Alda
54.451.19.010
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL BUMI
POLITEKNIK PALU
TAHUN 2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati atau lemak hawani yang diperoleh dengan proses hidrolisis minyak
yang kemudian dilanjutkan dengan proses saponifikasi dalam kondisi basa.
Pembuatan kondisi basa yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida
(NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH,
maka produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan
berupa KOH maka produk reaksi berupa sabun cair.
Tujuan
1. Gelas Kimia
2. Gelas ukur
3. Timbangan Analitik
4. Hotplate
5. Batang Pengaduk
Bahan
1. CMC
2. Teksafon
3. Minyak Jelantah
4. Aquades
Cara Kerja
a. Teknik pengadukkan juga berpengaruh dalam proses pembuatan sabun cair.
b. Ukur busa awal dari sabun cair
c. Kemudian diamkan selama 5 menit
d. Lalu ukur kembali busa akhir dari sabun cair
LARUTAN LARUTAN
1 2
Aquades 65 ml Aquades 65 ml
Soda abu/natrium carbonat 20 gr CMC 20 gr
Campurkan larutan 1
dan 2 sambil di aduk
agar tidak menggumpal Kemudian
masukan
Dan tambahkan minyak
teksafon 30 gr untuk jelantah 2 ml
membuat jadi berbusa
Pengertian Minyak Jelantah
Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah
yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung,
minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak
bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali
untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya,
minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang
terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah
yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit
kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya.
Pengertian Sabun
Sabun adalah kosmetik dengan daya pembersih dan dibuat dengan
mempersenyawakan lemak-lemak dan basa dalam jumlah yang berlebihan. Ini
dilakukan dengan mencampurkan bahan dasar dan memanaskannya. Karena pada
proses basa tersedia jumlah yang berlebihan maka dalam kebanyakan sabun masih
terdapat sisa-sisa basa sehingga sabun banyak yang bersifat basa. Sabun termasuk
golongan deterjen karena mempunyai sifat menurunkan tegangan permukaan
suatu zat. Untuk itu, bila sabun dipakai membersihkan sesuatu harus dengan air
melarutkannya, sambil membuat busa dan mengadakan emulsifikasi lemak/palit
dan kotoran yang menempel pada kulit.
Pengujian pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui nilai pH dari sabun cair. Nilai pH
ini memenuhi persyaratan sabun cair menurut SNI karena SNI mempersyaratkan
pH sabun cair berada pada rentang 10 – 12. Berdasarkan hasil yang didapatkan
pada uji pH diketahui bahwa semakin meningkatnya konsentrasi minyak maka pH
sabun akan semakin asam. Hal ini disebabkan karena minyak termasuk dalam
bahan yang bersifat asam. Sehingga dengan semakinmeningkatnya konsentrasi
minyak yang digunakan maka akan semakin membuat sabun menjadi asam.
Kesimpulan
Fauziah, N.I., 2010, Formulasi Deterjen Cair: Pengaruh Konsentrasi Dekstrin dan
Metil eter sulfonat (MES), Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Teknologi Bogor, Bogor Harborne
Chasani M., Purwati, Widyaningsih S. dan Larasati B., 2013. Formulasi Deterjen
Berbahan Aktif Etil Ester Sulfonate dari Minyak Biji Ketapang
(Terminali cattapa), Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 4(2), 142-146
LAMPIRAN