatkan lebih baik dengan
perbandingan penambahan bubuk umbi rumput teki 0,5%, 1%, dan 1,5%.
PERBANDINGAN PROPORSI UMBI RUMPUT TEKI
SEBAGAI SABUN PADAT DITINJAU DARI SIFAT FISIK
(ORGANOLEPTIK)
• Uji yang digunakan :
1. Uji Duncan ( warna, aroma,tekstur,daya buih)

• Faktor-faktor yang mempengarui proses :


1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bubuk umbi rumput teki
(cyperus rotundus l.) 0,5%, 1%, dan 1,5%.
2. Hasil terbaik dilihat dari warna, aroma, tekstur, daya buih
FORMULASI SABUN PADAT HERBAL
EKSTRAK DAUN KETEPENG CINA
(Cassia alata.Linn)
• Tujuan Percobaan
Penelitian ini bertujuan membuat sediaan sabun padat herbal ekstrak etanol daun ketepeng
cina.
• Penentuan proses yang dipilih :
Sabun padat herbal dengan konsentrasi VCO 15%, 20%, dan 25%. Dengan metode Hot process.
• Uji yang digunakan:
1. Uji organoleptic
2. Uji stabilitas busa
3. Uji nilai pH
• Faktor-faktor yang mempengarui proses :
Konsentrasi VCO 15%, 20%, dan 25%.
The Utilization of VCO (Virgin Coconut Oil) in Manufacturing of
Solid Soap with Red Betel Leaf Extract Addition (Paper Crotum
Ruiz &Pav)
• Tujuan Percobaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sabun padat dari VCO dengan ekstrak
daun sirih merah berdasarkan SNI No.06-3532199.
• Penentuan proses yang dipilih :
3 variasi konsentrasi NaOH, yaitu 25%, 30%, 35%.
• Proses pembuatan sabun dilakukan dengan dua proses, yaitu proses saponifikasi
dingin dan saponifikasi semi boiled.
• Metode yang digunakan dalam proses pembuatan sabun dalam penelitian ini adalah
Metode Batch.
• Faktor-faktor yang mempengarui proses :
3 variasi konsentrasi NaOH, yaitu 25%, 30%, 35%.
Utilization of waste cooking and tallow fro
Production of Toilet 'Bath" Soap
• Tujuan Percobaan:
1. Mampu mengolah bahan limbah minyak goreng bekas penggorengan daging sapi yang
berasal dari Botswana Meat Commission menjadi sabun
2. Mampu mengurus masalah limbah menjadikan lapangan kerja bagi masyarakat

• Penentuan proses yang dipilih:


menggunakan proses "Cold Process Soap", seperti pernyataan pada jurnal tersebut,
Sabun itu sendiri biodegradable dan proses saponifikasi membutuhkan input energi
minimal. Minyak nabati dan lemak hewani keduanya terdiri dari trigliserida yang
merupakan molekul gliserol yang dikasinkan menjadi tiga asam karboksilat rantai panjang
(asam lemak).Ketika trigliserida dikombinasikan dengan larutan basa seperti natrium
hidroksida atau kalium hidroksida, hidrolisis ester trigliserida terjadi.
Utilization of waste cooking and tallow fro
Production of Toilet 'Bath" Soap
• Faktor-faktor yang mempengarui proses:
1. Minyak yang dibuang dimurnikan dengan larutan air garam dan
diputihkan dengan Hidrogen Peroksida (H2O2.)
2. Minyak goreng limbah murni dan lemak daging sapi dicampur
dengan minyak kelapa yang biasa digunakan minyak dalam
pembuatan sabun toilet.
3. Minyak biasanya dicampur pada rasio yang berbeda untuk
persiapan sabun toilet.
Quality Testing of Solid Soap with Mango Leaf Extract (Mangifera
indica L.) Produced by Hot and Cold Processes
• Tujuan Percobaan:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proses pembuatan sabun padat dalam proses panas dan dingin.
2. Membandingkan analisis sabun kualitas terbaik berdasarkan kualitas termasuk pengujian organoleptik dan
keseimbangan pH.
• Penentuan proses yang dipilih:
Membuat sabun padat dapat dilakukan melalui pemanasan (heat process) dan tanpa pemanasan (Cold
process). Saat proses Panas (Heat Process), faktor pengadukan menjadi hal yang paling penting dalam
homogenitas sabun. Proses penambahan ekstrak daun mangga ke dalam proses panas dilakukan
ketika suhu adonan tidak terlalu tinggi sekitar suhu 50 C. Proses penambahan ekstrak daun mangga ke proses
dingin dilakukan setelah mencampur minyak sawit dengan NaOH.Ekstrak daun mangga berfungsi sebagai aditif
yang diisi sabun. Proses dingin (Cold Process), dilakukan tanpa penambahan panas. Faktor utama untuk
keberhasilan proses ini tergantung pada proses pengadukan. Pencampuran yang terlalu rendah menyebabkan
sabun yang dihasilkan menjadi inhomogeneous atau menyebabkan dua fase. Tekstur campuran sabun dalam
proses dingin lebih tebal daripada dalam proses panas tetapi memiliki tingkat kekerasan yang lebih rendah.
Quality Testing of Solid Soap with Mango Leaf Extract (Mangifera
indica L.) Produced by Hot and Cold Processes

• Faktor-faktor yang mempengarui proses:


1. Proses pembuatan sabun padat dilakukan melalui dua metode yang
berbeda. Metode pembuatan sabun dengan proses panas dilakukan
pada suhu tinggi dengan konsistensi tebal.
2. Faktor suhu adalah faktor utama dalam proses ini. Metode
pembuatan sabun dengan proses dingin dilakukan pada suhu
rendah dengan konsistensi cair.
3. Hasil tes organoleptik sabun dari proses panas lebih tinggi sehingga
proses pembuatan sabun dengan ekstrak daun mangga lebih cocok
untuk menggunakan proses panas.
OPTIMASI FORMULA PEMBUATAN SABUN PADAT
ANTISEPTIK ALAMI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK
DAUN SIRIH HIJAU
• Tujuan Percobaan:
1. Bermanfaat untuk menentukan manfaat daun sirih hijau
2. Bermanfaat untuk mendapatkan formulasi terbaik sabun padat antiseptik
alami dengan penambahan ekstrak daun sirih hijau
• Penentuan proses yang dipilih:
Proses pembuatan sabun menggunakan metode Cold Process. Reaksi
penyabunan (safonifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida
dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Sabun
dibuat melalui proses saponifikasi lemak atau minyak menggunakan larutan
alkali. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida
(NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH).
OPTIMASI FORMULA PEMBUATAN SABUN PADAT
ANTISEPTIK ALAMI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK
DAUN SIRIH HIJAU
• Faktor-faktor yang mempengarui proses:
Penambahan ekstrak daun
sirih hijau yaitu 3gr, 5gr, 7gr, 9gr dan 11gr.
• Uji yang dilakukan:
1. pH
2. Kadar air
3. Alkali
4. Uji Bakteri
5. Uji Organoleptik
Formulasi sabun padat transparan dari Ekstrak Umbi Bengkoang
Pachyrhizus erosus (L.)Urb dengan uji aktivitas antibakteri
Propionibacterium
• Tujuan Percobaan:
1. Untuk membuat sediaan padat sabun padat transparan dari ekstrak umbi bengkoang Pachyrhizus erosus(L.) Urb.
2. Untuk mengetahui apakah sabun padat transparan ekstrak umbi bengkoang Pachyhizus erosus (L.) Urb. memiliki
efek antibakteri terhadap Propionibacterium acnes
• Penentuan proses yang dipilih:
Proses yang dipilih adalah menggunakan proses panas dengan menggunakan suhu 60C-70C & menggunakan proses
pengadukan,
• Uji yang dilakukan pada ekstrak bengkoang:
1.Organoleptis (uji dilakukan melihat fisik terhadap bentuk, bahan, warna dan bau)
2. Pemeriksaan pH (menggunakan pH meter untuk pengukutan pH ekstrak umbi bengkoang)
3. Rendemen (menghitung rendeman ekstrak dengan cara membandingkan berat ekstrak kental yang didapat dgn
berat sampel awal)
4. Kelarutan (melakukan pemeriksaan kelarutan sesuai dengan Farmakope Indonesia yg dilakukan dalam pelarut aqua
destilat etanol 96%)
5. Uji Fitokimia
6. Penetapan kadar air
Formulasi sabun padat transparan dari Ekstrak Umbi Bengkoang
Pachyrhizus erosus (L.)Urb dengan uji aktivitas antibakteri
Propionibacterium
• Uji yang dilakukan pada sabun:
1. Uji Organoleptik
2. Uji pH
3. Uji Stabilitas busa
4. Uji Kekerasan
5. Uji Iritasi kulit
• Faktor-faktor yang mempengarui proses
Formulasi ekstrak etanol umbi bengkoang Pachyrhizus erosus (L.) Urb. sebagai sabun padat
transparan antijerawat dibuat dalam empat formula yaitu F0 (tanpa ekstrak), F1 (dengan ekstrak
5%), F2 (dengan ekstrak 10%) dan F3 (dengan ekstrak 20%). Pemilihan konsentrasi yang bervariasi
bertujuan untuk melihat besar kecilnya daya hambat yang diberikan berdasarkan beberapa
konsentrasi sehingga menghasilkan sabun padat transparan yang efektif bekerja sebagai antibakteri
Propionibacterium acnes.

Anda mungkin juga menyukai