Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

PEMBUATAN SABUN

Oleh

Aris Subagja

Daniswari Elsha Permata

Fitria Handayani

M. Afrizal Rifaldi

Pitri Dewi Sri Ayu

SMA NEGERI 1 CIPONGKOR

BANDUNG BARAT

2017
I. TOPIK PERCOBAAN:
 Reaksi penyabunan

II. TUJUAN PERCOBAAN


• Untuk mengetahui reaksi kimia pada proses pembuatan sabun padat
• Untuk mengetahui cara pembuatan sabun padat.

III. DASAR TEORI


Reaksi antara lemak atau minyak dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau KOH akan
menghasilkan sabun. Reaksi ini disebut juga reaksi penyabunan dan menghasilkan gliserol
sebagai hasil sampingan. Contoh reaksi penyabunan gliseril stearate:

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk
umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik.
Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam
suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu cuci.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali pada suhu
80°C - 100°C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis
oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan
adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan atau dari arang kayu. Sabun
dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun.Sabun merupakan bahan
logam alkali dengan rantai asam monocarboxylicyang panjang. Larutan alkali yang digunakan
dalam pembuatan abun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa
yang digunakan pada sabun kerasadalah Natrium Hidroksida (NaoH) dan alkali yang biasa
digunakn pada sabunlunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupunzat pengotor
lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak denganlarutan alkali
membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupalemak hewani, minyak
nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat.
Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran
seperti sabun mandi,sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga,
hingga sabunyang digunakan dalam industri.Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun
juga bervariasi sesuai dengansifat dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek
baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu
memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.Pada
pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah :
C12 – C18 Jika : < C12 : Iritasi pada kulit > C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran).
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin,garam dan impurity
lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapatdigunakan untuk membuat sabun.
Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipeester. Lemak merupakan campuran ester yang
dibuat dari alcohol dan asamkarboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat.
Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti
minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.Sabun adalah salah satu senyawa
kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan,
namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung.
Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa).
Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai
dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium
fosfat, parfum, dan pewarna.

IV. Prosedur percobaan

Penyiapan larutan:
 Larutan NaOH 40% w/v dibuat dengan cara melarutkan 40 gram NaOH padat dalam 100
ml akuades.
 •Larutan NaCl jenuh dibuat dengan cara menambahkan terus padatan NaCl kedalam 100
ml akuades sambil diaduk. Penambhan padatan dihentikan saat NaCl mulai sukar melarut.
Pisahkan bagian yang cair dengan cara dekantasi/penyaringan. Cairan ini merupakan
larutan NaCl jenuh. (semua larutan hanya dapat digunakan untuk 1 kelompok).

1. Masukan 5 ml NaOH 40% kedalam pinggan penguap.


2. Tambahkan 5 ml minyak kelapa dan 5 ml etanol kedalam pinggan penguap.
3. Panaskan campuran diatas pembakar spiritus dengan hati-hati sambil terus diaduk.
4. Jika semua cairan telah menguap maka pinggan akan menjadi padat. Tambahkan air
kedalamnya.
5. Diamkan beberapa saat hingga dingin lalu tambahkan 40 ml larutan NaCl jenuh.
6. Saring padatan atau sabun dengan kertas pinggan.
7. Bilas sabun yang didapat dengan menggunakan air dingin.
8. Cobalah mencuci tanganmu dengan sabun tersebut. Jika masih terasa lengket
kembalikan sabun ke dalam pinggan dan tambahkan etanol dan larutan NaOH lalu
panaskan kembali.
V. Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Jumlah Kode


1 Pinggan penguap 1 buah KPN 26/100
2 Batang pengaduk 1 buah KBA 21/20
3 Gelas kimia; 100 ml 3 buah KGE 11/100
4 Kawat kasa 1 buah KKA 64/030
5 Kaki tiga 1 buah KKA 55/88-100
6 Pembakar spiritus 1 buah KBS 25/125
7 Silinder ukur; 25 ml 1 buah KSL 40/025
8 Kertas saring 1 lembar KKE 30/100
9 NaCl Secukupnya CNA 53/500
10 NaOH 40 gram CAN 43/500
11 Etanol 95% 5 ml CAN 43/500
12 Akuades Secukupnya -

VI. HASIL PERCOBAAN


Pengamatan selama percobaan berlangsung:
Ketika NaOH, etanol, dan minyak kelapa dipanaskan hasil pengamatan larutan berwarna
kuning sedikit pekat. Kemudian campuran tersebut didinginkan hasil pengamatan Larutan
berwarna busa putih pada bagian atas dan berwarna kuning pada bagian bawah.
Ketika garam dicampur dengan air akuades lalu diaduk hasil pengamatan campuran menjadi
kuning pudar.

VII. DISKUSI
Percobaan pertama sabun yang kelompok kami buat tidak padat, masih lengket di tangan
dan tidak berbusa. Kemudian kelompok kami mengembalikan sabun ke dalam pinggan dan
menambhkan kembali etanol dan larutan NaOH lalu dipanaskan kembali dan hasilnya sabun
ini padat, berbusa, dan tidak lengket ditangan. Ternyata saat NaOH, etanol, dan minyak
kelapa dimasukan kedalam pinggan penguap kelompok kami mengaduknya kurang merata,
dan saat pembakaran larutan yang dipanaskan tidak sampai menguap sempurna sehingga
hasil yang didapat tidak seperti yang seharusnya.

VIII. PERTANYAAN
1. Apakah fungsi etanol pada percobaan ini?
 Etanol berfungsi sebagai pelarut.
2. Apakah fungsi NaOH pada percobaan ini?
 Di gunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa
dalam proses produksi sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang
paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
3. Apakah fungsi akuades pada percobaan ini?
 sebagai pelarut pada saat melarutkan senyawa.
4. Apakah fungsi minyak kelapa pada percobaan ini?
 menghasilkan sabun yang keras dengan busa gelembung banyak. Daya bersihnya
sangat tinggi sehingga cenderung membuat kulit terasa kering
5. Jika pada percobaan ini digunakan KOH, bagaimanakah hasil sabun yang didapat
dibandingkan jika digunakan NaOH?
 Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk
menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Perbedaan antara
sabun keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air yaitu sabun keras
bersifat kurang larut dalam air jika dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi
penyabunan disebut juga reaksi saponifikasi.

IX. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil adalah reaksi kimia yang terjadi pada reaksi
penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida
dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan
dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Di samping itu keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalah sabun padat
memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah kulit eksim. Tapi
sabun padat memiliki kadar pH yang lebih tinggi. Karena itu, sabun padat lebih mudah
membuat kulit kering. Kulit kering ini menjadikan penyembuhan lambat ketika kulit terluka.
Meski begitu, belakangan ini ada sabun padat pun mulai diproduksi yang mengandung pH
netral sehingga tak mengeringkan kulit lagi. Dan juga sabun padat memiliki tingkat
pencemaran yang lebih rendah sehingga tidak akan terlalu membahayakan hewan lain yang
berada di selokan. Sebenarnya air-air di selokan ini sebagian besar akan mengalr ke satu
tempat kemudian airnya dipakai oleh pdam untuk dijernihkan kemudian digunakan untuk
dijual kembali ke konsumen. Hal ini lah sebenarnya yang menyebabkan PDAM mengalami
kesulitan untuk menjernihkan air sehingga pada akhirnya banyak air di banyak kota sekarang
menjadi tidak layak untuk diminum.

X. KRITIK DAN SARAN


Untuk siapa saja atau untuk siswa yang akan praktek membuat sabun harus benar-benar
antara bahan seperti etanol, minyak kelapa, dan NaOH harus diaduk merata dan saat
pembakaran campuran etanol, NaOH, dan minyak kelapa harus sampai menguap dengan
sempurna supaya mendapatkan hasil yang seharusnya. Dan juga disamping itu kami
mengharapkan tentunya hal ini menjadi satu hal yang bermanfaat bagi pembaca. Kemudian
keterampilan dan keahlian yang telah diperoleh dari laporan ini dapat berdaya guna bagi kita
semua.
FOTO SAAT PRATIKUM PEMBUATAN SABUN

Anda mungkin juga menyukai