Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA (FARMASI)

NAMA : ANISA PUTRI


NIM : 1908109010009
PERCOBAAN : REAKSI SAPONIFIKASI
ASISTEN : PODJA CHINTIA ANNISA

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Reaksi Saponifikasi” yang bertujuan untuk
mempelajari reaksi saponifikasi. Prinsip dari percobaan ini adalah analisa kualitatif.
Hasil dari percobaan ini adalah pada percobaan pertama minyak yang ditambahkan
dengan air dan ditambahkan larutan NaOH akan menghasilkan larutan keruh serta
menghasilkan busa. Pada percobaan kedua NaOH yang ditambahkan dengan air,
minyak, dan CaCl2 menghasilkan larutan berwarna putih dan menghasilkan endapan
berwarna putih. Kesimpulan dari percobaan ini adalah hidrolisis lemak dengan basa
akan menghasilkan gliserol dan garam asam lemak.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Metode pembuatan
sabun pada zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan metode yang digunakan saat ini,
walaupun tentunya kualitas produk yang dihasilkan saat ini jauh lebih baik. Sabun
dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan trigliserida dengan soda kaustik
(NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan produk samping berupa gliserin. Bahan baku
pembuatan sabun dapat berupa lemak hewani maupun lemak/minyak nabati.
Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer yang
berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing. Reaksi
yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit disebut reaksi
saponifikasi. Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit
(triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga
menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan
dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.
Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel
dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih.
Penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi, terutama
sesuai dengan fungsi utamanya yaitu membersihkan. Berbagai jenis sabun ditawarkan
dengan beragam bentuk mulai dari sabun cuci (krim dan bubuk), sabun mandi (padat
dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun pembersih peralatan rumah tangga (krim dan
cair). Maka dari itu, dengan melakukan percobaan saponifikasi ini dapat kita lakukan
proses pembuatan sabun dan mempelajari bagaimana reaksi yang terjadi dalam proses
pembuatan sabun dari reaksi saponifikasi tersebut serta mengetahui banyaknya sabun
yang diperoleh berdasarkan pengaruh dari penggunaan centrifuge (perbedaan kecepatan
dan lama sentrifugasi).

1.2. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi saponifikasi.
BAB II
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

2.1. DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel 2.1. Data Hasil Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1. Minyak + Air  * Terbentuk larutan bening
* + NaOH dalam alkohol  ** Terbentuk gelembung minyak
** dipanaskan *** Terbentuk larutan jernih
dikocok
*** Terbentuknya larutan keruh serta
menghasilkan busa
2. NaOH 10% + Air  * Terbentuk larutan bening
* + minyak + NaOH dalam Terbentuk dua fase larutan
dikocok
alkohol **
dipanaskan
** *** Terbentuk gumpalan minyak
dikocok Terbentuknya larutan berwarna putih
*** + H2O + CaCl2 10%
dan endapan berwarna putih

2.2. PEMBAHASAN
Saponifikasi merupakan salah satu metode pemurnian secara fisik. Saponifikasi
dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Sabun yang
terbentuk dari proses ini dapat dipisahkan dengan 30 sentrifugasi. Penambahan basa
pada proses saponifikasi akan bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk sabun
yang mengendap dengan membawa serta lendir, kotoran dan sebagian zat warna.
Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga memmbentuk sabun (soap stock). Dalam proses pemurnian dengan
penambahan alkali (biasa disebut dengan proses penyabunan) beberapa senyawa
trigliserida ini dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang disebut dengan
senyawa yang tidak tersabunkan (Zulkifli, 2014).
Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, dimana trigliserida akan
dihidrosis oleh basa NaOH membentuk gliserol dan sabun. Trigliserida dapat berupa
ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Prinsip saponifikasi adalah hidrolisis
lemak berupa trigliserida oleh basa/alkali menghasilkan gliserol dan sabun (Clayden,
2012).
Reaksinya sebagai berikut:

Sabun natrium (RCOONa) adalah sabun yang dihasilkan dari reaksi antara
trigliserida dengan basa natrium hidroksida (NaOH). Sifat sabun ini keras dan biasa
digunakan sebagai sabun cuci dalam dunia industri logam. Angka penyabunan
menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak yang disusun oleh
asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul ytang relatif
kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya
mempunyai berat molekul yang besar ,mka angka penyabunan relatif kecil . angka
penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabang. Suatu trigliserida R1–COOH, R2-COOH dan R3-COOH
ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak boleh
10 memiliki molekul yang berbeda. Asam lemak yang ada di alam antara lain yaitu
asam palmitate, stearate, oleat, dan linoleate. Enzim lipase sendiri adalah enzim yang
bekerja dengan menghidrolisis lipid trigliserida. lipase yang dapat berfungsi sebagai
biokatalis dalam pelarut organik anhidrat menawarkan kemungkinan baru seperti
pergeseran kesetimbangan termodinamika, mendukung sintesis, memungkinkan
penggunaan substrat hidrofobik, kontrol atau memodifikasi enzim selektivitas oleh
rekayasa pelarut, menekan reaksi samping tergantung air yang tidak diinginkan,
meningkatkan stabilitas termal enzim (s) dan juga meminimalkan kemungkinan
kontaminas (Kumar, 2016).
Proses hidrolisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari waktu dan
penambahan konsentrasi enzim (% lipase) terbaik yang akan diaplikasikan untuk proses
esterifikasi sebagai penghasil perisa alami. Proses hidrolisis dilakukan pada suhu 40˚ C.
Pada akhir proses hidrolisis, akan terbentuk 2 lapisan. Dimana lapisan atas sebagai asam
lemak dan lapisan bawah sebagai gliserol. Selama ini, reaksi hidrolisis minyak
menggunakan katalis homogen, misalnya KOH, NaOH dan lain sebagainya.
(Moentamaria, 2016).
Pada percobaan pertama, dimasukkan sedikit minyak dan ditambahkan 2 ml air
ke dalam tabung reaksi, lalu dikocok akan menghasilkan larutan yang bening.
Kemudian, dimasukkan ke dalam penangas air mendidih. Setelah dipanaskan,
ditambahkan 5 ml larutan NaOH dalam alkohol, lalu dikocok kembali dan akan
menghasilkan gelembung lemak. Kemudian dipanaskan kembali dalam penangas air
mendidih, lalu dikocok kembali akan menghasilkan larutan yang jenuh. Hasil yang
diperoleh adalah terbentuknya larutan keruh serta menghasilkan busa. Fungsi
ditambahkannya NaOH dalam alkohol adalah sebagai basa alkali untuk mempercepat
proses hidrolisis lemak dan menghasilkan sabun natrium dan gliserol. Hidrolisis lemak
dengan basa akan menghasilkan gliserol dan garam asam lemak.
Percobaan kedua yaitu dilakukan dengan menambahkan 15 ml NaOH 10 % ke
dalam erlenmeyer yang telah dimasukkan 60 ml air. Lalu, ditambahkan 3 ml minyak
dan 5 ml larutan NaOH dalam alkohol, dikocok. Kemudian dipanaskan dalam penangas
air mendidih. Hasil setelah dipanaskan yaitu larutan menjadi keruh. Lalu, diambil 5 ml
dari larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam gelas beaker. Kemudian ditambahkan air
sebanyak 5 ml dan 2 ml CaCl2 10%, dikocok kembali hingga homogen. Hasil yang
diperoleh adalah terbentuknya larutan berwarna putih dan menghasilkan endapan
berwarna putih. Air yang ditambahkan NaOH akan larut dan ditambahkan dengan asam
palmitat akan membentuk dua fasa. Kemudian dipanaskan akan membentuk gumpalan
minyak. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi.
Fungsi ditambahkannya NaOH dalam alkohol adalah sebagai basa alkali untuk
mempercepat proses hidrolisis lemak dan menghasilkan sabun natrium dan gliserol. Air
(H2O) digunakan untuk proses pengenceran untuk menurunkan konsentrasi HCl pekat
10%. Fungsi penambahan larutan CaCl2 pada larutan sabun adalah untuk mengetahui
pengaruh kesadahan air (Ca2+) terhadap sabun. Dari hasil pengamatan yang diperoleh,
pada larutan sabun natrium terjadi pengendapan pada penambahan larutan CaCl2.
Endapan yang diperoleh berwarna putih keruh. Hal tersebut menandakan bahwa sabun
tidak mampu bekerja secara efektif pada air yang sadah. Kesadahan air adalah ukuran
banyak atau sedikitnya kandungan mineral tertentu dalam air. Pengaruh dari kesadahan
terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih yaitu detergen atau sabun
mengandung suatu zat aktif permukaan. Molekul sabun atau detergen tersusun dari
rantai hidrokarbon yang memiliki dua bagian, bagian kepala bersifat hidrofilik (polar),
sedangkan bagian ekornya bersifat hidrofobik (non polar). Bagian yang bersifat
nonpolar akan mengelilingi lemak/kotoran, sementara bagian ujung lainnya yang
bersifat polar akan akan larut dalam air.
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :


1. Pada percobaan pertama minyak yang ditambahkan dengan air dan ditambahkan
larutan NaOH akan menghasilkan larutan keruh serta menghasilkan busa.
2. Terbentuknya larutan keruh serta menghasilkan busa, hal ini menandakan bahwa
reaksi saponifikasi menghasilkan gliserol dan garam asam lemak (sabun).
3. Pada percobaan kedua NaOH yang ditambahkan dengan air, minyak, dan CaCl2
akan menghasilkan larutan berwarna putih dan endapan berwarna putih.
4. Adanya endapan putih pada percobaan kedua menandakan pada air terdapat
sadah yang ditimbulkan setelah penambahan CaCl2.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Clayden, et al. (2012). Organic Chemistry 2nd ed. Oxford University Press, New York.

Kumar, A. K. (2016). Lipase katalisis dalam organik pelarut: keuntungan dan aplikasi.
Journal Biological,1, 1-11.

Moentamaria, et al. (2016). Hidrolisis minyak kelapa dengan lipase terimobilisasi zeolit
pada pembuatan perisa alami. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 5, 84-91.

Zulkifli, M., & Estiasih, T. (2014). Sabun dari distilat asam lemak minyak sawit. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 2, 170-177.

Anda mungkin juga menyukai