Anda di halaman 1dari 8

“MINI RISET”

KIMIA UMUM

Disusun oleh :

Nama : LADYPA APRILIANI BR. GINTING


Nim : 4193220015
Kelas : BIOLOGI NONDIK C 2019

Dosen Pengampu :

Dra. HAFNI INDRIATI NASUTION,MSi

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM


T.A 2019-2020
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnya
sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan mini riset
Pembuatan sabun. Mini riset ini saya buat guna menyelesaikan tugas pada mata kuliah
Kimia Umum ,semoga mini riset ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca.

Dalam penulisan mini riset ini saya tentu saja tidak dapat menyelesaikan sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain.Oleh karena itu,saya mengucapkan terimah kasih kepada Kepada
dosen pengampu Dra. HAFNI INDRIATI NASUTION,MSi

Saya menyadari bahwa mini riset ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan.Oleh karena itu,saya dengan kerendahan hati memintak maaf dan
mengharap kritik serta saran yang membangun guna memperbaiki dan penyempurnaan
kedepanya.

Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam mini
riset yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para
pembaca.

Medan, 12 November 2019

Ladypa Apriliani Br. Ginting

4193220015
I .PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sabun adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium ) dari asam lemak. Sabun
mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat
dengan bobot atom lebih rendah. Sabun dihasilkan oleh proses safinifikasi. Yaitu hidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang
biasanya digunakan adalah NaOh dan KOH. Asam lemak yang berikatan dengan natrium
atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun. Namun kadang juga menggunakan
NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan
sabun yang dibuat menggunakan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH)
mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang dibuat dengan alkali
lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.

Reaksi sulfatasi ialah reaksi pemasukan gugus –OSO3H ke dalam suatu senyawa,
sedangkan sulfonasi adalah reaksi pemasukan gugus -SO3H ke dalam suatu senyawa. Proses
ini banyak dilakukan atau dikenakan terhadap senyawa-senyawa organic. Jadi proses
sulfatasi hampir sama dengan proses sulfonasi hanya beda pada gugus yang
dimasukkan,kedua proses tersebut dapat terjadi bersama-sama untuk suatu kondisi
tertentu,tergantung senyawa yang diproses.

Umumnya proses ini dikenakan terhadap gliserida-gliserida asam lemak jenuh atau
tidak jenuh yang mengandung gugus OH karena hasilnya lebih mahal atau
bermanfaat.Senyawa-senyawa yang dapat dikenakan proses sulfatasi atau sulfonasi antara
lain hidro karbon ikatan tidak jenuh, pulp terutama ligninnya, minyak tumbuh-tumbuhan
atau hewani terutama minyak ikan.

Hasil proses sulfatasi/sulfonasi tidak langsung dapat dimanfaatkan untuk proses lain atau
dipasarkan, agar memenuhi standar kebutuhan maka harus dilakukan pengolahan seperti
pemisahan dan pemurnian. Salah satu pemanfaatan proses sulfonasi di dalam industri dapat
ditemui dalam industri pembuatan deterjen.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Sejarah Deterjen
2. Menjelaskan Zat-zat yang Terdapat di Dalam Deterjen
3. Menjelaskan Penggolongan Deterjen
4. Menjelaskan Bahan Baku Pembuatan Deterjen
5. Menjelaskan Pembuatan Deterjen
II. STUDI PUSTAKA
Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut
dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun
100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras.Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei
yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru
belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad
II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni. Seabad kemudian
muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru
memproduksi tahun 1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona
menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit
soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan
alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia
terjangkau bagi semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an.
"Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi
besar.Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu.Setelah mengeras, sabun dipotong-
potong, dan dijualdari rumah ke rumah.Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang
biasa, bukan lagi barang mewah (Baysinger, 2004).

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan
gliserol.Masing– masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai
karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan
begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui
proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol
(Baysinger, 2004).

Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
darikomponen asam – asam lemak yang digunakan.Komposisi asam – asam lemak yang
sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada
umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena
dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.Terlalu besar bagian
asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudahteroksidasi bila terkena
udara. Alasan – alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan
minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas.

Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali.Hasilpenyabunan
tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan sisa alkali atau asam lemak yang
berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa yang
kental, masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila sabunnya
adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan menambahkan
larutan garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke permukaan larutan
garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan cara
menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci dengan air dingin
untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan garam NaCl yang masih tercampur.
Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun tangan atau kepingan dan kepingan. Gliserol
dapat dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl dengan jalan destilasi vakum.Garam NaCl
dapat diperoleh kembali dengan jalan pengkistralan dan dapat digunakan lagi (Ralph J.
Fessenden, 1992).

III. TUJUAN DAN MANFAAT

A. TUJUAN
1. Mengetaui sejarah Deterjen cair
2. Mengetahui bahan-bahan dalam pembuatan deterjen cair
3. Mengetaui penggolongan deterjen cair
4. Mengetahui proses pembuatan deterjen cair

B. MANFAAT
Adaapun manfaat dari praktikum ini adalah:
1. Dengan adanya praktikum ini mahasiswa jadi mengetahui cara membuat
deterjen cair
2. Mahasiswa jadi mengerti apa-apa saja yang diperlukan dalam pembuatan
deterjen cair.

IV. METODE PENELITIAN

Metode Lelehkan dan Tuang (Melt and Pour)

Metode hot process merupakan variasi dari metode cold process. Pada saat campuran sudah
sempurna dan mengental, campuran tidak langsung dapat diproduksi. Tetapi dibiarkan selama
1 malam terlebih dahulu untuk memaksa proses saponifikasi.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Saat air 1 liter dicampur dengan NaCl 1 kg sampai merata . Mengalami perubahan
bentuk menjadi cair dan warna menjadi putih susu.

2. Mempersiapkan air sebanyak 7 liter dan dicampur dengan Texafon di wadah yang lain
dan diaduk sampai merata dan menghasilkan busa yang banyak.

3. Setelah Texafon larut dengan sempurna maka tuangkan NaCl ke dalam wadah yang
berisikan Texafon perlahan-lahan dan terus diaduk.

4. Saat memasukkan pelembut bahan sabun mulai melembut dan mengental.

5. Lalu ketika dimasukkan pewangi dan pewarna bahan sabun, mengalami perubahan
warna menjadi biru dan mengeluarkan harum.

PERUBAHANYA: Saat air dicampur dengan NaCl sampai merata, mengalami


perubahan bentuk menjadi cair dan warna menjadi putih susu. Lalu setelah NaCl
dicampur dengan texafon mengalami perubahan menjadi kental dan menghasilkan
banyak buih setelah memasukkan bahan pelembut detergent sudah mulai melembut dan
mngental. Lalu setelah dimasukkan pewangi dan pewarna buatan mengalami perubahan
warna dan mengeluarkan harum.

B. PEMBAHASAN
Detergent adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan dengan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, detergent mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Dalam proses pembuatan sabun dan detergent, hal yang terpenting dilakukan
adalah mencuci semua peralatan yang ingin dipakai. Setlah bersih bahan yang berupa
Natrium karbonat, STTP, TSP, Texafon bubuk dicampurkan dan diaduk merata. Jika
ada bahan yang menggumpal maka harus dihaluskan agar hasil dapat menjadi lembut.
Kami menggunakan pewarna yang berwarna biru.
Setelah tercampur merata tambahkan Texafon gel, yang berguna untuk
menghasilkan busa pada sabun dan menangkat kotoran. Dan untuk fillernya
digunakan sodium sulfat. Bahan yang berperan sebagai daya bersih jika digunakan
secara berlebihan akan mengakibatkan efek, tangan akan panas bahkan
mengakibatkan iritasi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Reaksi sulfatasi ialah reaksi pemasukan gugus –OSO3H ke dalam suatu senyawa, sedangkan
sulfonasi adalah reaksi pemasukan gugus -SO3H ke dalam suatu senyawa. Salah satu contoh
penerapan proses sulfonasi pada industri dapat ditemui dalam industri deterjen. Proses
pembuatan deterjen yang berbahan baku dodekil benzena adalah sebagi berikut dimana
dodekil benzena dimasukkan ke dalam reaktor kaca dicampur dengan asam 22% oleum,
pada suhu antara 32-46°C. Kemudian dicampurkan pada suhu 46°C selama kurang lebih 2
jam sampai reaksi selesai. Tahapan berikutnya netralisasi dengan NaOH yang memberikan
60% alkil aril sulfonat dan 40% diluet (natrium sulfat).

Salah satu pabrik deterjen di Indonesia adalah Rinso dari Unilever. Produk yang
dihasilkan antara lain adalah Rinso Matic Top Load dan Rinso Matic Front Load, Rinso Cair
dan Rinso Molto Ultra Cair, Rinso Molto Ultra dan Rinso Color and Care, dan Rinso Anti
Noda. Produksi deterjen di Indonesia meningkat setiap tahunnya dan berdasarkan hasil
peramalan produksi deterjen di Indonesia pada tahun 2023 dan 2033 adalah 1164310,71
ton dan 1461060,71 ton.

B. SARAN

1. Konsentrasi setiap bahan harus tepat


2. Prosedur kerja dalam pembuatannya harus berurut jangan sampai salah
mengerjakan.
3. Sebaikanya dalam pembuatan deterjen cair menggunakan sarung tangan agar
tangan tidak terkena zat kimia.
4. Takaran dalam setiap bahan-bahan harus sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co:
Singapura

Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.

Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit Erlangga :
Jakarta.

Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai