Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA (FARMASI)

NAMA : ANISA PUTRI


NIM : 1908109010009
PERCOBAAN : PENENTUAN BILANGAN IOD
DAN BILANGAN ASAM
ASISTEN : DESY RAMADIANI

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Reaksi Saponifikasi” yang bertujuan untuk
mempelajari reaksi saponifikasi. Prinsip dari percobaan ini adalah analisa kuantitatif.
Hasil dari percobaan ini adalah pada percobaan pertama minyak yang ditambahkan
dengan air dan ditambahkan larutan NaOH akan menghasilkan larutan keruh serta
menghasilkan busa. Pada percobaan kedua NaOH yang ditambahkan dengan air,
minyak, dan CaCl2 menghasilkan larutan berwarna putih dan menghasilkan endapan
berwarna putih. Kesimpulan dari percobaan ini adalah hidrolisis lemak dengan basa
akan menghasilkan gliserol dan garam asam lemak.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Lipida merupakan komponen yang perlu diperhatikan dalam industri pangan.
Cara untuk mengukur kualitas dari lipida itu sendiri, dapat dilakukan penilaian berdasar
dengan parameter pengujian yang mencakup angka penyabunan, angka peroksida,
bilangan iod, bilangan asam dan parameter lainnya. Beberapa contoh bahan hasil
pertanian yang kualitas mutunya ditentukan oleh lemak, yaitu minyak kelapa/VCO,
minyak sawit, minyak kedelai dan minyak curah. Oleh karena itu, parameter yang dapat
mempengaruhi kualitas lipida perlu diperhatikan. Angka penyabunan merupakan
banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak.
Angka penyabunan bernilai tinggi, jika berat molekul asam lemak rendah. Cara
lain untuk menentukan kualitas lemak adalah menentukan bilangan asam. Kemudian
angka asam merupakan suatu bilangan atau angka yang menunjukkan banyaknya asam
lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau minyak, berasal dari peranan enzim lipase.
Selain itu angka asam juga dinyatakan sebagai banyaknya mg KOH yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam lemak bebas dalam setiap g lemak. Jumlah asam lemak bebas
dalam suatu lemak menggambarkan umur dan kualitas lemak. (Djarir, Dkk. 2002).
Parameter lainnya untuk menentukan kualitas lemak adalah bilangan iod.
Bilangan iod adalah bilangan yang menunjukkan berapa mg halogen (dinyatakan
sebagai iodin) yang dapat diikat oleh 100 mg lemak, atau berapa persen perbandingan
halogen yang dapat diikat lemak. Bilangan iod adalah ukuran derajat ketidakjenuhan
lemak atau minyak. Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan
iodium (dua atom iodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam
lemak/minyak). Adanya beberapa parameter yang menentukan kualitas lipid, maka
diperlukan pemahaman mengenai bagaimana menjaga kualitas lipida dengan
memperhatikan parameter tersebut.

1.2. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan bilangan iod dari lemak
atau minyak.
BAB II
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

2.1. DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel 2.1. Data Hasil Pengamatan
Volume Titrasi
No Perlakuan Sampel Blanko
1. a. Lemak + Kloroform + R. Hanus + KI 15% + H2O
(larutan 1) dititrasi 3 ml
Na2S2O3
Larutan 1 + Pati 1% dititrasi
2 ml
Na2S2O3
b. R. Hanus + KI 15% + H2O dititrasi
7 ml
Na2S2O3
Minyak + Etanol 95% + PP dititrasi
2. 0,1 ml
KOH

2.2. PEMBAHASAN
Saponifikasi merupakan salah satu metode pemurnian secara fisik. Saponifikasi
dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Sabun yang
terbentuk dari proses ini dapat dipisahkan dengan 30 sentrifugasi. Penambahan basa
pada proses saponifikasi akan bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk sabun
yang mengendap dengan membawa serta lendir, kotoran dan sebagian zat warna.
Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga memmbentuk sabun (soap stock). Dalam proses pemurnian dengan
penambahan alkali (biasa disebut dengan proses penyabunan) beberapa senyawa
trigliserida ini dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang disebut dengan
senyawa yang tidak tersabunkan (Zulkifli, 2014).
Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, dimana trigliserida akan
dihidrosis oleh basa NaOH membentuk gliserol dan sabun. Trigliserida dapat berupa
ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Prinsip saponifikasi adalah hidrolisis
lemak berupa trigliserida oleh basa/alkali menghasilkan gliserol dan sabun (Clayden,
2012).
Reaksinya sebagai berikut:
Sabun natrium (RCOONa) adalah sabun yang dihasilkan dari reaksi antara
trigliserida dengan basa natrium hidroksida (NaOH). Sifat sabun ini keras dan biasa
digunakan sebagai sabun cuci dalam dunia industri logam. Angka penyabunan
menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak yang disusun oleh
asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul ytang relatif
kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya
mempunyai berat molekul yang besar ,mka angka penyabunan relatif kecil . angka
penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabang. Suatu trigliserida R1–COOH, R2-COOH dan R3-COOH
ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak boleh
10 memiliki molekul yang berbeda. Asam lemak yang ada di alam antara lain yaitu
asam palmitate, stearate, oleat, dan linoleate. Enzim lipase sendiri adalah enzim yang
bekerja dengan menghidrolisis lipid trigliserida. lipase yang dapat berfungsi sebagai
biokatalis dalam pelarut organik anhidrat menawarkan kemungkinan baru seperti
pergeseran kesetimbangan termodinamika, mendukung sintesis, memungkinkan
penggunaan substrat hidrofobik, kontrol atau memodifikasi enzim selektivitas oleh
rekayasa pelarut, menekan reaksi samping tergantung air yang tidak diinginkan,
meningkatkan stabilitas termal enzim (s) dan juga meminimalkan kemungkinan
kontaminas (Kumar, 2016).
Proses hidrolisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari waktu dan
penambahan konsentrasi enzim (% lipase) terbaik yang akan diaplikasikan untuk proses
esterifikasi sebagai penghasil perisa alami. Proses hidrolisis dilakukan pada suhu 40˚ C.
Pada akhir proses hidrolisis, akan terbentuk 2 lapisan. Dimana lapisan atas sebagai asam
lemak dan lapisan bawah sebagai gliserol. Selama ini, reaksi hidrolisis minyak
menggunakan katalis homogen, misalnya KOH, NaOH dan lain sebagainya.
(Moentamaria, 2016).
Pada percobaan pertama, Penentuan Bilangan Iod
Timbang sampel minyak atau lemak sebanyak 0,5 g dalam erlenmeyer bertutup.
Tambahkan 10 ml kloroform dan 25 ml reagen Hanus, kemudian simpan di tempat
gelap selama 30 menit (sesekali dikocok). Tambahkan 10 ml larutan KI 15%.
Tambahkan 100 ml akuades yang telah dididihkan. Segera titrasi dengan larutan natrium
tiosulfat 0,1 N sampai larutan berwarna kuning pucat. Tambahkan 2 ml larutan pati 1%.
Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang, dan volume titrasi adalah 3 ml. Pada
erlemeyer 1 volume akhir titrasi setelah ditambahkan pati = 2 ml. Larutan blanko yang
dibuat dari 25 ml reagen Hanus dan ditambah 10 ml larutan KI 15%, diencerkan dengan
100 ml akuades yang telah dididihkan dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1
N sampai warna menjadi bening. Volume akhir titrasi blanko = 7 ml. Pengukuran
dilakukan secara duplo.Banyaknya natrium tiosulfat untuk titrasi blanko dikurangi
natrium tiosulfat untuk titrasi sampel ekuivalen dengan banyaknya iodium yang diikat
oleh minyak atau lemak. Hidrolisis lemak dengan basa akan menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak.
Percobaan kedua yaitu dilakukan dengan Penentuan Bilangan Asam (Kadar
Asam Lemak Bebas)
Timbang 1 gram minyak, kemudian tambahkan 2,5 ml etanol 95%,
panaskan sampai mendidih (lebih kurang 10 menit) dalam penangas air sambil diaduk.
Kemudian titrasi dengan KOH 0,1 N, menggunakan indikator fenolftalein, sampai
terbentuk warna merah jambu yang persisten selama 10 detik. Volume akhir titrasi yang
didapat adalah 0,1 ml. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi.
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :


1. Pada percobaan pertama minyak yang ditambahkan dengan air dan ditambahkan
larutan NaOH akan menghasilkan larutan keruh serta menghasilkan busa.
2. Terbentuknya larutan keruh serta menghasilkan busa, hal ini menandakan bahwa
reaksi saponifikasi menghasilkan gliserol dan garam asam lemak (sabun).
3. Pada percobaan kedua NaOH yang ditambahkan dengan air, minyak, dan CaCl2
akan menghasilkan larutan berwarna putih dan endapan berwarna putih.
4. Adanya endapan putih pada percobaan kedua menandakan pada air terdapat
sadah yang ditimbulkan setelah penambahan CaCl2.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Clayden, et al. (2012). Organic Chemistry 2nd ed. Oxford University Press, New York.

Kumar, A. K. (2016). Lipase katalisis dalam organik pelarut: keuntungan dan aplikasi.
Journal Biological,1, 1-11.

Moentamaria, et al. (2016). Hidrolisis minyak kelapa dengan lipase terimobilisasi zeolit
pada pembuatan perisa alami. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 5, 84-91.

Zulkifli, M., & Estiasih, T. (2014). Sabun dari distilat asam lemak minyak sawit. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 2, 170-177.
LAMPIRAN

1) Penentuan Bilangan Iod


Bilangan iod = ml titrasi (blanko - contoh) x Ntiosulfat x 12,691
g lemak
=7 ml – 2 ml x 0,1 N x 12,691
0,5 g
= 12,691

2) Penentuan Bilangan Asam (Kadar Asam Lemak Bebas)

mLKOH  NKOH  M
Kadarasam 
10G
= 0,1 ml x 0,1 N x 205
10(1 g)
= 0,205

Anda mungkin juga menyukai