Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam
lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung
beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. (Taufik, 2011)
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam
lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan
alkali pada suhu 80 100 oC melalui suatu proses yang dikenal sebagai saponifikasi.
Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Sabun
berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor
lainnya. Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis
dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah di pasaran (Pattisinai dan
Sari, 2010).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan
gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan
rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 ( asam stearat) pada lemak
jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Sifat sifat yang dihasilkan di tentukan
oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang sesuai. Penetapan
sabun terdapat dua macam, yaitu secara kulitatif dan dengan cara kuantitatif.
Penetapan kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sabun mengandung alkali
bebas atau asam lemak bebas, sedangkan penetapan kuantitatif di lakukan dengan
cara mengamati hasil dari uji kualitatif (yuni, 2012).
Di bawah ini beberapa analisa sabun yaitu :
1.
2.
3.
4.

Penetapan kadar lemak bebas yang tidak tersabunkan


Penetapan kadar zat pemberat
Penetapan minyak / logam pelikan
Penetapan alkali bebas

(yuni, 2012).
Dalam percobaan ini, sabun di buat dari logam alkali NaOH (natrium
hidroksida). Percobaan ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana prinsip prinsip
pembuatan sabun dengan benar.
1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah bagaimana cara membuat dan
menganalisa mutu sabun dengan benar
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari proses
pembuatan sabun dan menganalisa mutu sabun .
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat yang diperoleh dari percobaan ini adalah praktikan dapat mengetahui
cara pembuatan sabun yang benar dan menganalisa sabun dengan benar.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum Kimia Organik dengan modul Pembuatan dan Analisa Mutu Sabun
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Departemen Teknik Kimia Universitas
Sumatera Utara .
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak
kacang kedelai, natrium hidroksida (NaOH), aquadest (H2O), asam klorida (HCl),
etanol (C2H5OH), indikator phenolphtalein (C20H14O4) parfum dan pewarna.
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah beaker glass, hot
plate, magnetic stirrer, gelas ukur, cawan petri, plastic wrap, erlenmeyer, buret dan
statif beserta klem.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Sabun
Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah ditemukan.

Pada tahun 2500 sebelum Masehi, masyarakat Sumeria telah menemukan sabun
kalium yang digunakan untuk mencuci wol.

Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin
sapo yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny
membuat sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech
yang dapat digunakan sebagai pewarna rambut.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawah oleh air
bersih (Pattisinai dan Sari, 2010).
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam
lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung
beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Suatu molekul sabun
mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari
molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar. Sedangkan ujung
ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun
mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol
(50-150 molekul yang rantai hidrokarbonnyamengelompok dengan ujung-ujung
ionnya menghadap ke air.
Sifat-sifat sabun:
1.

Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan

2.

dihidrolisis parsial oleh air.


Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalah hal ini sabun dapat

3.

menghasilkan buih setelah garam-garam Mg dan Ca dalam air mengendap.


Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebbkan proses kimia
koloid, sabun digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar
maupun non-polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non-polar.
(Taufik, 2011).

2.2

Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur

dengan larutan alkali. Dengan kata lain, saponifikasi adalah proses pembuatan sabun

yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan
sintesa dan air serta garam karbonil (sejenis sabun). Alkali yang biasanya digunakan
adlah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3. Ada dua produk yang dihasilkan
dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi
kimia antara fatty acid dan alkali (Taufik, 2011).
C17H35.COOCH2

C17H35.COOCH

CH2 OH

+ 3KOH

3C17H35COOK +

C17H35.COOCH2
Minyak (Lemak)

CH OH

CH2 OH
Alkali

Sabun

Gliserol

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi ( Nurhadi, 2012)


Pada reaksi di atas, bahan baku utama yang dibutuhkan untuk pembuatan sabun
adalah minyak hewani atau minyak sayur (minyak zaitun, minyak kelapa, dan lainlain) dan basa alkali, yaitu natrium hidroksida untuk pembuatan sabun padat atau
kalium hidroksida untuk pembuatan sabun cair. Reaksi antara lemak dan alkali
menghasilkan sabun dan gliserol. Dalam reaksinya, tidak semua alkali bereaksi
dengan lemak, sehingga terkadang produk sabun bersifat sangat basa. Penambahan
asam, misalnya asam sitrat dapat menetralkan kelebihan alkali yang tertinggal selama
pembuatan sabun.
Dalam reaksi pembuatan sabun, senyawa gliserol juga terbentuk. Gliserol
adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang bersifat
hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang menyusun berbagai
macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol juga berfungsi untuk mengikat minyak
(kotoran), karena struktur gliserol menyerupai struktur molekul minyak (Nurhadi,
2012).
2.3

Minyak Kedelai

Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh
varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari gliserida sebesar
90-95%. sedangkan sisanya fosfatida, asam lemak bebas, sterol, dan tekoferol.
Minyak kedelai merupakan sumber protein nabati dan minyak nabati dunia. Selain
itu minyak kedelai mengandung vitamin E, vitamin C, omega 3, omega 6, omega 9
dan lainnya. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15%
sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam
lemak jenuh yang

tinggi seperti mentega, asam lemak dalam minyak kedelai

sebagaian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
(firmanjaya, 2006).
Table 2.1 komposisi kimia minyak kedelai
1.

2.

3.

Asam lemak tidak jenuh (85%)

Terdiri dari :

Asam linoleat

15-64%

Asam oleat

11-60%

Asam linolenat

1-12%

Asam arachihidonat
Asam lemak jenuh (15%)

1,5%
Terdiri dari:

Asam palmitat

7-10%

Asam Stearat

2-5%

Asam arschidat

0,2-1%

Fosfolipida

4.
Lisitin
5.
Cephalin
6.
Lipositol
(Firmanjaya, 2006).

Jumlahnya sangat kecil


(trace).
-

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Peralatan
3.1.1 Parfum dan Pewarna
Fungsi : Sebagai bahan additive yang ditambahkan ke sabun
3.1.2

Minyak Kedelai
Fungsi : Sebagai sampel dalam percobaan.
Tabel 3.1 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kedelai
No

Sifat Fisika

Sifat Kimia

.
1
2
3

Berbentuk cair
Berwarna kuning
Titik didih 285oC

Bersifat hidrolisis
Asam lemak bebas 72,4
Larut dalam alkohol

4
Titik leleh 16,3 oC
5
Indeks bias 1,4565
(Izza, 2013)
3.1.3

Natrium Hidroksida (NaOH)


Fungsi : Sebagai reagen penyabunan.
Tabel 3.2 Sifat Fisika dan Kimia Natrium Hidroksida
No

Sifat Fisika

.
1
Berat molekul 40 gr/mol
2
Titik lebur 323 oC
3
Titik didih 1388 oC
4
Densitas 2,13 kg/m3
5
Berbentuk padatan (20 oC)
(Arkema, 2013)

3.1.4

Sifat Fisika

.
1 Berat molekul 18 gr/mol
2 Titik beku 0 oC
3 Titik didih 100 oC
4 Berbentuk heksagonal
5 Berupa zat cair suhu kamar
(Lubis, 2009)

Tidak bersifat eksplosif


Larut dalam air
Padatan higroskopis
Bersifat korosif
Bersifat eksoterm dalam air

Sifat Kimia
Sebagai media reaksi katalis
Bereaksi dengan trigliserida
Bersifat amfoter
Bereaksi dengan kalium oksida
Bereaksi dengan karbon

Etanol (C2H5OH)
Fungsi : Sebagai pelarut sampel sabun yang akan dititrasi.
Tabel 3.4 Sifat Fisika dan Kimia Etanol (C2H5OH)
No

Sifat Fisika

.
1 Cairan tidak berwarna
2 Memiliki bau yang kuat
3 Cairan mudah menguap
4 Mudah terbakar
5 Rantai karbon pendek
(JJS, 2013)
3.1.6

Sifat Kimia

Aquadest (H2O)
Fungsi : Sebagai pelarut untuk membuat larutan natrium hidroksida
Tabel 3.3 Sifat Fisika dan Kimia Aquadest (H2O)
No

3.1.5

Asam lemak tak jenuh


Kemurnian 0,05

Sifat Kimia
Dapat bereaksi dengan halogen
Dapat bereaksi dengan haloform
Dapat membentuk ester
Dapat dioksidasi
Hc reaksi = -1409 kJ/mol

Asam klorida (HCl)


Fungsi : Sebagai titran dalam proses menganalisa sabun

Tabel 3.5 Sifat Fisika dan Kimia Asam Klorida (HCl)


No

3.1.7

Sifat Fisika

Sifat Kimia

.
1 Titik lebur -114,24 oC
Bersifat korosif
2 Titik didih -85,06oC
Tidak teroksidasi oleh logam
3 Spesifik graviti 1,2
Gas yang sangat beracun
4 Densitas uap 1,268
Larut dalam alkohol, benzene
5 1 ppm = 1,49 mg/m3
Bersifat eksplosif
(NPI, 2013)
Indikator Phenolphtalein (C20H14O4)
Fungsi : Sebagai indikator asam atau basa
Tabel 3.6 Sifat Fisika dan Kimia Phenolphtalein (C20H14O4)
No

Sifat Fisika

Sifat Kimia

.
1 Spesifik graviti 0,786 g/ml
2 Densitas uap 2,1
3 Tekanan uap 33 mmHg
4 Titik api 12 oC (53 oF)
5 Temperatur nyala 399 oC
(Shcolar Chemistry, 2012)

Berbau alkohol ringan


Stabil dalam kondisi normal
Oksidator kuat asam
Tahan lama
Tidak tahan panas

3.2 Peralatan dan Fungsi


1. Beaker glass
Fungsi : Sebagai wadah pencampuran larutan.
2. Buret
Fungsi : Sebagai tempat atau wadah larutan titran yang akan digunakan.
3. Cawan petri
Fungsi : Sebagai wadah untuk mencetak sabun.
4. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai tempat sampel sabun yang akan dititrasi.
5. Gelas ukur
Fungsi: Untuk mengukur volume larutan.
6. Hot plate
Fungsi : Sebagai alat untuk memanaskan sampel-sampel dan larutan.
7. Magnetic stirrer
Fungsi : Sebagai alat untuk mengaduk larutan.
8. Plastik
Fungsi : Sebagai alat untuk melapisi cawan petri dari sabun.
9. Statif dan klem
Fungsi : Sebagai alat penyangga buret pada proses titrasi.
3.3 Flowchart Percobaan
3.3.1 Flowchart Percobaan Pembuatan Sabun
Mulai

Dimasukkan 100 gram minyak kedelai ke beaker glass


Dipanaskan di atas hot plate
Ditambahkan larutan NaOH ke dalam beaker glass

Diaduk dengan stirrer sambil dipanaskan


Ditambahkan parfum dan pewarna
Apakah larutan sudah kental?

Tidak

Ya
Dituang larutan ke cawan petri
Didiamkan selama 24 48 jam
Selesai
Gambar 3.1 Flowchart Percobaan Pembuatan Sabun

3.3.2

Flowchart Penentuan Kadar Alkali Bebas


Mulai

Ditimbang sampel sabun sebanyak 5 gram


dipotong hingga ukuran kecil

Di masukkan dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 30 ml etanol

Larutan diambil sebanyak 5 ml


Ditetesi indikator phenolphtalein

Dititrasi dengan larutan HCl 0,5M

Apakah larutan sabun kembali seperti semula?


Tidak

Ya
Dicatat volume titran

Selesai
Gambar 3.2 Flowchart Penentuan Kadar Alkali Bebas

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Percobaan
Reaksi antara minyak dan alkali kuat menghasilkan gliserol dan sabun:
O

CH2OC

(CH2)15CH3

CH2OH

CHOC

(CH2)15CH3

3 NaOH

CHOH

+ 3(CH3)(CH2)5CONa

CH2OC

(CH2)15CH3

Asam Oleat

CH2OH
Natrium
Hidroksida

Natrium Oleat
Gliserol

(Sabun)

Gambar 4.1 Reaksi Saponifikasi Pembuatan sabun (Nurhadi,2012)

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan Sabun


Sampel

Perbandingan

Minyak
NaOH
Air
4.2

Mol
1
3
5

Mol

Massa

Berat

Larutan

Larutan

Sabun

(gram)
0,1142
0,5721
1,7163

(gram)
100
22,884
30,893

(gram)
138,95

% Ralat

% FFA

9,642

4,72

Pembahasan
Pada percobaan pembuatan sabun dengan reaksi saponifikasi ketika suatu

minyak yang dipanaskan dengan suatu basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH),
garam dari asam dihasilkan bersama dengan alkanal yang menyusun minyak.
Percobaan dengan perbandingan mol minyak, natrium hidroksida, dan air masingmasing 1 mol : 3 mol : 5 mol. Serta massa larutannya sebesar 100 gram ; 22,884
gram ; 30,8934 gram. Bilangan penyabunan untuk menyabunkan 1 gram VCO adalah
173,18 miligram NaOH. Konsentrasi NaOH yang mendekati kualitas sesuai SNI No.
06-3532-1994 adalah 30% dan 35%. Sehingga didapat persentase ralat sebesar 9,642
% (Langingi, 2012).
Persentase ralat ini disebabkan oleh :
1. Kesalahan praktikan saat penimbangan massa sampel.
2. Pemakaian suhu yang tidak tepat sehinga larutan tidak bercampur
seluruhnya.
3. Kesalahan praktikan dalam mengukur volume larutan.
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa.
Kelebihan kadar alkali bebas disebabkan karena alkali memiliki sifat yang keras dan
dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Standar mutu sabun mandi menurut SNI 063532-1994. Pada percobaan ini, kadar alkali bebas diperoleh 26,8%. Dapat
disimpulkan sabun tidak dapat digunakan karena memiliki kadar alkali bebas lebih
dari 0,1%.
Hal yang menyebabkan kadar alkali bebas lebih dari 0,1% yaitu:
1. Penambahan alkali berlebihan pada proses penyabunan.
2. Minyak dan larutan NaOH yang diaduk dengan stirrer saat pemanasan tidak
terlalu kental, namun sudah dimasukkan ke dalam cawan petri sehingga
sabun sulit untuk mengeras.
3. Saat iritasi, terlalu banyak HCl yang digunakan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Massa sabun yang diperoleh dari percobaan ini adalah 138,95 gram dengan
2.
3.
4.
5.

massa sabun secara teori adalah 153,778 gram.


Persen ralat yang diperoleh sebesar 9,642 %.
Kadar alkali bebas dalam sabun adalah 4,72 %.
Basa kuat yang digunakan dalam pembuatan sabun ini adalah NaOH.
Perbandingan massa larutan minyak : NaOH : Air adalah sebesar 100 gram
; 22,884 gram ; 30,8934 gram.

5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk percobaan ini adalah:
1. Kecepatan pengadukan hendaknya diperhatikan dengan baik untuk
mencegah larutan yang terlalu kental dan dapat menyebabkan larutan
mengeras sebelum dicetak.
2. Cawan petri hendaknya dilapisi dengan plastik wrap agar sabun tidak
menempel pada cawan petri.
3. Sampel sabun yang akan dititrasi hendaknya dipastikan semua larut dalam
pelarut etanol.

4. Sebelum proses titrasi, posisi buret dipastikan telah benar agar tidak terjadi
kesalahan pembacaan volume titran.
5. Basa kuat yang digunakan divariasikan, misalnya Ca(OH) 2

untuk

mengetahui perbedaan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Arkema. 2013. GPS Safety Summary Sodium Hydroxide. http://www.gpssummary.
com. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013.
Firmanjaya. 2006. Minyak kedelai. http://jurnlsabun.com Diakses 1oktober 2013
Izza Rahmawati. 2006. Analisis Kualitatif Minyak Kedelai Melalui Putaran Optik
Menggunakan Polarimeter. Program Studi Diploma Teknik kimia
Universitas Diponogoro.
JJS. 2013. Technical Service Ethanol (C2H5OH). http://www.jjstech.com. Diakses
pada tanggal 3 Oktober 2013.
Langingi, Raymon, dkk. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Padat dari VCO yang
Mengandung Karotenoid Wortel. Jurnal MIPA UNSRAT : Manado
Lubis, Ade Friadi. 2009. Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Padat dari
RBDPs dengan Kapasitas 600.000 Ton/Tahun.
Musliawan, Sulung Adi. 2012. Penggunaan Limbah Kulit Pisang Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Sabun Mandi. Universitas Muhammadiyah: Malang
NPI. 1994. National Pollutant Inventory Hydrochloric acid. Australian Government.
Nurhadi, Siely Cicilia. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alamiah Dengan Bahan
Aktif Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Beyerinck Dan Minyak Atsiri
Lavandula latifolia Chaix. Universitas Ma Chung : Malang.
Pattisinai Sari dkk. Pembuatan Sabun. hhtp://pembuatan sabun.PDF.com

Onyegbado, dkk. 2002. Solid Soap Production Using Plantain Peel Ash as Source of
Alkali. Bioline International.
Scholar Chemistry. 2012. Phenolphtalein Indicator Solution. Material Safety Data
Sheet.
Taufik, Fauzan. 2011. Studi Perbandingan Campuran MInyak Palm Oil/ Palm
Stearine/ Palm Kernel Oil (%b/%b) terhadap Keretakan Sabun Mandi
Padat. USU.

LAMPIRAN A
APLIKASI DALAM INDUSTRI
Penggunaan Limbah Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Pembuatan Sabun
Mandi

Kebutuhan akan sabun yang semakin meningkat dan kurangnya pemanfaatan


limbah organik khususnya kulit pisang ini diduga dapat dipadukan menjadi produk
yang memiliki nilai jual. Kulit pisang mengandung karbohidrat, protein, lemak,
tannin, vitamin, dan air, sementara untuk sabun sendiri bahan utama untuk
membuatnya adalah lemak.
Kulit pisang merupakan salah satu contoh limbah dari tanaman pisang. Hal ini
dikarenakan untuk pemanfaatan kulit pisang ini kurang optimal sehingga kulit pisang
ini sering dibuang begitu saja sehingga menjadi sampah dan kita sering menyebut
sampah sebagai limbah padahal pada daging kulit pisang mengandung berbagai zat
yang berguna, misalkan: zat tepung dan beberapa jenis gula yang mudah larut dalam
air selain itu juga terdapat berbagai kandungan yang lain seperti zat protein, asam
amino, zat lemak dan asam lemak, beberapa jenis vitamin, zat mineral dan mikro dan
essence yang mudah menguap maupun yang stabil (Musliawan, 2012).
Pembuatan sabun menggunakan bahan nabati (kulit pisang) telah diuji. Semua
faktor yang menyebabkan kegelapan dalam warna sabun. Ketika ekstrak air abu yang
berasal dari materi nabati direaksikan dengan kelapa sawit/ minyak biji campuran

sawit, telah diteliti dengan maksud untuk menanggulangi. Prosedur perbaikan


termasuk filtrasi lebih jelas dalam tahap ekstraksi, yang menghampus hampir semua
partikel hitam dan ekstrak, dapat memutihkan minyak dan sabun. Tahap saponifikasi
menyebabkan pemanggangan sabun dan karenanya menyebabkan menjadi hitam
(Onyegbado, dkk., 2012).

Mulai

Kulit pisang mentah dikeringkan dalam oven pada


suhu 100 oC selam 2 hari sampai berat konstan

Diberi KOH sampai menjadi bubur dan ditambah air suling,


disimpan selam 8 jam 60 oC

Bubur disaring sampai menghasilkan ekstrak

Dicampur dengan minyak sawit dan dipanaskan


pada suhu 50 oC dengan sambil diaduk

Ditambah karbon aktif dan diaduk selama 10 menit

Campuran didinginkan sampai 80 oC & dinetralkan dengan


larutan CaCO3 (karbonat)

Padatan yang terbentuk didinginkan sampai 70 oC


lalu dikerigkan kembali dengan penjemuran

Selesai
Gambar A.1 Flowchart Penggunaan Limbah Kulit Pisang Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Sabun Mandi
(Onyegbado, dkk., 2002)

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.1

Pembuatan Sabun
B.1.1 Massa Sabun Teori
Perbandingan mol minyak : air : NaOH = 1 : 3 : 5
Massa minyak

= 100 gram

Mr. minyak

= 874 gram/mol (Mihail, 2011)

Mr. air

= 18 gram/mol

Mr. NaOH

= 40 gram/mol

mol minyak

gram minyak
= Mr minyak

10 0 gram
874 gram/mol

= 0,1142

mol
mol NaOH

= 5 x mol minyak = 5 x 0,1142 mol = 0,5721 mol

mol air

= 3 x mol minyak = 3 x 0,1142 mol = 1,7163 mol

massa air

= mol air x Mr air


= 1,7163 mol x 18 gram/mol
= 30,8934 gram

Massa NaOH

= mol NaOH x Mr NaOH


= 0,5721 mol x 40 gram/mol

= 22,884 gram
Massa sabun secara teori = massa minyak + massa air + massa NaOH
= (100 + 30,893 + 22,884) gram
= 153,778 gram
B.1.2 Massa Sabun Praktek
Massa sabun secara praktek = 138,95 gram

B.1.3 Penentuan % Ralat


% Ralat =

massa teori - massa praktek


x 100 %
massa teori

153,778 - 138,95
x 100 %
153,778

= 9,642 %
B.2

Perhitungan Analisa Sabun


Alkali Bebas=

V titran x N titran x m NaOH


x 100
massa sampel
3

59 ml x 0,1 N x 4 0 x 10
5 gram

= 4,72 %

x 100 %

Anda mungkin juga menyukai