Anda di halaman 1dari 12

Modul Praktikum Kimia Organik

Percobaan IV
Reaksi Saponifikasi “Pembuatan Sabun”

Asisten : Yolanda Devia Aprilia


Dosen Pengampu : - Drs. Irdoni. HS. MS -
Dra. Nirwana. MT

Program Studi Sarjana Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Riau 2021

1
MODUL IV
REAKSI SAFONIFIKASI “PEMBUATAN SABUN”

Tujuan Percobaan:

1. Membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun di


laboratorium.
2. Menjelaskan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan.

Dasar Teori:

Sabun adalah produk yang dihasilkan dari proses penyabunan suatu asam lemak atau
gliserida nabati maupun hewani dengan basa. Asam lemak atau gliserida yang memiliki rantai

(C16-C18) menghasilkan sabun keras dan asam lemak atau gliserida yang memiliki rantai (C12-

C14) menghasilkan sabun yang lebih lunak dan lebih mudah larut (Fessenden,1997). Basa yang
biasa digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida (KOH). Jika basa yang
digunakan adalah NaOH, maka produknya berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang
digunakan berupa KOH maka produk reaksi berupa sabun cair (Ketaren, 1986).
Reaksi Pembuatan Sabun (saponifikasi)

Reaksi saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau
lemak dicampur dengan larutan basa. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap
making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa latin yang artinya soap/sabun. Hasil lain dari reaksi
saponifikasi ialah gliserol.
Reaksi Saponifikasi :
O
(CH )
CH2 O C 2 16 CH3 CH2 OH
O O

CH O C (CH ) CH3 + 3NaOH 3CH3 (CH2)16 C O Na + CH2 OH


2 16

O Natrium Sabun
(CH ) Hidroksida (Natrium Stearat)
CH2 O C 2 16 CH3 CH2 OH

Trigliserida Gliserol

Gambar 1. Reaksi penyabunan

Sabun memiliki dua bagian yang berbeda. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat- zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut
dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena
membentuk misel (micelles), yakni sekumpulan (50-150) molekul yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung-ujung ionnya yang menghadap ke air (R. J. Fessenden, 1992).

Sabun berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang


2
dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun:

1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun bersifat nonpolar sehingga larut dalam zat
non polar, seperti tetesan-tetesan minyak.

2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik ke air, ditolak oleh ujung anion molekul-
molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain.Karena tolak menolak antara
tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tersuspensi
(R. J. Fessenden, 1992).

Gambar 2. Cara kerja sabun

Bahan pembuatan sabun terdiri dari 2 jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung.
1. Bahan Baku
a. Minyak atau Lemak
Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak

nabati atau lemak hewani. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya
dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C),
sedangkan lemak akan berwujud padat.

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus
dibatasi karena berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak
mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut). Beberapa jenis minyak atau lemak
yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya:

Tallow (Lemak Sapi)

Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging
sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan
sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci.
Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA
dari tallow berkisar antara 0,75-7,0%. Titer point pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow
dengan titer point di bawah 40°C dikenal dengan nama grease. Kandungan utama dari
Tallow yaitu: asam oleat 40-45%, asam palmitat 24-37%, asam searat 14-19%, asam miristat
2-8%, asam linoleat 3-4%, dan asam laurat 0,2% (Hui,1996).
3
▪ Lard (Lemak Babi)
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh

seperti asam oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti asam stearat (35-40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk
mengurangi ketidakjenuhannya.
▪ Palm Oil (Minyak Sawit)
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna

karotenoid. Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35- 40%,
asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3% dan
asam miristat 0,5-1%.
▪ Coconut Oil (Minyak Kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri

pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi
daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak
jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga minyak kelapa tahan
terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
▪ Palm Kernel Oil (Minyak Inti Sawit)
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan
asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti
minyak kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu: asam
laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat
3-7 %, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3% dan asam linoleat 2%.
▪ Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut seperti paus dan ikan laut. Marine oil memiliki
kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
▪ Castor Oil (Minyak Jarak)
Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika, bahan baku

pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter,
bilangan iodium 13,3265 mg/g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g. Komposisi asam
lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak 86%, asam oleat 8,5%, asam
linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-2,0% dan asam dihidroksi stearat 1-2%.

4

Olive Oil (Minyak Zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi

memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras
tapi lembut bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak
tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga
mengandung asam lemak tidak jenuh jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut dapat
mencapai 55-83% dari total asam lemak dalam minyak zaitun.
▪ Campuran Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran
minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena
memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan
miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
stearat dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
b. Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, LiOH,
Ca(OH)2, dll. NaOH atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun,
merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH
banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.
2. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun

hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi
produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan
aditif.
a. Garam (NaCl)

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl
pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun
dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam
(brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dari gliserol.
Gliserol tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap.

b. Builders (Bahan Pembentuk/Penguat)


Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral
5
yang terlarut pada air, sehingga bahan-bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan
membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu
menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih
baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas.
c. Filler (Bahan Pengisi)

Filler (bahan pengisi) ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.
Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan
bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata-mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada
umumnya, sebagai bahan pengisi sabun yang digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering
digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan
pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
d. Bahan Antioksidan

Bahan antioksidan pada sabun juga dapat menstabilkan sabun terutama pada bau
tengik atau rancid. Natrium Silikat, natrium hiposulfid, dan natrium tiosulfat diketahui dapat
digunakan sebagai antioksidan.
e. Bahan Pewarna (Coloring Agent)

Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna sabun. Hal ini ditujukan agar
memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli
sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna sabun itu terdiri dari warna
merah, putih, hijau maupun orange.
f. Bahan Pewangi (Fragrances)

Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar


dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas
sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal.
Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep
water, alpine, dan spring flower.

Alat-alat yang digunakan


a. Gelas piala 500 ml
b. Pengaduk/stirer
c. Gelas ukur 100 ml
d. Gelas ukur 10 ml

6
e. Labu ukur 250 ml
f. Cetakan
g. Corong Buchner
h. Kaca arloji
i. Kertas saring
j. Penangas air
k. Tabung reaksi
l. Erlenmeyer 250 ml
m. Buret
n. Statif dan klem

Bahan-bahan yang digunakan


a. VCO 50 ml
b. NaOH 20 ml
c. Asam stearat 15 gr
d. Etanol 10 ml
e. Gliserin 10 ml
f. Pewarna
g. Pewangi
h. Kerosen (minyak tanah)
i. Larutan Kalsium Sulfat
j. Larutan NaCl
k. Phenolpthalein
l. HCl 0,5 N
m. Akuades

Prosedur Percobaan
a) Persiapan
1. Dipersiapkan alat dan bahan kimia yang akan digunakan.
2. Dibuat larutan NaOH 5 N.
3. Dibuat larutan HCl 0,5 N.

7
b) Pembuatan Sabun
1. Diambil 50 ml VCO dan dimasukkan ke dalam gelas piala.
2. VCO dipanaskan hingga suhu 100℃.

3. Ditambahkan 10 ml larutan etanol sambil diaduk.


4. Ditambahkan 20 ml larutan NaOH 5 N sambil diaduk.
5. Ditambahkan 10 ml asam stearat yang telah dilelehkan (60℃) ke dalam gelas piala sambil diaduk.

6. Ditambahkan 10 ml larutan gliserin sambil diaduk.


7. Ditambahkan 10 ml larutan NaCl sambil diaduk.
8. Suhu dijaga pada 70℃, dan seluruh bahan diaduk selama 30 menit.

9. Setelah selesai, sabun didinginkan pada suhu ruang.


10. Kemudian divakum menggunakan corong buchner, selanjutnya sabun dicetak.
11. Kemudian sabun dapat diuji karakteristiknya.

c) Karakteristik Sabun

Uji Sifat Sabun
1. Dimasukkan 1 ml kerosen dan 10 ml air dalam tabung reaksi.
2. Dikocok campuran tersebut dan catat pengamatan anda.
3. Dimasukkan sedikit sabun kedalam tabung reaksi yang berisi campuran kerosen dan air.
4. Dikocok dan catat pengamatan anda.

5. Ditambahkan sedikit sabun dan dikocok jika tidak ada perubahan pada campuran dan
catat pengamatan.
6. Dicatat pengaruh penambahan sabun pada campuran ini dan kerosen.

7. Diambil tabung reaksi yang bersih, kemudian dilarutkan sedikit sabun dalam 5 ml
air panas.
8. Ditambahkan 8 tetes larutan Kalsium Sulfat.
9. Dicatat pengaruh Kalsium Sulfat terhadap air sabun.

10. Diambil tabung reaksi yang bersih, kemudian dilarutkan sedikit sabun dalam 5 ml
etanol.


Uji Stabilitas Busa
1. Sebanyak 1 gr sabun masukkan ke dalam tabung reaksi.
8
2. Masukkan 10 ml akuades kedalam tabung reaksi yang berisi sabun.
3. Kemudian dikocok selama 1 menit.
4. Kemudian ukur tinggi busa yang terbentuk menggunakan penggaris (tinggi busa awal).

5. Tinggi busa diukur kembali setelah 1 jam (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas busa
dihitung dengan rumus :

Keterangan :
Tba = Tinggi busa awal
Tbk = Tinggi busa akhir


Uji Kadar Alkali Bebas (SNI 06-4085-1996)
Tahapan dalam penentuan kadar alkali bebas dari sabun, yaitu :
1. Sebanyak 5 gram sabun dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.

2. Ditambahkan 100 ml alkohol 96% netral dan 3 tetes larutan indikator


phenolptalein.

3. Dipanaskan diatas penangas air memakai pendingin tegak selama 30 menit


hingga mendidih.

4. Bila larutan bewarna merah, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N dalam
alkohol sampai warna merah tepat hilang.

Keterangan :
V = Volume HCl yang digunakan untuk titrasi (ml)
W = Berat sampel (g)
N = Normalitas HCl
BM = Berat molekul (NaOH/KOH)

9

Uji Kadar Air
1. Berat cawan penguap kosong ditimbang.
2. Dimasukkan 5 gr sabun ke dalam cawan penguap tersebut.
3. Kemudian sabun dioven pada suhu 105℃.

4. Timbang cawan penguap dan sabun tersebut sampai didapat berat


kering konstannya.
5. Kemudian dihitung kadar air pada sabun padat dengan rumus :

Keterangan :

W = Berat sampel sabun (gr)


W1 = Berat sabun + cawan (gr)
W2 = Berat sabun + cawan setelah pengeringan (gr)
Data Pengamatan

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:


Tabel 4.1 Pengamatan pembuatan sabun
No Bahan Pengamatan
1 Minyak Kelapa
Etanol dipanaskan
NaOH

2 Campuran didinginkan
3 Campuran (1) + NaCl
Campuran (1) + NaCl dan diaduk

Tabel 4.2 Sifat-sifat sabun


No Bahan Pengamatan
1 Kerosen + air dikocok
2 Sabun + larutan kerosen dikocok
3 Sabun + air panas
4 Larutan sabun + Kalsium Sulfat
5 Sabun + etanol
Sabun + etanol + Phenolftalein (PP)

10
11

Anda mungkin juga menyukai