Anda di halaman 1dari 11

SINTESIS SABUN SEDERHANA

(Laporan Praktikum Kimia Organik Polifungsi)

Oleh :

Nama : Gita Nurani

NIM : 118270059

LABORATORIUM ORGANIK

PROGRAM STUDI KIMIA

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sabun sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghilangkan kotoran,


minyak , kuman ,dll. Banyak sekali jenis-jenis sabun, sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing seperti sabun cuci piring, sabun mandi, sabun muka, sabun cuci baju.
Pada umumnya sabun memiliki komposisi yang sama, namun kandungan pada setiap
zatnya yang akan membedakan. Sabun juga sering dikatakan dapat menyebabkan
pencemaran air karena banyak mengandung bahan kimia yang apabila digunakan secara
terus-menerus akan dapat merusak ekosistem alam dan kesetimbangan lingkungan.
Sehingga tak sedikit pabrik-pabrik yang membuat sabun dengan bahan biodegradable
(ramah lingkungan).

Sehingga perlu dikembangkan pembuatan sabun yang ramah lingkungan, seperti


sabun organik (berbahan alami) dengan cara sintesis yang sederhana dari bahan alami.
Selain ramah lingkungan, sabun organik juga dapat menjadi solusi bagi orang-orang yang
memiliki kulit sensitif dan mudah iritasi. Selain itu sabun berbahan organik juga banyak
memiliki manfaat serta menjadi kreasi dalam mengolah bahan alam. Oleh karena itu,
dilakukan praktikum “Sintesis Sabun Sederhana”, agar kita dapat mengetahui metode,
pemanfaatan, dalam pembuatan sabun sederhana.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum “Sintesis Sabun Sederhana” ini adalah :
1. Mengetahui metode dan proses-proses pada sintesis sabun
2. Mengetahui massa sabun hasil sintesis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun

Sabun merupakan garan Na dari asam lemak. Sabun dihasilkan dari proses hidrolisis
minyak atau lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang dilanjutkan dengan proses
saponifikasi menggunakan basa (KOH atau NaOH). Asam lemak bebas yang berkaitan
dengan dengan basa ini disebut sabun. Terdapat dua komponen utama penyusun sabun adalah
asam lemak dan alkali. Pemilihan jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun. Minyak
mengandung lemak yang sebagian besar berbentuk trigliserida. Jika teruirai, trigliserida akan
menjadi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak bebas. Semakin banyak
trigliserida maka akan semakin banyak asam lemak bebas yang dihasilkan.

Berdasar ikatan kimianya lemak yang terkandung dalam minyak terdapat 2 jenis
yaitu, lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap yang membuat
sabun menjadi lebih lunak dan memiliki titik didih yang rendah, sedangkan lemak tak jenuh
memiliki ikatan rangkap (dua atau tiga) yang mengakibatkan sabun menjadi lebih keras dan
titik didih nya lebih tinggi. Lemak jenuh umumnya terdiri dari asam palmitat (C 16) , asam
laurat (C12), asam stearate (C18) dan asam tak jenuhnya adalah asam oleat, asam linoleate.
Pada umumnya semua jenis minyak dapat digunakan dalam pembuatan sabun. Namun
beberapa kandungan asam lemak dalam minyaklah yang akan mempengaruhi faktor-faktor
dalam sabun tersebut. (Riawan, 1990)

Minyak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun contohnya ssbagai berikut :

Minyak kelapa sawit

merupakan yang mengandung asam palmitat (C 16H32O2) sebesar 44,3%. Fungsi asam palmitat
ini dalam pembuatan sabun adalah untuk kekerasan sabun dan lebih sulit berbusa.

Minyak kelapa

Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sangat baik digunakan untuk pembuatan
sabun. Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama sam
laurat. Sehingga menyebabkan sabun tahan terhadap oksidasi yang membuat aroma menjadi
tengik.

Minyak zaitun

Minyak zaitun berasal dari ekstrak buah zaitun, yang mengandung senyawa-senyawa seperti
fenol, tokoferol, sterol, pigmen, squalen. Selain itu minyak zaitun juga mengandung triasil
gliserol yang sebagian besar berupa asam lemak tak jenuh tunggal jenis oleat. Asam oleat
yang terkandung mencapai 55-83%. Sehingga sabun yang terbuat dari minyak zaitun bersifat
keras namun lembut untuk kulit.

Selain itu dalam pembuatan sabun digunakan alkali yaitu NaOH (Natruim
Hidroksida). Natrium hidroksida diperoleh melalui proses hidrolisis natrium klorida dan
sering disebut sebagai soda api. Bersama dengan asam lemak, NaOH bereaksi membentuk
sabun dan gliserol. NaOH merupakan alkali yang sering digunakan dalam pembuatan sabun
keras / padat. (J.S, 1990; J.S, 1990)

2.2 Pembuatan Sabun

Dalam pembuatan sabun ini menggunakan metode cold process, yaitu proses
pembuatan sabun tanpa melakukan pemanasan diatas kompor/pemanas. Bahan yang
digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu, bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku yang
diguanakan adalah asam lemak dan alkali, sedangkan bahan pendukung digunakan untuk
menambah daya tarik sabun tersebut seperti, parfum, pewarna, natrium karbonat, fenol, dll.
Proses pembuatan sabun terdiri dari proses saponifikasi (penyabunan) dan proses netralisasi.
Proses saponifikasi terjadi karenareaksi antara trigliserida dengan alkali, yang memperoleh
produk sampingan yaitu gliserin. Sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam
lemak bebas dengan alkali.

Berikut proses-proses pembuatan sabun :

1. Netralisasi
Netralisasi ialah proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak/lemak,
dengan cara reaksikan asam lemak bebas dengan basa hingga membentuk sabun.
Selain itu pemisahan asam lemak juga dapat dilakukan dengan cara penyulingan ( de-
asidifikasi). Tujuan proses ini untuk menghilangkan asam lemak yang dapat
menyebabkan bau tengik pada sabun.

2. Saponifikasi
Proses ini terjadi saat terjadi reaksi antara larutan NaOH yang dicampurkan kedalam
minyak,
larutan NaOH akan bereaksi dengan trigliserida menghasilkan sabun dan gliserin.
Dengan reaksi :
C3H5(OOCR) 3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun yang
memiliki berat molekul rendah akan lebih mudah larut dalam air dalam bentuk ion-
ion. (Ketaren, 1986)
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum “Sintesis Sabun Sederhana” kali ini adalah :

Alat : Bahan :

1. Mixer 1. Soda api (NaOH) 35 gr

2. Sendok plastik 2. Minyak zaitun 100 gr

3. Baskom 3. Minyak kelapa 75 gr

4. Cetakan sabun 4. Minyak kelapa Sawit 75 gr

5. mangkuk kaca 5. Air 70 ml

6. Tepung Beras 45 gr

7. Serbuk Teh

3.2 Diagram Alir

Air Soda Api

Dicampurkan hingga homogen

Larutan NaOH Campuran Minyak

Dimixer hingga sedikit mengental

Larutan Sabun Sabun Dan Teh

Dimixer hingga tercampur dan tuang ke wadah


Sabun
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Perlakuan Pengamatan
Soda api dilarutkan dengan air larutan menjadi putih lalu bening
dengan menhasilkan panas
Larutan NaOH dimixer dengan minyak Larutan menjadi kuning pucat dan
mengental
Ditambah beras dan teh Mengental, terdapat variasi bitnik-
bintik dari the
Massa minyak total 250 gr
Massa NaOH 35 gr

Perhitungan :

 Mol NaOH :
massa 35
n NaOH : = = 0,87 mol
Mr 40
 Mol minyak :
massa 250
n Minyak : = = 0,28 mol
Mr 884

 Massa teori sabun :

Reaksi :

(C17 H33COO)3C3H5 + 3 NaOH 3(C17H33COONa) + C3H8O

m 0,28 mol 0,87 mol - -


r 0,28 mol 0,84 mol 0,84 mol 0,28 mol

s - 0,03 mol 0,84 mol 0,28 mol

massa teori sabun = n x Mr sabun = 0,84 x 912 = 766,08 gr

4.2 Pembahasan

Pada sintesis sabun kali ini kita menggunakan metode cold proses yaitu proses
pembuatan sabun tanpa melakukan proses pemanasan diatas kompor/pemanas. Proses
pertama yang dilakukan adalah netralisasi, dengan cara membuat larutan NaOH dari
percampuran soda api dengan air dengan reaksi eksoterm. Setelah itu larutan NaOH
dicampurkan kedalam minyak. Konsentrasi larutan NaOH yang dicampurkan dengan minyak
sangat menentukan dalam pembuatan sabun. Konsentrasi NaOH yang digunakan pada
praktikum ini adalah 1:2, yaitu 35 gr soda api dengan 70 ml air atau sekitar 0,01M. dengan
reaksi sbb :

R-COOH + NaOH R-COONa + H2O

(Asam lemak bebas) Alkali Sabun Air

Kandungan air dalam minyak tersebut menyebabkan terjadinya hidrolisis, pada proses
hidrolisis ini trigliserida akan berubah menjadi asam lemak dan gliserol.

Selanjutnya pada proses saponifikasi, reaksi antara minyak dengan larutan NaOH
lambat laun menimbulkan perubahan warna menjadi kuning keruh dan larutan sabun masih
sangat encer.

Dengan reaksi sbb:

C3H5(OOCR) 3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Setelah 10 menit pengadukan larutan sabun sudah cukup mengental, variasi bitnik-
bintik hitam disebabkan dari serbuk teh yang dicampurkan. Setelah mengental sabun
dicetakdan dibiarkan hingga 28 jam agar sabun mengeras. Sabun dibiarkan hingga 2-4
minggu untuk memastika proses saponifikasi selesai dan pH nya netral sehingga tidak
menyebabkan iritasi saat digunakan.

Apabila konsentrasi NaOH yang rendah menyebabkan trigliserida tersaponifikasi


makin sedikit, namun emulsi yang dihasilkan semakin meningkat dikarenakan banyaknya
kadar air. Hal itu menyebabkan proses saponifikasi untuk membuat larutan sabun mengental
semakin lama dan menghasilkan asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak yang tinggi
akan mengganggu proses saponifikasi dan efektifitas sabun saat mengangkat kotoran dari
tubuh berkurang. Begitu sebaliknya jika konsentrasi yang digunakan terlalu tinggi akan
menyebabkan iritasi kulit.

Selain itu digunakan minyak kelapa sawit yang banyak mengandung asam palmitat
yang baik untuk proses pembuatan sabun dan tekstur sabun, minyak kelapa yang banyak
mengandung asam laurat yang menghasilkan banyak busa membuat sabun tidak terlalu keras,
serta mudah larut dalam air. Minyak zaitun yang dapat melembabkan sehingga tidak mudah
kering/iritasi dan mencerahkan kulit. Beras sebagai pencerah kulit dan the sebagai
antioksidan dan pelembab kulit.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum “Sintesis Sabun Sederhana” adalah :

1. Metode yang digunakan pada proses pembuatan sabun kali ini adalah cold
process yaitu pembuatan sabun tanpa proses pemanasan. Dengan menggunakan
proses netralisasi dan saponifikasi.
2. Sabun yang dihasilkan sebanyak 766,08 gr.
3. Konsentrasi larutan NaOH sangat menentukan dalam pembuatan sabun.
DAFTAR PUSTAKA

J.S, F. R. (1990). Kimia Organik 3rd Edition . Jakarta: Erlangga.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan Cetakan Pertama .
Jakarta: UI-Press.

Riawan. (1990). Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai