Anda di halaman 1dari 4

REAKSI PENYABUNAN (SAPONIFIKASI)

Disusun oleh :
1. Auryn Grissela
2. Intan Farmadani
3. Jihan Yumna Salsa
4. Khansa Atikah K
5. Wulan Aristi
XII IPA 4

SMAN 1 SUNGAILIAT
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
A. Judul
Pembuatan Sabun Melalui Reaksi Penyabunan (Saponifikasi)

B. Tujuan
Membuat sabun dengan mereaksikan minyak dengan NaOH melalui reaksi peyabunan
(saponifikasi).

C. Hipotesis
Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan mereaksikan minyak dengan NaOH.

D. Dasar Teori
Reaksi penyabunan adalah reaksi pembentukan sabun. Sabun merupakan garam
dari senyawa karboksilat. Sabun dapat disintesis dengan mereaksikan basa dan senyawa
ester. Reaksi penyabunan dapat menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH
sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Untuk
menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk menghasilkan
sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Perbedaan antara sabun keras dan
lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut
dalam air jika dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga
reaksi saponifikasi.

Sabun memiliki sifat-sifat sebagai berikut:


1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak
akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg
atau Ca dalam air mengendap.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid, sabun
(garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar
maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar.
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun
yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak
larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

E. Alat dan Bahan


1. Gelas beaker
2. Pembakar spiritus
3. Kasa kawat dan kaki tiga
4. Thermometer
5. Minyak goring 100 ml
6. NaOH 50 ml
7. Air 10 ml
8. Pewangi
9. Pewarna

F. Cara Kerja
1. Tuangkan minyak goreng 100 ml ke dalam gelas beaker.
2. Nyalakan pembakar spiritus dan pasang kaki tiga serta kasa kawat. Lalu ,letakkan
gelas beaker yang telah diisi minyak goreng ke atas kasa kawat.
3. Tunggu hingga panas, lalu ukur suhu minyak goreng hingga mencapai 70 derajat.
4. Setelah itu, matikan pembakar spiritus dan turunkan gelas beaker dari kaki tiga.
5. Kemudian, campurkan NaOH 50 ml ke dalam minyak goreng tadi. Aduk hingga
mengental.
6. Jika sudah mengental, campurkan air,pewangi, dan pewarna. Aduk kembali. Lalu
tuangkan ke dalam cetakan sabun.
7. Tunggu hingga dua minggu agar pH sabun stabil. Sabun siap digunakan!

G. Hasil Pengamatan
1. Setelah minyak goreng yang dipanaskan dicampurkan dengan NaOH warnanya
menjadi keruh.
2. Setelah di aduk larutan menjadi kental dan menggumpal.
3. Setelah sabun didinginkan dan mengeras, menghasilkan banyak busa.

H. Kesimpulan
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa untuk membuat sabun kita dapat
mereaksikan minyak/lemak dengan senyawa basa seperti NaOH. Namun, sabun yang
dibuat menggunakan NaOH tidak cocok pemakaiannya untuk sabun cuci tangan karena
bersifat keras. Hipotesis terbukti.

Anda mungkin juga menyukai