Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II


PEMBUATAN SABUN

I. NO PERCOBAAN :4
II. JUDUL :PEBUATAN SABUN
III. TUJUAN :
a. Membuat langkah kerja pembuatan sabun
b. Menentukan persamaan reaksi pada pembuatan sabun
c. Menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat menggunakan
basa NaOH dan KOH
d. Membuat emulsi sabun
e. Menjelaskan tentang proses pembentukan emulsi air sabun dengan
minyak
f. Menentukan kualitas minyak berdasarkan bilangan peroksida
IV. TANGGAL PERCOBAAN:
HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Senin, 20 Maret 2017
Pukul : 09.40 WIB
SELESAI PERCOBAAN : Senin, 20 Maret 2017
Pukul : 15.40 WIB
V. DASAR TEORI
A. Pengertian Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak
atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam
monovalen dari asam karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R
adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C bervariasi,
yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau
ion amonium (Austin, 1984).
Sabun adalah garam logam dari asam lemak.
 Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan
asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan
 Reaksi pertama :

1 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Lemak + NaOH Hidrolisa mendidih Gliserol + Asam


lemak
 Reaksi kedua :
3RCOOH + NaOH Penyabunan RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon
panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion
bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-
benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena
membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun
yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya
menghadap ke air (Austin, 1984).
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan
minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air,
ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari
tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-
minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap
tersuspensi (Austin, 1984).
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut
surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan
air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik
(satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi
hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom
karbon atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil
karboksilat, yang aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium
karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO mempunyai sifat

2 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

ganda, gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus


karboksilat – COO bersifat hidrofil (Harold. 1982).
RCOONa RCOO- + Na+
Larutan sabun selalu trhidrolisa di dalam air sehingga bersifat
sedikit alkalis. Dengan penambahan indikator PP(fenolftalein) selalu
berwarna merah muda. Sehingga dalam waktu bersamaan akan terdapat
molekul-moleku RCOONa, RCOOH dan ion-ion RCOO , OH dan
Na+.
RCOONa→RCOOH+ + Na-
Sabun dan asam lemak dapat membentuk :
X RCOOH + Y RCOONa → (RCOOH)X (RCOONa)Y
Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah
menjadi kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu
dimana larutan koloid sabun menjadi keruh karena terbentuknya
dispersi kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin.
Titik keruh disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh
berbeda dan merupakan indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi.
Maka untuk penggunaan sebagai detergen, larutan sabun dipanaskan
sampai mendekati suhu titer (Harold. 1982).
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak.
Sabun secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif
permukaan. R – COOL . Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air
(hidrofob) dan gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L
berupa kation dari Na, K atau NH4. Larutan koloidal akan terbentuk
dengan cepat pada suhu makin tinggi (Harold. 1982).
Larutan asam akan segera menghidrolisa sabun menjadi asam
lemak kembali. Di dalam air dingin berbentuk gumpalan dan di dalam
air panas akan melelh dan membentuk lapisan minyak yang jernih di
permukaan larutan asam.
R – COONa + HCl→H- + R – COOH + NaCl
B. Sifat-sifat Sabun
a) Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak

3 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Sabun + air → larutan koloid


b) Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat surfaktan yang terdiri
dari molekul yang suka air (hidrofil) dan tidak suka air (hidrofob)
c) Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih) mengendap
sebagai sabun kalsium/ natrium.
d) Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali.
RCOONa + HCl → RCOOH + NaCl
e) Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil
karboksilat, yang aktif sebagai pencuci (ZAP)
f) Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk molekul RCOONa,
RCOOH, dan ion-ion RCOO-, OH-, dan Na+
g) Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti
derajat hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun jumlah C-
nya 14,15, dan 17
C. Bahan Pembuatan Sabun
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk
membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah untuk membuat sabun.
Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun antara
lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
a. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki
struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun,
jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau
lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud
keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada
temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat
(Ralph J. Fessenden, 1992).
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses
pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti :
kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah
teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.

4 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya :
1. Tallow ( Lemak Sapi )
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh
industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Tallow dengan
kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan
tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun
cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak
terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-
7,0 %. Titer point pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow
dengan titer point di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam
palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam
linoleat 3-4%, dan asam laurat 0,2%.
2. Lard ( Lemak Babi )
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung
asam lemak tak jenuh seperti asam oleat (60-65%) dan asam lemak
jenuh seperti asam stearat (35-40%). Jika digunakan sebagai
pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari
lard berwarna putih dan mudah berbusa.
3. Palm Oil ( Minyak Sawit )
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya
kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan bersifat
keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan
bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-
44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%,
asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
4. Coconut Oil ( Minyak Kelapa )

5 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering


digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa
berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah
yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan
bau tengik.
5. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti
sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak
kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih
tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak
kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil
yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-
19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%,
asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
6. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari
ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton
dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini
adalah asam palmitat 52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga
terdapat asam linoleat 6,6-8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam
miristat 1,2-1,3%, asam laurat 0,1- 0,4%.
7. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut.
Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat)
yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai
kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak

6 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88


g I2/100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g. Minyak jarak
mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa
ester. Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam
riccinoleat sebanyak 86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%,
asam stearat 0,5-2,0%, asam dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown,
1973).
9. Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun
dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang
berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi
kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak
tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen.
Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol yang sebagian besar
di antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat.
Kandungan asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen dari
total asam lemak dalam minyak zaitun.
10. Campuran Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal
dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa
sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling
melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan
miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan
berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow
akan memperkeras struktur sabun.
b. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi
adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines
(sinonim: 2-Aminoethanol, monoethanolamine, dengan rumus kimia
C2H7NO, dan formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang
biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan
alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras.

7 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya


yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat)
merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak,
tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak
(Ralph J. Fessenden, 1992).
D. Fungsi sabun
Fungsi dari sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat di buang dengan pembilasan, kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun yaitu :
a. sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK,
RCOONH4
b. sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak
permananen (RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al (Ralph J.
Fessenden, 1992).
Sabun yang digunakan sebagai pencuci pada umumnya dibuat dari
basa natrium yang direaksikan dengan asam lemak berantai panjang.
Untuk tujuan tertentu sabun dapat dibuat dari garam kalium, misalnya
untuk sabun yang lebih lunak dan lebih larut dalam air. Cara pembuatan
sabun secara singkat dapat diihat sebagai berikut:
Pemasakan minyak/lemak dalam larutan alkali (NaOH atau KOH)
pada suhu mendidih (95 – 100 0C).(Ralph J. Fessenden, 1992).
Detergent atau sabun dapat digunakan sebagai pembersih pada air
sadah karena detergent tidak dapat bereaksi dengan air sadah sehingga
tidak akan menimbulkan endapan yang dimungkinkan daapat
merugikan. Sedangkan pada sabun tidak dapat bekerja pada air sadah
karena sabun bereaksi pada air sadah yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerak pada baju maupun lantai.(Ralph J. Fessenden,
1992).
Adapun sebab sabun dan detergen bisa menjadi sebagai pembersih
kotoran atau lemak dikarenakan sabun dan detergen terdiri dari ujung
hidrokarbon yang bersifat hidrokarbon yang bersifat non polar dan
ujung satunya besifat polar. Bagian non polar akan mengelilingin

8 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas like dissolved


like, sedangkan ujung polar dari molekul tersebut segera akan terlarut
dalam air. Detergent lebih efektif membersihkan kotoran karena kerja
detergent tidak dipengaruhi air sadah. Sedangkan sabun tidak bekerja
efektif pada air sadah.(Ralph J. Fessenden, 1992).
E. Bilangan asam
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam
minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan
asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas
minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang
ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama
pada saat pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar
untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008).
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N
yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
dalam satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 2008). Bilangan asam
didefinisikan sebagai jumlah KOH yang diperlukan untuk menetralkan
asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak. Dimana angka
asam ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat
dalam suatu lemak atau minyak . Angka asam dinyatakan sebagai
jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam
lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Asam
lemak adalah senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dan lurus,
dimana bagian ujungnya mengikat gugus karbiksilat, asam lemak
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap dan memiliki jumlah atom
karbon genap. Asam lemak tak jarang terdapat dialam, tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak
dapat bersala dari hewan maupun tumbuhan dan mempunyai rumus
umum (Page,1989).
Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang
berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang
kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.

9 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Sedangkan dengan metode Mojonnier, hasil ekstraksi kemudian


diuapkan pelarutnya dan dikeringkan dalam oven sampai diperoleh
berat konstan, berat residu dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak
dalam bahan, Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek
berarti mempunyai berat molekul relatif kecil (Agoes, 2008).
Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa
dari lemak. Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan,
kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat
molekul 256). Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase yang
dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler
terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif
karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat
berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah.
Masih aktif di bawah 150C dan non aktif dengan temperatur diatas
500C. Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan
gliserol dan asam lemak bebas. Enzim lipase bertindak sebagai
katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya
kembali menjadi asam lemak bebas (ALB) (Soerawidjaja, 2005).
Asam lemak adalah asam lemah. Apabila larut dalam air molekul
asam lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Dalam
hal ini pH larutan tergantung pada konstanta keasaman dan derajat
ionisasi masing-masing asam lemak. Rumus pH untuk asam lemah pada
umumnya telah dikemukakan oleh Henderson-Hasselbach. Asam lemak
dapat bereaksi dengan basa, membentuk garam R-COONa + H2O
R-COOH + NaOH garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh
asam lemak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Sabun
kalium disebut sabun lunak dan digunakan untuk sabun bayi. Asam
lemak yang digunakan pada sabun pada umumnya adalah asam palmitat
atau stearat. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan
gliserol. Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt atau Ni,
asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh, dan melalui
proses penyabunan dengan basa NaOH atau KOH akan terbentuk sabun

10 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

dan gliserol suatu asam lemak merupakan suatu rantai hodrokarbon


dengan suatu gugusan karboksil terminal, telah diidentifikasi lebih dari
70 asam lemak yang tersedia di alam. Walaupun asam lemak berantai
pendek, contohnya, asam lemak berantai empat-atau enam- adalah
lazim ditemukan, namun triasilgliserolutama ditemukan pada tumbuh-
tumbuhan memiliki asam lemak dengan jumlah atom karbon genap,
dengan panjang 14 hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh tidak
mengandung ikatan ganda C=C dalam strukturnya, sementara asam
lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan ganda, yang kadang-
kadang berada dalam konfigurasi geometris cis (Riawan, 1990).
F. Bilangan penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak dan lemak (Kataren,
2008). Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan 1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida
diperlukan 3 molekul alkali. Pada trigliserida dengan asam lemak yang
rantai C-nya pendek, akan didapat bilangan penyabunan yang lebih
tinggi daripada asam lemak dengan rantai C panjang. Mentega yang
kadar butiratnya tinggi mempunyai bilangan penyabunan yang paling
tinggi (Winarno,1991) .

VI. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1. Tabung reaksi 2 buah
2. Pipet tetes 10 buah
3. Gelas ukur 10 mL 1 buah
4. Neraca ohaus 1 buah
5. Gelas kimia 3 buah
6. Spatula 1 buah
7. Penangas air 1 buah
8. Cetakan sabun 3 buah
9. Termometer 1 buah

11 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

10. Penjepit 1 buah


11. Erlenmeyer 3 buah
12. Statif & klem 4 buah
13. Buret 2 buah
14. Batu didih 1 buah
15. Rol film 18 buah
16. Corong kaca 1 buah
 Bahan :
1. Minyak 49,5 mL
2. Etanol 61 mL
3. Larutan alkali pekat (KOH) 15 mL
4. NaOH 4,2 gram
5. Gliserin 12 gram
6. Minyak zaitun 3 mL
7. Larutan NaCl / KCl jenuh
8. Aquades secukupnya
9. Indikator PP 15 tetes

VII. SKEMA/ALUR PERCOBAAN


1. Pembuatan Sabun

NaOH

-Ditimbang sebanyak 1,4 gram

-Dilarutkan dalam 3,3 mL air


-Biarkan sampai larutan NaOH dingin.
Larutan NaOH

12 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Asam stearat
Minyak sawit/curah/kelapa

- Ditimbang sebanyak 1 gram


- Ditimbang sebanyak 10 gram - Dimasukkan ke dalam tabung reak
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi minyak
Dicampurkan

Campuran minyak sawit + asam stearat

- Dipanaskan sampai suhu 70°C sampai seluruh asam


stearat mencair
- Dibiarkan sampai suhu 50°C
- Ditambahkan larutan NaOH dan aduk terus.
- Ditambahkan 12 gram alkohol
- Ditambahkan 4 gram gliserin
- Dipanaskan dan aduk hingga terbentuk larutan jernih
(biarkan campuran agak dingin)
- Ditambahkan 1 mL minyak zaitun
- Ditambahkan pewarna dan parfum atau minyak wangi
- Dituangkan ke dalam cetakan sebelum campuran
memadat.
Sabun padat

13 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

2. Sifat Emulsi Sabun

3 mL aquades + 5 tetes minyak

- Dimasukkan ke dalam dua


tabung reaksi

Tabung 1 Tabung 2

- Ditambahkan 2 mL larutan sabun (yang - Dikocok kuat-kuat untuk


dibuat dengan melarutkan 0,1-0,2 gram mendapatkan emulsi
sabun hasil buatan diatas dalam 6-8 mL air - Diamkan tabung reaksi
panas) - Diamati pemisahan lapisan minyak
- Dikocok kuat-kuat untuk mendapatkan yang terjadi
emulsi - Dicatat waktu yang diperlukan untuk
- Diamkan terjadinya pemisahan lapisan minyak
- Diamati pemisahan lapisan minyak yang dan air
terjadi
- Dicatat waktu yang diperlukan untuk Waktu
terjadinya pemisahan lapisan minyak dan
air
Waktu

3. Bilangan Asam

Sampel minyak

- Ditimbang dengan teliti seberat 5-10 gram di dalam Erlenmeyer


- Ditambahkan 25 mL etanol dan 5 tetes indikator fenolftalein (PP)
- Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N
- Diulangi sebanyak tiga kali (triplo)

Waktu

14 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

4. Bilangan Penyabunan

Sampel minyak

- Ditimbang sebesar 2 gram


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Dimasukkan 25 mL KOH
alkoholik 0,5 N
Campuran

- Direfluks selama 30 menit


- Didinginkan

Kelebihan KOH

- Dititrasi dengan larutan standar


HCl 0,5 N
- Ditambahkan indikator pp
- Dilakukan pengulangan 3 kali
- Dihitung
Bilangan penyabunan

15 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

VIII. DATA PENGAMATAN


No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Pembuatan Sabun Sebelum : Dalam percobaan
1.  Padatan NaOH berwarna  NaOH(s) + H2O(l) ini terbentuk
Padatan NaOH
putih NaOH(aq) larutan NaOH
 Asam Stearat = serbuk dengan konsentrasi
- Ditimbang 1,4 gram berwarna putih 0,1155 M
- Dilarutkan dalam 3,3 mL air
- Dibiarkan dan diaduk hingga  Gliserin = cair,tidak
+ NaOH(aq) Reaksi yang terjadi
larutan NaOH hangat berwarna
 Etanol = tidak berwarna adalah reaksi
 Minyak zaitun = cair, saponifikasi dengan
Larutan NaOH tidak berwarna hasil samping
 Perwarna = merah berupa gliserol
a. Minyak Sawit
 Minyak sawit = bewarna
Minyak sawit Asam Stearat + 3NaCOOR
kuning
 Larutan NaOH = tidak
- Ditimbang - Ditimbang sebanyak berwarna
sebanyak 10 gram 10 gram
- Dimasukkan - Dimasukkan
kedalam tabung ketabung reaksi
reaksi yang berisi minyak

Campuran minyak + Asam Stearat

16 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Setelah :
Campuran minyak + Asam Stearat  Larutan NaOH tidak
berwarna dengan timbul
- Dipanaskan hingga suhu 70oC sampai seluruh panas
asam stearat mencair
 As.Stearat + Minyak
- Dibiarkan sampai suhu 50oC
- Ditambah larutan NaOH dan aduk terus sawit = larutan berwarna
- Ditambah 12 gram alkohol kuning ada butiran
- Ditambahkan 4 gram alkohol stearat
- Dipanaskan dan aduk hingga terbentuk larutan  Dipanaskan = larutan
jernih (biarkan campuran agak dingin) berwarna kuning muda
- Ditambahkan 1 mL minyak zaitun
 Minyak sawit +
- Ditambahkan 1 tetes perwarna
- Ditambahkan 15 tetes parfum As.Stearat + larutan
- Dituangkan kedalam cetakan sebelum NaOH + alkohol +
campuran memadat gliserin = gumpalan
berwarna kuning
Sabun  Dipanaskan = larutan
berwarna kuning muda
dan jernih
 Ditambah zaitun +
perwarna + parfum =
larutan berwarna merah
dan berbau harum

17 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


a. Minyak Kelapa Sebelum :
Minyak Curah Asam Stearat  Asam stearat = serbuk
berwarna putih
- Ditimbang - Ditimbang sebanyak  Gliserin = cair, tidak
sebanyak 10 gram 10 gram berwarna
- Dimasukkan - Dimasukkan  Etanol = tidak berwarna
kedalam tabung ketabung reaksi
 Minyak zaitun = cair,
reaksi yang berisi minyak
tidak berwarna
 Perwarna = kuning
Campuran minyak + Asam Stearat  Parfum = mawar
 Minyak kelapa = tak
o
- Dipanaskan hingga suhu 70 C sampai seluruh berwarna
asam stearat mencair  Larutan NaOH = tidak
- Dibiarkan sampai suhu 50oC
berwarna
- Ditambah larutan NaOH dan aduk terus
- Ditambah 12 gram alkohol Setelah :
- Ditambahkan 4 gram alkohol  As.Sterat + Minyak
- Dipanaskan dan aduk hingga terbentuk larutan kelapa = larutan tidak
jernih (biarkan campuran agak dingin) berwarna ada butiran
- Ditambahkan 1 mL minyak zaitun asam stearat
- Ditambahkan 1 tetes perwarna
 Dipanaskan = larutan
- Ditambahkan 15 tetes parfum
- Dituangkan kedalam cetakan sebelum tidak berwarna, asam
campuran memadat stearat larut
 As.Sterat + larutan
Sabun
NaOH + Gliserin +
alkohol = terbentuk

18 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

b. Minyak Curah gumpalan (gel)


 Dipanaskan = larutan
Minyak curah Asam Stearat menjadi tidak berwarna
dan jernih
- Ditimbang - Ditimbang sebanyak
 Ditambah zaitun +
sebanyak 10 gram 10 gram
- Dimasukkan perwarna + parfum =
- Dimasukkan
kedalam tabung ketabung reaksi larutan berwarna kuning
reaksi yang berisi minyak dan harum
Sebelum :
 Asam stearat = serbuk
Campuran minyak + Asam Stearat berwarna putih
 Gliserin = cair, tidak
- Dipanaskan hingga suhu 70oC sampai seluruh
berwarna
asam stearat mencair
- Dibiarkan sampai suhu 50oC  Etanol = tidak
- Ditambah larutan NaOH dan aduk terus berwarna
- Ditambah 12 gram alkohol  Minyak zaitun = cair,
- Ditambahkan 4 gram alkohol tidak berwarna
- Dipanaskan dan aduk hingga terbentuk larutan
 Perwarna =hijau
jernih (biarkan campuran agak dingin)
- Ditambahkan 1 mL minyak zaitun  Parfum = mawar
- Ditambahkan 1 tetes perwarna  Minyak kelapa = tak
- Ditambahkan 15 tetes parfum berwarna
- Dituangkan kedalam cetakan sebelum  Larutan NaOH = tidak
campuran memadat berwarna
Sabun Setelah :
 As.Sterat + Minyak
kelapa = larutan tidak

19 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

berwarna ada butiran


asam stearat
 Dipanaskan = larutan
berwarna kuning muda,
asam stearat larut
 As.Sterat + larutan
NaOH + Gliserin +
alkohol = terbentuk
gumpalan (gel)
 Dipanaskan = larutan
menjadi warna kuning
muda
 Ditambah zaitun +
perwarna + parfum =
larutan berwarnahijau
dan berbau harum

20 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan


2. SIFAT EMULSI SABUN Sebelum : Sabun minyak kelapa memiliki Waktu yang
a. Minyak Kelapa  Aquades = tidak daya mengemulsi paling baik diperlukan untuk
berwarna membuat emulsi
Sifat pengemulsi memperlambat
 Minyak kelapa = tidak terbentuknya lapisan minyak dan
minyak kelapa >
berwarna larutan minyak sawit >
- Setelah : minyak curah
 Aquades + Minyak
kelapa = larutan tidak Semakin lama
Tabung 2 bercampur waktu yang
 Aquades + Minyak diperlukan untuk
- Ditambahkan 2 mL - Dikocok kuat-kuat membuat emulsi
kelapa + larutan sabun
larutan sabun (yang untuk maka semakin baik
dibuat dengan + dikocok =
mendapatkan kualitas minyak
melarutkan 0,1-0,2 emulsi menghasilkan larutan
gram sabun hasil berwarna (warna dari tersebut
- Didiamkan tabung
buatan pada reaksi sabun yang digunakan)
percobaan 1 dalam - Diamati lapisan  Waktu yang diperoleh
6-8 mL air panas) minyak yang pada tabung 1 = 1
- Dikocok kuat-kuat terjadi
untuk mendapatkan menit 30 detik
- Dicatat waktu
emulsi yang diperlukan  Waktu yang diperoleh
- Didiamkan untuk terjadinya pada tabung 2 = 7 detik
- Diamati sampai pemisahan lapisan
terjadi pemisahan minyak
minyak
- Dicatat waktunya
Waktu Waktu

21 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


b. Minyak Sawit Sebelum :
 Aquades = tidak
1 mL aquades + 10 tetes minyak sawit
berwarna
- Dimasukkan kedalam
 Minyak kelapa =
dua tabung reaksi berwarna kuning
Sesudah :
 Aquades + Minyak
Tabung 1 Tabung 2 kelapa = larutan tidak
bercampur
- Ditambahkan 2 mL - Dikocok kuat-kuat  Aquades + Minyak
larutan sabun (yang untuk
dibuat dengan kelapa + larutan sabun
mendapatkan
melarutkan 0,1-0,2 + dikocok =
emulsi
gram sabun hasil - Didiamkan tabung menghasilkan larutan
buatan pada reaksi berwarna (warna dari
percobaan 1 dalam - Diamati lapisan sabun yang digunakan)
6-8 mL air panas) minyak yang timbul busa
- Dikocok kuat-kuat terjadi
untuk mendapatkan  Waktu yang diperoleh
- Dicatat waktu
emulsi pada tabung 1 = 54
yang diperlukan
- Didiamkan untuk terjadinya detik
- Diamati sampai pemisahan lapisan  Waktu yang diperoleh
terjadi pemisahan minyak pada tabung 2 = 5 detik
minyak
- Dicatat waktunya
Waktu Waktu

22 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


c. Minyak Curah Sebelum :
 Aquades = tidak
1 mL aquades + 10 tetes minyak curah berwarna
 Minyak kelapa =
- Dimasukkan kedalam berwarna kuning
dua tabung reaksi Setelah :
 Aquades + Minyak
kelapa = larutan tidak
Tabung 1 Tabung 2 bercampur
- Ditambahkan 2 mL  Aquades + Minyak
- Dikocok kuat-kuat
larutan sabun (yang kelapa + larutan sabun
untuk
dibuat dengan mendapatkan + dikocok =
melarutkan 0,1-0,2 emulsi menghasilkan larutan
gram sabun hasil - Didiamkan tabung berwarna (warna dari
buatan pada reaksi sabun yang digunakan)
percobaan 1 dalam - Diamati lapisan  Waktu yang diperoleh
6-8 mL air panas) minyak yang
- Dikocok kuat-kuat pada tabung 1 = 38
terjadi
untuk mendapatkan - Dicatat waktu detik
emulsi yang diperlukan  Waktu yang diperoleh
- Didiamkan untuk terjadinya pada tabung 2 = 2 detik
- Diamati sampai pemisahan lapisan
terjadi pemisahan minyak
minyak
- Dicatat waktunya
Waktu Waktu

23 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


3. BILANGAN ASAM Sebelum : Bilangan asam
a. Minyak Curah  Minyak Curah = minyak curah >
berwarna kuning minyak sawit >
Sampel Minyak Curah  Etanol = tidak minyak kelapa
- Ditimbang dengan teliti sebesar 10 gram berwarna Semakin tinggi
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer  Indikator PP = tidak angka asam,
- Ditambahkan 25 mL etanol dan 5 tetes berwarna semakin rendah
inidikator PP  Larutan KOH = tidak kualitas
- Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 (Andry,2008)
berwarna
N Kulitas Minyak
- Diamati perubahan warna Sesudah :
 Minyak Curah + etanol Minyak kelapa >
= larutan berwarna minyak sawit >
Hasil
kuning minyak curah
 Minyak curah + etanol
+ indicator PP = larutan
berwarna kuning
 Minyak Curah + etanol
+ indicator PP dititrasi
dengan KOH = larutan
berwarna soft pink
 Volume KOH = 1,1 mL
Bilangan Asam minyak
curah 0,616

24 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


b. Minyak Sawit Sebelum :
 Minyak sawit =
Sampel Minyak Sawit berwarna kuning muda
 Etanol = tidak
- Ditimbang dengan teliti sebesar 10 gram berwarna
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer  Indikator PP = tidak
- Ditambahkan 25 mL etanol dan 5 tetes berwarna
inidikator PP  Larutan KOH = tidak
- Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 berwarna
N Sesudah :
- Diamati perubahan warna
 Minyak Sawit + etanol
= larutan berwarna
Hasil
kuning muda
 Minyak sawit + etanol
+ indicator PP = larutan
berwarna kuning muda
 Minyak Sawit + etanol
+ indicator PP dititrasi
dengan KOH = larutan
berwarna soft pink
 Volume KOH = 1 mL
Bilangan Asam minyak
sawit 0,56

25 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


c. Minyak Kelapa Sebelum :
 Minyak kelapa = tidak
Sampel Minyak Kelapa berwarna
- Ditimbang dengan teliti sebesar 10 gram  Etanol = tidak
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer berwarna
- Ditambahkan 25 mL etanol dan 5 tetes  Indikator PP = tidak
inidikator PP berwarna
- Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1
 Larutan KOH = tidak
N
- Diamati perubahan warna berwarna
Sesudah :
Hasil  Minyak kelapa + etanol
= larutan tidak
berwarna
 Minyak kelapa + etanol
+ indicator PP = larutan
tidak berwarna
 Minyak kelapa + etanol
+ indicator PP dititrasi
dengan KOH = larutan
berwarna soft pink
 Volume KOH = 0,9 mL
Bilangan Asam minyak
kelapa 0,504

26 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


4. BILANGAN PENYABUNAN Sebelum : KOH(aq) + C17H33COOH (aq) Dari percobaan ini
a. Minyak Curah  Mnyak curah = C17H33COOK(aq) + H2O(l) diperoleh bilangan
berwarna kuning penyabunan
Sampel minyak curah  KOH alkoholik = tidak minyak kelapa >
berwarna minyak sawit >
- Ditimbang dengan teliti sebanyak 2 gram  Larutan HCl = tidak minyak curah
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer berwarna Semakin tinggi
- Ditambahkan 25 mK KOH alkoholik 0,5 N Setelah : bilangan
- Direfluks selama 30 menit
 Minyak curah + KOH penyabunan, maka
- Ditunggu dan diamati sampai hangat semakin baik
alkoholik = larutan
berwarna kuning kualitas minyaknya
 Setelah direfluks =
larutan berwarna
kuning muda
Residu Filtrat  Filtrat ditambah 2 tetes
indicator PP = larutan
- Ditambahkan 2 tetes berwarna jingga
indikator PP
 Filtrat + indicator PP
- Dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,5 N dititrasi dengan HCl
0,5 N = berwarna
kuning muda
 Volume HCl yang
Hasil
diperoleh 13,1 mL
 Bilangan penyabunan =
166,40 mg/gram

27 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


b. Minyak Sawit Sebelum :
 Mnyak sawit =
Sampel minyak sawit berwarna kuning muda
 KOH alkoholik = tidak
- Ditimbang dengan teliti sebanyak 2 gram berwarna
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer  Larutan HCl = tidak
- Ditambahkan 25 mK KOH alkoholik 0,5 N berwarna
- Direfluks selama 30 menit
Setelah :
- Ditunggu dan diamati sampai hangat
 Minyak sawit + KOH
alkoholik = larutan
berwarna kuning muda
 Setelah direfluks =
larutan berwarna
Residu Filtrat kuning muda
 Filtrat ditambah 2 tetes
- Ditambahkan 2 tetes indicator PP = larutan
indikator PP
berwarna jingga
- Dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,5 N  Filtrat + indicator PP
dititrasi dengan HCl
0,5 N = berwarna
kuning muda
Hasil  Volume HCl yang
diperoleh 12,8 mL
Bilangan penyabunan =
170,70 mg/gram

28 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


c. Minyak Kelapa Sebelum :
 Mnyak kelapa =
Sampel minyak kelapa
larutan tidak berwarna
 KOH alkoholik = tidak
- Ditimbang dengan teliti sebanyak 2 gram berwarna
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 25 mK KOH alkoholik 0,5 N  Larutan HCl = tidak
- Direfluks selama 30 menit berwarna
- Ditunggu dan diamati sampai hangat Setelah :
 Minyak kelapa + KOH
alkoholik = larutan
tidak berwarna
 Setelah direfluks =
larutan berwarna
Residu Filtrat
kuning muda
 Filtrat ditambah 2 tetes
- Ditambahkan 2 tetes
indikator PP indicator PP = larutan
- Dititrasi dengan larutan berwarna jingga
standar HCl 0,5 N  Filtrat + indicator PP
dititrasi dengan HCl
0,5 N = berwarna
Hasil kuning muda
 Volume HCl yang
diperoleh 2,1 mL
Bilangan penyabunan =
320,42 mg/gram

29 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak. Sabun
adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali. Hasil penyabunan
tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol,dan sisa alkali atau asam
lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali (Fessenden&Fessenden, 1982).
1. Pembuatan Sabun
Percobaan ini bertujuan untuk membuat sabun dengan langkah kerja
yang benar, selanjutnya dapat menentukan persamaan reaksi pada proses
pembuatan sabun. Dalam percobaan ini diperlukan 3 macam minyak
yaitu, minyak kelapa (barco), minyak Sawit, dan minyak curah.
a) Pembuatan Sabun Menggunakan Minyak Sawit
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat sabun
dengan minyak sawit yaitu menimbang terlebih dahulu minyak sawit
sebesar 10 gram. Setelah itu, 10 gram minyak sawit dimasukkan ke
dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan 1 gram asam stearat yang
berupa butiran kecil berwarna putih, sehingga dihasilkan campuran
minyak sawit dan butiran asam stearat yang tidak larut. Tujuan
penambahan asam stearat ke dalam minyak sawit yaitu untuk
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa saat sabun berhasil
diproduksi
Campuran minyak sawit dan asam stearat kemudian dipanaskan
hingga suhu 700C sambil diaduk sampai asam stearat larut sempurna dan
dihasilkan larutan berwarna kuning jernih. Suhu yang digunakan saat
pemanasan tidak boleh terlalu panas karena dengan suhu yang terlau
panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi
coklat, hal ini berhubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai
untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang
disebabkan oleh autooksidasi. Setelah suhu mencapai 700C gelas kimia
diangkat dan ditunggu hingga suhu turun menjadi 500C. Bersaamaan
dengan menunggu suhu larutan turun, disiapkan larutan NaOH. Larutan
NaOH dengan cara melarutkan 1,4 gram padatan NaOH dalam 3,3 mL
aquades dan ditunggu hingga hangat.

30 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Saat suhu sudah 500C maka langkah selanjutnya yaitu


menambahkan larutan NaOH hangat dan diaduk terus. Penambahan
NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa
dan NaOH bereaksi dengan ester pada minyak sawit membentuk garam.
Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat,
tetapi jika digunakan basa KOH maka akan diperoleh sabun yang lunak
(cair). Kemudian ditambahkan dengan 12 mL etanol dan 4 gram
gliserin, sehingga dihasilkan gumpalan putih dan sedikit larutan kuning.
Setelah itu, dipanaskan kembali dan sambil diaduk terus hingga
dihasilkan larutan jernih. Fungsi penambahan alcohol yaitu sebagai
pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang
mudah larut dalam air dan lemak. Sedangkan gliserin berfungsi sebagai
pelembab kulit.
Setelah larutan jernih, langkah selanjutnya yaitu ditunggu hingga
hangat kemudian ditambahkan 1 mL minyak zaitun, 1 tetes pewarna
merah dan bibit parfum secukupnya. Fungsi penambahan minyak zaitun
untuk zat pengaktif dan melembabkan kulit. Selanjutnya dituangkan
dalam cetakan sebelum campuran memadat. Sabun yang dihasilkan
berwarna merah sesuai pewarna yang digunakan dengan bau harum dari
bibit parfum. Sisa sabun pada gelas kimia tidak langsung dicuci
melainkan untuk percobaan sifat emulsi sabun.
Dengan persamaan reaksi:

b) Pembuatan Sabun Menggunakan Minyak Kelapa


Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat sabun
dengan minyak kelapa yaitu menimbang terlebih dahulu minyak kelapa
sebesar 10 gram. Setelah itu, 10 gram minyak kelapa dimasukkan ke

31 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan 1 gram asam stearat yang
berupa butiran kecil berwarna putih, sehingga dihasilkan campuran
minyak kelapa dan butiran asam stearat yang tidak larut. Tujuan
penambahan asam stearat ke dalam minyak kelapa yaitu untuk
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa saat sabun berhasil
diproduksi
Campuran minyak kelapa dan asam stearat kemudian dipanaskan
hingga suhu 700C sambil diaduk sampai asam stearat larut sempurna dan
dihasilkan larutan tidak berwarna . Suhu yang digunakan saat pemanasan
tidak boleh terlalu panas karena dengan suhu yang terlau panas akan
mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi coklat, hal
ini berhubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk
menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang disebabkan
oleh autooksidasi. Setelah suhu mencapai 700C gelas kimia diangkat
dan ditunggu hingga suhu turun menjadi 500C. Bersamaan dengan
menunggu suhu larutan turun, disiapkan larutan NaOH. Larutan NaOH
dengan cara melarutkan 1,4 gram padatan NaOH dalam 3,3 mL aquades
dan ditunggu hingga hangat.
Saat suhu sudah 500C maka langkah selanjutnya yaitu
menambahkan larutan NaOH hangat dan diaduk terus. Penambahan
NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa
dan NaOH bereaksi dengan ester pada minyak kelapa membentuk
garam. Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang
padat, tetapi jika digunakan basa KOH maka akan diperoleh sabun yang
lunak (cair). Kemudian ditambahkan dengan 12 mL etanol dan 4 gram
gliserin, sehingga dihasilkan gumpalan putih dan sedikit larutan tak
berwarna. Setelah itu, dipanaskan kembali dan sambil diaduk terus
hingga dihasilkan larutan jernih. Fungsi penambahan alcohol yaitu
sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak. Sedangkan gliserin berfungsi
sebagai pelembab kulit.

32 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Setelah larutan jernih, langkah selanjutnya yaitu ditunggu hingga


hangat kemudian ditambahkan 1 mL minyak zaitun, 1 tetes pewarna
kuning dan bibit parfum secukupnya. Fungsi penambahan minyak
zaitun untuk zat pengaktif dan melembabkan kulit. Selanjutnya
dituangkan dalam cetakan sebelum campuran memadat. Sabun yang
dihasilkan berwarna merah sesuai pewarna yang digunakan dengan bau
harum dari bibit parfum. Sisa sabun pada gelas kimia tidak langsung
dicuci melainkan untuk percobaan sifat emulsi sabun.
Dengan persamaan reaksi:

c) Pembuatan Sabun Menggunakan Minyak Curah


Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat sabun
dengan minyak curah yaitu menimbang terlebih dahulu minyak curah
sebesar 10 gram. Setelah itu, 10 gram minyak curah dimasukkan ke
dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan 1 gram asam stearat yang
berupa butiran kecil berwarna putih, sehingga dihasilkan campuran
minyak curah dan butiran asam stearat yang tidak larut. Tujuan
penambahan asam stearat ke dalam minyak curah yaitu untuk
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa saat sabun berhasil
diproduksi
Campuran minyak curah dan asam stearat kemudian dipanaskan
hingga suhu 700C sambil diaduk sampai asam stearat larut sempurna dan
dihasilkan larutan berwarna kuning jernih. Suhu yang digunakan saat
pemanasan tidak boleh terlalu panas karena dengan suhu yang terlau
panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi
coklat, hal ini berhubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai

33 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang


disebabkan oleh autooksidasi. Setelah suhu mencapai 700C gelas kimia
diangkat dan ditunggu hingga suhu turun menjadi 500C. Bersaamaan
dengan menunggu suhu larutan turun, disiapkan larutan NaOH. Larutan
NaOH dengan cara melarutkan 1,4 gram padatan NaOH dalam 3,3 mL
aquades dan ditunggu hingga hangat.
Saat suhu sudah 500C maka langkah selanjutnya yaitu
menambahkan larutan NaOH hangat dan diaduk terus. Penambahan
NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa
dan NaOH bereaksi dengan ester pada minyak curah membentuk garam.
Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat,
tetapi jika digunakan basa KOH maka akan diperoleh sabun yang lunak
(cair). Kemudian ditambahkan dengan 12 mL etanol dan 4 gram
gliserin, sehingga dihasilkan gumpalan putih dan sedikit larutan kuning.
Setelah itu, dipanaskan kembali dan sambil diaduk terus hingga
dihasilkan larutan jernih. Fungsi penambahan alcohol yaitu sebagai
pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang
mudah larut dalam air dan lemak. Sedangkan gliserin berfungsi sebagai
pelembab kulit.
Setelah larutan jernih, langkah selanjutnya yaitu ditunggu hingga
hangat kemudian ditambahkan 1 mL minyak zaitun, 1 tetes pewarna
hijau dan bibit parfum secukupnya. Fungsi penambahan minyak zaitun
untuk zat pengaktif dan melembabkan kulit. Selanjutnya dituangkan
dalam cetakan sebelum campuran memadat. Sabun yang dihasilkan
berwarna merah sesuai pewarna yang digunkanan dengan bau harum
dari bibit parfum. Sisa sabun pada gelas kimia tidak langsung dicuci
melainkan untuk percobaan sifat emulsi sabun.
Dengan persamaan reaksi:

34 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

2. Sifat Emulsi Sabun


Percobaan ini bertujuan untuk membuat emulsi sabun dan
mengidentifikasi proses pembentukan emulsi ais sabun dengan minyak.
Sabun merupakan bahan surfaktan, bahan ini dapat mengurangi tegangan
antar muka permukaan larutan. Dengan adanya sifat ini proses
pembentukan busa atau sifat emulsi akan meningkat (Anwar, dkk. 1994).
a) Sifat Emulsi Sabun Menggunakan Minyak Sawit
Tabung Reaksi 1
Percobaan sifat emulsi sabun dilakukan dengan memasukkan 1 mL
aquades tidak berwarna kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
dengan 10 tetes minyak sawit. Kemudian ditambahkan dengan 2 mL
larutan sabun sawit. Larutan sabun dibuat dengan cara melarutkan sisa
sabun pada gelas kimia pembuatan sabun sebanyak 1-2 gram dengan 6
mL aquades.
Tabung 2
Percobaan sifat emulsi sabun dilakukan dengan memasukkan 1 mL
aquades tidak berwarna kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
dengan 10 tetes minyak sawit.
Kemudian tabung reaksi 1 dan tabung reaksi 2 dikocok kuat-kuat
secara bersamaan . Pengocokan dikakukan agar menghasilkan emulsi.
Saat pengocokan dihentikan maka dihitung waktu pemisahan lapisan
dengan menggunakan Stopwatch.
Diperoleh waktu yang diperlukan untuk lapisan terpisah sebagai
berikut:
Minyak Sawit

35 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Lapisan atas
minyak
sawit
berwarna
merah muda
keruh
terdapat
Tabung reaksi 1 Waktu: 54 detik
busa.,
sedangkan
lapisan
bawah
adalah
lapisan
sabun.
Lapisan atas
minyak
sawit yang
berwarna
kuning
Tabung reaksi 2 Waktu: 5 detik
muda,
sedangkan
lapisan
bawah
adalah air.

b) Sifat Emulsi Sabun Menggunakan Minyak Kelapa


Tabung Reaksi 1
Percobaan sifat emulsi sabun dilakukan dengan memasukkan 1 mL
aquades tidak berwarna kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
dengan 10 tetes minyak kelapa. Kemudian ditambahkan dengan 2 mL
larutan sabun kelapa. Larutan sabun dibuat dengan cara melarutkan sisa
sabun pada gelas kimia pembuatan sabun sebanyak 1-2 gram dengan 6
mL aquades.
Tabung 2
Percobaan sifat emulsi sabun dilakukan dengan memasukkan 1 mL
aquades tidak berwarna kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
dengan 10 tetes minyak kelapa tidak berwarna.

36 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Kemudian tabung reaksi 1 dan tabung reaksi 2 dikocok kuat-kuat


secara bersamaan . Pengocokan dikakukan agar menghasilkan emulsi.
Saat pengocokan dihentikan maka dihitung waktu pemisahan lapisan
dengan menggunakan Stopwatch.
Diperoleh waktu yang diperlukan untuk lapisan terpisah sebagai
berikut:
Minyak Kelapa
Lapisan atas
minyak
kelapa
berwarna
kuning
muda keruh
Waktu: 1 menit terdapat
Tabung reaksi 1
31 detik busa.,
sedangkan
lapisan
bawah
adalah
lapisan
sabun.
Lapisan atas
minyak
kelapa yang
berwarna
kuning
Tabung reaksi 2 Waktu: 7 detik
muda,
sedangkan
lapisan
bawah
adalah air.

c) Sifat Emulsi Sabun Menggunakan Minyak Curah


Tabung Reaksi 1
Percobaan sifat emulsi sabun dilakukan dengan memasukkan 1 mL
aquades tidak berwarna kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
dengan 10 tetes minyak curah. Kemudian ditambahkan dengan 2 mL
larutan sabun curah. Larutan sabun dibuat dengan cara melarutkan sisa
sabun pada gelas kimia pembuatan sabun sebanyak 1-2 gram dengan 6
mL aquades.
Tabung 2

37 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Percobaan sifat emulsi sabun dilakukan dengan memasukkan 1 mL


aquades tidak berwarna kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
dengan 10 tetes minyak curah berwarna kuning.
Kemudian tabung reaksi 1 dan tabung reaksi 2 dikocok kuat-kuat
secara bersamaan . Pengocokan dikakukan agar menghasilkan emulsi.
Saat pengocokan dihentikan maka dihitung waktu pemisahan lapisan
dengan menggunakan Stopwatch.
Diperoleh waktu yang diperlukan untuk lapisan terpisah sebagai
berikut:
Minyak Curah
Lapisan atas
minyak curah
berwarna hijau
muda keruh
Tabung reaksi 1 Waktu: 38 detik
terdapat busa.,
sedangkan lapisan
bawah adalah
lapisan sabun.
Lapisan atas
minyak curah yang
berwarna kuning
Tabung reaksi 2 Waktu: 2 detik
muda, sedangkan
lapisan bawah
adalah air.
Dari percobaan sifat emulsi sabun ini didapatkan data dimana waktu
yang diperlukan untuk membuat emulsi dengan penambahan larutan
sabun yaitu: Minyak kelapa > minyak Sawit > Minyak Curah. Semakin
lama waktu yang diperlukan untuk membuat emulsi, maka semakin baik
kualitas minyaknya.

1. Bilangan Asam

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi bilangan


asam(asam lemak) yang terdapat pada minyak curah, minyak sawit dan
minyak kelapa yang dititrasi dengan KO standar. Bilangan asam
merupakan salah satu ukuran kualitas minyak atau lemak. Secara fisik
dapat dibedakan kualitasnya antara minyak curah, minyak sawit, dan
minyak kelapa :

38 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

 Minyak curah berwarna kuning keruh, hal ini menandakan bahwa


penyaringannya sangat kurang sehingga kualitasnya rendah.
 Minyak sawit berwarna kuning jernih, hal ini menandakan bahwa
penyaringannya lebih banyak dan lebih baik daripada minyak curah,
sehingga kualitasnya leih baik dari minyak curah.
 Minyak kelapa tidak berwarna, hal ini menandakan bahwa
penyaringannya lebih banyak dan lebih baik daripada minyak sawit,
sehingga kualitasnya leih baik dari minyak sawit.

Bilangan asam suatu minyak atau lemak adalah bilangan yang


menyatakan banyaknya miligram KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan asam dapat ditentukan dengan rumus :

𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚 =
𝑊
a) Bilangan asam pada minyak curah
Pada percobaan ini, langkah awal yang dilakukan adalah
menyiapkan 10 gram minyak curah berwarna kuning keruh dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 mL etanol
(larutan tidak berwarna) sehingga menghasilkan larutan tetap berwarna
kuning keruh. Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut pada minyak
agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Kemudian ditambahkan 5 tetes
indikator PP(tidak berwarna) ke dalam erlenmeyer. Indikator PP
berfungsi sebagai indikator mengubah warna larutan menjadi merah
mudah saat mencapai titik akhir titrasi. Kemudian di titrasi dengan
larutan standar KOH (larutan tidak berwarna) 0,1 N dan terbentuk
campuran minyak dan larutan berwarna soft pink yang terpisah.
Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut :
KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)

Volume KOH yang diperlukan sebesar 1,1 mL. Melalui perhitungan


didapatkan bilangan asam minyak curah sebesar 0,616.

39 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

b) Bilangan asam pada minyak sawit


Pada percobaan ini, langkah awal yang dilakukan adalah
menyiapkan 10 gram minyak sawit berwarna kuning dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 mL etanol (larutan tidak
berwarna) sehingga menghasilkan larutan tetap berwarna kuning.
Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut pada minyak agar dapat
bereaksi dengan basa alkali. Kemudian ditambahkan 5 tetes indikator
PP(tidak berwarna) ke dalam erlenmeyer dan menghasilkan larutan
kuning muda. Indikator PP berfungsi sebagai indikator mengubah warna
larutan menjadi merah mudah saat mencapai titik akhir titrasi. Kemudian
di titrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N dan terbentuk campuran
minyak dan larutan berwarna soft pink yang terpisah. Persamaan reaksi
yang terjadi sebagai berikut :
KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)
Volume KOH yang diperlukan sebesar 1 mL. Melalui perhitungan
didapatkan bilangan asam minyak curah sebesar 0,56.
c) Bilangan asam pada minyak kelapa
Pada percobaan ini, langkah awal yang dilakukan adalah
menyiapkan 10 gram minyak kelapa tidak berwarna dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 mL etanol (larutan tidak
berwarna) sehingga menghasilkan larutan tetap tidak berwarna.
Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut pada minyak agar dapat
bereaksi dengan basa alkali. Kemudian ditambahkan 5 tetes indikator
PP(tidak berwarna) ke dalam erlenmeyer. Indikator PP berfungsi sebagai
indikator mengubah warna larutan menjadi merah mudah saat mencapai
titik akhir titrasi. Kemudian di titrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N
dan terbentuk campuran minyak dan larutan berwarna soft pink yang
terpisah. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut :
KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)
Volume KOH yang diperlukan sebesar 0,9 mL. Melalui perhitungan
didapatkan bilangan asam minyak curah sebesar 0,504

40 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data


bilangan asam dari urutan terbesar ke terendah adalah :
minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa
Semakin rendah bilangan asam yang dimiliki minyak, maka
semakin tinggi kualitas minyak tersebut, begitupun sebaliknya, jika
bilangan asam semakin besar atau semakin tinggi, maka kualitas minyak
tersebut makin rendah. Sehingga diperoleh urutan kualitas sabun dari
yang terbesar adalah :
Sabun dari minyak kelapa > sabun dari minyak sawit > sabun dari
minyak curah
Hal ini disebabkan angka asam besar menunjukan asam lemak
bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena
proses pengolahan yang kurang baik. Sehingga kualitasnya kurang baik
pula.
2. Bilangan Penyabunan
Selain bilangan asam, kualitas minyak juga ditentukan dengan
bilangan penyabunan. Bilangan penyabunan suatu minyak atau lemak
adalah bilangan yang menyatakan jumlah miligram KOH yang
diperlukan untuk penyabunan secara sempurna 1 gram minyak atau
lemak. Bilangan penyabunan dapat ditentukan dengan rumus:
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 =
𝑊
Tujuan dari penentuan bilangan penyabunan pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui jumlah basa alkali yang digunakan dalam
pembuatan sabun sehingga pada produk tidak terdapat minyak yang
belum tersabunkan atau kelebihan basa alkali dalam jumlah banyak.

a) Bilangan Penyabunan Minyak Curah


Pada percobaan ini, langkah awal yang dilakukan adalah
memasukkan 2 gram minyak curah berwarna kuning keruh yang telah
ditimbang ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan KOH
alkoholik. Alkohol pada KOH berfungsi sebagai pelarut asam lemak
hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga

41 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

membentuk sabun. Kemudian campuran larutan direfluks selama 30


menit yang sebelumnya sudah diberi batu didih. Batu titih befungsi
untuk mengurangi panas dalam erlenmeyer agar elenmeyer tidak pecah.
Setelah 30 menit, refluks dihentikan dan larutan yang dihasilkan
berwarna kuning muda. Larutan didiamkan sampai dingin. Kemudian
larutan dengan kelebihan KOH dititrasi dengan larutan standart HCl 0,5
N dengan menggunakan indikator Fenolftalein. Indikator fenolftalein
berfungsi sebagai indikator mengubah warna larutan menjadi merah
mudah saat mencapai titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)
Volume HCl yang diperlukan sebesar 13,1 mL. Melalui perhitungan
diperoleh bilangan penyabunan minyak curah sebesar 166,40 mg/gram.
b) Bilangan Penyabunan Minyak Sawit

Pada percobaan ini, langkah awal yang dilakukan adalah


memasukkan 2 gram minyak sawit berwarna kuning yang telah
ditimbang ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan KOH
alkoholik. Alkohol pada KOH berfungsi sebagai pelarut asam lemak
hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga
membentuk sabun. Kemudian campuran larutan direfluks selama 30
menit yang sebelumnya sudah diberi batu didih. Batu titih befungsi
untuk mengurangi panas dalam erlenmeyer agar elenmeyer tidak pecah.
Setelah 30 menit, refluks dihentikan dan larutan yang dihasilkan
berwarna kuning muda. Larutan didiamkan sampai dingin. Kemudian
larutan dengan kelebihan KOH dititrasi dengan larutan standart HCl 0,5
N dengan menggunakan indikator Fenolftalein. Indikator fenolftalein
berfungsi sebagai indikator mengubah warna larutan menjadi merah
mudah saat mencapai titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)
Volume HCl yang diperlukan sebesar 12,8 mL. Melalui perhitungan
diperoleh bilangan penyabunan minyak curah sebesar 170,70 mg/gram.

42 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

c) Bilangan Penyabunan Minyak Kelapa


Pada percobaan ini, langkah awal yang dilakukan adalah
memasukkan 2 gram minyak curah tidak berwarna yang telah ditimbang
ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan KOH alkoholik.
Alkohol pada KOH berfungsi sebagai pelarut asam lemak hasil hidrolisa
agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun.
Kemudian campuran larutan direfluks selama 30 menit yang sebelumnya
sudah diberi batu didih. Batu titih befungsi untuk mengurangi panas
dalam erlenmeyer agar elenmeyer tidak pecah. Setelah 30 menit, refluks
dihentikan dan larutan yang dihasilkan berwarna peach muda . Larutan
didiamkan sampai dingin. Kemudian larutan dengan kelebihan KOH
dititrasi dengan larutan standart HCl 0,5 N dengan menggunakan
indikator Fenolftalein. Indikator fenolftalein berfungsi sebagai indikator
mengubah warna larutan menjadi merah mudah saat mencapai titik akhir
titrasi. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)
Volume HCl yang diperlukan sebesar 2,1 mL. Melalui perhitungan
diperoleh bilangan penyabunan minyak curah sebesar 320,24 mg/gram.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data


bilangan penyabunan urutan terbesar ke terendah adalah :
minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah
Semakin besar bilangan penyabunan yang dimiliki minyak, maka
semakin tinggi kualitas minyak tersebut. Begitupun sebaliknya, jika
bilangan penyabunan semakin kecil atau semakin rendah, maka kualitas
minyak tersebut makin rendah. Hal ini menunjukkan banyak molekul
darivminyak setiap gramnya yang mempunyai nilai berbanding lurus
dengan bilangan penyabunan atau berbanding terbalik dengan besar
molekulnya. Artinya, semakin besar molekul suatu minyak maka
bilangan penyabunan dan jumlah molekulnya semakin kecil.Sehingga
diperoleh urutan kualitas sabun dari yang terbesar adalah :

43 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Sabun dari minyak kelapa > sabun dari minyak sawit > sabun dari
minyak curah

X. KESIMPULAN
1. Sabun dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemak/ minyak dengan
suatu senyawa yang bersifat alkali misalnya NaOH atau KOH.
Didapatkan 3 jenis sabun yang masing-masing terbuat dari minyak
sawit, minyak kelapa, dan minyak curah, dimana sabun dari minyak
curah paling cepat memadat dan sabun dari minyak kelapa paling lama
memadat.
2. Lama waktu yang diperlukan untuk membuat emulsi yaitu , minyak
kelapa > minyak sawit > minyak curah. Semakin lama waktu yang
diperlukan untuk membuat emulsi, maka semakin baik kualitas minyak
3. Bilangan asam yang diperoleh dari urutan terbesar ke terkecil adalah
:minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa. sehingga dapat
disimpulkan kualitas minyak dari yang tertinggi adalah : minyak kelapa
>minyak sawit > minyak curah. Semakin besar bilangan asam, kualitas
minyak semakin rendah.
4. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data bilangan
penyabunan urutan terbesar ke terendah adalah : minyak kelapa >
minyak sawit > minyak curah. sehingga kualitas minyak dari tertinggi
adalah : minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah . Semakin
besar bilangan penyabunan yang dimiliki minyak, maka semakin tinggi
kualitas minyak tersebut.

44 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

XI. JAWABAN PERTANYAAN


1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur
kerja/diagramalir)?
Pembuatan sabun keras
Asam stearat
Padatan NaOH
- Ditimbang sebanyak 1 gram
- Ditimbang sebanyak 1,4 gram
- Dimasukkan kedalam 10 gram minyak
- Dilarutkan dalam 3,3, mL air
sawit
- Dibiarkan hingga larutan hangat
- Dipanaskan sampai suhu 70 0 C sampai
seluruh asam asetat mencair
- Dibiarkan hingga suhu turun sampai 500
C

- Kedua larutan dicampur dan diaduk rata


- Ditambahkan 12 gram alkohol
- Ditambahkan 4 gram gliserin
- Dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan jernih
- Dibiarkan agak hangat dan ditambah 1 mL minyak
zaitun
- Cairan dicetak sebelum memadat

Sabun padat

Pembuatan Sabun Lunak

Asam stearat
Padatan KOH
- Ditimbang sebanyak 1 gram
- Ditimbang sebanyak 1,4 gram
- Dimasukkan kedalam 10 gram
- Dilarutkan dalam 3,3, mL air
minyak sawit
- Dibiarkan hingga larutan hangat
- Dipanaskan sampai suhu 70 0 C
sampai seluruh asam asetat mencair
- Dibiarkan hingga suhu turun sampai
500 C
- Kedua larutan dicampur dan diaduk rata
- Ditambahkan 12 gram alkohol
- Ditambahkan 4 gram gliserin
- Dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan
jernih
- Dibiarkan agak hangat dan ditambah 1 mL minyak
zaitun
Sabun padat

45 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

2. Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun?


NaOH (s) + H2O (l) ---> NaOH (aq)

NaOH (aq) + C17H33COOH (aq) ---> C17H33COONa (aq) + H2O (l)

HIn (aq) + H2O (l) ---> H3O+ (aq) + In- (aq)

HCl (aq) + KOH (aq) ---> KCl (aq) + H2O (l)

KOH (aq) + C17H33COOH (aq) ---> C17H33COOK (aq) + H2O (l)

3. Bagaimana diagram alur untuk membuat emulsi sabun?


Sifat emulsi sabun

Sabun padat

- Ditimbang sebanyak 0,1 – 0,2 gram


- Dilarutkan dalam 6-8 mL air panas

Larutan sabun

Tabung 1 Tabung 2

3 mL aquades + 5 tetes minyak 3 mL aquades + 5 tetes minyak

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi I - Dimasukkan kedalam tabung reaksi II


- Ditambah 2mLlarutan sabun - Dikocok dan didiamkan
- Dikocok dan didiamkan - Diamati pemisahan lapisan minyak
- Diamati pemisahan lapisan minyak - Dicatat waktu yang diperlukan untuk
- Dicatat waktu yang diperlukan untuk terbentuk lapisan minyak dan air
terbentuk lapisan minyak dan air

Waktu Waktu

46 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun?


Emulsi adalah dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang
keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang
stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau
emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan
antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan
oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun
air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebgai
akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi
kemungkinan bersatunya burtir-butir minyak satu sama lainnya.
Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau garam
empedu. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur,
tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang
berbeda.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media
pendispersi yang juga dikenal dengan continous phase, yang biasanya
terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi
menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi dalam air. Senyawa
ini molekul-molekulnya mempunyai afinitas terdapat kedua cairan
tersebut. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap
kedua cairan itu. Emulsi temporer terjadi bila minyak dan air saja
dikocok bersamasama, akan berbentuk butir-butir lemak dan
terbentuklah suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan partikel-partikel
minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-
molekul air. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi
sebelum waktu pemakaian. Berbeda dengan emulsi sementara, emulsi
yang mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan ketiga yang
mampu membentuk sebuah selaput (filen) disekeliling butiran yang
terdispersi, sehingga mencegah bersatunya kembali butir-butir
tersebut. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk bahan ketiga
diantaranya adalah emulsifier, stabilizer atau emulsifying agent.
Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah

47 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

kuning telur, telur utuh, gelatin, pasta kanji, kasein, albumin, atau
beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprica atau
mustard. French dressing yang biasanya tidak begitu stabil dibuat
menjadi lebih stabil dengan penambahan dalam banyak tepung
paprika yang dapat membentuk lapisan tipis disekeliling butir-butir
lemak yang terdispersi.
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Bila emulsifier
tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar). Maka
dapat lebih membatuk terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga
terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w).
Sebagai contoh adalah susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih larut
dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o).
Contohnya mentega dan
margarin. Cara kerja emulsifier dapat terilustrasikan bila butir-butir
lemak telah terpisah karena adanya tenaga mekanik (pengocokan),
maka butir-butir lemak yang terdispersi tersebut segera terselubungi
oleh selaput tipis emulsifier. Bagianmolekul emulsifier yang nonpolar
larut dalam lapisan luar butir-butir lemak. Sedangkan bagian yang
polar menghadap ke pelarut (air, continous phase). Molekul sabun
mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai
ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat
organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik
(suka air) dan larut dalam air.
Non polar: CH3(CH2)16 (larut dalam miyak, hidrofobik)
Polar : COONa+ larut dalam air, hidrofilik, memisahkan kotoran
polar)
Proses penghilangan kotoran :
Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan
teganganpermukaan

48 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan


mengikatmolekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena
antara molekulkotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.
Sedangkan bagian kepala molekul sabun di dalam air pada saat
pembilasanmenarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain
menjadi bersih

5. Buatlah rumusan masalahnya bila pembuatan sabun menggunakan


alkali NaOHdengan KOH dengan konsentrasi, prosedur praktikum dan
alat dan bahan yang sama !
Rumusan masalah :
Bagaimana pengaruh penambahan NaOH atau KOH terhadap tingkat
kekerasan sabun ?
Bagaimana pengaruh penambahan NaOH atau KOH terhadap waktu
yang diperlukan untuk sabun menjadi keras ?
6. Identifikasi variabel-variabel yang terlibat (variabel manipulasi,
respon, dan control)
Variabel manipulasi :
Jenis minyak goreng (minyak sawit, minyak kelapa dan minyak curah)
Variabel control :
Massa minyak goreng
Massa asam stearat, NaOH, gliserol, etanol, minyak zaitun, pewarna
dan pewangi
Suhu pemanasan
Variabel respon :
Waktu yang dibutuhkan sabun untuk menjadi keras
Aroma sabun
Tingkat kekerasan sabun
Bilangan asam
Bilangan penyabunan

49 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

7. Buatlah prosedur praktikumnya


PEMBUATAN SABUN

PadatanNaOH Asamstearat

- Ditimbang sebanyak 1,4 gram - Ditimbang sebanyak 1gram


- Dilarutkan dalam 3,3 ml air - Dimasukkan kedalam 10gram minyak sawit
- Ditunggu sampai hangat - Dipanaskan sampai suhu 700 C sampai
seluruh asam stearat mencair
- Dibiarkan sampai suhunya turun 500C

- Dicampur dan di aduk rata


- Ditambahkan 12gram etanol
- Ditambahkan 4gram gliserin
- Dipanaskan dan di aduk hingga terbentuk larutan jernih
- Dibiarkan hangat dan ditambah 1ml minyak zaitun
- Dimasukkan kedalam cetakan
- Ditunggu sampai keras
- Dituangkan
Sabunpadat

PadatanNaOH Asamstearat

- Ditimbang sebanyak 1,4 gram - Ditimbang sebanyak 1gram


- Dilarutkan dalam 3,3 ml air - Dimasukkan kedalam 10gram minyak curah
- Ditunggu sampai hangat - Dipanaskan sampai suhu 700 C sampai
seluruh asam stearat mencair
- Dibiarkan sampai suhunya turun 500C

- Dicampur dan di aduk rata


- Ditambahkan 12gram etanol
- Ditambahkan 4gram gliserin
- Dipanaskan dan di aduk hingga terbentuk larutan jernih
- Dibiarkan hangat dan ditambah 1ml minyak zaitun
- Dimasukkan kedalam cetakan
- Ditunggu sampai keras
- Dituangkan
Sabun padat

50 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PadatanNaOH Asamstearat

- Ditimbang sebanyak 1,4 gram - Ditimbang sebanyak 1gram


- Dilarutkan dalam 3,3 ml air - Dimasukkan kedalam 10gram minyak kelapa
- Ditunggu sampai hangat - Dipanaskan sampai suhu 700 C sampai
seluruh asam stearat mencair
- Dibiarkan sampai suhunya turun 500C

- Dicampur dan di aduk rata


- Ditambahkan 12gram etanol
- Ditambahkan 4gram gliserin
- Dipanaskan dan di aduk hingga terbentuk larutan jernih
- Dibiarkan hangat dan ditambah 1ml minyak zaitun
- Dimasukkan kedalam cetakan
- Ditunggu sampai keras
- Dituangkan
Sabun padat

SIFAT EMULSI SABUN

0,1-0,2 gram sabun

Dilarutkankedalam 6-8 ml air panas

Larutansabun

3 ml aquades + 5 tetesminyak 3 ml aquades + 5 tetes minyak

- Dimasukkan kedalam tabung - Dimasukkan kedalam tabungr


reaksi 1 eaksi 2
- Ditambahkan 2 ml larutansabun - Dikocokkuat-
- Dikocokkuat- kuatuntukmendapatkanemulsi
kuatuntukmendapatkanemulsi - Didiamkan
- Didiamkan - Diamati
- Diamati - Dicatatwaktu yang diperlukan
- Dicatatwaktu yang diperlukan Waktu yang
diperlukan

waktu

51 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Rumusan masalah : Bagaimana perbandingan kecepatan mendapatkan emulsi dari


percobaan
dengan menambahkan atau tidakmenambahkan larutan sabun?
Identifikasivariabel:
 Variabelcontrol : akuades, minyak
 Variabelmanipulasi : penambahan larutan sabun
 Variabelrespon : waktu yang diperlukan

Hipotesis : Diduga penambahan larutan sabun dapat mempercepat terbentuknya


emulsi.
BILANGAN ASAM

Minyak curah Larutan standar


KOH 0,1 N
- Ditimbangdengantelitisebanyak 5-10 gram - Dimasukkan ke dalam buret
- Dimasukkankedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan25 ml etanol K
- Dimasukkan 5 tetesindikatorfenolftalein

- Dititrasi
Hasilpengamatan

Larutan standar
Minyak kelapa
KOH 0,1 N
- Ditimbangdengantelitisebanyak 5-10 gram
- Dimasukkankedalam Erlenmeyer - Dimasukkan ke dalam buret
K
- Ditambahkan25 ml etanol
- Dimasukkan 5 tetesindikatorfenolftalein
-
- Dititrasi

Hasilpengamatan

52 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Minyak sawit Larutan standar


KOH 0,1 N
- Ditimbangdengantelitisebanyak 5-10 gram
- Dimasukkankedalam Erlenmeyer - Dimasukkan ke dalam buret
- Ditambahkan25 ml etanol
- Dimasukkan 5 tetesindikatorfenolftalein

- Dititrasi

Hasil pengamatan

BILANGAN PENYABUNAN

Minyak curah

- Ditimbangdengantelitisebanyak 1,5-2 gram


- Dimasukkankedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 25 ml KOH alkaholik 0,5N
- Direfluks selama 30 menit
- Ditunggu dan diamati sampai hangat

Residu Filtrat

- Ditambahkan dua tetes PP


- Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N

Hasilpengamatan

53 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Minyak skelapa

- Ditimbangdengantelitisebanyak 1,5-2 gram


- Dimasukkankedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 25 ml KOH alkaholik 0,5N
- Direfluks selama 30 menit
- Ditunggu dan diamati sampai hangat

Residu Filtrat

- Ditambahkan dua tetes PP


- Dititrasi dengan larutan standar
HCl 0,5 N
Hasil

Minyak sawit

- Ditimbangdengantelitisebanyak 1,5-2 gram


- Dimasukkankedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 25 ml KOH alkaholik 0,5N
- Direfluks selama 30 menit
- Ditunggu dan diamati sampai hangat
-

Residu Filtrat

- Ditambahkan dua tetes PP


- Dititrasi dengan larutan standar
HCl 0,5 N

Hasil pengamatan

54 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

XII. DAFTAR PUSTAKA


Agoes., G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan.
Bandung: ITB.
Anwar, Chairil, dkk,. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:
UGM press.
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra-
Hill Book Co: Singapura.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Bandung:
Erlangga.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Ketaren., S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Cetakan
Pertama. Jakarta: UI-Press.
Page, David. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Riawan. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Soerawidjaja., T. 2005. Mendorong Upaya Pemanfaatan dan Sosialisasi
Biodiesel Secara Nasional. Jakarta: LP3E KADIN Indonesia.
Winarno., F., G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

55 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAMPIRAN PERHITUNGAN
 Percobaan 3 : Bilangan Asam
Diketahui :
N KOH = 0,1 N
Mr KOH = 56 gram/mol
W = 10 gram
Volume KOH (minyak sawit) = 1 mL
Volume KOH (minyak kelapa) = 0,9 mL
Volume KOH (minyak curah) = 1,1 mL
Ditanya : Bilangan asam ?
Jawab :
a. Bilangan Asam minyak sawit
𝑉𝐾𝑂𝐻 × 𝑁𝐾𝑂𝐻 ×𝑀𝑟𝐾𝑂𝐻
Bilangan asam = 𝑊
1 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁 × 56
= 10 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,56 mg/gram
b. Bilangan Asam minyak kelapa
𝑉𝐾𝑂𝐻 × 𝑁𝐾𝑂𝐻 ×𝑀𝑟𝐾𝑂𝐻
Bilangan asam = 𝑊
0,9 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁 × 56
= 10 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,504 mg/gram
c. Bilangan Asam minyak curah
𝑉𝐾𝑂𝐻 × 𝑁𝐾𝑂𝐻 ×𝑀𝑟𝐾𝑂𝐻
Bilangan asam = 𝑊
1,1 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁 × 56
= 10 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,616 mg/gram

56 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

 Percobaan 4 : Bilangan Penyabunan


Diketahui :
VKOH = 25 mL
N HCl = 0,5 N
Mr KOH = 56 gram/mol
Volume HCl (minyak sawit) = 12,8 mL
Volume HCl (minyak kelapa) = 2,1 mL
Volume HCl (minyak curah) = 13,1 mL
Massa minyak sawit = 2,0012 gram
Massa minyak kelapa = 2,0011 gram
Massa minyak curah = 2,0024 gram
Ditanya : Bilangan Penyabunan ?
Jawab :
a. Bilangan Penyabunan minyak sawit
( 𝑉𝐾𝑂𝐻 −𝑉𝐻𝐶𝑙 ) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 ×𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan Penyabunan = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(25 𝑚𝐿−12,8 𝑚𝐿) × 0,5 𝑁 ×56
= 2,0012 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 170,70 mg/gram
b. Bilangan Penyabunan minyak kelapa
( 𝑉𝐾𝑂𝐻 −𝑉𝐻𝐶𝑙 ) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 ×𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan Penyabunan = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(25 𝑚𝐿−2,1 𝑚𝐿) × 0,5 𝑁 ×56
= 2,0011 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 320,42 mg/gram
c. Bilangan Penyabunan minyak curah
( 𝑉𝐾𝑂𝐻 −𝑉𝐻𝐶𝑙 ) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 ×𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan Penyabunan = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(25 𝑚𝐿−13,1 𝑚𝐿) × 0,5 𝑁 ×56
= 2,0024 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 166,40 mg/gram

57 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAMPIRAN FOTO

Gambar Alat Gambar alat dan


No Keterangan No Keterangan
dan Bahan Bahan
1. Gelas ukur 10 2. Termometer
mL

3. Pembakar 4. Penjepit Kayu


Spiritus

5. Lap 6. Spatula

58 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

.7. Gelas kimia 400 8. Cetakan


mL dan 100 mL Sabun

9. Erlenmeyer 250 10. Refluks


mL

11. Tabung reaksi 12. Batu didih

13. Selang plastik 14. Statif dan


kecil klem

15. Pipet tetes 16. Neraca


O’hauss

59 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

17. Sampel minyak 18. Sampel


kelapa seberat 2 minyak sawit
gram, 10 gram, seberat 10
dan 10 gram gram, 10
gram, dan 2
gram
19. Sampel minyak 20. Asam stearat
curah seberat 10
gram, 10 gram,
dan 2 gram

21. Gliserin 22. Pewarna

60 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PEMBUATAN SABUN
No Gambar Praktikum Keterangan
1. Minyak kelapa ditimbang
sebesar 10 gram, 10 gram, dan
2 gram.
Begitu juga minyak sawit dan
minyak curah.

2. Gliserin ditimbang sebesar 4


gram sebanyak 3 kali

3. Asam stearat ditimbang


sebesar 1 gram sebanyak 3 kali

4. Padatan NaOH ditimbang


sebesar 4,4 gram sebanyak 3
kali

61 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

5. (1) 1 mL minyak zaitun


dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
(2) 12 mL larutan etanol
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

(1) (2)

6. (1) Padatan NaOH sebesar 4,4


gram dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang telah berisi
3,3 mL air
(2) Larutan NaOH

(1) (2)

7. (1) Sampel minyak sawit


sebesar 10 gram
dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL
(2) Asam stearat 1 gram
dimasukkan ke dalam gelas
kimia berisi sampel minyak
sawit
(1) (2)

8. (1) Campuran minyak sawit


dan asam stearat diaduk
sampai tercampur rata
(2) Campuran minyak sawit
dan asam stearat
dipanaskan hingga suhu 70
o
C sampai seluruh asam
stearat mencair
(1) (2)

62 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

9. (1) Campuran minyak sawit


dan asam stearat
diturunkan suhunya sampai
50 oC
(2) Ditambah larutan NaOH ke
dalam campuran minyak
sawit dan asam stearat
(1) (2)

10. (1) Campuran minyak sawit


dan asam stearat
ditambahkan 12 mL etanol
(2) Ditambah 4 gram gliserin
ke dalam campuran
minyak sawit dan asam
stearat
(1) (2)
11. (1) Campuran minyak sawit
dan asam stearat
dipanaskan dan diaduk
terus hinggu terbentuk
larutan jernih
(2) Larutan jernih dari
campuran minyak sawit
(1) (2) dan asam stearat
12. (1) Larutan jernih dari
campuran minyak sawit
dan asam stearat dibiarkan
agak dingin
(2) Kemudian ditambahkan 1
mL minyak zaitun

(1) (2)

63 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

13. (1) Larutan jernih dari


campuran minyak sawit
dan asam stearat
ditambahkan beberapa
tetes pewarna merah
(2) Kemudian ditambahkan
beberapa tetes bibit parfum
(1) (2)

14. Campuran tersebut dituangkan


ke dalam cetakan sebelum
memadat

15. (1) 1 mL minyak zaitun


dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
(2) 12 mL larutan etanol
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

(1) (2)

16. (1) Padatan NaOH sebesar


4,4 gram dimasukkan ke
dalam gelas kimia yang
telah berisi 3,3 mL air
(2) Larutan NaOH

(1) (2)

64 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

17. (1) Sampel minyak kelapa


sebesar 10 gram
dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL
(2) Asam stearat 1 gram
dimasukkan ke dalam gelas
kimia berisi sampel minyak
kelapa
(1) (2)

18. (1) Campuran minyak kelapa


dan asam stearat
dipanaskan hingga suhu 70
o
C sampai seluruh asam
stearat mencair
(2) Campuran minyak kelapa
dan asam stearat diturunkan
suhunya sampai 50 oC
(1) (2)

19. (1) Campuran minyak kelapa


dan asam stearat
ditambahkan larutan NaOH
(2) Campuran minyak kelapa
dan asam stearat
ditambahkan 12 mL larutan
etanol

(1) (2)

20. (1) Campuran minyak kelapa


dan asam stearat
ditambahkan 4 gram
gliserin
(2) Campuran minyak kelapa
dan asam stearat kemudian
dipanaskan dan diaduk
hingga terbentuk larutan
jernih
(1) (2)

65 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

21. (1) Larutan jernih yang


terbentuk tersebut dibiarkan
sampai hangat, kemudian
ditambahkan 1 mL minyak
zaitun
(2) Larutan jernih tersebut
ditambahkan beberapa tetes
pewarna jingga
(1) (2)
22. (1) Kemudian ditambahkan
beberapa tetes bibit parfum
(2) Campuran tersebut
kemudian dituangkan ke
dalam cetakan sebelum
memadat

(1) (2)
23. (1) 1 mL minyak zaitun
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
(2) 12 mL larutan etanol
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

(1) (2)
24. (1) Padatan NaOH sebesar 4,4
gram dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang telah
berisi 3,3 mL air
(2) Larutan NaOH

(1) (2)
25. (1) Sampel minyak curah
sebesar 10 gram
dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL
(2) Asam stearat 1 gram
dimasukkan ke dalam gelas
kimia berisi sampel minyak
curah
(1) (2)

66 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

26. (1) Campuran minyak curah


dan asam stearat
dipanaskan hingga suhu 70
o
C sampai seluruh asam
stearat mencair
(2) Campuran minyak curah
dan asam stearat diturunkan
suhunya sampai 50 oC

(1) (2)

27. (1) Campuran minyak curah


dan asam stearat
ditambahkan larutan NaOH
(2) Campuran minyak curah
dan asam stearat
ditambahkan 12 mL larutan
etanol

(1) (2)

28. (1) Campuran minyak curah


dan asam stearat
ditambahkan 4 gram
gliserin
(2) Campuran minyak curah
dan asam stearat kemudian
dipanaskan dan diaduk
hingga terbentuk larutan
jernih
(1) (2)

29. (1) Larutan jernih yang


terbentuk tersebut dibiarkan
sampai hangat, kemudian
ditambahkan 1 mL minyak
zaitun
(2) Larutan jernih tersebut
ditambahkan beberapa tetes
pewarna hijau
(1) (2)

67 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

30. (1) Kemudian ditambahkan


beberapa tetes bibit parfum
(2) Campuran tersebut
kemudian dituangkan ke
dalam cetakan sebelum
memadat

(1) (2)

SIFAT EMULSI SABUN


No Gambar Praktikum Keterangan
1. (1) 1 mL aquades dan 10 tetes
minyak sawit dimasukkan
ke dalam tabunng reaksi 1
(2) 1 mL aquades dan 10 tetes
minyak sawit dimasukkan
ke dalam tabung reaksi 2

(1) (2)

2. (1) Campuran minyak sawit


dan air sebelum dikocok
(2) 2 mL larutan sabun yang
dibuat dari minyak sawit
yang akan dilarutkan dalam
6 mL air

(1) (2)

3. Larutan sabun dari minyak


sawit dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 1, sedangkan
tabung reaksi 2 tanpa
ditambahkan larutan sabun.
Kemudian dikocok secara
bersama-sama dengan tabung
reaksi 2 untuk mendapatkan
emulsi

68 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

4. Hasil setelah dikocok pada


tabung reaksi 1 dan 2.
Diperoleh waktu yang
dibutuhkan untuk pemisahan
lapisan minyak sawit dan air:
 Pada tabung reaksi 1 = 54
detik
 Pada tabung reaksi 2 = 5
detik

5. (1) 1 mL aquades dan 10 tetes


minyak kelapa dimasukkan
ke dalam tabunng reaksi 1
(2) 1 mL aquades dan 10 tetes
minyak kelapa dimasukkan
ke dalam tabung reaksi 2

(1) (2)

6. (1) 2 mL larutan sabun yang


dibuat dari minyak kelapa
yang akan dilarutkan dalam
6 mL air
(2) Larutan sabun dari minyak
kelapa dimasukkan ke
dalam tabung reaksi 1,
sedangkan tabung reaksi 2
tanpa ditambahkan larutan
(1) (2)
sabun. Kemudian dikocok
secara bersama-sama
dengan tabung reaksi 2
untuk mendapatkan emulsi

7. Hasil setelah dikocok pada


tabung reaksi 1 dan 2.
Diperoleh waktu yang
dibutuhkan untuk pemisahan
lapisan minyak kelapa dan air:
 Pada tabung reaksi 1 = 1
menit 31 detik
 Pada tabung reaksi 2 = 7
detik

69 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

8. (1) 1 mL aquades dan 10 tetes


minyak curah dimasukkan
ke dalam tabunng reaksi 1
(2) 1 mL aquades dan 10 tetes
minyak curah dimasukkan
ke dalam tabung reaksi 2

(1) (2)

9. (1) 2 mL larutan sabun yang


dibuat dari minyak curah
yang akan dilarutkan dalam
6 mL air
(2) Larutan sabun dari minyak
curah dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 1, sedangkan
tabung reaksi 2 tanpa
ditambahkan larutan sabun.
(1) (2)
Kemudian dikocok secara
bersama-sama dengan
tabung reaksi 2 untuk
mendapatkan emulsi

10. Hasil setelah dikocok pada


tabung reaksi 1 dan 2.
Diperoleh waktu yang
dibutuhkan untuk pemisahan
lapisan minyak curah dan air:
 Pada tabung reaksi 1 = 38
detik
 Pada tabung reaksi 2 = 2
detik

70 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

BILANGAN ASAM
No Gambar Praktikum Keterangan
1. (1) Sampel minyak sawit
sebesar 10 gram
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL
(2) Ditambah 25 mL etanol dan
5 tetes indikator PP

(1) (2)

2. Campuran minyak sawit dan


etanol yang ada di erlenmeyer
kemudian dititrasi dengan
larutan KOH 0,1 N. Campuran
tersebut berubah warna
menjadi merah muda dengan
volume KOH yang dibutuhkan
adalah 1 mL. Titrasi dimulai
dari volume KOH pada skala
buret 35,8 mL sampai 36,8 mL

3. (1) Sampel minyak kelapa


sebesar 10 gram
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL
(2) Ditambah 25 mL etanol dan
5 tetes indikator PP

(1) (2)

4. Campuran minyak kelapa dan


etanol yang ada di erlenmeyer
kemudian dititrasi dengan
larutan KOH 0,1 N. Campuran
tersebut berubah warna
menjadi merah muda dengan
volume KOH yang dibutuhkan
adalah 0,9 mL. Titrasi dimulai
dari volume KOH pada skala
buret 36,8 sampai 37,7

71 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

5. (1) Sampel minyak curah


sebesar 10 gram
dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL
(2) Ditambah 25 mL etanol dan
5 tetes indikator PP

(1) (2)

6. Campuran minyak curah dan


etanol yang ada di erlenmeyer
kemudian dititrasi dengan
larutan KOH 0,1 N. Campuran
tersebut berubah warna
menjadi merah muda dengan
volume KOH yang dibutuhkan
adalah 1,1 mL. Titrasi dimulai
dari volume KOH pada skala
buret 37,7 mL sampai 38,8 mL

BILANGAN PENYABUNAN
No Gambar Praktikum Keterangan
1. (1) Campuran sampel minyak
sawit sebesar 2 gram dan
25 mL alkoholik yang ada
di dalam erlenmeyer
kemudian direfluks selama
30 menit
(2) Campuran sampel minyak
kelapa sebesar 2 gram dan
25 mL alkoholik yang ada
(1) (2)
di dalam erlenmeyer
kemudian direfluks selama
30 menit
(3) Campuran sampel minyak
curah sebesar 2 gram dan
25 mL alkoholik yang ada
di dalam erlenmeyer
kemudian direfluks selama
30 menit
(3)

72 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

2. (1) Filtrat dari campuran


minyak sawit dan KOH
alkoholik yang dihasilkan
setelah direfluks kemudian
didinginkan selama
beberapa menit
(2) Filtrat dari campuran
minyak kelapa dan KOH
alkoholik yang dihasilkan
(1) (2)
setelah direfluks kemudian
didinginkan selama
beberapa menit
(3) Filtrat dari campuran
minyak curah dan KOH
alkoholik yang dihasilkan
setelah direfluks kemudian
didinginkan selama
beberapa menit
(3)

3. (1) Filtrat dari campuran


minyak sawit dan KOH
alkoholik kemudian
ditambahkan 2 tetes
indikator PP
(2) Filtrat dari campuran
minyak kelapa dan KOH
alkoholik kemudian
ditambahkan 2 tetes
(1) (2)
indikator PP
(3) Filtrat dari campuran
minyak curah dan KOH
alkoholik kemudian
ditambahkan 2 tetes
indikator PP

(3)

73 Pembuatan Sabun
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

4. (1) Filtrat dari campuran


minyak sawit dan KOH
alkoholik yang telah
ditambahkan 2 tetes
indikator PP kemudian
dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,5 N
(2) Filtrat dari campuran
minyak kelapa dan KOH
(1) (2)
alkoholik yang telah
ditambahkan 2 tetes
indikator PP kemudian
dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,5 N
(3) Filtrat dari campuran
minyak curah dan KOH
alkoholik yang telah
ditambahkan 2 tetes
(3) indikator PP kemudian
dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,5 N
5. (1) Filtrat dari sampel minyak
sawit dan KOH alkoholik
yang telah direfluks dan
dititrasi dengan larutan
standar HCl menghasilkan
larutan berwarna kuning
muda. Volume HCl yang
dibutuhkan adalah 12,8 mL
(2) Filtrat dari sampel minyak
(1) (2)
kelapa dan KOH alkoholik
yang telah direfluks dan
dititrasi dengan larutan
standar HCl menghasilkan
larutan berwarna kuning
muda. Volume HCl yang
dibutuhkan adalah 2,1 mL
(3) Filtrat dari sampel minyak
curah dan KOH alkoholik
(3) yang telah direfluks dan
dititrasi dengan larutan
standar HCl menghasilkan
larutan berwarna kuning
muda. Volume HCl yang
dibutuhkan adalah 13,1 mL

74 Pembuatan Sabun

Anda mungkin juga menyukai