Anda di halaman 1dari 9

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sabun merupakan sesuatu yang terbuat dari campuran lemak dan minyak
yang berbeda. Sabun berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
berbentuk minyak atau jenis kotoran lainnya. Sabun dapat dibuat dari berbagai
macam minyak yaitu ada jenis minyak dari kelapa, dan minyak jagung.
Pembuatan sabun dapat mengalami kegagalan seperti sabun tidak berbusa ketika
digunakan hal ini bisa disebabkan oleh cara pengadukan yang salah, kualitas
bahan yang digunakan, dan tingkat kosentrasi yang digunakan.
Sabun dapat dibedakan menjadi sabun yang berbentuk padat dan sabun
yang berbentuk cair. Sabun yang bentuknya pada memiliki stabilitas yang baik,
sabun jenis ini terbuat dari bahan alkali NaOH. Sabun yang wujudnya cair
merupakan jenis sabun yang dibawah kemana-mana, sabun jenis ini terbuat dari
alkali KOH. Proses saponifikasi pada pembuatan sabun, alkali merupakan sebagai
pengemulsi lemak atau minyak yang akan dicampurkan dengan air.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui reaksi
penyabunan pada proses pembuatan sabun di laboratorium dan menjelaskan
beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Sabun merupakan senyawa natrium yang mengandung lemak yang dapat


berasal dari minyak nabati atau hewani. Sabun dapat berbentuk padat, lunak atau
cair tergantung dengan bahan kimia yang digunakan. Sabun digunakan untuk
pembersih dari kotoran, dapat ditambahkan pewangi yang aman digunakan
sehingga tidak menganggu kesehatan. Bahan baku sabun yaitu di reaksikannya
lemak dan minyak dengan senyawa kelompok alkali sehingga terjadi reaksi
saponifikasi atau penyabunan (Fitriani et al., 2020).
Pembuatan sabun bahan yang digunakan dapat berupa trigliserida yang
memiliki tiga buah asam lemak yang diesterifikasikan dengan gliserol. Sabun
yang telah dihasikan dari hidrolisis minyak yang berubah menjadi asam lemak
bebas dan gliserol mengalami saponifikasi menggunakan basa. Saponifikasi
merupakan proses terhidrolisisnya lemak karena adanya campuran basa (NaOH
atau KOH) sehingga dihasilkan sabun berupa garam natrium. Proses saponifikasi
molekul-molekul trigliserida merupakan molekul yang berfungsi sebagai peran
utama pada pembuatan sabun (Puspitasari et al, 2023).
Sabun meliputi bagian yang bersifat hidrofilik dan hidrofobik. Sifat sabun
hidrofilik terletak pada rantai ionik yang jika dicampur dengan air, maka gugus
hidrofilik akan menempel pada air. Sabun yang bersifat hidrofobik terletak pada
rantai karbon, jika dicampur dengan air gugus hidrofobik akan menempel pada
kotoron. Sabun akan dapat mengendapkan kotoran yang bersifat hidrofobik,
mambuat kotoran mudah larut didalam air (Rinawati et al., 2024).
Senyawa alkali digunakan dalam pembuatan sabun yaitu senyawa NaOH
dan KOH, dapat juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dari bahan
senyawa alkali NaOH bersifat dengan bereaksi lambat dalam air. Sabun yang
dibuat dengan senyawa alkali KOH, dapat lebih cepat larut didalam air. Sabun
yang bahan pembuatanya dari alkali kuat memiliki nilai pH antara 9,0 sampai 10,8
apabila pH yang digunakan lebih dari nilai tersebut, maka akan dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, korena pH tinggi dapat merusak kulit (Dahlan
et al., 2023).
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pengaduk, penangas
air, tabung reaksi, pipet tetes, kertas saring, termometer, gelas ukur, corong
buchner, magnetic stirrer cawan penguap. Sedangkan bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu minyak kelapa, minyak sawit, etanol, minyak jagung, minyak
canola, etanol, NaOH, dan larutan NaCl.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pembuatan sabun
Adapun cara kerja reaksi penyabunan adalah diambil secara terpisah dan
disiapkan 4 buah beaker glass kemudian masing-masing beaker glass diisi 12 ml
minyak kelapa, minyak jagung, minyak kanola, dan minyak sawit. Langkah
selanjutnya masing- masing beaker glass ditambahkan 13,5 ml etanol dan 7,5 ml
larutan NaOH secara bergantian, lalu dipanaskan pada hot plate dan diaduk
dengan magnetic stirrer sedangkan beaker glass berisi minyak kelapa, minyak
jagung, minyak kanola, dan minyak sawit diaduk menggunakan sendok. Langkah
selanjutnya setelah semua bahan larut dan didinginkan pada baskom yang diisi
dengan es batu selanjutnya ditambahkan 45 ml NaCl pada setiap beaker glass dan
diaduk kembali lalu disaring menggunakan kertas saring zat padat
yang menggumpal.

3.2.2 Uji sifat sabun


Adapun cara kerja uji sifat sabun adalah disiapkan 4 tabung reaksi, diisi
tabung reaksi pertama 5 tetes minyak kelapa, tabung reaksi kedua diisi 5 tetes
minyak jagung, tabung reaksi ketiga diisi 5 tetes minyak kanola, dan tabung reaski
keempat diisi minyak sawit. Langkah selanjutnya 4 tabung reaksi tersebut diisi 3
ml aquades dan 2 ml larutan sabun yang didapatkan dengan melarutkan gumpalan
percobaan 1 dengan air. Langkah selanjutnya tabung reaksi dikocok dengan kuat
dan didiamkan dan diamati perubahan apa yang terjadi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Pembuatan Sabun
No Pembuatan Sabun Pengamatan
1 Minyak kelapa + etanol + NaOH + Tercampur sempurna dan mengeras
dipanaskan + didinginkan (diaduk) (menggumpal)
2 Minyak jagung + etanol + NaOH + Terdapat padatan kecil, tidak
dipanaskan + didinginkan menggumpal

3 Minyak kanola + etanol + NaOH + Terdapat padatan kecil namun masih


dipanaskan + didinginkan (tidak menyatu dengan larutan
diaduk)
4 Minyak sawit + etanol + NaOH + Tercampur dan terdapat padatan
dipanaskan + didinginkan (diaduk) yang mengeras namun tidak banyak
(menggumpal)

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Uji Sifat Sabun


No. Sifat Sabun Pengamatan
1 Tabung 1 Tidak terdapat pemisahan fasa,
5 tetes minyak kelapa + 3 ml aquades homogen sempurna, berbusa dan
+ larutan sabun berbau tengik
2 Tabung 2 Terjadi pemisahan fasa antar air
5 tetes minyak jagung + 3 ml dan sabun, tidak berbau
aquades + larutan sabun
3 Tabung 3 Terjadi pemisahan fasa antara
5 tetes canola + 3 ml aquades + minyak
larutan sabun
4 Tabung 4 Terdapat gumpalan busa dan
5 tetes minyak sawit + 3 ml aquades padatan pada bagian atas berbusa,
+ larutan sabun dan berbau tengik
4.2 Pembahasan
Penyabunan merupakan peristiwa terjadinya reaksi kimia antara asam
lemak yang bereaksi dengan suatu alkohol dimana akan membentuk ester dan
gliserol. Proses penyabunan akan memecah ikatan ester yang ada didalam asam
lemak, membentuk ester baru dengan alkohol dan terbentuk garam asam lemak.
Prinsip reaksi penyabunan yang terjadi antara asam lemak dan basa yaitu
terhidrolisisnya asam lemak oleh basa yang menghasilkan gliserol atau
trigliserida, proses mencampurkan antara asam lemak dan basa alkali akan
membentuk suatu cairan yang mengental jika ditambahkan dengan larutan NaCl,
maka sabun akan tergumpalkan sebagai sabun yang padat dan terpisah dari
gliserol (Arsanto et al., 2022).
Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran, lemak dan bakteri karena
sabun memiliki senyawa yang molekul-molekulnya mengandung gugus hidrofilik
cenderung menempel pada air dan hidrofobik menempel pada lemak. Senyawa
yang terbentuk yaitu senyawa garam natrium dan kalium yang dapat berasal dari
nabati maupun hewani. Sabun memiliki sifat yaitu dapat menurunkan tegangan
permukaan pada air sehingga dapat mengangkat kotoran dan lemak pada suatu
benda. Sabun memiliki sifat sebagai emulsi yaitu merupakan sifat yang dapat
membuat dua zat yang tidak dapat tercampur menjadi tercampur, seperti pada
minyak dan air, sabun akan memecah partikel minyak menjadi kecil sehingga
dapat tercampur hingga merata dengan air dan dapat dibilas dengan mudah. Sabun
memiliki ph yang sedikit basa, yang membuat sabun cocok untuk digunakan
untuk pembersih kulit manusia karena tidak akan menyebabkan iritasi pada kulit
manusia (Djoru and Neonufa, 2023).
Adapun data hasil pengamatan kelompok saya yaitu kelompok 2 pada
percobaan pembuatan sabun yaitu menggunakan bahan berupa minyak sawit
ditambahkan dengan etanol kemudian ditambahkan dengan larutan NaOH dan
dipanaskan menggunakan hot plate kemudian didingin, setelah itu semua bahan
diaduk dan diamati hasil yang didapat yaitu semua bahan tercampur dan
menghasilkan padatan yang mengeras namun tidak banyak serta bahan terlihat
menggumpal hal ini sejalan dengan penelitian (Arlofa et al., 2021) yaitu apabila
suatu minyak yang dicampur dengan suatu larutan berupa NaOH maka akan
menghasilkan gumpalan hal ini disebabkan oleh NaOH dapat mengubah minyak
menjadi lebih cair dan menyebabkan penggumpalan ketika minyak dicampur
dengan larutan NaOH. Adapun data hasil kelompok saya yaitu kelompok 2 pada
percobaan uji sifat sabun yaitu bahan berupa minyak sawit kemudian ditambah
dengan aquades dan ditambah dengan larutan sabun, menghasilkan sifat sabun
yang dapat menggumpal dan menghasilkan busa serta bau yang tengik hal ini
tidak sejalan dengan penelitian (Anggreni et al.,2023) karena bahan yang
digunakan berbeda yaitu menggunakan lemak pada kakao, sabun yang dihasilkan
tidak berbau tengik melainkan bau khas cokelat, dan teksturnya lembut namun
dan busa.
Sabun dapat dibuat dengan menggunakan larutan NaCl, larutan NaOH,
dan alkohol atau eter. Larutan NaCl merupakan larutan berupa garam natrium
klorida, larutan ini ditambahkan dalam proses pembuatan sabun, penambahan
larutan NaCl dilakukan untuk dapat mengentalkan larutan pada pembuatan sabun.
Larutan NaOH merupakan larutan basa yang ditambahkan juga dalam proses
pembuatan sabun, penambahan larutan NaOH yaitu berfungsi untuk membentuk
sabun yang stabil dan mendapat sifat sabun yang diinginkan, larutan NaOH yang
ditambahkan pada pembuatan sabun akan menghasilkan sabun yang berbentuk
padatan. Alkohol atau eter didalam pembuatan sabun berfungsi untuk membantu
lemak berubah menjadi sabun, dan alkohol dapat meningkatkan kemampuan
untuk meningkatkan ph dari sabun (Adhan et al., 2022).
BAB V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :


1. Minyak sawit yang ditambah etanol dan NaOH menghasilkan padatan yang
mengeras.
2. Minyak jagung yang ditambah etanol dan NaOH menghasilkan padatan yang
tidak menggumpal.
3. Sifat sabun dari minyak canola yaitu ada pemisahan antara minyak.
4. Sifat sabun dari minyak sawit yaitu berbau tengik dan berbusa.
5. Minyak kelapa yang ditambah etanol dan NaOH menghasilkan padatan yang
mengeras.
DAFTAR PUSTAKA

Adhan, S., Pangestu, P. G., Amanda, V. N. R., Cahya, B., Safitri, R., Mustikasari,
R., Andika, W. and Thoriqsyah., 2022. Penyuluhan Pembuatan Sabun
Cuci Tangan sebagai Sarana dalam Meningkatkan Kebiasaan Cuci Tangan
Masyarakat Desa Siraman. Jurnal Pengabdian Terhadap Masyarakat, 2 (2),
pp. 40-45.
Anggreni, S., Wahyuni, Y. and Heliana, A., 2023. Penyuluhan Pemanfaatan
Lemak Kakao untuk Pembuatan Sabun Padat. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 4 (3), pp. 224-229.
Arlofa, N., Budi, B. S., Abdillah, M. and Firmansyah, W., 2021. Pembuatan
Sabun Mandi Padat dan Minyak Jelantah. Jurnal Chemtech, 7 (1), pp. 17-
21.
Arsanto, A. D., Pratama, D. W., Murti, S., Soraya, S. and Widiya. Penentuan
Tingkat Efesiensi Pure Plant Oil dari Crude Plam oil dari C off Grade.
Jurnal Jist, 3 (7), pp. 887-889.
Dahlan, H., Dewi, E., and Utami, A. S., 2023. Proses Industri Kimia. Palembang:
Bening Media Publishing.
Djoro, M. R. B. and Neonufa, G. F., Pelatihan Pembuatan Sabun Cair dan Sabun
Padat Berbasis Minyak Atsiri pada Siswa SMK Pertanian Pembangunan
Negeri Kupang. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2 (5), pp. 510-515.
Fitriani, D., Widiyati, E. and Trihadi, B., 2020. Pelatihan Pembuatan Sabun
Mandi Padat dengan Penambahan Minyak Atsiri Jeruk Kalamansi sebagai
Aromaterapi di SMPIT Khairunnas Bengkulu. Jurnal Pengabdian Al-
Ikhlas, 6(1), pp. 66-72.
Puspitasari, A., Erlita, D., Maria, E. and Madawati. 2023. Pengembangan Produk
Baru Sabun Padat dari Minyak Jelantah. Jurnal Rekayasa Lingkungan,
23 (2), pp. 61-65.
Rinawati., Nurhasanah., Buhani., Suharso., Sari, N. L. R., Akmal, J., Kiswandono,
A. A. and Aini, F. N., 2024. Pendampingan dan Pembuatan Produk Sabun
Cair 99 pada Desa Purwa Agung Negara Batin Way Kanon. Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat Tabikpun, 5(1), pp.1-8.

Anda mungkin juga menyukai