Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum

Teknologi Sediaan Cair Semi Padat

Formulasi dan Evaluasi Sediaan Sabun Mandi Padat


M. Jauzi Zamroni Arham1, Muh. Bustomi Abdul Gani1, Muhammad Jabal Nur1
1
Laboratorium Teknologi Sediaan Cair Semi Padat
NPM: 210501020

ABSTRAK
Kulit memiliki peranan yang sangat vital bagi manusia. Fungsi kulit antara lain meliputi
proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan
pembentukan vitamin D. Kulit juga berperan sebagai barier infeksi. Fungsi kulit sedemikian
rupa sehingga kotoran akan mudah menempel pada kulit. Oleh karena itu, sangat penting
menjaga dan memelihara kebersihan kulit untuk kesehatan. Sabun merupakan campuran dari
senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh.
Oleh karena itu dibutuhkan sebuah formulasi sabun padat yang mampu membersihkan,
menghaluskan kulit, dan tidak menyebabkan kulit kering. Tujuan praktikum ini adalah
melakukan pembuatan sabun padat sesuai formulasi yang diberikan serta mengevaluasi sabun
tersebut agar didapatkan sabun dengan mutu yang baik. Evaluasi sabun meliputi uji
organoleptis, uji pH, uji tinggi dan stabilitas busa. Uji organoleptis sabun padat yaitu warna
krem, aroma sedikit wangi, namun msih tercium bau minyak kelapa, berbentuk oval, dan
tekstur yang masih cukup lembek. Nilai pH sediaan sabun yang didapat adalah 10,36 dan
memenuhi persyaratan sesuai literatur yaitu 9-10,8. Uji ketinggian busa didaptkan yaitu
tinggi awal 7,5cm dan tinggi akhir 6,5cm dengan syarat 13-200mm. Uji stabilitas busa
sediaan sabun padat yang didapat 86,67%.
Kata Kunci: Formulasi, Sabun padat, dan Evaluasi.
PENDAHULUAN
Kulit memiliki peranan yang sangat vital bagi manusia. Fungsi kulit antara lain
meliputi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan
pembentukan vitamin D. Kulit juga berperan sebagai barier infeksi. Fungsi kulit sedemikian
rupa sehingga kotoran akan mudah menempel pada kulit. Oleh karena itu, sangat penting
menjaga dan memelihara kebersihan kulit untuk kesehatan (Nurrosyidah, 2019).
Bahan pembersihan kulit yang paling umum digunakan adalah air. Namun air saja
tidak cukup mengangkat semua jenis kotoran. Pembersih dengan menambahkan surfaktan
memiliki daya bersih kuat. Surfaktan adalah bahanbahan yang memperbaiki daya pembersih
air karena memperbesar daya pembasah kulit serta mencegah partikelpartikel kotoran melekat
pada kulit dengan jalan mengemulsinya, melarutkannya, dan mendispersikannya
(Nurrosyidah, 2019).
Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang
digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat
tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun dibuat dengan dua cara, yaitu
proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan diperoleh
produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh
gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan
Laboratorium Teknologi Sediaan/Program Studi Farmasi/Fakultas Kehatan/Universitas
Hamzanwadi/2022
Laporan Praktikum
Teknologi Sediaan Cair Semi Padat

proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Widyasanti dkk,
2016).
Sabun terbentuk dari reaksi saponifikasi trigliserida dengan menggunakan alkali.
Salah satu trigliserida yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun adalah minyak sawit.
Keuntungan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku adalah harga yang murah, selalu
tersedia, memberikan warna pada sabun dan mengandung vitamin E yang dapat berfungsi
untuk mempertahankan keremajaan kulit (Neswati dkk, 2019).
Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak
adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Shintia, 2016).
Pada praktikum ini, dibuat sabun mandi padat yang mengandung kombinasi minyak
sawit, minyak kelapa, dan minyak zaitun yang kemudian hasilnya dievaluasi organoleptis,
pH, dan stabilitas busa dari sabun tersebut.

METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak sawit, minyak kelapa,
minyak zaitun, NaOH, fragrance atau parfum, dan aquadest. Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah gelas beaker, gelas ukur, batang pengaduk, timbangan analitik,
penggaris, pH meter, kertas perkamen, dan cetakan sabun.

Jalannya Praktikum
1. Rancangan Formulasi
Table 1 Rancangan Formulasi Sabun Mandi

Nama bahan Jumlah bahan Fungsi


Minyak Sawit 35gram Humektan
Minyak Kelapa 15gram Humektan
Minyak Zaitun 10gram Humektan
NaOH 8,85gram Pelarut

Fragrance 3 tetes Penwangi


Aquades 20,65gram Pelarut

2. Cara Pembuatan
a. Timbang NaOH dengan gelas beaker.
b. Tuangkan NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit (jangan menuangkan air ke dalam
NaOH) aduk pelan pelan, larutan akan panas dan keruh. Larutan kemudian
didinginkan sampai suhu ruangan dan sampai larutan jernih.
c. Timbang minyak sawit, minyak kelapa, dan minyak zaitun sesuai dengan formula dan
tuangka ke dalam gelas beaker dan dicampur.
d. Campurkan larutan minyak dengan larutan NaOH dan teteskan fragrance pada
campuran tersebut, kemudian aduk hingga larutan mengental.
Laboratorium Teknologi Sediaan/Program Studi Farmasi/Fakultas Kehatan/Universitas
Hamzanwadi/2022
Laporan Praktikum
Teknologi Sediaan Cair Semi Padat

e. Masukkan ke dalam cetakan dan keringkan selama 24 jam.


f. Lakukan evaluasi pada sabun yang sudah memadat meliputi, uji organoleptis, uji pH,
tinggi dan stabilitas busa.
3. Organoleptis
Organoleptis dilakukan dengan cara melihat bentuk dan warna sabun, kemudian
aroma dari sabun tersebut dan tekstur. Catat hasil yang didapatkan pada buku.
4. Uji pH
a. Timbang 1 gram sabun yang sudah padat.
b. Larutkan dengan 10 ml aquadest menggunakan gelas beaker.
c. Cek pH menggunakan pH meter.
5. Uji Ketinggian dan Stabilitas Busa
a. Timbang 1 gram sabun yang sudah padat.
b. Larutkan dengan 10 ml aquadest menggunakan gelas ukur.
c. Kocok gelas ukur hingga terdapat busa dari sabun.
d. Ukur tinggi busa awal, kemudian diamkan selama 5 menit.
e. Setelah 5 menit ukur kembali tinggi busa.
f. Hitung persentase stabilitas busa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sabun dengan cara saponifikasi yaitu
mencampur trigliserida dengan alkali, dalam hal ini yaitu minyak sawit, zaitun, dan kelapa
yang dicampur dengan NaOH. Setelah didapatkan sabun padat yang telah dibuat, dilakukan
evaluasi pada sabun tersebut untuk mendapatkan sabun padat dengan mutu yang baik.
Evaluasi yang dilakukan meliputi organoleptis, uji pH, tinggi dan kestabilan busa. Pada
praktikum ini kami mengevaluasi sabun padat dengan waktu pengeringan lebih dari 24 jam
dan hasil yang didapat sebagai berikut.
Pada uji organoleptis didapatkan warna sabun yaitu krem, berbentuk mengikuti
cetakan yang digunakan yaitu oval, aroma sedikit wangi, namun masih dapat tercium aroma
minyak kelapa, dan tekstur masih belum keras atau cukup lembek. Tekstur yang masih terasa
cukup lembek bisa dikarenakan saat pengadukan campuran tidak terlalu kental atau masih
cair.

Gambar 1 Sediaan Sabun yang Sudah Padat dan Sudah Dievaluasi

Pada uji pH didapatkan pH sabun yaitu 10,36. pH sabun berkisar antara 9-10,8, sabun
dengan pH yang terlalu basa dapat mengakibatkan kulit mengalami iritasi seperti luka, gatal
atau mengelupas, dan kulit menjadi kering karena daya absorbsi yang makin meningkat
(Firdaus dkk, 2019).

Laboratorium Teknologi Sediaan/Program Studi Farmasi/Fakultas Kehatan/Universitas


Hamzanwadi/2022
Laporan Praktikum
Teknologi Sediaan Cair Semi Padat

Gambar 2 Hasil Uji pH Pada Sabun Padat

Pada uji ketinggian dan stabilitas busa didapatkan tinggi awal sabun yaitu 7,5cm dan
tinggi akhir sabun setelah didiamkan selama 5 menit yaitu 6,5cm. Setelah didapatkan tinggi
awal dan akhir sabun kemudian dihitung stabilitas busa, didapatkan stabilitas busa yaitu
86,67%. Persyaratan tinggi busa yaitu 13-220mm (Hutapea, 2019). Kriteria stabilitas busa
yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas busa antara 60-70%
(Nurrosyidah dkk, 2019).

Gambar 3 Hasil Uji Tinggi Awal Busa Sabun

Gambar 4 Hasil Uji Tinggi Akhir Busa Sabun

Laboratorium Teknologi Sediaan/Program Studi Farmasi/Fakultas Kehatan/Universitas


Hamzanwadi/2022
Laporan Praktikum
Teknologi Sediaan Cair Semi Padat

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan yaitu sabun dapat
dibuat dengan proses saponifikasi yaitu dengan mencampurkan trigliserida dengan alkali.
Setelah dilakukan evaluasi pada sabun, didapatkan warna sabun yaitu krem, aroma yang
sedikit wangi namun masih dapat tercium aroma minyak, berbentuk oval seperti cetakan,
bertekstur cukup lembek, nilai pH yaitu 10,38, tinggi busa awal 7,5cm, tinggi busa akhir
6,5cm, dan stabilitas busa sebesar 86,67%.

DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, H.A., Shoviantari, F. and Lestari, T.P., 2019. Formulasi dan Uji Mutu Fisik Sabun Padat
Ekstrak Ubi Ungu (Ipomea batatas L.). In Prosiding Artikel Seminar Nasional Farmasi,51-56.
Hutapea, A., 2019. Formulasi Sediaan Sabun Padat Transparan Kombinasi Minyakj Zaitun (Olive
oil) dan Minyak Sereh (Citronella oil) (Doctoral dissertation, Institut Kesehatan Helvetia).
Neswati, N., Ismanto, S.D. and Derosya, V., 2019. Analisis kimia dan sifat antibakteri sabun
transparan berbasis minyak kelapa sawit dengan penambahan ekstrak mikropartikel
gambir. Jurnal AgroIndustri Halal, 5(2), 171-179.
Nurrosyidah, I.H., Asri, M. and Alfian, F.M., 2019. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Sabun Padat Ekstrak
Rimpang Temugiring (Curcuma heyneana Valeton & Zijp). PHARMACY: Jurnal Farmasi
Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 16(2), pp.209-215.
Shinthia, M., 2016. Pembuatan sabun padat (rasio tallow–minyak kelapa–minyak jagung) (Doctoral
dissertation, POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA).
Widyasanti, A., Farddani, C.L. and Rohdiana, D., 2017. Pembuatan sabun padat transparan
menggunakan minyak kelapa sawit (palm oil) dengan penambahan bahan aktif ekstrak teh putih
(camellia sinensis). Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering),
5(3), 125-136.

Laboratorium Teknologi Sediaan/Program Studi Farmasi/Fakultas Kehatan/Universitas


Hamzanwadi/2022

Anda mungkin juga menyukai