Disusun oleh :
IKE AYU NINGSIH
1513029
KA 01
POLITEKNIK STMI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
Jl. Letjen Suprapto No.26 Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510
Telp : (021)42886064 Ext. 119, 115 dan 107
Fax : (021) 42888206
BILANGAN SAPONIFIKASI
(ANGKA PENYABUNAN)
I. JUDUL PERCOBAAN
Bilangan Saponifikasi (Angka Penyabunan).
II. PRINSIP PERCOBAAN
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak berupa minyak oleh adanya basa kuat
berupa NaOH.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
Mengetahui proses analisa bilangan penyabunan.
IV. REAKSI
V.
Teori
Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan Alkali.
Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan rumus umumnya
RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara
C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau Ion Ammonium.
Karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar sabun:
1. Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk digunakan
sebagai bahan pembuatan sabun.
2. Angka Saponifikasi
Angka saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida yang
digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka saponifikasi
digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada
lemak atau minyak.
3. Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak, semakin besar
angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan
iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
Sifat-sifat sabun:
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan
menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non
polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai
hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan
larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan
larut dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16
Polar : COONa+
Molekul-molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang dengan satu gugus ionik
yang sangat polar pada salah satu ujungnya. Ujung ini bersifat hidrofilik (tertarik atau larut
dalam air) dan ujung rantai hidrokarbon bersifat lipofilik (tertarik atau larut dalam minyak dan
lemak). Pengotor umumnya melekat pada pakaian atau badan dalam bentuk lapisan minyak yang
sangat tipis. Jika lapisan minyak ini dapat dibuang, partikel-partikel pengotor dikatakan telah
tercuci. Dalam proses pencucian, lapisan minyak sebagai pengotor akan tertarik oleh ujung
lipofilik sabun, kemudian kotoran yang telah terikat dalam air pencuci karena ujung yang lain
(hidrofilik) dari sabun larut dalam air.
Sifat-sifat fisik sabun:
1. Viskositas
Setelah minyak atau lemak disaponifikasi dengan alkali, maka akan dihasilkan sabun yang
memiliki viskositas yang lebih besar dari pada minyak atau alkali. Pada suhu di atas 75o C
viskositas sabun tidak dapat meningkat secara signifikan, tapi di bawah suhu 75o C viskositasnya
dapat meningkatkan secara cepat. Viskositas sabun tergantung pada temperature sabun dan
komposisi lemak atau minyak yang dicampurkan.
2. Panas Jenis
Panas jenis sabun adalah 0,56 Kal/g.
3. Densitas
Densitas sabun murni berada pada range 0,96g/ml 0,99g/ml.
a. Bahan baku
1. Minyak atau Lemak
Tallow (Lemak Hewan)
Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan merupakan hasil pencampuran Asam
Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%), stearat (15-20%). Sabun yang berasal dari Tallow digunakan
dalam industri sutra dan industri sabun mandi. Pada indsutri sabun mandi, tallow biasanya
dicampurkan dengan minyak kelapa dengan perbandingan 80% tallow dan 20% minyak kelapa.
Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun, kerena harga minyak
kelapa cukup mahal, maka tidak digunakan untuk membuat sabun cuci. Minyak kelapa ini
berasal dari kopra yang berisikan lemak putih dan dileburkan pada suhu 15oC.
Minyak Inti Sawit
Minyak inti sawit memiliki karekteristik umum, seperti minyak kelapa dan dapat dijadikan
sebagai substituen dari minyak kelapa di dalam pembuatan sabun mandi. Dengan warna minyak
yang terang, minyak inti sawit dapat digunakan langsung untuk membuat sabun tanpa perlakuan
pendahuluan terlebih dahulu.
Minyak Sawit (Palm Oil)
Dalam pembuatan sabun, minyak sawit dapat digunakan dalam berbagai macam bentuk, seperti
Crude Palm Oil, RBD Palm Oil (minyak sawit yang telah dibleaching dan dideorisasi), Crude
Palm falty Acid dan asam lemak sawit yang telah didestilasi. Crude Plam Oil yang telah
dibleaching digunakan untuk membuat sabun cuci dan sabun mandi, RBD Palm Oil dapat
digunakan tanpa melalui Pre-Treatment terlebih dahulu. Minyak sawit yang dicampurkan dalam
pembuatan sabun sekitar 50% atau lebih tergantung pada kegunaan sabun yang diproduksi.
Marine Oil.
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam
lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak).
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun).
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki
warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut
bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak.
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan
lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang
saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan
dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi
dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
2. Alkali
Bahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah alkali seperti NaOH, KOH, dan lainlain. NaOH biasanya digunakan untuk membuat sabun cuci, sedangkan KOH digunakan untuk
sabun mandi. Alkali yang digunakan harus bebas dari kontaminasi logam berat karena
mempengaruhi nama dan struktur sabun serta dapat menurunkan resistansi terhadap oksidasi.
Bahan Tambahan
HCl
Asam klorida adalah larutan gas HCl dalam air. Kelarutan gas HCl ini dalam air dapat
mencapai 450 liter per liter air pada suhu 0 oC dan tekanan 1 atmosfer. Gas HCl tidak
berwarna, membentuk kabut jika terkena udara lembab, baunya sangat menusuk dan
sangat asam. Udara yang mengandung 0,004 % gas tersebut dapat membunuh. Asam
klorida pekat yang murni berupa cairan tidak berwarna, sedangkan yang teknis berwarna
agak kuning karena mengandung feri. Asam klorida pekat memiliki massa jenis 1,19
dan memiliki kadar sebesar 38%. Asam klorida adalah asam yang sangat kuat, dapat
melarutkan hampir semua logam, termasuk Pb pada kondisi panas, kecuali logam-logam
mulia.
Sifat fisika dari HCl, yaitu :
larutan standard
pada pengenceran
mengenai kulit
lembab
Asam ini sangat korosif, merupakan asam mineral kuat yang banyak kegunaannya
dalam industri. Asam hidroklorida ditemukan di alam sebagai asam lambung. Asam
klorida dibuat dengan melarutkan hidrogen klorida dalam air. Asam klorida dapat
dihasilkan dengan banyak cara, dan dengan demikian beberapa prekursor bagi
keberadaan asam hidroklorida. Produksi skala besar asam hidroklorida ialah hampir
selalu terintegrasi dengan produksi skali industri dari zat-zat kimia lain.
Pembuatan HCl meliputi:
Menurut cara Leblanc, HCl dapat dibuat dengan memanaskan hablur NaCl dengan
asam sulfat pekat.
NaCl(s) + H2SO4(l) NaHSO4 + HCl(g) (pada suhu sedang)
2 NaCl(s) + H2SO4(l) Na2SO4 + 2HCl(g) (pada suhu tinggi)
Dari unsur-unsurnya pada suhu tinggi (600 oC), dilakukan dalam pipa kwarsa yang
dipanaskan.
Cl2 + H2 2 HCl
Dari kokas yang dipijarkan dialiri gas klor dan uap air panas (900 oC)
2 H2O + 2 Cl2 + C 4 HCl + CO2
Kegunaan HCl, yaitu:
Di laboratorium digunakan sebagai pengasam, menurunkan pH, penetral basa,
membuat gas klor, gas karbon dioksida dan membuat garam-garam klorida (FeCl3,
CaCl2, KCl dan sebagainya). Dalam aneka industri digunakan dalam pembuatan cat celup,
hidrolisis pati menjadi
glukosa, dekstrin, membersihkan logam yang akan dilapisi.
PP
Indikator fenolftalein lebih dikenal dengan nama indikator pp. Indikator ini berwujud
cairan yang bening atau tidak berwarna. Indikator pp jika diteteskan ke dalam larutan
asam tidak akan menghasilkan perubahan warna (larutan tetap jernih). Sebaliknya, jika
indikator pp diteteskan ke dalam larutan basa, maka larutan akan berubah warna menjadi
merah muda (pink).
Etanol Teknis
Dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat membantu
mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun.
Sifat fisika dari etanol teknis:
- Pelarut organik
- Mudah terbakar
- Dapat bercampur dengan air dengan homogen
- Tidak berwarna
b. Metode proses
Proses semi pendidihan
Pada proses semi pendidihan, semua bahan yaitu minyak/lemak dan alkali langsung dicampur
kemudian dipanaskan secara bersamaaan. Terjadilah reaksi saponifikasi.
c. Kelebihan dan kekurangan metode proses
Kelebihan:
1. Lebih mudah dilakukan
2. Efisien waktu
Kekurangan:
1. Sulit untuk menjaga suhu untuk tetap konstan yaitu 60 70C saat dipanaskan.
2. Sulit mendapatkan warna merah muda seulas saat melakukan titrasi karena penambahan
indikator PP yang sedikit sudah membuat sampel memdapatkan warna yang sudah agak
kemerahan.
VI.
Untuk blanko:
Timbang minyak
sebanyak 2gram
Setelah mendidih,
tambahkan 5ml
etanol teknis dan
didihkan kembali.
Setelah mendidih,
tambahkan 5ml
etanol teknis dan
didihkan kembali.
g. Buret
b. Pendingin tegak
h. Selang
i. Corong Kecil
d. Beaker Glass
j. Spatel
e. Pipet Tetes
k. Kertas Saring
f. Erlenmeyer
2. Bahan
a. Minyak
b. NaOH 0,5 N
c. Etanol Teknik
d. HCl 0,5 N
e. PP
VIII. PROSEDUR
1. Ditimbang minyak sebanyak 2 gr masukkan ke dalam beaker glass. Buat percobaan sample
sebanyak dua kali (diplo)
2. Ditambah NaOH 0,5 N sebanyak 25 ml yang dilarutkan dengan air masukan ke dalam
beaker glass yang telah terhubung dengan thermometer.
3. Panaskan sampel hingga mendidih dijaga suhunya antara 60-70oC, setelah mendidih
tambahkan etanol teknis sebanyak 5 ml, panaskan campuran dengan heater selama 30
menit.
4. Dinginkan sampel, tambahkan PP, kemudian di titrasi dengan HCl 0,5 N.
5. Untuk blanko, dimasukkan 25 ml NaOH 0,5 N yang dilarutkan dengan air masukan ke
dalam beaker glass yang telah terhubung dengan thermometer.
6. Panaskan blanko hingga mendidih dijaga suhunya antara 60-70oC, setelah mendidih
tambahkan etanol teknis sebanyak 5 ml, panaskan campuran dengan heater selama 30
menit.
7. Dinginkan blanko, tambahkan PP, kemudian di titrasi dengan HCl 0,5 N.
8. Hitung angka penyabunan
IX. RANGKAIAN ALAT
X. DATA PENGAMATAN
Penimbangan minyak
Erlenmeyer kosong (Bekerglass 250ml) =41.57gr
Erlenmeyer + minyak = 43.57gr
Perhitungan
Bilangan penyabunan =
( AB ) x C
G
1
( 5 , 70 , 5 ) x ( x 40)
2
2
= 52
XII. Pembahasan:
Pada saat melakukan praktikum saponifikasi, yang pertama kita lakukan ialah membuat
pengenceran HCl 0.5N dalam 200ml air untuk titrasi. Kemudian membuat pengenceran NaOH
0.5N dalam 50ml air sebagai pelarut untuk sampel minyak. Setelah pengenceran selesai,
membuat blanko terlebih dahulu yang bisa digunakan sebagai patokan warna akhir untuk sampel,
dengan 25ml NaOH dari hasil pengenceran kemudian panaskan dengan suhu 60 70C hingga
mendidih. Jika suhu lebih dari 70C tetapi cairan belum mendidih maka tunggu suhu sampai
dibawah 70C kemudian panaskan lagi hingga mendidih. Namun jika cairan mendidih lebih dari
70C maka tunggu sampai suhu turun, setelah itu tambahkan etanol teknis sebanyak 5ml dan
aduk hingga merata dengan satu arah. Setelah itu dipanaskan kembali hingga mendidih, setelah
mendidih diamkan sampai dingin atau rendam didalam air. Setelah dingin, pindahkan blanko
tersebut ke erlenmeyer dan tambahkan indikator PP sedikit kemudian titrasi dengan HCl yang
sudah dibuat pengenceran. Titrasi hingga warna merah muda seulas, dan catat volume titrasinya.
Selanjutnya kita membuat sampel dengan minyak sebanyak 2gram dan tambahkan 25ml NaOH
dari pengenceran tersebut. Cara yang sama dilakukan seperti membuat blanko. Kemudian
bandingkan hasil titrasi antara blanko dengan sampel.
XIII. Kesimpulan
Bilangan penyabunan yang didapat sebesar 52, itu berarti minyak tersebut tersusun dari asam
lemak yang berantai karbon pendek dan memiliki berat molekul yang relatif kecil.
TUGAS !
1. Analisa kesalahan minimal 5!
Jawab :
Pada saat menambahkan indikator PP sebaiknya lebih sedikit karena jika kebanyakan
akan membuat dari hasil titrasi tidak mencapai warna merah muda seulas.
Susah untuk menjaga suhu antara 60 70C, sebaiknya saat suhu mencapai 65C api
yang berantai karbon pendek dan memiliki berat molekul yang relatif kecil.
Pada saat titrasi harus sedikit demi sedikit agar warna yang dihasilkan merah muda
seulas,tidak terlalu tua.
Jika dipanaskan secara berlebihan, pada awalnya akan mengeluarkan asam yang disusul
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap atom
karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, tiga
molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida dan
trigliserida. Adapun rumus molekul gliserin dapat ditunjukkan pada Gambar 1 :
CH2OH
|
CHOH
|
CH2OH
Sifat fisik gliserol :
Tidak berbau
Densitas 1,261
Gliserol juga digunakan sebagai penghalus pada krim cukur, sabun, dalam obat
batuk dan syrup atau untuk pelembab ,Gliserol dapat diperoleh dengan jalan penguapan hati-hati,
kemudian dimurnikan dengan distilasi pada tekanan rendah. Pada umumnya lemak apabila
dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan
oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu dapat pula terjadi
proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa
yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya
akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau
tengik. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair
yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol larut baik dalam air dan
tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai bahan
dalam preparat yang dihasilkan. Di samping itu gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak di
dalam tubuh.
Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang
tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis, larut dalam air dan tidak larut dalam eter
Hidrolisa atau hidrolisis merupakan reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion
garam dengan air.
Pada penguraian garam ini, dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu :
Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+, sehingga menyebabkan [H+]
dalaMm air bertambah dan akibatnya [H+] > [OH-], maka larutan bersifat asam.
Ion garam tersebut tidak bereaksi dengan air, sehingga [H+] dalam air akan tetap sama
dengan [OH-], maka air akan tetap netral (pH = 7).
Ion garam dianggap bereaksi dengan air, bila ion tersebut dalam reaksinya menghasilkan
asam lemah atau basa lemah, sebab bila menghasilkan asam atau basa kuat maka hasil reaksinya
akan segera terionisasi sempurna dan kembali menjadi ion-ionnya. Jika ditinjau dari asam dan
basa pembentuknya ada empat jenis garam yang dikenal, yaitu ;
1. Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
2. Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah
ada
pemurnian
lanjutan
misalnya
penjernihan(refining)
Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat minyak tertentu.
data ini dapat diperoleh dari angka iodinenya,angka Reichert-Meissel,angka polenske,angka
krischner,angka penyabunan, indeks refraksi titik cair,angka kekentalan,titik percik,komposisi
asam-asam lemak ,dan sebagainya.
Analisa Lemak dan Minyak
Penentuan Sifat Lemak Minyak
Jenis-jenis lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya .
Pengujian sifat-sifat lemak dan minyak ini meliputi:
1. penentuan angka penyabunan
angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak
yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat
molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan
sebaliknya bila minya mempunyai berat molekul yang besar ,mka angka penyabunan
relatif kecil . angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
2. penentuan angka ester
angka ester menunjukkan jumlah asam organik yang bersenyawa sebagai ester. Angka
ester dihitung dengan selisih angka penyabuanan dengan angka asam.
Angka ester = angka penyabunan angka asam.
3. penentuan angka iodine
penentuan iodine menunjukkan ketidakjenuhan asam lemak penyusunan lemak dan
minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk senyawaan
yang jenuh. Banyaknya iodine yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang
terdapat dalam asam lemaknya. Angka iodine dinyatakan sebagai banyaknya iodine
dalam gram yang diikat oleh 100 gram lemak atau minyak.
4. penentuan angka Reichert-Meissel
Angka Reichert-Meissel menunjukkan jumlah asam-asam lemak yang dapat larut dalam
air dan mudah menguap. Angka ini dinyatakan sebagai jumlah NaOH 0,1 N dalam ml
yang digunakan unutk menetralkan asam lemak yang menguap dan larut dalam air yang
diperoleh dari penyulingan 5 gram lemak atau minyak pada kondisi tertentu. asam lemak
yang mudah menguap dan mudah larut dalam air adalah yang berantai karbon 4-6.
carriage dapat memuat 3 lori yang masing masing mempunyai berat rata-rata 3,3 3,5 ton.
Dengan transfer carriage lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan.Kemudian diserikan
sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan lori ke
dalam sterilizer menggunakan loader.
2. STERILIZER
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Adapun
fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzyme.
2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan
pengepressan.
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP
(Back Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar.
Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan
sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan
sampai 2,8 3,0 Kg/cm2.
Berikut proses perebusan sistem tiga peak :
Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.Memasukkan uap
untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10 menit. Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar.Uap
dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.Uap dimasukkan
selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.Uap kondensat dibuang lagi selama 3
menit.Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 20
pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesinpress terlalu rendah maka oil
losses di ampas tinggi.Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk
pengendapan. Hasil lain adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan
menggunakan cake breaker conveyor (CBC).
5. STASIUN PEMURNIAN
Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal
dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi
standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari
beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap
Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank,Purifier,
Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit,
dan Storage Tank.
a. Sand Trap Tank
Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotorankotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang
mempunyai densitas tinggi. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak
.
b. Vibrating Screen
Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran
dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating
screen bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran
lain yang masih terbawa dari sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck
vibrating screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan
yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak
dipompakan ke crude oil tank.
c. Crude Oil Tank (COT)
Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara.
Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steammelalui sistem pipa pemanas, dan suhu
dipertahankan 90-95C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).
d. Continous Settling Tank (CST)
Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran
minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur
(sudge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak
pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang
masih mengandung minyak) pada bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating
screensebelum ke sludge oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST diblowdown untuk dibawa ke sludge drain tank .
e. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil
purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80C) dengan tujuan untuk mengurangi
kadar air.
f. Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang
terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya
sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas
yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang
mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk
dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran
pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.
g. Vacuum Drier
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air
tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan
menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan
mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih
rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.
h. Sludge Tank
Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan ke
vibrating screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk dipompakan ke sand
cyclone. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC) dengan
menggunakan uap yang dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih
rendah dan lumpur halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar
tangki.
Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk
decanter atau sludge centrifuge.
i. Sludge centrifuge
Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan
berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450
rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang
tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai keinginan.
Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana pemisahannya,
fraksi berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak)
akan ketengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan
oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (mengandung air)
yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui
nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.
j. Sludge drain tank
Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju sludge
drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk mengalir
dan ditampung pada reclaimed tank, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk
kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.
k. Fat Pit
Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit
dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan
uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak
yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada
sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke sludge drain
tank.
l. Storage Tank
Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu
simpan 45-55C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging
buah berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).
6. STASIUN KERNEL
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya
dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker
Conveyor (CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.
1. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC.
CBC merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar
fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke
depericarper.
2. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke
separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di
tampung dalam hopper sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun
ke bawah masuk ke polishing drum.
3.
Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari perputaran ini
terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah
dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second
depericarper) untuk memisahkan batu dan benda benda yang lebih berat dari nut seperti besi.
Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk
dibawa ke dalam nut silo.
4. Nut Silo
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar
air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.
5. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang. Biji
yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan
terbanting dengan kuat yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih
bercampur dengan kotoran-kotoran di bawa ke kernel grading drum.
6. Kernel Grading Drum
Pada kernel grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan nut yang belum
terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS. Sementara untuk
nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut conveyor.
7. Light Tenera Dry Separator (LTDS)
Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap oleh
LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan di
bawa ke shell hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum
terpisahkan, dipisahkan lagi pada clay bath.
8. Clay Bath
Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah yang
menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath
berfungsi sebagai larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat
jenis Kernel basah = 1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 1,20, maka untuk memisah kernel
dan cangkang tersebut dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan
mengapung dan bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan
dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.
9. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari
pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo
untuk dilakukan proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan
menggunakan udara panas dari steam heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam
kernel silo. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-80C selama 4-8 jam. Kernel yang telah
dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan
sumber energi, bahan baku hormon, membantu transport vitamin yang larut
lemak, sebagai bahan insulasi terhadap perubahan suhu, serta pelindung organ-
DAFTAR PUSTAKA