Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat sedian sabun padat transparan
dengan berbagai macam ekstrak, kelompok kami menggunakan ekstrak tomat. Likopen,
Esculentum Mill) menjadi alasan pemilihan ekstrak tomat sebagai zat aktif dalam pembatan
Pada percobaan sabun transparan ini metode yang digunakan adalah metode
saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah
(misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol, sabun juga disusun oleh
gugus asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi.
Dalam percobaan ini bahan yang pertama dimasukan ke dalam cawan penguap adalah
asam stearate yang kemudian dilelehkan diatas penanggas, fungsi untuk membantu
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa, khususnya minyak dari tumbuhan yang
digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu diatas penanggas. Setelah semua cair
bahan yang dimasukan lainnya adalah minyak dimana fungsi minyak merupakan bahan
Setelah minyak dan asam stearat larut secara homogen kemudian ditambahkan NaOH
secara perlahan lahan-lahan, fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai basa alkali. Natrium
hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi,
Penambahan Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa.
Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat. Setelah sempurna
proses saponifikasi kemudian ditambahkan etanol dan gliserin. Fungsi dari penambahan
Etanol adalah sebagai pelarut untuk mencairkan kembali campuran asam sterat, minyak dan
natrium hidroksida (NaOH) yang telah semi padat supaya gliserin dan glukosa dapat
tercampur sempurna di dalamnya. Selain itu etanol juga berfungsi untuk membentuk tekstur
transparan sabun, Untuk terjadi transparansi sabun harus benar larut. Etanol dengan level
yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk sabun yang lebih jernih.
kelembaban kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi,
gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Kandungan gliserin baik untuk kulit
karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun
sukrosa kedalam larutan sabun tersebut, dimana sukrosa ini merupakan bahan penting dalam
pembuatan sabun transparan. Sukrosa atau lebih dikenal dengan gula pasir berfungsi untuk
membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun. Semakin putih warna gula akan semakin jernih sabun
transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak glukosa, produk sabun menjadi lengket , pada
permukaan sabun keluar gelembung kecil – kecil. Gula yang paling baik untuk sabun
transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna
gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna agak
kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak
kecoklatan. Selain itu dalam percobaan ini sabun yang didapatkan diberi pewarna dan
pewangi sedikit. Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan
produk sabun yang beraneka warna serta menambah karakteristik sabun. dan Pewangi
ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi pada produk
sabun.
Dalam percobaan ini faktor pengadukan dan suhu sangat berpengaruh selama proses
pengadukan secara konstan . Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sediaan
sabun transparan yang homogen. Apabila tidak dilakukan pengadukan secara kontinyu
beberapa bahan yang dicampurkan menjadi tidak merata dan menggumpal. Hal tersebut akan
mempengaruhi tampilan sabun transparan. Selama pembuatan sabun berlangsung suhu harus
dijaga dalam 70° C karena dipanaskan pada suhu 70° C agar asam stearat mencair, namun
pemanasan ini jangan panas karena dengan suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak
yang menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini behubungan erat dengan bilangan
peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang
disebabkan oleh autooksidasi dan jika tidak dijaga dalam 70°C perabaan sabun akan
berminyak.
Adapun fenomena- fenomena yang terjadi selama percobaan yaitu adanya perubahan-
perubahan warna selama proses pemanasan dan proses safonifikasi, warna minyak yang
dicampurkan dengan asam stearat awalnya berwarna jernih namun setelah ditetesi Natrium
Hidroksida warna larutan menjadi kuning dan sedikit mengeras ini menunjukan bahwa
mutu sabun yang dihasilkan agar sesuai dengan mutu sabun yang telah ditetapkan oleh DSN
(Deawan Standrisasi Nasional, 1994) yaitu tercantum dalam SNI 06-3532- 1994. uji pertama
yang dilakukan adalah uji organoleptis pada sediaan sabun transparan diperoleh warna:
kuning kecoklatan, warna yang mengindikasikan kurang transparan hal ini dapat disebabkan
karna warna dari ekstrak tomat yang digunakan adalah coklat tua sehingga dapat
mempengaruhi warna akhir sediaan. bentuk dan tekstur sabun cukup baik, sabun tidak kasar
dan rata pada seluruh bagian, tidak terdapat gelembung pada permukaan sabun, dan bau
Selanjutnya dilakukan uji daya bersih dengan mengoleskan lip tint pada tangan
praktikan kemudian di cuci menggunakan sabun transparan ekstrak tomat dan diperoleh hasil
yang bersih terhadap noda lip tint pada tangan praktikan, sehingga dapat disimpulkan daya
bersih sabun cukup baik, uji sensasi setelah penggunaan dilakuka dengan cara mencobakan
sabun pada praktikan kemudian dibilas lagsung dan pada praktikan lain dibiarkan selama
beberapa waktu dan diperoleh perbedaan hasil dimana ketika penggunaan sabun dalam waktu
lama menmbulkan sensasi sedikit panas pada kulit, namun jika digunakan kemudian langsung
dibilas diperoleh sensasi yang lembut dan segar pada kulit. Untuk uji organoleptis dan daya
Uji tinggi dan stabilitas busa dan diperoleh tinggi busa setelah pengocokan sepuluh
kali adalah 4 cm, kemudian diamati kembali setelah 5 menit, busa pada gelas ukur
menghilang, hasil tersebut menunjukkan kandungan saponin yang cukup baik pada sediaan.
Kemudian dilakukan uji selanjutnya yakni pengukuran keasaman Ph dan diperoleh ph sabun
standardnya. Berdasarkan Bailey (1979) pH sabun transparan umumnya adalah lebih besar
dari 9,5. Mencuci tangan dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit sementara, tetapi
kenaikan pH kulit ini tidak akan melebihi 7 (Wasitaatmadja, 1997), sedangkan dalam jurnal
Pembuatan Sabun Padat Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm oil) dengan
Penambahan bahan Aktif Teh Putih (Camellia sinensis) ph normal pada sabun adalah 7 (Asri
widyasanti, 2016).
KESIMPULAN:
Alasan pemilihan ekstrak tomat sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan sabun
transparan pada praktikum kali ini adalah karna kandungan Likopen, polifenol, dan
Esculentum Mill)
Hasil tranparan pada sediaan disebabkan karna penambahan sukrosa dan etanol
fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai basa alkali. Natrium hidroksida bereaksi
adanya busa), Penambahan Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena
Selama pembuatan sabun berlangsung suhu harus dijaga dalam 70° C karena
dipanaskan pada suhu 70° C agar asam stearat mencair, namun pemanasan ini jangan
panas karena dengan suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak yang
Evaluasi dilakukan uuntuk untuk mengetahui mutu sediaan agar sesuai dengan mutu
sabun yang telah ditetapkan oleh DSN (Deawan Standrisasi Nasional, 1994) yaitu
tercantum dalam SNI 06-3532- 1994, dari kelima uji yang dilakukan uji tinggi dan
stabilitas busa merupakan uji yang memenuhi standar DSN sedangkan untuk uji yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Maibach, Howard I. et al. 2006. Handbook of Cosmetic Science and Technology Second
Edition. New York : Informa Healthcare USA.
Maibach, Howard I. et al. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology Third
Edition. New York : Informa Healthcare USA.
Diah, I., Usmania, A. Y. U., & Pertiwi, W. R. (2012). Pembuatan Sabun Transparan dari
Minyak Kelapa Murni. PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN DARI MINYAK KELAPA
MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) Disusun Oleh, 7–10. Retrieved from
digilib.uns.ac.id
Widyasanti, A., Farddani, C. L., & Rohdiana, D. (2016). Pembuatan Sabun Padat Transparan
Menggunakan Minyak Kelapa Sawit ( Palm oil ) dengan Penambahan Bahan Aktif
Ekstrak Teh Putih ( Camellia sinensis ). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 5(3), 125–
136.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia SabunTransparan dengan Penambahan Madu pada
Konsentrasi yang Berbeda. Bogor,Program Studi Teknologi Hasil TernakFakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Rahadiana, P., Andayani L.S. 2014. Pabrik Sabun Transparan Beraroma Terapi dari Minyak
Jarak dengan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu. ProgramStudi D3 Teknik
Kimia FTI-ITS.