Anda di halaman 1dari 8

HASIL

Hasil sediaan sabun transparan Hasil sediaan dan kemasan

Hasil evaluasi sediaan sabun transparan


No Evaluasi Gambar
1. Tinggi dan stabilitas busa:
Setelah 5g sabun dimasukkan ke
dalam gelas ukur 50 ml, kemudian di
kocok dengan cara dibolak-balikkan
sebanyak 10 kali, diperoleh tinggi
busa 4 cm kemudian diamati selama 5
menit busa pada gelas ukur
menghilang

(saat baru dikocok) (setelah 5 menit)


2. Keasaman sabun:
Ph ekstrak tomat : 4
Ph sabun transparan: 6

(ph ekstrak tomat) (ph sabun transparan)


3. Warna: kuning kecoklatan (tranparan)
Bau: farfum
Tekstur akhir: tidak kasar, cukup keras
dan bentuk sediaan yang rata sesuai
cetakan
4. Daya bersih:
Pada uji ini sabun transparan diuji
untuk menghilangkan noda liptint
pada tangan praktikan, dan diperoleh
hasil hilangnya noda yang ada di
tangan, sehingga dapat dikatakan daya
bersih sabun transparan ekstrak tomat
cukup baik.

(noda lip tint) (setelah dicuci dengan


Sabun tansparan)
5. Sensasi setelah penggunaan:
Tangan terasa lebih bersih dan lembut pada penggunaan yang sering dalam waktu
yang lama terdapat sensasi panas
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat sedian sabun padat transparan

dengan berbagai macam ekstrak, kelompok kami menggunakan ekstrak tomat. Likopen,

polifenol, dan vitamin C sebagai antioksidan yang terkandungan dalamtomat (Lycopersicum

Esculentum Mill) menjadi alasan pemilihan ekstrak tomat sebagai zat aktif dalam pembatan

sediaan sabun transparan pada praktikum kali ini.

Pada percobaan sabun transparan ini metode yang digunakan adalah metode

saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah

(misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol, sabun juga disusun oleh

gugus asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi.

Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:

CH3(CH2)16COONa + H2O  CH3(CH2)16COOH + OH

CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH

Dalam percobaan ini bahan yang pertama dimasukan ke dalam cawan penguap adalah

asam stearate yang kemudian dilelehkan diatas penanggas, fungsi untuk membantu

mengeraskan sabun dan menstabilkan busa, khususnya minyak dari tumbuhan yang

digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu diatas penanggas. Setelah semua cair

bahan yang dimasukan lainnya adalah minyak dimana fungsi minyak merupakan bahan

utama dalam pembuatan sabun.

Setelah minyak dan asam stearat larut secara homogen kemudian ditambahkan NaOH

secara perlahan lahan-lahan, fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai basa alkali. Natrium

hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi,

Penambahan Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa.
Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat. Setelah sempurna

proses saponifikasi kemudian ditambahkan etanol dan gliserin. Fungsi dari penambahan

Etanol adalah sebagai pelarut untuk mencairkan kembali campuran asam sterat, minyak dan

natrium hidroksida (NaOH) yang telah semi padat supaya gliserin dan glukosa dapat

tercampur sempurna di dalamnya. Selain itu etanol juga berfungsi untuk membentuk tekstur

transparan sabun, Untuk terjadi transparansi sabun harus benar larut. Etanol dengan level

yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk sabun yang lebih jernih.

Sedangkan pada pembuatan sabun transparan, gliserin berfungsi untuk menghasilkan

penampakan yang transparan dan memberikan kelebembaban pada kulit (humektan).

Humektan (moisturizer) adalah skin conditioning agents yang dapat meningkatkan

kelembaban kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi,

gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Kandungan gliserin baik untuk kulit

karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun

(Rahadiana dkk., 2014).

Setelah menambahkan etanol dan gliserin kedalam sabun, kemudian menambahkan

sukrosa kedalam larutan sabun tersebut, dimana sukrosa ini merupakan bahan penting dalam

pembuatan sabun transparan. Sukrosa atau lebih dikenal dengan gula pasir berfungsi untuk

membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu

perkembangan kristal pada sabun. Semakin putih warna gula akan semakin jernih sabun

transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak glukosa, produk sabun menjadi lengket , pada

permukaan sabun keluar gelembung kecil – kecil. Gula yang paling baik untuk sabun

transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna

gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna agak

kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak

kecoklatan. Selain itu dalam percobaan ini sabun yang didapatkan diberi pewarna dan
pewangi sedikit. Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan

produk sabun yang beraneka warna serta menambah karakteristik sabun. dan Pewangi

ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi pada produk

sabun.

Dalam percobaan ini faktor pengadukan dan suhu sangat berpengaruh selama proses

pembuatan sabun transparan. Pengadukan harus dilakukan secara kontinyu dengan

pengadukan secara konstan . Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sediaan

sabun transparan yang homogen. Apabila tidak dilakukan pengadukan secara kontinyu

beberapa bahan yang dicampurkan menjadi tidak merata dan menggumpal. Hal tersebut akan

mempengaruhi tampilan sabun transparan. Selama pembuatan sabun berlangsung suhu harus

dijaga dalam 70° C karena dipanaskan pada suhu 70° C agar asam stearat mencair, namun

pemanasan ini jangan panas karena dengan suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak

yang menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini behubungan erat dengan bilangan

peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang

disebabkan oleh autooksidasi dan jika tidak dijaga dalam 70°C perabaan sabun akan

berminyak.

Adapun fenomena- fenomena yang terjadi selama percobaan yaitu adanya perubahan-

perubahan warna selama proses pemanasan dan proses safonifikasi, warna minyak yang

dicampurkan dengan asam stearat awalnya berwarna jernih namun setelah ditetesi Natrium

Hidroksida warna larutan menjadi kuning dan sedikit mengeras ini menunjukan bahwa

proses safonifikasi sudah hampir sempurna.

Setelah diperoleh sediaan sabun transparan dilakukan evaluasi untuk mengetahui

mutu sabun yang dihasilkan agar sesuai dengan mutu sabun yang telah ditetapkan oleh DSN

(Deawan Standrisasi Nasional, 1994) yaitu tercantum dalam SNI 06-3532- 1994. uji pertama
yang dilakukan adalah uji organoleptis pada sediaan sabun transparan diperoleh warna:

kuning kecoklatan, warna yang mengindikasikan kurang transparan hal ini dapat disebabkan

karna warna dari ekstrak tomat yang digunakan adalah coklat tua sehingga dapat

mempengaruhi warna akhir sediaan. bentuk dan tekstur sabun cukup baik, sabun tidak kasar

dan rata pada seluruh bagian, tidak terdapat gelembung pada permukaan sabun, dan bau

sabun cukup harum karna pada proses pembuatan ditambahkan farfum.

Selanjutnya dilakukan uji daya bersih dengan mengoleskan lip tint pada tangan

praktikan kemudian di cuci menggunakan sabun transparan ekstrak tomat dan diperoleh hasil

yang bersih terhadap noda lip tint pada tangan praktikan, sehingga dapat disimpulkan daya

bersih sabun cukup baik, uji sensasi setelah penggunaan dilakuka dengan cara mencobakan

sabun pada praktikan kemudian dibilas lagsung dan pada praktikan lain dibiarkan selama

beberapa waktu dan diperoleh perbedaan hasil dimana ketika penggunaan sabun dalam waktu

lama menmbulkan sensasi sedikit panas pada kulit, namun jika digunakan kemudian langsung

dibilas diperoleh sensasi yang lembut dan segar pada kulit. Untuk uji organoleptis dan daya

bersih tidak ditetapkan dalan DSN.

Uji tinggi dan stabilitas busa dan diperoleh tinggi busa setelah pengocokan sepuluh

kali adalah 4 cm, kemudian diamati kembali setelah 5 menit, busa pada gelas ukur

menghilang, hasil tersebut menunjukkan kandungan saponin yang cukup baik pada sediaan.

Kemudian dilakukan uji selanjutnya yakni pengukuran keasaman Ph dan diperoleh ph sabun

transparan adalah 6, Berdasarkan SNI 06–3532–1994, pH sabun mandi tidak ditetapkan

standardnya. Berdasarkan Bailey (1979) pH sabun transparan umumnya adalah lebih besar

dari 9,5. Mencuci tangan dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit sementara, tetapi

kenaikan pH kulit ini tidak akan melebihi 7 (Wasitaatmadja, 1997), sedangkan dalam jurnal

Pembuatan Sabun Padat Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm oil) dengan
Penambahan bahan Aktif Teh Putih (Camellia sinensis) ph normal pada sabun adalah 7 (Asri

widyasanti, 2016).

KESIMPULAN:

 Alasan pemilihan ekstrak tomat sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan sabun

transparan pada praktikum kali ini adalah karna kandungan Likopen, polifenol, dan

vitamin C sebagai antioksidan yang terkandungan dalam tomat (Lycopersicum

Esculentum Mill)

 Hasil tranparan pada sediaan disebabkan karna penambahan sukrosa dan etanol

(pelarut), penambahan gliserin sebagai humektan gliserin dapat melembabkan kulit

dan mudah dibilas.

 fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai basa alkali. Natrium hidroksida bereaksi

dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi (menyebabkan

adanya busa), Penambahan Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena

NaOH bersifat basa

 Selama pembuatan sabun berlangsung suhu harus dijaga dalam 70° C karena

dipanaskan pada suhu 70° C agar asam stearat mencair, namun pemanasan ini jangan

panas karena dengan suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak yang

menyebabkan warnanya menjadi cokelat.

 Evaluasi dilakukan uuntuk untuk mengetahui mutu sediaan agar sesuai dengan mutu

sabun yang telah ditetapkan oleh DSN (Deawan Standrisasi Nasional, 1994) yaitu

tercantum dalam SNI 06-3532- 1994, dari kelima uji yang dilakukan uji tinggi dan

stabilitas busa merupakan uji yang memenuhi standar DSN sedangkan untuk uji yang

lain tidak ditetapkan dalam SNI 06-3532- 1994.


 Uji organoleptis, uji daya bersih dan sensasi setelah penggunaan menunjukkan hasl

yang cukup baik, dan untuk uji ph sediaan adalah 6.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Maibach, Howard I. et al. 2006. Handbook of Cosmetic Science and Technology Second
Edition. New York : Informa Healthcare USA.

Maibach, Howard I. et al. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology Third
Edition. New York : Informa Healthcare USA.

Rowe, Raymond C. et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.


Washington DC : Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association

Diah, I., Usmania, A. Y. U., & Pertiwi, W. R. (2012). Pembuatan Sabun Transparan dari
Minyak Kelapa Murni. PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN DARI MINYAK KELAPA
MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) Disusun Oleh, 7–10. Retrieved from
digilib.uns.ac.id

Widyasanti, A., Farddani, C. L., & Rohdiana, D. (2016). Pembuatan Sabun Padat Transparan
Menggunakan Minyak Kelapa Sawit ( Palm oil ) dengan Penambahan Bahan Aktif
Ekstrak Teh Putih ( Camellia sinensis ). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 5(3), 125–
136.

Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia SabunTransparan dengan Penambahan Madu pada
Konsentrasi yang Berbeda. Bogor,Program Studi Teknologi Hasil TernakFakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.

Rahadiana, P., Andayani L.S. 2014. Pabrik Sabun Transparan Beraroma Terapi dari Minyak
Jarak dengan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu. ProgramStudi D3 Teknik
Kimia FTI-ITS.

Anda mungkin juga menyukai