Nuri Annisa*, Sri Milawati, Eka Wahyuni, Nindi Vira Andini, Priyadi, Muhammad Hidayat, dan Erwita
A’idah
1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*email: nuri.anisa80@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan pembuatan sabun trasnparan bertujuan untuk memahami reaksi
penyabunan, dan dapat mengetahui cara pembuatan sabun transparan. Pembuatan sabun ini
dilakukan dengan metode penyabunan atau reaksi saponifikasi yaitu reaksi yang terjadi ketika
minyak dicampur dengan larutan alkali. Dimana dengan mereaksikan minyak atau trigliserida
dengan basa berupa NaOH melalui metode pemanasan dan pengadukan secara kontinyu,
digunakan gula pasir dan gliserin sebagai zat pemberi transparan serta digunakan asam stearat
sebagai penstabil busa, dengan pH yang diperoleh sebesar 10.
transparan sehingga dapat di aplikasikan mengeras dari cetakan dan diukur pH dari
dalam kehidupan sehari-hari. sabun tersebut.
dan minyak ke stearat serta lendir, kotoran dan sebagian zat warna.
dalam lelehan Saponifikasi adalah suatu proses untuk
asam stearat memisahkan asam lemak bebas dari minyak
7. Dimasukkan Setelah atau lemak dengan cara mereaksikan asam
larutan NaOH ditambahkan
lemak bebas dengan basa dan pereaksi
sedikit demi NaOH larutan
sedikit, gliserin, menjadi beku. lainnya sehingga membentuk sabun (soap
dan larutan stock) (Zulkifli dan Estiasih, 2014)
sukrosa sambil Percobaan ini dilakukan dengan cara
terus diaduk mula-mula dilelehkan asam stearat diatas
sampai campuran hoplate menggunakan suhu 60ºC. Tujuan
menjadi homogen pelelehan ini yaitu agar dapat dengan mudah
8. Pengontrol suhu Campuran menjadi
dicampur dengan bahan lain yang berbentuk
dimatikan lalu berwarna pink
ditambahkan kemerahan setelah cairan. Asam stearat merupakan
pewarna dan ditambahkan monokarboksilat ebrantai panjang C18 yang
pewangi pewarna makanan, bersifat jenuh karena tidak memliki ikatan
dan ditambahkan rangkap diantara atom karbonnya. Asam
pewangi sehingga stearat dapat berbentuk cairan atau padatan.
menjadi wangi Pada proses pembuatan sabun tansparan,
9. Dituangkan
asam stearat berfungsi untuk mengeraskan
campuran ke
dalam cetakan dan menstabilkan busa (Kusuma, 1987)
(diambil bagian Selanjutnya dimasukkan magnetic
yang transparan stirer kedalam lelehan asam stearat hal ini
saja) dan dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan
didiamkan hingga sediaan sabun transparan yang homogen,
sabun mengeras dan kemudian ditambahkan minyak kedalam
10. Dikeluarkan sabun
lelehan asam stearat, dimana dilakukan
yang sudah
mengeras pengadukan terus menerus menggunakan
11. Diukur pH sabun pH sabun = 10 magnetic stirer, berfungsi untuk mempercepat
laju reaksi diantara keduanya. Apabila tidak
Pembahasan dilakukan pengadukan secara kontinyu
Sabun transparan merupakan salah beberapa bahan yang dicampurkan menjadi
satu jenis sabun yang memiliki penampilan tidak merata dan menggumpal. Hal tersebut
menarik kerena penampakannya. Selain itu, dapat mempengaruhi tampilan sabun
sabun transparan bisa menjadi alternatik transparan (Ketarem, 2005).
sediaan obat dengan penampakan yang lebih Setelah minyak tersebut larut
menarik (Hernani, dkk, 2010) sempurna, selanjutnya ditambahkan larutan
Saponifikasi merupakan salah satu NaOH sedikit demi sedikit. Pada
metode pemurnian secara fisik. Saponifikasi penambahan NaOH sedikit demi sedikit pada
dilakukan dengan penambahan basa pada larutan asam stearat dan minyak mengalami
minyak yang akan dimurnikan. Sabun yang pembekuan hal ini terjadi dikarenakan NaOH
terbentuk dari proses ini akan dipisahkan berfungsi untuk menghancurkan jaringan
dengan 30 sentrifugasi. Penambahan basa organic yang terdapat dalam minyak
pada proses saponifikasi akan bereaksi sehingga terjadi reaksi penyabunan akibat
dengan asam lemak bebas membentuk pencampuran tersebut. Sabun yang dibuat
sabun yang mengendap dengan membawa dengan NaOH lebih lambat larut dalam air
dibandingkan dengan sabun yang dibuat Kemudian dicek pHnya, dari hasil
dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali pengamatan pH yang kami dapat sebesar 10.
kuat (NaOH, KOH) mempunyai pH 9,0-10,8 Kisaran nilai pH ini memenuhi kriteria mutu
sedangkan sabun yang terbuat dari alkali sabun mandi. Menurut Hernani, dkk (2010)
lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH standar pH untuk sabun mandi berkisar 9-11,
yang lebih rendah yaitu 8,0-9,5 (Fried dan pH optimum untuk sabun mandi adalah 9,2
Hademenos, 2006). Setelah itu ditambahkan karena bila lebih tinggi, warna sabun akan
etanol sedikit demi sedikit, pada penambahan menjadi gelap. Menurut Febriyenti, dkk
etanol larutan mengalami pencairan (2014) sabun dengan pH yang cukup basa
dikarenakan etanol pada proses pembuatan bila digunakan akan meningkatkan pH kulit,
sabun digunakan sebagai pelarut karena tetapi kulit memiliki kemampuan untuk
sifatnya yang mudah larut dalam air dan mengembalikan pH kulit seperti semula
lemak. segera setelah dibilas dalam jangka waktu
Setelah ditambahkan NaOH kemudian 15-30 menit. Efek buffer ini disebabkan
ditambahkan gliserin fungsi penambahan kandungan asam amino yang terdapat pada
gliserin adalah sebagai pelembab pada kulit, komponen kulit.
sehingga cocok digunakan sebagai sabun
kecantikan (Putri, 2016), karena gliserin
merupakan humektan / produk samping dari
reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan
air untuk menghasilkan asam lemak (Prawira,
2010). Setelah ditambahkan gliserin
kemudian ditambahkan larutan sukrosa,
fungsi penambahan sukrosa adalah untuk
membantu terbentuknya transparansi pada
sabun, penambahan gula pasir dapat
membatu perkembangan kristal pada sabun.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas dapat
disimpulkan bahwa proses pembuatan sabun
transparan dapat dilakukan melalui reaksi
Gambar 2. Sabun Transparan penyabunan atau saponifikasi. Dimana reaksi
ini terjadi antara mintak dan basa kuat.
Selanjutnya dimatikan pengontrol
suhu lalu ditambahkan pewarna berfungsi
agar sabun tersebut memiliki warna yang DAFTAR PUSTAKA
menarik atau tidak pucat, kemudian
ditambahkan pewangi berfungsi memberikan
aroma pada sabun (Daintith, 1994).
Nuri Annisa H1031151028 Pembuatan Sabun Transparan
Praktikum Reaksi Senyawa Organik II