Anda di halaman 1dari 11

Sabun yang biasa di gunakan sehari-hari di buat dengan proses

Saponifikasi yaitu dengan mereaksikan suatu asam lemak/minyak dengan


basa alkali sehingga terbentuk sabun.Minyak yang di gunakan pada
percobaan kali ini yaitu minyak goreng kelapa sawit yang banyak
mengandung asam oleat.Sedangkan basa alkali yang di gunakan yaitu
NaOH ,alasan memilih NaOH dan minyak goreng kelapa sawit sebagai
bahan baku yaitu karena relative banyak di temukan dan harganya yang
ekonomis.Tetapi untuk menghasilkan sabun yang lunak dan kualitas nya
lebih bagus bahan baku yang di guankan adalah KOH dan
Minyak kelapa.Dalam pembuatan sabun NaOH di buat berlebih sehingga
semua minyak dalam hal ini trigliserida bisa semuanya
membentuk sabun.Asam oleat yang banyak terkandung di dalam minyak
goreng kelapa sawit mempunyai rumus molekul C17H33COOH.Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
(C17H33COO)3 C3H5
+ 3 NaOH 3 C17H33COO Na
+ C3H8O3
Minyak kelapa sawit yang di gunakan dalam percobaan ini adalah
sebanyak 20 ml,sedangkan NaOH yang di gunakan adalah sebanyak
12,06 gram yang di larutkan dalam 30 ml air sehingga memiliki
konsentrasi sekitar 40 % (b/v).
Pembuatan sabun dimulai dengan mencampurkan dua bahan
baku di atas yaitu minyak goreng dengan NaOH kemudian di aduk-aduk
hingga campuran bercampur rata dan wujudnya seperti susu kental yang
tidak ada minyak di atasnya. Prinsip dalam proses saponifikasi,yaitu
lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun
mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan
membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut
dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam
NaCl.. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun
dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat
yang memisah dari gliserol. Dalam percobaan, NaCl yang ditambahkan
hanya sedikit yaitu 0,1 gram agar kandungan NaCl pada produk akhir
jumlahnya sedikit. Karena jika kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi,
maka produk sabun yang dihasilkan akan terlalu keras.Selanjutnya yaitu
penambahan amylum yang berfungsi untuk mengurangi kelembaban
sabun. Kemudian gliserol yang sudah terpisah tersebut di pisahkan dari
sabun. Jadi, pada hasil akhir, produk yang terbentuk hanya berupa sabun
tanpa hasil samping berupa gliserol. Sabun yang dihasilkan dan di
diamkan beberapa menit mulai mengeras dan seperti sabun biasa yang di
jumpai sehari-hari. Uji kualitas yang dilakukan meliputi uji kandungan
alkali bebas dan kandungan asam lemak bebas.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat kandungan alkali


bebas sebesar 10,05%,sedangkan kandungan alkali bebas pada sabun
sampel suatu merk tertentu mengandung alkali bebas sebanyak 11,00 %.
Kandungan alkali yang terdapat dalam sabun tersebut menandakan
bahwa produk sabun yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik atau
tidak, karena semakin besar kandungan/ kadar alkali dalam produk sabun
yang dihasilkan maka kualitas produk yang dihasilkan pun semakin
menurun kualitasnya. Akan tetapi, produk sabun yang bebas alkali pun
tidak berarti bahwa kualitasnya lebih baik. Sabun yang bebas alkali justru
dapat menyebabkan kerusakan kulit. Uji kualitas selanjutnya meliputi
kadar asam lemak bebas ,karena ketika di tambahkan indikator PP larutan
sabun berubah menjadi warna merah muda maka dapat di simpulkan PH
dari sabun tersebut basa/Netral sehingga tidak mengandung
asam lemak.Berat sabun yang dihasilkan dalam percobaan yaitu
sebanyak 36,50 gram sedangkan hasil sabun yang seharusnya menurut
teori adalah sebanyak 51,98 gram .Dengan demikian yield sabun yang
dihasilkan adalah sebesar 70,20 %.
1.

Kesimpulan

Sabun di buat dengan reaksi penyabunan (Saponifikasi) anatar


basa alkali dengan minyak/lemak .

Produk yang dihasilkan pada Saponifikasi adalah sabun sebagai


hasil utama dan Gliserol sebagai hasil samping.

Sabun yang dihasilkan mengandung alkali bebas sebesar 10,05 %


dan lebih kecil di bandingakn dengan sabun asli suatu merk tertentu
yaitu sebesar 11,00 %.

Sabun yang dihasilkan tidak mengandung asam lemak bebas.

Yield yang dihasilkan sebesar 70,20 %.

1.

Daftar Pustaka

Emmanuela,M.W.,Reaksi Saponifikasi,Petunjuk Praktikum Satuab Proses


Teknik Kimia ,Polban
Wikipedia.org/wiki/Asam oleat (23 April 2013)

Azhar, ahmad Basyir.2011. Reaksi


Saponifikasi. http://akhmadazharbasyir.blogspot.com/2011/12/laporanpraktikum-kimia-reaksi_23.html
Andri.2012.laporan lengkap. http://chemistpt.blogspot.com/2012/10/lapor
an-lengkap_20.html
Anngo philip krisbiantoro. 2012. Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi
Saponifikasi Serta Pengujian Sifat Surfaktan Sabun Dan
Detergen. http://philipanggok.blogspot.com/

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri
tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran
antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan
pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium
klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan meng gunakan alkali adalah adalah
reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama
dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai
jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH),
sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis
minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa
akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan
minyak biji katun.
Bahan Baku: Minyak/Lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah

wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (
28C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai
karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air.
Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak
akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun
menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih
rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang
dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus
dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak
mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak
atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer
(temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan
bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun
mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan
stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow
berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di
bawah 40C dikenal dengan nama grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan
sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak
kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit
berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga
jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan
sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui
ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan
asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan

terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki
kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih
tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak
dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam
minyak ini adalah stearin.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki
kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial
terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun
transparan.
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas
tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat
yang keras tapi lembut bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun
yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur
dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki
kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan
berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras
struktur sabun.
Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan
soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair
karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan
alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan
trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut
dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yan terbuat dari
ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut
lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah
tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan
untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan


sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun
menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan
bahan-bahan aditif.
NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di
dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk
memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam
brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus
bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.
Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,
Pewarna,dan parfum.

Laporan Praktikum Kimia Organik IIPembuatan Sabun


C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3Lemak minyak Alkali Sabun
GliserinSaponifikasi merupakan reaksi ekstern yang menghasilkan padan sekitar 65kalori per
kilogram minyak yang disaponifikasi. pada rumus kimia diatas, R dapat berupa rantai yang
sama maupun berbeda-beda dan biasanya dinyatakan dengan R1,R2, R3. rantai R dapat
berasal dari laurat, palmitat, stearat, atau asam lainnya yangsecara umum di dalam minyak
disebut sebagai eter gliserida. Struktur gliseridatergantung pada komposisi minyak.
Perbandingan dalam pencampuran minyak dengan beberapa gliserida ditentukan oleh kadar
asam lemak pada lemak atau minyak tersebut. Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan
lemak dengan alkali denganmenggunakan steam terbuka.2. Hidrolisa Lemak dan Penetralan
dengan AlkaliPembuatan sabun melalui reaksi hidrolisa lemak tidak langsung menghasilkan
sabun.Minyak atau lemak diubah terlebih dahulu menjadi asam lemak melalui prosesSplitting
(hidrolisis) dengan menggunakan air, selanjutnya asam lemak yangdihasilkan dari reaksi
hidrolisis tersebut akan dinetralkan dengan alkali sehingga akandihasilkan sabun. Hidrolisa
ini merupakan kelanjutan dari proses saponifikasi. Secarakimia rekasi pembuatan sabunnya
adalah :(i) C3H5(O2CR)3 + 3H2O 3RCO2H + C3H5(OH)3Lemak/ Minyak Air Sabun
Gliserida(ii) 3RCOOH + 3NaOH 3RCOONa + 3H2OAir yang digunakan pada proses
hidrolisis dapat berupa air dingin, panas ataudalam bentuk uap air panas (steam). Pada proses
hidrolisa lemak, air yang digunakan berada pada tekanan dan temperatur yang tinggi, supaya
reaksi hidrolisa dapat terjadidengan cepat. Jika natrium karbonat (Na2CO3) digunakan
sebagai penetralan asamlemak, maka selama reaksi saponifikasi akan mengahsilkan CO2 dan
menyebabkanmassa bertambah sehingga material yang ada di dalam reaksi akan tumpah
karenamelebihi kapasitas reaksi yang digunakan. Dengan alasan ini, maka

Na2CO3digunakan pada reaksi yang berada pada reactor yang memiliki kapasitas yang
cukup besar.2.3 Bahan Mentah Pembuat SabunSecara teoritis semua minyak atau lemak
dapat digunakan untuk membuatsabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalammemilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang
dapat digunakandalam pembuatan sabun antara lain:1. Minyak atau Lemak
Tallow (Lemak Hewan)

Laporan Praktikum Kimia Organik IIPembuatan Sabun


Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan merupakan hasil pencampuran Asam
Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%), stearat (15-20%). Sabun
yang berasal dari Tallow digunakan dalam industri sutra dan industri sabun mandi. Padaindsu
tri sabun mandi, tallow biasanya dicampurkan dengan minyak kelapa dengan perbandingan
80% tallow dan 20% minyak kelapa.
Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun, kerenaharga minyak
kelapa cukup mahal, maka tidak digunakan untuk membuat sabun cuci.Minyak kelapa ini
berasal dari kopra yang berisikan lemak putih dan dileburkan padasuhu 15oC.
Minyak Inti Sawit
Minyak inti sawit memiliki karekteristik umum, seperti minyak kelapa dandapat dijadikan
sebagai substituen dari minyak kelapa di dalam pembuatan sabunmandi. Dengan warna
minyak yang terang, minyak inti sawit dapat digunakanlangsung untuk membuat sabun tanpa
perlakuan pendahuluan terlebih dahulu.
Minyak Sawit (Palm Oil)
Dalam pembuatan sabun, minyak sawit dapat digunakan dalam berbagaimacam bentuk,
seperti Crude Palm Oil, RBD Palm Oil (minyak sawit yang telahdibleaching dan dideorisasi),
Crude Palm falty Acid dan asam lemak sawit yang telahdidestilasi. Crude Plam Oil yang
telah dibleaching digunakan untuk membuat sabuncuci dan sabun mandi, RBD Palm Oil
dapat digunakan tanpa melalui Pre-Treatmentterlebih dahulu. Minyak sawit yang
dicampurkan dalam pembuatan sabun sekitar 50%atau lebih tergantung pada kegunaan sabun
yang diproduksi.
Marine Oil.
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memilikikandungan
asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak).
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabuntransparan.
Olive oil (minyak zaitun).
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengankualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitunmemiliki sifat yang keras
tapi lembut bagi kulit.

Laporan Praktikum Kimia Organik IIPembuatan Sabun


Campuran minyak dan lemak.
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuranminyak dan
lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallowkarena memiliki sifat
yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandunganasam laurat dan miristat yang
tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut
dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akanmemperkeras
struktur sabun.2. AlkaliBahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah alkali seperti
NaOH,KOH, dan lain-lain. NaOH biasanya digunakan untuk membuat sabun cuci,sedangkan
KOH digunakan untuk sabun mandi. Alkali yang digunakan harus bebasdari kontaminasi
logam berat karena mempengaruhi nama dan struktur sabun sertadapat menurunkan resistansi
terhadap oksidasi.3. Bahan PendukungBahan baku pendukung digunakan untuk membantu
proses penyempurnaansabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin)
sampai sabunmenjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl
(garam) dan bahan-bahan aditif.
NaCl.
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi
didalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk
air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karenakelarutannya yang
tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan
magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
Bahan aditif.
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun
yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.Baha
n-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,Pewarna,dan parfum.

Anda mungkin juga menyukai