Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Psikotropika adalah zat-zat kimia yang menekan kerja susunan saraf pusat
dan memberikan efek mengkhayal (halusinasi), gangguan cara berpikir,
perubahan emosi/perasaan, dan juga memberikan efek stimulasi. Pada mulanya,
obat-obat psikotropika digunakan dibidang kesehatan/medis, namun dalam
perkembangannya sering disalahgunakan oleh para pemakainya.Psikotropika
adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau
pengalaman (Hari Sasangka, 2003: 63).
Penggunaan psikotropika telah diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun
1997 sehingga dalam pengonsumsian zat ini tidak boleh sembarangan.
Psikotropika hanya boleh dikonsumsi atas resep dari dokter. Apabila seseorang
mengonsumsi psikotropika tanpa izin dari dokter maka perbuat tersebut masuk ke
dalam penyalahgunaan psikotropika. Menurut undang-undang nomor 5 tahun
1997 tentang psikotropika, dalam pasal 1 butir 1 disebutkan, bahwa Psikotropika
adalah zat atau obat. baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika. Yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
Obat-obat yang mengandung psikotropika dijual secara bebas di beberapa
apotik dan dijual secara online. Dengan begitu, masyarakat dapat dengan mudah
memebeli obat-obatan tersebut. Selain itu, pengetahuan masyarakat yang kurang
tentang psikotropika membuat mereka tidak mengetahui dampak dari
penyalahgunaan psikotropika.
Berdasarkan pemaran di atas, maka perlu dibuat makalah tentang
psikotropika. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang jenisdan dampak
penyalahgunaan psikotropika, utamanya golongan III dan IV.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dipaparkan rumusan masalah dalam makalah.
1. Apa saja jenis-jenis psikotropika golongan 3dan 4?
2. Bagaimana pemanfaatan psikotropika golongan 3dan 4 yang umum di
masyarakat?
3. Bagaimana efek psikotropika golongan 3 dan 4 yang umum di
masyarakat?
4. Bagaimana dampak penyalahgunaan psikotropika golongan dan 4 yang
umum di masyarakat?
5. Apa saja peraturan yang mengatur mengenai Psikotropika golongan 3
dan 4?
6. Bagaimana Pencegahan penyalahgunaan Psikotopika gol dan 4 ?
7. Apa contoh kasus penyalahgunaan psikotropika gol 3 dan 4 yang umum
di masyarakat?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan
tujuan penulisan makalah.
1. Untuk mengetahui jenis-jenis psikotropika golongan 3 dan 4.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan psikotropika golongan 3 dan 4 yang
umum di masyarakat.
3. Untuk mengetahui efek psikotropika golongan 3 dan 4 yang umum di
masyarakat.
4. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan mengeni psikotropika
5. Untuk mengetahui Pencegahan penyalahgunaan Psikotopika gol dan 4
6. Untuk mengetahui contoh kasus penyalahgunaan psikotropika gol 3 dan
4 yang umum di masyarakat.

2
BAB II
ISI

Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika adalah zat


atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam
golongan - golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika golongan III :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
(Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
b. Psikotropika golongan IV :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
(Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

2.1. Jenis Psikotropika Golongan III dan IV


A. Psikotropika Golongan III
Menurut UU nomor 5 tahun 1997
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan, namun pada makalah ini
terfokus pada psikotropika golongan 3, Psikotropika golongan 3 adalah
psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang,mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah :
1. Amobarbital(5-ethyl-5-isopentylbarbituric acid)
2. Buprenorphine(2l-cyclopropyl-7-alpha-[(S)-1-hydroxy-1,2,2-
trimethylpropyl]-6,14- endo-ethano-6,7,8,14-tetrahydrooripavine)

3
3. Butalbital(5-allyl-5-isobutylbarbituric acid)
4. Cathine/norpseudo-ephedrine((+)-(R)-alpha-[(R)-1-
aminoethyl]benzyl alcohol)
5. Cyclobarbital(5-(1-cyclohexen-1-yl)-5-ethylbarbituric acid)
6. Flunitrazepam(5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-1-methyl-7-nitro-2H-
1,4-benzodiazepin-2-one)
7. Glutethimide(2-ethyl-2-phenylglutarimide)
8. Pentazocine((2R*,6R*,11R*)-1,2,3,4,5,6-hexahydro-6,11-dimethyl-
3-(3-methyl-2-butenyl)-2,6-methano-3-benzazocin-8-ol)
9. Pentobarbital (5-ethyl-5-(1-methylbutyl)barbituric acid)
B. Psikotropika Golongan IV
Pada makalah ini, jenis psikotropika yang akan dibahas lebih lanjut hanya
psikotropika golongan IV. Berikut adalah jenis psikotropika golongan IV.
Tabel 2.1 Jenis Psikotropika Golongan IV
No Nama No Nama
1. Allobarbital 31. Klordiazepoksida
2. Alprazolam 32. Klotiazepam
3. Amfepramona 33. Lefetamina
4. Aminorex 34. Loprazolam
5. Barbital 35. Lorazepam
6. Benzfetamina 36. Lormetazepam
7. Bromazepam 37. Mazindol
8. Brotizolam 38. Medazepam
9. Delorazepam 39. Mefenoreks
10. Diazepam 40. Meprobamat
11. Estazolam 41. Mesokarb
12. Etil Amfetamina 42. Metilfeno
13. Etil Loflazepate 43. Barbital
14. Etinamat 44. Metiprilon
15. Etklorvinol 45. Midazolam

4
16. Fencamfamina 46. Nimetazepam
17. Fendimetrazina 47. Nitrazepam
18. Fenobarbital 48. Nordazepam
19. Fenproporeks 49. Oksazepam
20. Fentermina 50. Oksazolam

1. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan


dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
(Nurharyanto,Eko. 2017)
Psikotropika Golongan III adalah jenis psikotropika yang mempunyai daya
menimbulkan ketergantungan sedang, mempunyai khasiat, digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan (seluruhnya ada 9 jenis),
antara lain:
a. Amobarbital
b. Flunitrazepam
c. Pentobarbital. (Utomo,M. Pranjoto, 2007)
Contoh Psikotropika golongan 3
a. Amoborbital
Amobarbital (5-ethyl-5-isoamylbarbituric acid), like all barbiturates, is
synthesized by reacting malonic acid derivatives with urea derivatives. In
particular, in order to make amobarbital, α ethyl-α-isoamylmalonic ester is reacted
with urea (in the presence of sodium ethox-ide). Amobarbital is a pro-GABA
agent with prima-ry anxiolytic, sedative and muscle relaxant properties. The
chemical structure of this compound is:

Sodium amytal was produced by Eli Lilly Pharma-ceutical Company for


many years and was recently sold to Marathon Pharmaceuticals LLC

5
(http://marathon pharma.com/contact.php) who currently is the only US
manufacturer. The cost of the drug has significantly increased since Marathon
took over production going from $300 to $500 per 0.5 gram vial. Of note, the drug
is no longer registered in the United Kingdom, Canada or Australia.

Furthermore, availability of SA has been universally problematic over the


last couple of years in the USA and has led to the investigation of anesthetics
such as propofol, etomidate, pentobarbital, methohexital, as well as lorazepam
for use in the Wada test [58,61] as well as other SAI-type applications. SA is
approved by the Food and Drug Administration (FDA) in the U.S. as a sedative,
short-term hypnotic for insomnia treat-ment (2 weeks or less) and preanesthetic.
(Nichols,Laura L, 2012).
Pecandu yang menyalahgunakan obat ini merasakan rasa tenang dan
kesejahteraan yang ekstrem namun juga mengalami banyak efek samping
berbahaya lainnya. Ini bisa termasuk gangguan penilaian, depresi pernafasan,
demam, tekanan darah rendah, kebingungan, sedasi dan kelelahan. Dalam dosis
tinggi, amobarbital dapat menyebabkan kebingungan, bicara lamban dan
gangguan fungsi motorik. Dalam dosis yang cukup tinggi menyebabkan gejala
overdosis amobarbital, Anda bisa tergelincir menjadi koma. Bila diminum lebih
dari satu bulan, otak Anda mungkin mengalami ketergantungan pada
amobarbital, yang dapat menyebabkan kecanduan

b. Buprenorphine (2l-cyclopropyl-7-alpha-[(S)-1-hydroxy-1,2,2
trimethylpropyl]-6,14- endo-ethano-6,7,8,14-tetrahydrooripavine)

6
Buprenorfin adalah obat yang diresepkan oleh dokter untuk mengobati
kecanduan opioid. Obat ini berasal dari bahan kimia dalam bunga poppy dan itu
sendiri merupakan opioid. Pada tingkat kimia, buprenorfin bertindak sebagai
agonis opioid parsial. Ini berarti mengaktifkan reseptor yang sama dengan heroin
dan resep obat penghilang rasa candu. Namun, hal itu tidak mengaktifkan
reseptor otak sekuat penyalahgunaan obat lain ini.
Alasan di balik penggunaan buprenorfin sebagai pengobatan kecanduan
opium adalah bahwa ia memiliki potensi penyalahgunaan yang lebih rendah.
Sebagai opioid, buprenorfin memiliki beberapa sifat yang mirip dengan heroin
atau resep obat penghilang rasa sakit. Ini menginduksi perasaan euforia dan
menurunkan aktivitas sistem pernafasan sambil membatasi hasrat untuk obat
opioid lainnya. Saat dosis meningkat, efek buprenorfin mencapai dataran tinggi.
Secara teori, ini berarti lebih sulit overdosis pada obat atau
menyalahgunakannya. Salah satu argumen lain untuk penggunaan buprenorfin
dalam pengobatan kecanduan opiat adalah memiliki afinitas yang lebih tinggi
untuk reseptor opiat daripada heroin atau resep obat penghilang rasa sakit. Ini
berarti bahwa jika seseorang mengalami overdosis. Efek dari pemakaian
Buprenorphine ini dapat menyebabkan mual, nyeri, nyeri perut, kelemahan,
panas dingin dan sakit kepala.

Gambar Obat Buprenorphine

7
Gambar Struktur Kimia
Buprenorphine

3. Flunitrazepam
Garam Flunitrazepam diindikasikan untuk perawatan, kontrol, pencegahan,
& perbaikan penyakit, kondisi dan gejala insomnia aparah, induksi anestesi,
Premedikasi dalam prosedur pembedahan dan kondisi lainnya. Gangguan tidur
dari berbagai asal-usul, premedikasi, pengantar anestesi umum, pemeliharaan
anestesi pun dapat diatasi dengan obat ini. Flunitrazepam meningkatkan
kondisi pasien dengan mempromosikan sedasi sehingga menghasilkan efek
menenangkan.
Flunitrazepam dapat berinteraksi dengan obat dan produk Buprenorphine
dan Norbuprenorphine. Pasien yang mengalami kondisi porphyric tidak boleh
mengonsumsi Flunitrazepam. Berikut ini adalah Overdosis pada
Flunitrazepam.. Efek samping flunitrazepam meliputi ketergantungan, baik
fisik maupun psikologis; mengurangi kualitas tidur sehingga mengantuk; dan
overdosis, mengakibatkan sedasi berlebihan, gangguan keseimbangan dan
ucapan (Cadel)

2. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan


Dansangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma.
(Nurharyanto,Eko. 2017)
Psikotropika Golongan IV adalah jenis psikotropika yang mempunyai daya
menimbulkan ketergantungan rendah, berkhasiat dan digunakan luas untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan (seluruhnya ada 60 jenis),
antara lain:
a. Diazepam
b. Barbital
c. Klobazam
d. Nitrazepam (Utomo,M. Pranjoto, 2007)

8
Contoh Psikotropika Golongan 4
Pemanfaatan psikotropika golongan IV yang akan dibahas hanya yang umum
di masyarakat saja yaitu nitrazepam, alprazolam, dan diazepam.
1. Benzodiazepines
Benzodiazepines are prescribed as anticonvulsant, muscle relaxant,
anxiolytic and sedative. These are very useful medicines, but form one of the
largest class of abused pharmaceuticals. Greenblatt et al in 1987 commented
that they are not as safe as once thought to be and indications for their use are
more narrow than previously defined. Abuse and depend ence occur quite
commonly and often within 4-6 weeks of use2. Further, it is believed that
benzodiazepines are a group of compounds and have differences among them
as regards their abuse li-ability.
WHO in 1991 recommended that most of the benzodiazepines should be
in Schedule IV of the United Nations Convention on Psychotropic Sub-
stances, 1971, i.e. they constitute a small but signifi-cant risk to public health
though have therapeutic usefulness. Between 1970 to late 1980s several
countries reported their abuse. Following reports of large scale abuse of
flunitrazepam and several. (Prasad,Pravin Shanker, 2001).
2. Nitrazepam
Dalam ilmu Farmakologi, Nitrazepam dikenal sebagai salah satu obat
golongan benzodiazepin dengan efek sedatif-hipnotik. Cara kerjanya dengan
beraksi pada reseptor GABA-A (salah satu reseptor senyawa kimia pada otak),
sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas sel saraf pusat

Gambar Struktur Kimia Nitrazepam

9
Efek Nitrazepam antara lain:mengurangi rasa cemas, sedasi (sebagai obat
penenang), hipnosis (rasa kantuk), anestesi, antikonvulsan (antikejang),
muskulorelaksan (relaksasi otot)
Sehingga Nitrazepam dapat digunakan sebagai: terapi pada gangguan kecemasan
maupun serangan panic, terapi pada insomnia dan gangguan tidur lainnya,
relaksasi otot, terapi tambahan pada pemberian anestesi.
3.Alprazolam
Alprazolam adalah obat yang termasuk jenis benzodiazepine yakni obat
yang bekerja dengan memengaruhi zat kimia otak yang mungkin menjadi tidak
seimbang pada seseorang dengan gangguan kecemasan. Obat alprazolam
digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, gangguan panik, dan
kecemasan yang disebabkan oleh depresi. Kinerjanya membuat pasien merasa jadi
lebih tenang dan bisa dikonsumsi secara teratur.

Gambar 2.2 Struktur Kimia Alprazolam


Indikasi atau Kegunaan Alprazolam
Sesuai dengan mekanisme kerja obat seperti di atas, maka obat ini
digunakan untuk : Pengobatan gangguan kecemasan, termasuk gangguan cemas
menyeluruh atau generalized anxiety disorder (GAD), gangguan cemas sosial atau
social anxiety disorder (SAD). pengobatan gangguan panik untuk jangka panjang
Mengobati mual-mual bahkan muntah akibat efek samping obat kemoterapi,
digunakan sebagai terapi kombinasi dalam pengobatan depresi mengatasi
insomnia atau gangguan sulit tidur.
4 . Diazepam

10
Diazepam merupakan salah satu derivat benzodiazepin yang sering
digunakan dalam praktek kedokteran gigi. Obat ini pertama kali dikenalkan pada
tahun 1963 dan berkembang dengan cepat penggunaannya. Diazepam dapat
digunakan secara oral maupun parenteral, karena tingkat keamanan yang lebih
tinggi, dosis penggunaan rendah dan hanya menyebabkan sedikitnya efek hilang
kesadaran setelah konsumsi obat membuat diazepam lebih banyak digunakan
daripada golongan lainnya. (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Sriwijaya, 2008)

Gambar 2.3 Struktur Kimia Diazepam


Indikasi dan Kegunaan Diazepam adalah membantu mengobati insomnia (sulit
tidur)., mengatasi kejang-kejang., mengurangi gejala putus alkohol akut, seperti
agitasi akut, tremor. dan halusinasi. dan mengobati kecemasan dan kepanikan..

2.2 Pemanfaatan Psikotropika Golongan III dan IVyang Umum di


Masyarakat
Psikotropika golongan III dan IV sering digunakan oleh masyarakat untuk
pengobatan dan terapi, serta juga dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan,
meskipun penggunaannya sama namun ada perbedaan yang dikedua golongan
Psikotropika tersebut, dimana Psikotropika golongan III memiliki potensi sedang
untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan, sedangkan Psikotropika golongan
IV memiliki potensi ringan untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan.
1. Psikotropika golongan III yang sering digunakan secara umum oleh
masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Pentobarbital
b. Flunitrazepam

11
2. Psikotropika golongan IV yang sering digunakan secara umum oleh
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Diazepam
b. Nitrazepam (pil koplo, dumolid, mogadon, BK, dan obat tidur).
(Sulastri, Indah Lestari, 2013)

2.3 Efek Psikotropika Golongan III dan IV


Jenis-jenis psikotropikayang ia tuturkan berdasarkan efek penggunaannya
antara lain adalah:
1. Depressant, Merupakan jenis psikotropika yang bekerja mengendorkan
atau mengurangi aktivtas susunan saraf pusat (psikotropika golongan
IV). Seperti antara lain adalah sedatin atau pil BK, rohypnol, magadon,
valium, mandrax (MX).
2. Halusinogen, Merupakan jenis psikotropika yang memiliki kinerja
menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan. Yang antara
lainnya adalah licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, dan
micraline.
3. Stimulant, adalah jenis psikotropika yang bekerja mengaktifkan kerja
susunan sistem saraf pusat. Yang antara lain adalah amphetamine,
MDMA, N-etil MDMA, dan MMDA. Yang terdapat zatnya dalam
sabu -sabu dan ecstasy.(Utomo,M. Pranjoto, 2007).
2.4 Dampak Penyalahgunaan Psikotropika Golongan 3 dan 4
Bahaya penggunaan psikotropika menyentuh semua lapisan
masyarakat tanpa terkecuali, serta tidak mengenal waktu dan
tempatnya.Bahaya dari penyalahgunaan psikotropika ini bisa mengancam
siapa saja dan dimana saja, menyebar secara luas mulai anak kecil hingga
dewasa dan segala profesi. Jika terus-menerus dibiarkan kondisi tersebut
bisa berakibat buruk terhadap kualitas sumber daya manusia pada wilayah
tersebut yang menjadi salah satu modal pembangunan nasional pada
wilayah itu..(Ariwibowo, 2011)

12
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung
pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau
kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat
pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
1) Dampak Fisik
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang
kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
c. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
d. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus.
2) Dampak Psikis
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh
curigaƒAgitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3) Dampak Sosial
a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan sura.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan
fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi
putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan
psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi,pemarah,
manipulatif, dll. (Utomo,M. Pranjoto, 2007)
Bahaya penggunaan psikotropika pada umumnya adalah:
menimbulkan sifat hiperaktif (tidak bisa diam), memicu rasa kegembiraan
yang aneh dan terus menerus, membuat kepercayaan diri meningkat,

13
banyak berbicara (ngelantur), sering merasa curiga, halusinasi penglihatan
(mata kabur), jantung lebih sering berdebar-debar, tekanan darah naik,
keringat berlebihan tetapi kedinginan, menimbulkan rasa mual dan ingin
muntah. Apabila penggunaan dihentikan secara langsung dapat
mengakibatkan beberapa gangguan seperti: memicu rasa depresi (murung,
sedih, ingin bunuh diri), memicu rasa lelah dan lesu, sulit untuk tidur
(insomnia) dan gangguan mimpi buruk (Afiatin, Tina. 1998).

2.5 Undang-Undang Mengenai Psikotropika


Psikotropika golongan 3 dan golongan 4 bukan termasuk barang terlarang
apabila dikonsumsi dengan anjuran dokter dan juga dosis yang
benar.Banyak Undang-Undang yang mengatur mengenai Psikotropika, salah
satunya adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Th. 1997
Tentang Psikotropika dalam Bab II tentang Ruang Lingkup Dan Tujuan
Pasal 3 dan Pasal 4 sebagai berikut :
Pasal 3
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :
1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan;
2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
3. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Pasal 4
1. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau ilmu pengetahuan.
2. Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan.
3. Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), psikotropika
golongan I dinyatakan sebagai barang terlarang. Selain itu, Produksi
psikotropika diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 5
Th, 1997 Bab III tentang Poduksi Pasal 5, 6, dan 7. Sedangkan pada
proses peredaran diatur dalam Undang-Undang yang sama pada Bab IV

14
tentang Peredaran Psikotropika yang terdiri dari dua proses yakni
penyaluran dan penyerahan.

2.6 Pencegahan penyalahgunaan Psikotopika


Menurit (Eleanra (2011) ada tiga cara yang seerhana dalam menanggulangi
penyalahgnaan narkoba yaitu :
1. Pencegahan
Mencegah jauh lebih bermanfaat daripada mengobati, sehingga hal ini
dapat dilakukan
a. Pencegahan secara umum
Psikotropika merupakan sutau wabah internasional yang akan
menjalar ke setiap negara, apakah negara itu maju atau berkembang.
Semua jadi sasaran sindikat-sindikat narkoba. Menghadapi kenyataan
seperti ini pemerintah telah berupaya mengeluarkan inpres No. 6
Tahun 196, Kepmenkes No. 65/Menkes/SK/IV/1997, Kepmenkes
No.88/Menkes/Per/I/197, dan Undang0undang No. Tahun 1997
b. Dalam Lingkunagn rumah tangga
1) Jadikanlah rumah untuk berteduh seluruh keluarga dalam arti
yang seluas luanya
2) Antar komunikasi yang harmonis antar seluruh anggota keluarga
3) Keterebukaan orang tua dalam batas tetentu kepada anak akan
memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung
jawab
c. Diluar lingkungan Rumah Tangga
Lingkungan di luar rumah tangga adalah merupakan masyarakat
tersendiri yang merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari yang tak
dapat dipaskan. Dalam lingkungan ini akan tercipta suatu masayarakat
sendiri dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda,
budaya yang berbeda, agama yang berbeda dan banyak lagi
d. Seluruh Masyakat Berperan Serta dengan pemerintah

15
Meskipun sudah diancam hukuman yang berat kepada pengedar dan
sindikat narkoba namun pelanggaran tidak pernah berhenti, mungkin
karena perdagangan ini sangat menguntungkan atau subversi yang
sangat berat. Pengahancuran tanaman ganja terjadinya dimana-mana
namun masih dijumpai tanaman baru. Romli (dalam Rahman,
2016:10)

2. Pengobatan
Merupakan upaya yang harus segera dilakukan bila individu secara positif
sudah memeberikan tanda-tanda kecanduan psikotropika. Disadari bahwa
penyakit yang ditimbulkan karena kecanduan obat ini mempeunyai
permasaahan sendiri dan berbeda dengan penyakit lain. Untuk penderita
yang akut perlu di tempat yang mempunyai sarana perawatan . Dalam
keadaan kritis tindakan harus sgera diberikan sebelum penderita mendapat
perawatan dokter yang intensif.
Weresnioro (dalam Rahman 2016:9)
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi atau bisa disebut juga dengan pengembalian penderita ke
tengah-tengah masyarakat merupakan tahapan yang paling akhir, namun
cukup rumit, karena beberapa faktor sebagai berikut :
a. Adanya “post addiction syndrome” keadaan dimana penderita sudah
mengalami pengobatan, namun penderita masih menunjukkan gejala-
gejala anxietas, depresi, keinginan untuk memakai obat lagi, dan keadaan
emosional yang masih sangat labil.
b. Diperlunya partisipasi serta pengawasan yang profesional, karena
penderita masih sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, penyebabnya
adalah adanya gangguan pada struktur kepribadian dasar penderita
tersebut, sehingga adanya penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian diri
sangat labil..

16
c. Diperlukan kerjasama dengan instansi-instansi lain (prinsip pendekatan
multi disipliner) karena permasalahan ini cukup kompleks dan tidak bisa
ditangani secara individu (satu instansi saja)

2.6 Contoh Kasus Penyalahgunaan Psikotropika Gol 3 dan 4


Amobarbital
Psychogenic Amnesia: A Case Involving Amobarbital Interview And The News
Media

S.B. presented to the Psychiatric Emergency Service (PES) at University


Hospital after being treated at a local hospital for traumatic amputation of his left
middle distal phalanx . He had no memory of events prior to three days before
admission, when he was found wandering with in an area mall. He recalled
awakening on a mall bench and asking people if they knew who he was. He was
unaware of his name and was unable to give any other identifying information.
No identification was found on his person ; he did have a locker key from an
unknown source. Police directed him to the hospital.
In the PES, S.B. appeared markedly concerned about his deficits. On mental
status exam , he appeared to be in his mid to late twenties, unkempt with a few
days beard growth and multiple distinctive tatoos. He appeared bewildered ,
tearful and frustrated because he was unable to remember any of his past. He did
not attempt at anytime to minimize, rationalize, or deny any deficits. He was
cooperative, with no unusual motor behavior not ed. Speech was normal rate and
tone . He showed no psychotic features in thought process or content. He denied
suicidal or homicidal ideation. He was assessed as having retrograde amnesia in
th at he was unable to give his name, address, or any personal information, and
unable to recall life events prior to admission. He was alert and able to maintain
focus during the interview. He was able to perform serial sevens and report back
date, place, and time after he was told . He recalled 3 of 3 objects in 5 minutes.
There was no evidence of inability to learn or retain new information . He had not
assumed a new identity (as in fugue) . Neurological consultation showed no focal

17
deficits and the exam was unremarkable except for signs of amnesia . A
comprehensive toxic screen was performed which was negative except for
trace marijuana. Alcohol level was zero. A C T scan of the head was also
negative.
The police filed a missing persons report. The local state institution for
mental illness was called to check for missing persons. S. B. was admitted to the
inpatient psychiatric unit at University Hospital. He appeared suspicious and
anxious while in the hospital. He was hypervigilant and unsure of what various
common objects were and how to us e them (e.g., television, salt shaker). He
showed complete retrograde amnesia but was able to learn and retain new
information with out difficulty. He showed no depressive or manic symptoms and
no evidence of hallucinations or delusions. It was suggested to the patient than an
amobarbital interview be performed to help him try to regain his memory. The
patient was readily agreeable . A total of 750 mg. of amobarbital was given
intravenously over a 30 minute time period . The patient became more relaxed and
talkative, but was unable to state his name. He did report that he thought he was
from Cincinnati and was able to name a local elementary school and former
second grade teacher. Nofurther information was obtained .
The next day, news media were involved to help identify the patient. Pictures
were taken for the newspaper, and local television came to report. Later that day,
the media tracked down the patient's second grade teacher , who arrived on the
ward with pictures of all her prior second grade classes. S.B. recognized the
teacher immediately, as well as pictures of former classmates . His memory
gradually began to return and he recounted that he had recently come to
Cincinnati from a not her state. He was able to identify him self a mong the
pictures and state his name. He was tearful at this revelation . His paranoid stance
and hypervigilance dissipated and he immediately appeared more relaxed . Soon
afterwards, however , he began to be increasingly insistent that he be discharged
from the hospital.
Once his memory returned, S.B. told a story of his finger jamming in a door,
resulting in the injury, not in g " I lost all memory after that. " The patient' s

18
family was called to obtain collateral information . It was learned that the patient
was a " drifter" and unable to hold a job for any length of time . He had often been
truant from school and was a high school drop- out. He had a history of
misdemeanor charges, was involved with drugs and alcohol ,and had received
treatment at age 14 for alcohol abuse .
S. B. claimed to have ha d $ 11,000 taken from him during his amnestic state .
He noted that the only traumatic thing that he could think of th at may have
precipitated his amnesia was a break-up with a girlfriend of 4 years. Family
claimed that the patient had no more than $200 and no girlfriend.
While discharge was being considered, t he University police reported that a
police officer visiting from another state had tentatively identified the patient on
the basis of his tattoos and finger injury after having seen him on television. A
woman from another state had filed a complain t about a man fitting the patient's
description, saying that approximately a week prior to his hospital admission, she
had been abducted, beaten , and raped by this man. In the course of the struggle,
she had bitten off the tip of her attacker's finger , and the fingertip was in evidence
in the police department. Matching the patient's fingertip records with those of the
severed fingertip provided definitive identification . The patient was taken into
police custody with discharge diagnoses of psychogenic amnesia, resolved , drug
and alcohol abuse by history, and antisocial personality.(Skale dan Hillard, 1993)

Contoh Kasus Penyalahgunaan Psikotropika Golongan IV

Sumber: Tribunnews.com

19
Salah satu kasus penyalahgunaan psikotropika adalah kasus yang dialami
oleh aktor Tora Sudiro dan istrinya, Mieke Amalia. Dikutip dari detik.com Polres
Metro Jakarta Selatan menangkap Tora Sudiro terkait dengan kepemilikan
Dumolid di rumahnya yang terletak di Tangerang Selatan pada Kamis, 3 Agustus
2017. Polisi menyita barang bukti berupa 30 butir Dumolid.
Menurut pengakuan Tora Sudiro, dia telah mengkonsumsi obat tersebut
selama satu tahun. Tora mengkonsumsi obat tersebut saat mengalami kesulitan
tidur dan tanpa adanya resep dari dokter. Akibat perbuatannya tersebut, Tora
ditetapkan sebagai tersangka karena telah melanggar Pasal 62 UU Psikotropika
Nomor 5 Tahun 1997 terkait kepemilikan Dumilod. Sedangkan istrinya
dibebaskan karena hanya berstatus sebagai pemakai.
Setelah melewati beberapa proses hukum, Tora akhirnya resmi menjalani
rehabilitasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur, Jakarta
Timur.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulam
Dari pembahasan diatas bisa diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Psikotropika golongan III :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Psikotropika golongan IV :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
Obat-obat yang termasuk golongan Psikotropika IIIadalah :
Nomor Nama Senyawa
1 Amobarbital
2 Buprenorphine
3 Butalbital
4 Cathine
5 Cyclobarbital
6 Flunitazerpam
7 Glutethimide
8 Pentacozine
9 Pentobarbital

Obat-obat Psikotropika Golongan IV


No Nama No Nama
1. Allobarbital 13. Klordiazepoksida
2. Alprazolam 32. Klotiazepam
3. Amfepramona 33. Lefetamina

21
4. Aminorex 14. Loprazolam
5. Barbital 15. Lorazepam
6. Benzfetamina 16. Lormetazepam
7. Bromazepam 17. Mazindol
8. Brotizolam 18. Medazepam
9. Delorazepam 19. Mefenoreks
10. Diazepam 20. Meprobamat
11. Estazolam 21. Mesokarb
12. Etil Amfetamina 22. Metilfeno

2. Psikotropika golongan III dan IV sering digunakan oleh masyarakat


untuk pengobatan dan terapi, serta juga dapat digunakan untuk ilmu
pengetahuan.Pengguna Psikotropika golongan III memiliki potensi
sedang untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan, sedangkan
Pengguna Psikotropika golongan IV memiliki potensi ringan untuk
mengakibatkan sindrom ketergantungan.
3. Efek penggunaan Psikotropika golongan 3 dan 4 adalah depressant,
halusinogen, dan stimulant.
4. Dampak yang ditimbulkan pengguna Psikotropika golongan 3 dan 4
berupa dampak social,dampak psikis, dan dampak fisik.
5. Peraturan yang mengatur Psikotropika salah satunya adalah Undang-
Undang Republik Indonesia No. 5 Th. 1997 Tentang Psikotropika
6. Pencegahan penyalahgunaan Psikotopika. Ada tiga cara yang seerhana
dalam menanggulangi penyalahgnaan narkoba yaitu :Pencegahan ,
Pengobatan dan Rehabilitasi.
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, maka dapat diperoleh saran, jangan menggunakan
obat-obatan terlarang apabila tanpa resep dokter. Karena sesungguhnya semua
obat memiliki dosis-dosis yang berbeda. Dan jangan coba-coba menggunakan
agar terhindar dari rasa kecanduan. Ingat, sehat itu mahal!

22
DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, Tina. 1998.Bagaimana Menghindarkan Diri dari Penyalahgunaan


Napza. Buletin Psikologi Th. VI No. 2 Desember 1998
Ariwibowo, A. (2011). TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP
PENYALAH GUNAAN REMAJA DI JAMBI, 6(2), 41–54.
Nichols, Laura L., Nathan D. Zasler and Michael Martelli, 2012, Sodium
amobarbital: Historical perspectives and neurorehabilitation clinical
caveats, (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/230804281_Sodium_amobar
bital_Historical_perspectives_and_neurorehabilitation_clinical_caveats,
diakses 29 Januari 2019.
Rahman, 2016, Awawreness Apoteker Pengelola,(Online),(
http://repository.ump.ac.id/770/3/BAB%20II_DAVID%20AULIA_FA
RMASI%2716.pdf), diakses 27 Januari 2019
Sasangka, Hari. 2003. Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana.
Bandung: Mandar Maju (buku)
Skale, Tracey G & Hillard, James Randolph. 1993. Psychogenic Amnesia: A Case
Involving Amobarbital Interview and the News Media. Jefferson Journal of
Psychiatry. 11(2): 4-5.
Sulastri Indah Lestari. (2013). EJournal Ilmu Pemerintahan. Analisis Kompetensi
Pegawai Dalam Meningkatkan Kinerja Di Kantor Kecamatan Long Ikis
Kabupaten Paser, 1(3), 999–1008.
Utomo,M. Pranjoto, 2007, PSIKOTROPIKA YANG BERBAHAYA BAGI
KESEHATAN,(Online),(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206549/pengabd
ian/02_psikotropika_berbahaya.pdf), diakses 27 januari 2019
Undang-undang RI Nomor 5.Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Nurharyanto,Eko. 2017. Tinjauan Yuridis Terhadap Proses Penyidikan Dalam
Perkara Psikotropika, Jurnal Kajian Hukum, Vol(1;111)
Prasad ,Pravin Shanker, Rajat Ray, Raka Jain, B.S.Chavan, 2001, Abuse
Liability Of Nitrazepam: A Study Among Experienced Drug User,

23
(Online),( http://medind.nic.in/ibi/t01/i5/ibit01i5p357.pdf), diakses 29
Januari 2019

24

Anda mungkin juga menyukai