Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN SABUN

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum IPA Terapan Yang dibinaoleh Bapak
Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si dan Ibu Erti Hamimi S.Pd., M.Sc

FitrohHanifiyah (160351606450)
HernandaBayu .T (160351606448)
TriskaNuryanti (160351606420)
YushellaAnnisa .A (160351606428)
Zaro’ulMufida (160351606453)
Offering B
Kelompok 1

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
APRIL 2019
Hari, Tanggal: Kamis, 04 April 2019

A. JUDUL: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN

B. NAMA KELAS : Pendidikan Ipa Oferring B

C. NAMA KELOMPOK : Kelompok 1

D. NAMA ANGGOTA :
FitrohHanifiyah (160351606450)
HernandaBayu .T (160351606448)
TriskaNuryanti (160351606420)
YushellaAnnisa .A (160351606428)
Zaro’ulMufida (160351606453)
E. PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Sabun merupakan garam natrium atau kalium dari asam lemak rantai
panjang. Asam lemak umumnya terdiri dari 12 sampai 18 atom karbon. Sabun
padat biasanya merupakan garam natrium dari asam lemak sedangkan sabun
cair biasanya garam kalium dari asam lemak.
Sabun seperti natrium steareat terdiri dari bagian nonpolar yang
merupakan rantai hidrokarbon dari asam lemak, dan bagian polar yang berupa
bagian ion hidrokarbon. Bgian non polar bersift hidrofobik yang tidak sukar
air, sedangkan bagian polar bersifat hidrofili yang suka air.
Bagian non polr dari sabun dapat melarutkan kotoran berupa lemak,
sedangkan bagian polarnya tertarik dengan molekul air sehingga kotoran pada
sebagai agen pengemulsi, yakni zat yang dapat mendispersi suatu me=olekul
menjadi partikel – partikel tersuspensinya.
Reaksi antara lemak atau minyak dengan basa kuat , seperti NaOH dan
KOH menyebabkan lemak atau minyak dapat mengalami reaksi saponifikasi
untuk membentuk gliserol dan garam dari asam lemak (sabun).
2. Tujuan percobaan
a. Mengetahui proses pembuatan sabun.
3. Alat dan bahan
Alat Jumlah Bahan jumlah
Wajan 1 Lemak sapi/gajih 100 gr
Pengaduk 1 Minyak kelapa 80 gr
Termometer 1 Larutan soda kostik 70 gr
Kompor 1 Air 10 gr
Cetakan 5 Zat warna dan parfum secukupnya
F. Dasar teori
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak
alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan
bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat
kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Sabun adalah benda wajib yang
kita pakai setiap hari. Tanpa sabun, mandi terasa tidak bersih karena sabun berfungsi
untuk mengangkat kotoran yang menempel di tubuh kita.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak.
Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang
(C12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai
pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi
tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH/KOH). Range
atom C diatas mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan, proses emulsi dan
pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air,
gliserin, garam dan kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya
dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang
dibuat dari alkohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam
palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan
minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.
Sabun merupakan garam Na dari asam lemak. Pembuatannya dari penyabunan
lemak dengan NaOH, yang dipanaskan dengan uap air. Lapisan atas mengandung
gliserin yang dapat diambil dan dimurnikan. Pada cara yang lain lemak dihidrolisa
lebih dahulu sehingga pecah menjadi gliserin dan asam lemak, kemudian asam
lemak direaksikan dengan Na2CO3 (lebih murni dari pada NaOH). Dewasa ini
sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada zaman yang lampau.
Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan lindi (natrium hidroksida)
dan karenanya terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium dari asam lemak
(Fessenden,1997).
Penyabunan :
CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH

kalor
CHO2C(CH2)16CH3 + 3NaOH CHOH+3CH3(CH2)16CO2-Na+

CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH

Sekali penyabunan itu telaah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai
pelembab dalan tembakau, industry farmasi dan kosmetik. (sifat melembabkan
timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hydrogen dengan air dan
mencegah penguapan air itu). Sabunnya dimurnikan dengan mendidihkanya dalam
air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan
(additive) seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun
padat itu lalu dilelehkan dan dituang ke dalam suatu cakatan (Respati,2000).
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung
ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat
non polar,sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya
rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar
larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel
(micelles), yakni sekelompok (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga
dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun.
Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak
oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain.
Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun minyak, maka minyak itu tidak dapat
saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.

G. Langkah kerja
Prosedur percobaan Analisis percobaan keterangan
Lemak hewan

Dicampurkan dengan Diperoleh campuran


minyak kelapa, lemak dengan
kemudian dipanaskan minnyak kelapa.
sampai melebur.
Ditambahkan larutan Diperoleh campuran
soda kostik dingin yang lebih kental pada
hingga tercampur. suhu campuran 40◦C.
Ditambahkan air /
Agar sabun memiliki
larutan zat warna
warna.
diaduk hingga
homogen
Ditambahkan parfum
Agar sabun memiliki
hingga homogen.
wangi yang khas.
Dicetak pada cetakan.
Agar sabun memiliki
bentuk.
Hasil

H. Data sabun
Foto Keterangan
Sabun yang sudah kering dan masih
dalam cetakan.

Hasil busa sabun.

I. Analisis sabun

Pengamatan Hasil
Aroma Aroma yang dihasilkan sangat soft,
tidak bau lemak serta wangi
Tekstur Padat dan halus
Inovasi Dibentuk dengan berbagai macam
bentuk
Warna Putih kekuningan
Busa Menghasilkan busa pada saat mencuci,
dan busa yang dihasilkan banyak
Rasa gatal Tidak menimbulkan rasa gatal pada
kulit
Efek pada tangan Efeknya tidak meninggalkan bau lemak
pada tangan, membuat tangan menjadi
bersih serta tidak kering ditangan
Berbusa, tidak bau lemak dan aroma
mawar yang soft

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat dilakukan hasil analisis seperti
berikut yaitu praktikum Pembuatan Sabun yang dilakukan dengan tujuan dapat
menentukan jenis sabun apa yangakan dibuat seperti sabun cair ataupun padat.
Alkali yang digunakan adalah larutan NaOH sehingga praktikum yang dilakukan
yaitu pembuatan sabun padat.
Tahap pertama yang dilakukan yaitu minyak lemak yang didapat dari
pengekstrakan lemak lemak sapi dengan memisahkan lemak dengan daging sapi
kemudian memasukkannya kedalam panic dengan api menyala. Selanjutnyan yaitu
minyak gajih125 mL dicampur dengan minyak kelapa 145 mL dan dipanaskan
hingga menjadi adonan. Setelah menjadi adonan, diangkat kemudian didinginkan
hingga 60◦C dan dicampurkan dengan NaOH (soda kustik) 135 mL. Setelah
dipanaskan, diaduk hingga rata hingga larutan tersebut teksturnya mengental.
Tahap berikutnya yaitu, setelah tekstur mengental selanjutnya di mixer hingga
terbentuk sebuah adonan yang tidak terlalu mengental dan ditambahkan sedikit demi
sedikit pewarna serta parfume. Pewarna yang digunakan merupakan pewarna
makanan berwarna hijau serta parfume yang digunakan yaitu parfume mawar.
Setelah didapatkan adonan tersebut, kemudian dicetak menggunakan cetakan
dengan berbagai macam bentuk. Didiamkan selama 2 hari hingga kering, lalu
setelah kering dapat digunakan untuk melihat hasilnya.

J. Pembahasan sabun
Pada percobaan pembuatan sabun ini menggunakan larutan NaOH dan minyak
kelapa serta lemak sapi sebagai bahan utama. Proses pembuatan sabun ini disebut
saponifikasi. Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung
dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang
menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol. Asam lemak umumnya
terdiri dari 12 sampai 18 atom karbon. Pada percobaan kali ini menggunakan garam
natrium dari asam lemak karena sabun yang dibuat merupakan sabun padat. Tujuan
dari percobaan ini ialah untuk mengetahui proses pembuatan sabun.
Mula-mula minyak kelapa dipanaskan sebanyak 145 ml dengan lemak sapi
sebanyak 125 ml hingga melebur menjadi satu, sambil diaduk-aduk dan dipantau
suhunya. Kemudian, setelah tercampur menjadi satu dan suhunya kira-kira sebesar
75 derajat celcius ditambahkan larutan soda kostik yaitu larutan NaOH sebanyak
135 ml kemudian diaduk hingga mendapatkan larutan hampir kental. Setelah itu,
ditambahkan pewarna hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada sabun.
Setelah tercampur dengan pewarna dan homogen. Selanjutnya, ditambahkan
parfum atau pewangi khas aroma bunga atau aroma buah-buahan hal ini bertujuan
untuk memberikan aroma wangi pada sabun. Setelah itu diaduk hingga tercampur
dan homogen sebelum dicetak.
Penggunaan soda kostik berupa larutan NaOH pada sabun untuk menghasilkan
sabun dengan bentuk padat karena memiliki berat molekul rendah sehingga akan
lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Jenis minyak yang digunakan juga
mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan
sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang dan minyak
zaitun(Tim Dosen Kimia Organik, 2013).
Asam lemak pada minyak kelapa yaitu asam laurat (HC12H23O2) yang mampu
menghasilkan busa yang baik pada sabun. Saponifikasi atau esterifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak dengan basa kuat seperti NaOH dan KOH
menyebabkan lemak atau minyak dapat mengalami reaksi saponifikasi untuk
membentuk gliserol dan garam dari asam lemak (sabun). Contoh reaksi kimia pada
proses saponifikasi sebagai berikut.

Reaksi penyabunan mula-mula berjalan lambat karena lemak, minyak dan


larutan alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah
terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi
penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, yaitu pada akhirnya kecepatan
reaksi akan kembali menurun karena jumlah minyak atau lemak yang sudah
berkurang. Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus
diperhatikan pada saat penambahan minyak, lemak dan larutan alkali agar tidak
terjadi panas yang berlebihan, karena jika terjadi panas berlebihan akan merusak
lemak dan minyak kelapa yang sedang dipanaskan maka dari itu, pemantauan suhu
sangat penting saat pemanasan (Tim Dosen Kimia Organik, 2013). Pada proses
penyabunan penambahan larutan alkali atau soda kostik (NaOH) dilakukan sedikit
demi sedikit sambil diaduk dan dipanaskan (untuk menghasilkan sabun padat).
Sabun mempunyai sifat membersihkan, karena sabun terdiri dari bagian
nonpolar yang merupakan rantai hidrokarbon dari asam lemak dan bagian polar
yang berupa bagian ion karboksilat. Bagian nonpolar bersifat hidrofobik yang tidak
suka air, sedangkan bagian polar bersifat hidrofilik yang suka air. Bagian nonpolar
dari sabun dapat melarutkan kotoran yang berupa lemak, sedangkan bagian
polarnya tertarik dengan molekul air sehingga kotoran pada permukaan dapat
dibersihkan karena tersuspensi dalam air (Tim Dosen Pendidikan IPA, 2017).
Berdasarkan hasil percobaan, kelompok kami mendapatkan sabun yang
bertekstur padat hal ini dikarenakan menggunakan larutan NaOH serta juga pada
minyak yang digunakan pada bahan baku sabun yaitu minyak kelapa yang
mengakibatkan tekstur sabun menjadi keras, sabun kelompok kami juga beraroma
wangi, serta juga menghasilkan busa yang banyak. Hal ini sesuai dengan teori
diatas bahwa NaOH serta minyak kelapa mengakibatkan tekstur sabun menjadi
padat serta minyak kelapa mengakibatkan sabun menghasilkan busa saat digunakan
untuk mencuci. Walaupun, tekstur sabun hasil percobaan kami padat namun
permukaannya masih kasar tidak halus hal ini dapat disebabkan saat membuat
adonan sabun atau mencampurkan bahan pembuatan sabun masih kurang homogen.
KESIMPULAN
1. Hasildarisabun yang dihasilkanyaitusabunberteksturlembutkarenacetakan
yang soft dantidakkeras, wangimawar yang soft, tidakmenyisakanbaugajih,
dapatmenghasilkanbusa, berwarnaputihkekuningansertatidakmengakibatkan
rasa gatalditangan.
2. Reaksi saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis asam lemak dengan basa
kuat seperti NaOH dan KOH menyebabkan lemak atau minyak dapat
mengalami reaksi saponifikasi untuk membentuk gliserol dan garam dari
asam lemak (sabun).
3. Sabun padat menggunakan garam natrium yaitu NaOH
4. Kepadatan sabun dipengaruhi oleh jenis minyak yang digunakan dan garam
natrium.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 1997. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Respati.2000. Pengantar Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Tim Dosen Kimia Organik. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya

Tim Dosen Pendidikan IPA. 2017. Penuntun Praktikum IPA Terapan. Malang:
Universitas Negeri Malang
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai